Anda di halaman 1dari 12

Nutrient yang terkandung pada tanah-tanah pertanian diperlukan untuk pertumbuhan

dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan akan terserap oleh akar tanaman bagi
pertumbuhan tajuk, daun dan buah. Nutrisi atau unsur hara yang diserap itu terdiri dari unsur
hara makro yaitu N, P, K, Ca, Mg dan S, sedangkan unsur-unsur hara mikro yaitu Fe, Mn, Bo,
Mo, Cu, Zn, Ge dan Co dalam bentuk amon (-) dan kation (+), (Sutedjo, 1999).
Rasio pertumbuhan daun dan akar sangat ditentukan oleh konsentrasi nitrogen (N) di
dalam tanah. Semakin rendah konsentrasinya, akan'menyebabkan turunnya rasio daun dan
akar. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah N yang diserap oleh akar karena akan segera
dipergunakan untuk pembentukan asam amino di dalam akar bersama-sama dengan
karbohidrat yang turun dari daun membentuk protein melalui proses pembelahan dan
pembesaran sel yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk proses pembentukan akar,
(Anonim, 2002).
Menurut Lakitan (1995) fungsi unsur hara esensial bagi tanaman adalah :
1) Fosfor, merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam
reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan metabolisme.
2) Kalium, sebagai aktivator dan berbagai enzim yang esensial dalam reaksi- reaksi
fotosintesis dan respirasi serta terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga
berperan dalam mengatur potensi osmotik sel dan mengatur tekanan turgor sel.
3) Magnesium, berperan dalam penyusunan klorofil dan merupakan aktivator dari
berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasi, dan pembentukan DNA dan RNA,
4) Kalsium, berperan sebagai pengikat antara molekul-molekul fosfolipida atau antara
fosfolipida dengan protein penyusun membran dan dapat pula memacu atau
menghambat aktivitas beberapa enzim.
5) Besi, berperan sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis dan respirasi.

Unsur hara yang ketersediaannya di tanah dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan
tanaman terganggu pada proses metabolismenya yang secara visual dapat terlibat dari
penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Gangguan ini dapat terjadi pada masa
pertumbuhan tajuk, akar atau daun yang terhambat (kerdil) dan klorosis atau nekrosis pada
berbagai organ tanaman.

Pada umumnya pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel


tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah
sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan, (Salisbury dan Ross, 1995).
Selanjutnya menurut Anonim (2002), pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai
proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel-sel tanaman yang diikuti adanya pertumbuhan
berat kering tanaman, sedangkan perkembangan tanaman dapat diartikan sebagai suatu proses
menuju tercapainya kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbagi menjadi
fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif
perbandingan atau rasio daun (pucuk) dan akar sangat menentukan perkembangan selanjutnya
terutama dalam hal produksi.
Fase pertumbuhan vegetatif mencakup pertumbuhan akar, tajuk dan daun.
Pertumbuhan tanaman semenjak perkecambahan mempunyai dinamika atau pola yang tetap.
Pengukuran nilai dari dinamika tanaman tersebut didasarkan atau pengamatan berat kering
bagian tanaman, baik akar, tajuk, daun, maupun total tanaman. Pertumbuhan suatu tanaman
dapat diukur dengan cara : pertumbuhan tinggi tajuk, panjang akar, dan pertumbuhan organ
lain seperti daun, pertumbuhan areal daun, pertumbuhan diameter tajuk, pertumbuhan
volume buah, pertumbuhan berat kering dan pertumbuhan berat basah.

Unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang sangat banyak justru akan mempergiat
pertumbuhan tajuk sekaligus daun-daun. Unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang sangat
sedikit mengakibatkan pertumbuhan akar yang sangat pesat dibanding daun, akibatnya tidak
ada keseimbangan antara daun dan akar, padahal keseimbangan antara daun dan akar sangat
diperlukan untuk perkembangan generatif berikutnya.
Anonim (2002) keseimbangan antara pertumbuhan daun dan akar diharapkan tak saling
mendominasi, perbandingan daun dan akar tersebut ditentukan oleh jumlah nitrogen (N) di
dalam tanah, karena kadar N di tanah dalam jumlah yang sedikit menyebabkan pertumbuhan
akar yang relatif cepat dan lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan daun, sebaliknya
apabila jumlah N di dalam tanah terlalu tinggi, akan mengakibatkan lajunya pertumbuhan daun
sedangkan pertumbuhan akar lambat. Pemberian pupuk dalam jumlah sedang akan
menyebabkan pertumbuhan suatu tanaman itu normal, yaitu seimbang antara pertumbuhan
daun dan akarnya.

