TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur
hara ataupun nutrisi bagi tanaman guna untuk menopang tumbuh dan
perkembangan tanaman. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman
diantaranya C, H, O, N, P, K ( Hara Makro) dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo dan B
( Hara Mikro). Pupuk dapat diberikan lewat tanah, daun atau diinjeksi ke
batang tanaman. Jenis pupuk dibagi menjadi dua yaitu padat dan cair.
Sedangkan berdasarkan prose pembuatannya pupuk dibedakan menjadi pupuk
alam dan pupuk buatan. Pupuk alam merupakan pupuk yang didapat langsung
dari alam misalnya fosfat alam, pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos.
Jumlah dan jenis unsur hara yang terkanding didalamnya sanagt bervariasi.
Sedangkan pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dihasilkan dari proses
pembuatan pabrik. Kadar, hara, jenis hara dan komposisi hara didalam pupuk
buatan sudah ditentukan. Berdasarkan ragam hara yang dikandungnya pupuk
buatan dibedakan menjadi 2 yaitu, pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal merupakan jenis pupuk yang mengandung satu macam unsur hara.
Sedangkan pupuk majemuk merupakan jenis pupuk yang mengandung lebih
dari satu unsur hara (BALITBANGTAN, Kementerian Pertanian, 2015).
Unsur yang paling dominan dijumpai alam pupuk organic adalah unsur
N, P, dan K. pupuk majemuk merupakan pupuk yang dapat digunakan sangat
efisien dalam meningkatkan ketersedian unsur hara makro. Keuntungan
memakai pupuk majemuk adalah dapat dipergunakan dengan
memperhitungkan kandungan zat hara sama dengan pupuk tunggal, apabila
tidak ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk, penggunaan
dari pupuk majemuk sendiri sangat sederhana, dan pengangkutan serta
penyimpanan pupuk ini dapat menghemat waktu, ruang dan biaya Baik
produksi maupun konsumsi (Sukmasari et a., 2019).
2.2 Pemupukan
Pemupukan merupakan pemberian bahan pada tanah dengan maksud
memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan menurut
pengertian khusus adalah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
menambah hara tanaman pada tanah dengan tujuan untuk memperbaiki
suasana tanah, baik secara fisika, kimia maupun biologi. Pemupukan
mencakup mulsa (Pengawetan lengas tanah), Pembenah tanah (Soil Conditioner;
memperbaiki Struktur tanah), kapur pertanian (menaikkan pH yang terlalu
rendah atau melawan racun Al atau Mn), Tepung belerang (menurunkan pH
yang terlalu tinggi). Hara N, P, dan K yang ditambahkan dalam tanah harus
dalam jumlah yang tepat. Jenis tanah, tingkat ketersedian hara dalam tanah,
kondisi iklim, varietas yang ditanam dan cara pemberian pupuk sangat
menentukan ketepatan jenis dan dosis pupuk yang harus ditambahkan atau
yang diberikan (Azri, 2018).
Pemberian pupuk yang tepat dan seimbang pada tanaman khusunya
padi akan menurunkan biaya pemupukan, takaran pupuk juga lebih rendah,
hasil padi relative sama, tanaman lebih sehat, mengurangi hara yang terlarut
dalam air dan menekan unsur berbahaya yang terbawa ke dalam makanan
(Alavan et al., 2015). Menurut Ramadhan (2014), menyatakan bahwa kombinasi
pemupukan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Kombinasi
pupuk yang digunakan (2105 kg ha-1 Urea + 237 kg ha-1 SP-36 +701 kgha-1
KCl + 421.052 kg ha-1 pupuk kandang) memberikan hasil terbaik dengan rata-
rata tinggi tanaman mencapai 116,65 cm, jumlah anakan 19,17 batang, umur
berbunga 61,29 hari, umur panen 101,79 hari, dan panjang malai 28,48 cm
pada kondisi tergenang. Sedangkan, pada kondisi tidak tergenang rata-rata
tinggi tanaman mencapai 98,92 cm, jumlah anakan 15,38 batang, umur
berbunga 68,08 hari, umur panen 108,04 hari, dan panjang malai 25,48 cm.
2.7 Zeolite
Zeolite merupakan Kristal alumina silikat terhidrasi yang mengandung
kation alkali atau alkali tanah terbentuk kerangka tiga dimensi, bersifat asam
dan mempunyai pori yang berukuran molekul. Rumus molekul empiris zeolite
adalah M2n (Al2O3.ySiO2)wH2O. Zeolit terdiri dari 3 komponen yaitu kation yang
dapat dipetukarkan, kerangka alumina silikat dan kandungan air. Kandungan
air berubah-ubah tergantung sifat kation-kation yang ditukar dan kondisi
kristalisasi. Air dan kation yang berada di dalam rongga zeolit dapat
didistribusikan dengan molekul lain. Zeolite merupakan mineral berpori dan
memiliki sifat yang sama dengan mineral silica lainnya. Jika terdapat beberapa
interaksi molekul dengan zeolite (Atikah, 2017).
