TINJAUAN PUSTAKA
sampai sangat rendah, drainase dan tata udara tergolong baik, air tersedia rendah
sampai sangat tinggi, batas horizon baur, berangsur sampai jelas (Yogaswara,
1977). Menurut Dewayany (1984) Latosol Coklat Kemerahan Darmaga, lapisan
atas memiliki KTK kurang dari 24 me/100 g liat, kejenuhan basa 32,48% kadar Corganik 1,17%, sifat - sifat fisik Latosol Darmaga umumnya baik, tekstur lempung
liat berdebu sampai lempung berpasir.
Latosol coklat kemerahan yang dijumpai disekitar Bogor umumnya
berbahan induk andesitik dan didominasi oleh mineral liat golongan kaolinit.
Bahan induk andesitik yang disertai pelapukan lanjut, pencucian yang kuat dan
bersifat masam akan membentuk mineral kaolinit (Yogaswara, 1977).
2.2. Pupuk
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan
produksi, serta memperbaki kualitasnya. Pupuk digolongkan berdasarkan pada
sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi, bentuk dan kandungan unsur
haranya. Berdasarkan sumbernya terdapat dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik
dan pupuk anorganik.
Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk
yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi,
2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau
nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan
kelemahan pupuk anor-ganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik
antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat,
menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah
nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan.
Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan
mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan
dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk
anorganik adalah unsur N, P, dan K.
Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N-organik. Nitrogen
dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila lingkungan baik ammonium
bentuk,
ukuran,
dan
kemasan
yang
praktis;
mudah
didapat,
teknis dan proses pembuatan pupuk dengan bentuk, ukuran, kadar hara, atau
spesifikasi tertentu yang dapat menghasilkan reaktivitas ataupun efektifitas sesuai
dengan yang dikehendaki (Marsono, 2001). Dengan kata lain, teknologi
pengembangan produksi pupuk hendaknya mengacu pada kecukupan hara
tanaman dan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen saat ini.
Pengembangan teknologi pemupukan harus mengacu kepada kecukupan
hara tanaman dan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen. Pupuk
organik
PhOSta merupakan salah satu pupuk alternatif yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hara kimia dan organik tanaman. Penggunaan pupuk
organik PhOSta juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk, selain itu dapat mengurangi pencemaran air tanah dan lingkungan yang
timbul akibat pemakaian dosis pupuk konvensional berlebihan.
2.4. Caisin (Brassica chinensis)
Dalam sistem klasifikasi tumbuhan Caisin (Brassica chinensis) tergolong
ke dalam kingdom Viridiplantae, divisi Spermatophyte, sub divisi Angiospermae,
class Dicotyledonae, Ordo Brassicales, famili Brassicaceae/Cruciferae, genus
Brassicae, Spesies Brassica chinensis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Susunan tubuh Caisin pada dasarnya terdiri atas akar, batang, bunga,
buah, dan biji. Tangkai daunnya panjang, dan berwarna putih kehijauan. Daunnya
lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Caisin tergolong tanaman herbal
semusim dengan tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Tanaman ini berakar
tunggang dengan tinggi tanaman berkisar 20 cm 60 cm. Diameter batang kurang
dari 1 cm dan termasuk kecil dibandingkan dengan tanaman Brassica lainnya.
Caisin berbunga majemuk tandan terminal, memanjang pada saat pembuahan.
Kelopak berwarna coklat muda hingga kuning cerah dan berjumlah empat buah
dengan diameter 9 mm. Mahkota seperti bola dengan jumlah benang sari enam.
Bentuk buah ramping dan panjangnya mencapai 5 cm mengandung 10 - 20 biji.
Bentuk biji bulat berdiameter 1 mm, permukaannya licin atau halus dengan garis
yang tidak nyata (Opena dan Tay, 1994). Menurut Rubatzky dan Yamaguci
(1998), kandungan gizi untuk setiap 100 g berat segar adalah protein 1.2 g, lemak
10
0.2 g, karbohidrat 1.2 g, vitamin A 5800 IU, vitamin B1 0.04 mg, vitamin B2
0.07mg, Fe 2.0 mg, Mg 27 mg, P 37 mg, K 180 mg, dan Na 100 mg.
Caisin tumbuh pada ketinggian dari 5 - 4000 m diatas permukaan laut,
sehingga dapat ditanam pada dataran tinggi dan dataran rendah dengan tanah yang
banyak mengandung bahan organik dan mempunyai pH 6 - 7. Tanah yang sesuai
untuk caisin adalah tanah yang bertekstur lempung berliat, remah, gembur, dan
kaya bahan organik. Di Indonesia, Caisin merupakan jenis sayuran yang digemari
setelah bayam dan kangkung (Haryanto, et al 2006). Sayuran ini banyak
diusahakan oleh petani karena disamping sangat digemari oleh masyarakat juga
mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik. Soeseno, (1999) menyatakan bahwa
salah satu jenis sayuran daun yang banyak digemari masyarakat adalah Caisin
atau disebut juga Sawi bakso karena biasanya dikonsumsi sebagai sayuran
pelengkap bakso. Kebutuhan Caisin dalam negeri saat ini masih besar karena
Caisin termasuk sebagai bahan pokok maupun bahan pelengkap dalam pembuatan
makanan.