Kebutuhan bahan mineral bagi tanaman lebih besar jika dibandingkan dengan
banyaknya bahan mineral yang terangkut pada waktu panen, yaitu pada produk, jerami,
batang, daun dan lain-lainnya, namun demikian hal itu merupakan salah satu penyebab
berlangsungnya pemiskinan bahan mineral di dalam tanah (Sutedjo, 1990). Unsur hara akan
tersedia melalui pelapukan dan pembusukan bahan organik atau melalui perombakan, tanah
jarang sekali mempunyai kemampuan yang cukup untuk menyediakan semua elemen esensial
sepanjang waktu sesuai dalam kuantitas yang cukup bagi tanaman untuk dapat berproduksi
dengan baik (Foth, 1991). Sehingga untuk mengatasi keadaan tersebut orang menggunakan
berbagai macam tambahan seperti pupuk untuk menambah unsur hara dalam tanah. Selama
unsur hara dalam pupuk menjadi lebih mahal, lebih banyak perhatian minat mengembalikan
unsur hara kembali ke lahan untuk digunakan kembali (Foth, 1991).
Pada tanaman budidaya di lahan pertanian, setelah panen biasanya sisa tanaman
dibiarkan atau bahkan dibuang, karena dari bagian tanaman hanya beberapa persen saja yang
dijadikan komoditas, dalam hal ini bagian buah atau bagian tanaman yang lain, selebihnya
adalah sisa-sisa panen tanaman.
Untuk mengatasi sisa-sisa panen tanaman dapat digunakan sebagai bahan amelioran
dalam bentuk abu untuk meningkatkan unsur hara tanah. Amelioran merupakan bahan organik
atau anorganik yang diberikan ke dalam tanah dengan tujuan untuk menambah dan
menggantikan unsur hara yang hilang, baik yang terangkut diwaktu panen maupun karena
tererosi dan lain sebagainya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, baik
pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif. Bahan Amelioran dapat berupa
berbagai jenis abu, seperti abu jerami, abu sekam, abu serbuk gergaji, atau kompos, kapur,
garam, pupuk kandang dan lain sebagainya. (Dahniar,2001). Masyarakat biasanya
membenamkan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah sebagai pupuk hijau, tetapi menurut
Maslianah (1996) pemberian limbah pertanian dalam bentuk abu dapat memberikan beberapa
keuntungan bila dibandingkan dalam bentuk segar karena unsur-unsur hara yang terkandung di
dalamnya relatif lebih cepat tersedia bagi tanaman dan dapat meningkatkan pH tanah.
Dalam upaya mengurangi pupuk kimia, dan pengusahaan pemanfaatan limbah tanaman
jagung yang sangat banyak tersedia, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan
limbah tanaman jagung berupa abu kulit atau kelobot jagung dengan takaran yang berbeda
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman terung (Solanum melongena L.).

Tubuh tanaman sebagian besar terdiri atas tiga unsur, yaitu C 43,6 %, O 44,4 %, dan H
6,2 %. Unsur-unsur ini diambil dari udara berupa CO2 dan O2 serta dari tanah berupa H 20.
Tanaman tak mungkin hidup dengan ketiga unsur ini saja, ia memerlukan unsur-unsur lain lagi
yang sangat penting untuk pembentukan bermacam-macam protein, zat lemak dan zat-zat
organik lainnya. Untuk mengetahui macam-macam unsur yang diperlukan oleh tanaman, orang
dapat menempuh dua jalan, yaitu dengan analisa abu atau dengan pemiaraan di air atau pasir.

Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik berupa
sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. (Sutejo, 1999).
Bermacam-macam sisa tanaman seperti jerami, klobot (kulit) jagung, ampas tebu, ampas
tapioka, sekam padi, bisa digunakan sebagai campuran media buatan tergantung pada
ketersediaan bahan-bahan tersebut. (Ashari, 1995). Pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai
penyedia unsur hara relatif lebih murah dan aman ketimbang menggunakan pupuk kimia yang
apabila digunakan secara berlebihan akan sangat berbahaya, karena akan menyebabkan
pencemaran lahan.

Selama perkecambahan biji, unsur-unsur hara disediakan dari persediaan yang


dikandung dalam biji tanaman. Unsur hara dalam biji mungkin dapat habis, dan tanaman
menjadi tergantung pada unsur-unsur hara dalam tanah. Seperti semakin panjangnya akar
menembus tanah, semakin besarnya sistem perakaran dan percabangan akar, maka terjadi
peningkatan kemampuan tanaman untuk mengabsorbsi unsur hara dari tanah. (Foth, 1991).
Karena itu kebutuhan unsur hara dari media tanam, misalnya tanah, mutlak tersedia.

Tanaman kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan
mudah dikembangkan. Tanaman kacang buncis menyuburkan tanah, karena akar-akarnya
dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. untuk mengikat Nitrogen ( N 2 ) dari udara,
sehingga unsur Nitrogen dapat tersedia dalam tanah.

Botani Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L. )


Kedudukan tanaman kacang buncis dalam tata nama buhan (taksonomi) menurut
Croriquist (Dasuki, adalah :
Divisio : Magnoliphyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.

Rukmana (1994) menjelaskan batang kacang buncis umumnya berbuku-buku, yang


sekaligus merupakan tempat untuk melekat tangkai daun. Daun kacang buncis bersifat
majemuk tiga (trifoliolatus), dan helai daunnya berbentuk jorong segitiga. Kacang buncis
memiliki akar tunggang yang dapat menembus tanah sampai pada kedalaman 1 meter. Seba-
gian akar-akarnya membentuk bintil-bintil (nodula) yang merupakan sumber unsur nitrogen,
dan sebagian lagi tanpa nodula yang fungsinya antara lain menyerap air dan unsur hara. Bunga
kacang buncis tersusun dalam karangan bentuk tandan. Kuntum bunga berwarna putih atau
putih kekuning-kuningan. Polong kacang buncis berbentuk panjang bulat atau panjang pipih,
dengan panjang berkisar 12 - 13 cm atau lebih, dan tiap polong mengandung biji antara 2
sampai 6 butir, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 12 butir.
Kacang buncis dapat tumbuh di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara 300 -
600 meter dari permukaan laut (m dpl), tetapi paling baik adalah daerah pada ketinggian lebih
dari 1000 m dpl. Selama pertumbuhannya tanaman ini menghendaki keadaan suhu udara antara
20°C - 25°C, cukup sinar matahari dan kelembaban udaranya cukup tinggi (Rukmana, 1994).