Zeolit berdasarkan asalnya ada dua jenis yaitu zeolit alam dan zeolit
sintesis. Zeolit alam memiliki permukaan yang muatan negatif sebagai gugus
aktif penukar kation. Zeolit sintesis terbuat dari campuran antara bahan kimia,
terutama silika dan alumina. Zeolit alam mempunyai kation penyeimbang yang
berupa kation alkali atau alkali tanah misalnya Na+, K+, atau Ca2+. Kation
penyeimbang ini berperan sebagai penyeimbang muatan zeolit yang dapat
berfungsi sebagai gugus aktif penukar kation lain misalnya surfaktan kationik
(Zhan et al., 2011). Namun, zeolit alam memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya mengandung banyak pengotor seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe serta
kristalinitasnya kurang baik. Keberadaan pengotor-pengotor tersebut dapat
mengurangi aktivitas dari zeolit, sehingga zeolit alam dapat diganti dengan zeolit
sintesis yang digunakan dalam berbagai aplikasi.
Zeolit alam merupakan batuan mineral anorganik yang banyak terdapat
diindonesia, zeolite alam merupakan bahan berpori yang memiliki sifat
fisikokimia yang baik, seperti kapasitas tukar kation yang tinggi, selektivitas
kation dan volume pori besar (Atikah, 2017). Zeolit merupakan salah satu
bahan yang dapat mengikat nitrogen sementara. Zeolit memiliki nilai kapasitas
tukar kation (KTK) yang tinggi (antara 120-180 me/100g) yang berguna sebagai
pengadsorpsi, pengikat dan penukar kation (Hidayat et al.,2014). KTK zeolit
dikatakan tinggi jika nilainya berkisar 80-200 cmol (+) kg-1 dengan kandungan
zeolite > 50%, dimana zeolite tersebtu sebelumnya sudah diaktivasi sampai
suhu 300 ˚C. sebaliknya jika nilai KTK zeolite < 80 cmol (+) kg-1 yang dinilai
rendah dengan kandungan zeolit < 50%, dan disamping itu, sangat
dimungkinkan bahwa zeolit tersebut sebelumnya tidak diaktivasi sampai suhu
300 ˚C (Al-Jabri, 2008).
Zeolite alam ini terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir
halus dan bersifat rilitik dengan air pori atau air meteoric (air hujan). Mineral
ini merupakan kelompok aluminosilikat terhidrasi dan unsur utama terdiri dari
kation, alkali dan alkali tanah, mempunyai pori pori yang dapat diisi oleh oleh
molekul air. Kandungan air yang terperangkap dalam rongga zeolit biasanya
berkisar 10-50%. Bila terhidrasi kation-kation yang berada dalam rongga
tersebut akan terekubungi molekul air. Molekul air ini sifatnya labil atau
mudah terlepas (Basri,1995). Zeolit alam sukabumi terdiri atas 3 komposisi
mineral, yaitu kuarsa, mordenit dan klinoptilolit. Berdasarkan hasil
karakterisasi XRD, zeolite ini cenderung kepada jenies zeolite mordenit
(Juniansyah et al., 2017). Umumnya aktivasi zeolite dibagi menjadi tiga, yaitu
aktivasi secara fisik dengan pemanasan dan secara kimia dengan asam atau
basa. Proses aktivasi dengan panas dapat dilakukan pada suhu antara 200-
400˚C selama beberapa jam. Sedangkan aktivasi dengan basa dapat dialkukan
dengan larutan NaOH, dimana penurunan rasio Si/Al akan terjadi pada aktivasi
dengan pH tinggi (Jozefaciuk dan Bowanko, 2002).
Menurut Estiaty (2015), untuk komposisi unsur-unsur kimia dari zeolite
alam adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi Unsur Kimia Zeolite Alam
Senyawa Jumlah (%)
SiO2 72,3
Al2O3 10,68
Fe2O3 1,03
K2 O 0,88
Na2O 0,88
CaO 2,93
MgO 0,35
MnO 0,001
TiO2 0,39
P2O5 0,11
LOI 9,64
H2O- 5,03
Zeolite merupakan senyawa alumino silikat dengan klasifikasi yakni, [AlO 4] - dan
[SiO4]- saling berhubungan pada sudut-sudut tetrahedralnya membentuk Al, Si
Framework 3D yang berpori. Zeolit dengan struktur Kristal alumina silikat yang
berbentuk rangka (framework) tiga dimensi, mempunyai rongga dan saluran
serta mengandung ion-ion logam seperti Na, K, Mg, Ca dan Fe serta molekul air.
Kerangka dasar struktur zeolite terdiri dari unit tetrahedral AlO dan SiO yang
saling berhubungan melalui atom O, sehingga Zeolit mempunyai rumus empiris
sebagai berikut :
2.12 Coating/Enkapsulasi
Enkapsulasi adalah suatu teknik untuk melapisi (coating) atau menyalut
suatu bahan aktif dengan lapisan dinding polimer sehingga menghasilkan
partikel kecil berukuran mikro ataupun nano. Pelapisan atau penyalutan ini
dapat melindungi bahan aktif dari kondisi lingkungan sekitar seperti cahaya,
suhu, kelembapan, dan interaksi dengan zat lainnya. Ada beberapa teknik yang
sering digunakan enkapsulasi pewarna alam, seperti spray drying, freeze drying
coaservation, dan emulsi. Diantara semua teknik tersebut, spray drying yang
paling banyak digunakan (Ozkan dan Bilek, 2014).