Kacang buncis termasuk tanaman semusim (annual) yang dibedakan atas dua tipe
pertumbuhan, yaitu tipe merambat dan tipe tegak.
Kacang buncis tipe merambat umumnya berbatang memanjang setinggi 2-3 meter,
sedangkan buncis tipe tegak mempunyai batang pendek setinggi 50 - 60 cm. Batang tanaman
buncis umumnya berbuku-buku, yang sekaligus merupakan tempat untuk melekat tangkai
daun. Daun buncis bersifat majemuk tiga (trifoliolatus), dan helai daunnya berbentuk jorong
segi tiga.
Tanaman buncis memiliki akar tunggang yang dapat menembus tanah sampai pada
kedalaman ± 1 meter. Akar-akar yang tumbuh mendatar dari pangkal batang, umumnya
menyebar pada kedalaman sekitar 60 - 90 cm. Sebagian akar-akarnya membentuk bintil-bintil
(nodula) yang merupakan sumber unsur Nitrogen, dan sebagian lagi tanpa nodula yang
fungsinya antara lain menyerap air dan unsur hara.
Bunga buncis tersusun dalam karangan berbentuk tandan. Kuntum bunga berwarna
putih atau putih kekuning-kuningan, bahkan ada juga yang merah atau violet. Pada buncis tipe
merambat, keluarnya karangan bunga tidak serempak. Sedangkan pada buncis tipe tegak
pertumbuhan karangan bunga hampir pada waktu yang bersamaan (serempak).
Kacang buncis termasuk tanaman yang bersifat menyerbuk sendiri (self polination),
tetapi persilangan alami sering terjadi meskipun dalam jumlah atau persentase sangat sedikit.
Bunga buncis mekar pada pagi hari sekitar jam 07.00 - 08.00. Dari proses penyerbukan bunga
akan dihasilkan buah yang disebut ’’polong”.
Polong buncis berbentuk panjang-bulat atau panjang-pipih. Sewaktu polong masih
muda berwarna hijau-muda, hijau-tua atau kuning, tetapi setelah tua berubah warna menjadi
kuning atau coklat, bahkan ada pula yang berwarna kuning berbintik-bintik merah. Panjang
polong berkisar antara 12 - 13 cm atau lebih, dan tiap polong mengandung biji antara 2-6 butir,
tetapi kadang-kadang dapat mencapai 12 butir.
Biji buncis berbentuk bulat agak panjang atau pipih; berwarna putih, hitam, ungu, coklat
atau merah berbintik-bintik putih. Biji ini digunakan untuk benih dalam perbanyakan secara
generatif.

A. Syarat Tumbuh
1. Syarat Iklim
Tanaman buncis dapat tumbuh di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara
300 - 600 meter dari permukaan laut (m dpl), tetapi paling baik adalah daerah pada
ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Selama pertumbuhannya tanaman ini menghendaki
keadaan suhu udara antara 20° - 25° C, cukup sinar matahari, dan kelembaban udaranya
cukup tinggi.
Beberapa varietas buncis tipe tegak seperti Monel, Richgreen, Spurt, FLO, Strike, dan
Farmers Early dapat ditanam di dataran rendah pada ketinggian antara 200 - 300 m dpl.
Kacang buncis yang ditanam di daerah yang suhu udaranya tinggi, pada umumnya
menghasilkan kualitas polong yang kurang baik dibandingkan di dataran tinggi, yakni banyak
mengandung serat.

2. Syarat Tanah
Pada dasarnya tanaman buncis cocok ditanam pada berbagai jenis tanah, mulai
dari pasir lempung sampai tanah liat. Tetapi untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas
produksi yang tinggi, tanaman ini paling cocok ditanam pada tanah Andosol dan Latosol
yang subur, tata air (drainase) baik, bebas dari cendawan ataupun nematoda, dan pada
pH tanah antara 5,5 - 6,0.
Tanaman buncis sangat responsif terhadap tanah yang subur dan kaya akan
unsur Nitrogen. Pada kondisi tanah demikian, tanaman buncis akan tumbuh gemuk
(subur) tetapi buah atau polongnya berkurang (sedikit). Untuk mencegah hal tersebut,
maka penumpukan Nitrogen yang terlalu tinggi harus dihindari, karena hanya akan
merangsang pertumbuhan vegetatif saja.

Selain dikonsumsi di dalan negeri, ternyata buncis juga telah diekspor. Negara-negara
yang sering mengimpor buncis dari Indonesia adalah Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia,
dan Inggris. Bentuk-bentuk yang diekspor bermacam-macam, ada yang berbentuk polong segar,
didinginkan atau dibekukan, dan ada pula yang berbentuk biji kering.
Menurut informasi yang diperoleh dari LIPI, diperkirakan bahwa orang Indonesia
membutuhkan kacang-kacangan 40 gram/hari. Sementara penduduk Indonesia di tahun 1990
adalah sekitar 179.322.000 jiwa, jadi dapat diperkirakan kebutuhan akan kacang-kacangan
sebesar 2.618.101,2 ton setiap tahunnya. Seandainya kita ambil sepersepuluh dari jumlah
tersebut untuk konsumsi buncis saja, maka harus tersedia sejumlah 261.810 ton setiap tahun.
Usaha-usaha peningkatan produktivitas bisa dilakukan dengan cara intensifikasi, yaitu
usaha penerapan sapta usaha tani. Usaha tersebut antara lain meliputi penggunaan bibit
unggul, perbaikan cara bercocok tanam, penggunaan zat pengatur pertumbuhan, dan
penanganan pascapanen yang baik.
http://fmipa.unmul.ac.id/pdf/25