Menurut Agustin dan Wibowo (2021), Penggunaan enkapsulasi sebagai
solusi penanganan bahan memberikan beberapa keuntungan diantaranya:
a. Penanganan bahan aktif menjadi lebih mudah
b. Memungkinkan immobilitas senyaw aktif
c. Meningkatkan stabilitas produk
d. Meningkatkan keamanan bahan
e. Menciptakan tampilan yang lebih baik
f. Property bahan aktif dapat diatur (dari segi ukuran, struktur dan warna)
dan,
g. Memungkinkan pelepasan yang terkontrol.
Fluidized bed coating merupakan teknik enkapsulasi yang dilakukan
dengan menggunakan proses pelapisan (coating) pada permukaan partikel
bubuk atau partikel dalam bentuk pellet (Margie et al., 2012). Bahan inti di
suspensikan dengan aliran udara dengan suhu tertentu dan disemprot dengan
material penyalut melalui atomisasi. Masing-masing partikel secara bertahap
akan terselubungi dengan penyalut seiring bertambahnya waktu zona spraying.
Bahan penyalut harus mempunyai viskositas tertentu sehingga bisa di
pompakan dan diatomisasi, haus tahan panas dan stabil, serta mampu
membentuk lapisan tipis diatas permukaan partikel (Agustin dan Wibowo,
2021).
Salah satu pembuatan pupuk pelepasan terkendali adalah proses
enkapsulasi dimana pupuk dibungkus dengan lapisan polimer atau biopolymer.
Metose-metode enkapsulasi pupuk yang sudah dilaporkan seperti metode gelasi
ionotropic dengan kitosan-pati sebagai penyalutnya (Perez dan Francois, 2016).
Biopolymer yang dapat digunakan selain kitosan khususnya untuk pupuk NPK
yaitu disalut mengginakan carboxymethyl cellulose (Olad et al., 2017).
Keterangan
1. Touchscreen 8. Analysis Port
2. Ethernet Port 9. P0 Cell
3. Degas Port 10. Samples Cell
4. Connect to PC Port 11. Dewar
5. Connect to Ampere Meter 12. Gas Input Port
Port 13. Automatic Elevator
6. Heating Mantles 14. Vacuum
7. Power Saver
Skema kerja instrument BET Merk Quantachrome Seri Nova Touch LX2
diatas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 6. Skema kerja instrument BET Merk Quantachrome Seri Nova Touch
LX2
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa sinar datang yang menumbuk
pada titik bidang pertama dan hamburan oleh atom P. sinar dating yang kedua
menumbuk bidang berikutnya dan dihamburkan oleh atom Q, sinar ini
menempuh jarak SQ + QT bila dua sinar tersebut paralel dan satu fasa (saling
menguatkan). Jarak tempuh ini merupakan kelipatan (n) panjang gelombang (λ),
sehingga persamaan menjadi:
Dimana
λ = panjang gelombang sinar-X (1 Cu = 1,540562 Ǻ)
θ = sudut difraksi yang menggambarkan posisi puncak
dhkl = jarak antar bidang yang menggambarkan system, ukuran sel satuan
dan indeks Miller bidang tersebut
Gambar 12. Skema Umum Komponen pada Alat SSA (Anshori, 2005)
Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomic yang lain,
contoh harus diubah dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini dikenal
dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan didekomposisi
untuk membentuk atom dalam bentuk uap. Secara umum pembentukan atom
bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Pengisian pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan
meninggalkan residu padat.
b. Penguapan zat padat, zat padat ini terdisosiasi menjadi atom-atom
penyusunnya yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar.
c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energy yang lebih
tinggi dan akan mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut mampu
memancarkan energy.
Menurut Djunaidi (2018), terdapat 3 bagian pokok pada peralatan AAS
yaitu, sumber radiasi unruk menghasilkan sinar yang diperlukan, system
pengatoman untuk menghasilkan atom-atom bebasdan system monokromator,
deteksi dan pembacaan. Berikut penjelasan mengenai bagian bagian dari
instrument AAS:
a. Sumber sinar, sumber radiasi yang paling banyak digunakan pada
pengukuran AAS adalah lampu katoda cekung (hollow cathode lamp).
Lampu katode cekung terdiri dari anoda dan katoda dimana kedua
elektroda tersebut berada dalam tabung gelas yang diisi dengan gas Ne
dan Ar yang bertekanan rendah. Jendela kaca depan terbuat dari kuarsa
atau silica boron. Sedangkan katodanya terbuat dari logam berbentuk
cekung yang sama dengan unsur yang akan dianalisa dan anodanya
terbuat dar wolfram.