Memang, gagalnya pertumbuhan dan kesuburan tanaman bisa karena berbagai sebab.
Tetapi kalau sebab itu terjadi karena pupuk, sungguh sangat ironi dan bisa berakibat fatal. Tidak
cuma tanamannya saja yang kena akibat, tetapi media tanam pun ikut terkena dampaknya.
Tanaman menguning, daunnya kering seperti terbakar, dan tanah menjadi tandus. Kalau sudah
demikian apa yang harus dilakukan ?
Gagalnya menyuburkan tanah yang menyebabkan tanaman menjadi kurus kering
kerontang, atau subur tetapi tak berbuah, adalah akibat salah pupuk, atau salah dalam
melakukan pemupukan. Ada yang mengatakan pupuk ibarat “madu dan racun", khususnya jenis
pupuk buatan (yang terbuat dari bahan-bahan kimia). Dan itu benar. Kalau pupuknya tepat dan
cara menggunakan pun benar, tanah menjadi subur dan kaya unsur hara. Alhasil, tanaman
menjadi subur, berdaun lebar, berbuah bagus, atau berbunga indah. Sebaliknya, kalau
pupuknya salah, keliru pula dalam menggunakannya, sudah bisa ditebak apa yang bakal terjadi.
Tanaman kurus seperti terserang penyakit dan tanah pun menjadi tandus.

Hubungan Tanaman dengan Unsur Hara


Tujuan utama pemupukan adalah menghadirkan tanaman yang subur, sehat, dan
produktif. Karena itu tidak ada salahnya kalau kita melihat sekilas bagaimana hubungan antara
tanaman dengan unsur hara yang diserap dari tanah.
Secara garis besarnya tanaman terdiri dari dua unsur, yaitu zat padat (kering) dan cair,
walaupun kalau dikupas lagi setidaknya ada sekitar 58 unsur yang membentuk tanaman.
Namun di sini kita tidak mengupas unsur yang begitu banyak itu, kita hanya mengambil garis
besarnya saja untuk diketahui.
Unsur tanaman yang begitu banyak itu sebagian besar sama dengan unsur hara yang
terkandung di dalam tanah, baik unsur makro maupun mikro. Jadi jaringan yang membentuk
tanaman adalah juga dari unsur- unsur yang diserapnya dari tanah melalui akar. Tentu saja tiap
jenis tanaman penyerapan unsur untuk pembentukan jaringan satu sama lain berbeda. Tetapi
yang jelas, jumlah yang paling banyak adalah unsur makro, sedangkan mikro hanya sebagai
pendukung, tetapi tetap harus tersedia.
Karena tiap jenis tanaman memiliki daya serap unsur hara yang berbeda, ada yang
begitu rakus tetapi ada pula yang biasa-biasa saja, maka tak heran bila habisnya kandungan
unsur di dalam tanah itu tidak sama. Ada yang harus melakukan pemupukan sesering mungkin
untuk menggantikan unsur hara yang habis terserap oleh tanaman yang rakus, ada pula yang
prosentase pemupukannya jarang.
Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana kita mengetahui bahwa salah satu dari unsur
hara (makro atau mikro) itu habis ? Apa akibat yang timbul pada tanaman ?
Memang untuk mengetahui secara persis kurangnya salah satu unsur yang terkandung
di dalam tanah tidak gampang. Hal itu baru bisa dipastikan dan diketahui secara pasti kalau kita
mengirimkan contoh tanah atau tanaman ke laboratorium agar bisa diteliti secara cermat dan
akurat apa yang kurang dan apa akibatnya. Tetapi cara ini tentu saja membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Dan kita sebagai petani awam atau sekedar hobies berkebun tentunya tidak mau
repot-repot masalah itu. Padahal kita harus tahu bila sampai terjadi kekurangan salah satu
unsur hara yang terkandung di dalam tanah, agar tanaman tumbuh tidak merana.

Nitrogen (N)
Merupakan unsur yang berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, khususnya pada batang, cabang, dan daun. Juga berperan dalam pembentukan
hijau daun agar proses fotosintesis berjalan sempurna.
Bila tanaman kekurangan unsur N akan tumbuh tersendat-sendat dan kurus. Daunnya
nampak tidak segar, berwarna hijau muda, dan daun yang sudah tua berubah menjadi kuning.
Kalau sudah terjadi demikian tanaman akan meranggas dan kering. Kalau sudah berbuah,
buahnya tumbuh kerdil, berwarna kekuningan dan lekas matang, walaupun belum waktunya.
Bila gejala seperti ini sudah nampak, harus segera dilakukan pemupukan yang mengandung
unsur N, kalau tidak, tanaman selamanya akan merana.

Fosfor/fosfat (P)
Unsur yang berguna unluk merangsang pertumbuhan akar, khususnya pada benih dan
tanaman muda. Di samping itu juga membantu mempercepat pembungaan, pemasakan biji,
dan buah. Bila tanaman kekurangan unsur P berakibat daun berwarna kelcwat tua, cenderung
mengkilap kemerahan. Pada tepi daun, cabang, dan batang terdapat warna merah ungu yang
lambat laun berubah menjadi kuning. Bila kelak tanaman berbuah, buahnya kecil-kecil, jelek,
dan lekas matang. Untuk itu harus segera dipupuk dengan pupuk yang mengandung unsur P.

Kalium (K)
Berperan dalam memperkuat tubuh tanaman, agar bunga, daun, dan buah tidak mudah
rontok. Di samping itu unsur kalium ini juga memberikan kekuatan pada tanaman dalam
menghadapi kekeringan serta memberikan daya tahan terhadap serangan penyakit.
Tanaman yang kekurangan unsur K daunnya berubah mengkerut dan keriting, terutama
pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya timbul pula bercak-bercak berwarna merah
kecoklatan. untuk kemudian mengering lalu mati. Begitu juga bentuk buahnya tidak sempurna.
Bila tanaman sudah menunjukkan gejala seperti ini harus /segera dipupuk yang mengandung
unsur K.

Kalsium (Ca)
Unsur Ca berfungsi untuk merangsang pembentukan bulu-bulu akar, menguatkan
batang tanaman dan merangsang pembentukan biji. Meskipun unsur Ca ini termasuk ke dalam
unsur makro, tetapi sebenarnya ia hanya sebagai pembantu saja, mendukung kesempurnaan
pada organ tanaman.
Tanaman yang kekurangan Ca akan terlihat dengan tanda-tanda bahwa pada tepian
daun-daun muda terjadi klorosis yang bila dibiarkan akan menjalar sampai ke tulang daun.
Sering mengakibatkan pula kematian pada kuncup-kuncup muda, dan perakaran terbentuk
tidak sempurna. Yang jelas, tanaman yang kekurangan unsur Ca nampak pada bentuk daun dan
warnanya yang berubah.

Magnesium (Mg)
Menciptakan kesempurnaan warna hijau daun dan membantu transportasi fosfat pada
tanaman. Jadi kandungan fosfat pada tanaman bisa ditingkatkan dengan cara menambah unsur
Mg. Kekuraangan unsur Mg bisa menyebabkan terjadinya klorosis pada daun disertai timbulnya
bercak-bercak kecoklatan. Daun yang semula berwarna hijau segar akan berubah menjadi
kekuningan dan pucat, terutama pada tulang daun, untuk kemudian layu, kering dan mati.

Besi (Fe)
Merangsang pembentukan hijau daun. Karena itu bila tanaman kekurangan unsur Fe,
daun akan berwarna kuning, terutama daun muda. Akibat yang lebih buruk lagi banyak daun
yang berguguran /sebelum waktunya.
Meskipun kekurangan unsur Fe jarang terjadi pada tanaman, tetapi tidak
menghilangkan kemungkinan untuk itu, terutama pada tanah yang banyak mengandung kapur
(kalsium).

Anda mungkin juga menyukai