Anda di halaman 1dari 37

MATERI

DASAR-DASAR KESUBURAN TANAH

Karakteristik Unsur Hara dalam Tanah


dan Mekanisme Penyerapan Hara
Esensiil oleh Tanaman

Priyo Cahyono

Okt 2021

1
KARAKTERISTIK UNSUR HARA DALAM TANAH DAN MEKANISME
PENYERAPAN HARA ESENSIIL BAGI TANAMAN

I. PENDAHULUAN

Tanah dapat dikatakan subur jika tanaman yang ditanam di atasnya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dan produksinya tinggi sepanjang tahun. Jadi kesuburan
tanah adalah istilah yang menunjukkan tingkat subur atau tidaknya tanah untuk
pertanian.

Tanah yang subur adalah tanah yang paling dapat memenuhi kebutuhan produksi
tanaman, yang dapat mensuplai cukup unsur hara dan air yang diperlukan tanaman
(Chiu-Chung, 1993)

Kesuburan tanah dibagi menjadi dua katagori yaitu kesuburan tanah aktual dan
kesuburan tanah hakiki (asli/alamiah). Kesuburan tanah potensial, yaitu dapat
diperoleh dengan campur teknologi tepat guna.

Tanah yang tidak subur bisa menjadi subur tergantung pengelolaan kita yang baik
terhadap tanah tersebut, baik dari segi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.

Produktivitas tanaman yang tinggi selain karena kesuburan tanah yang baik maka
dapat dicapai dengan beberapa aspek berikut, antara lain, varietas bibit yang baik,
iklim yang mendukung, teknik bercocok tanam dan pemeliharaan yang baik.

Kesuburan tanah terkait dengan kandungan semua unsur hara di dalam tanah yang
diperlukan oleh tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
balk. Tanah dikatakan mempunyai tingkat kesuburan tinggi/baik jika tanah tersebut
mampu menyediakan semua unsur hara yang diperlukan tanaman, sedangkan tanah
dikatakan kurang subur jika tanah tersebut tidak mampu menyediakan semua unsur
hara yang diperlukan tanaman.

II. UNSUR HARA TANAMAN

Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah:


Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur
(S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga
(Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co) dan Silikon (Si)
Unsur hara Na, Si dan Co bukan unsur hara esensiil, namun hampir selalu terdapat
dalam tanaman.

2
III. PENYERAPAN UNSUR HARA TANAMAN

A. Penyerapan hara lewat akar


1. Intersepsi dan persinggungan
Akar-akar terus tumbuh memanjang mendekati unsur hara yang ada didalam
tanah.
2. Aliran masa
Gerakan masa air dalam tanah menuju akar yang berlangsung terus menerus yang
didalam air ini mengandung unsur hara. Air terus menerus diserap akar dan
menguap melalui proses transpirasi.
3. Difusi
Unsur hara yang terlarut dalam larutan tanah akan bergerak mendekati akar
dengan proses difusi dimana bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah.

Menurut Donahue et al (1977), aliran masa merupakan mekanisme penyediaan hara yang paling
utama untuk kebanyakan unsur hara seperti N (98,8%), Ca (71,4%), S (95,0%) dan Mo (95,2%).
Untuk unsur hara P dan K penyediaan hara banyak melalui proses difusi, yaitu 90,9% untuk P
dan 77,7% untuk K. Proses difusi ini terjadi karena unsur P dan K mempunyai kelarutan yang
rendah. Penyediaan hara melalui intersepsi akar yang terpenting adalah Ca yang mencapai
28,6%

Gambar 1. Penyerapan unsur hara melalui akar

3
B. Penyerapan hara lewat daun
Penyerapan hara lewat daun umumnya melalui stomata, tetapi beberapa ahli juga menyebutkan
bahwa selain lewat stomata maka bisa melalui ektodesmata (Marschner, 1986). Pada tanaman
terrestrial, stomata merupakan tempat pertukaran gas CO2 dan O2 dengan atmosfer. Hara
tanaman dalam bentuk gas , seperti SO2, NH4 dan NO2, dapat masuk lewat stomata.

C. Penyerapan hara dari larutan


Penyerapan hara lewat daun sangat dibatasi oleh adanya dinding luar sel epidermis. Dinding ini
tertutup oleh lapisan lilin (wax) atau juga kutin yang mengandung pectin, hemiselulosa dan
selulosa.

D. Pentingnya pemupukan lewat daun


1. Unsur makro dan mikro bisa ditambahkan untuk meningkatkan produksi, bisa juga
ditambahkan zat perangsang tumbuh.
2. Lebih ekonomis, karena jika diaplikasi lewat tanah ada beberapa unsur yang dikhelat oleh
tanah, seperti:Fe
3. Ada fixasi tanah, sehingga lewat daun lebih efisien
4. Untuk pakan ternak, seperti rumput-rumputan, pemupukan urea lewat daun dapat
meningkatkan protein

Gambar 2. Struktur jaringan daun

4
IV. DAUR UNSUR HARA DALAM TANAH

Gambar 3. Daur unsur hara penyusun tanaman

Unsur hara dalam tanah mempunyai daur yang berbeda antar unsur. Ada pengusahaan hara
dengan daur tertutup, artinya tidak ada masukkan dari luar. Hara yang diperoleh tanaman
berasal dari guguran tanaman yang diatasnya yang mengalami mineralisasi dan menjadi
tersedia untuk tanaman, seperti hutan lindung, hutan produksi, suaka marga satwa, dll.

Berbeda dengan tanah yang diusahakan untuk pertanian, maka ada masukan unsur hara dari
luar yaitu berupa pemupukan baik pupuk makro maupun mikro. Ada pupuk yang langsung
bisa diserap tanaman, ataupun ada yang harus melalui perombakan terlebih dahulu.

A. Daur Nitrogen (N)

Gambar 4. Daur Nitrogen dalam tanah

5
Bentuk dan fungsi N
N dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya menjadi faktor pembatas pada
tanah-tanah yang tidak dipupuk. Berupa asam amino, amida dan amin yang berfungsi sebagai
kerangka (building blocks) dan senyawa antara (intermediary compounds). Berupa protein,
khlorofil, asam nukleat: protein/enzim mengatur reaksi biokimia, N merupakan bagian utuh dari
struktur klorofil, warna hijau pucat atau kekuningan disebabkan kekahatan N, sebagai bahan
dasar DNA dan RNA.

Mobilitas N
Unsur N sangat mobil dalam jaringan tanaman, dialihtempatkan dari daun yang tua ke daun yang
muda. Gejala kekahatan klorosis muncul pada daun dibagian bawah yaitu daun yang lebih
tua. Jika berlebihan N akan merangsang pertumbuhan vegetatif, laju fotosintesis tinggi,
penggunaan CH2O juga tinggi, akibatnya menghambat kematangan tanaman, jaringan menjadi
sukulen, tanaman rebah, mudah terserang penyakit.

Sumber N
Beberapa sumber N adalah : Perombakan bahan organik: daur N; Penyematan biologis: simbiotik
dan non simbiotik; Deposisi atmosfir: karena muatan listrik dan Kegiatan industri; pupuk N,
Kompos dan biosolid.

Bentuk N yang diserap tanaman


Bentuk NH3 (amoniak) diserap oleh daun dari udara atau dilepaskan dari daun ke udara,
jumlahnya tergantung konsentrasi di udara. Sebagian besar N diambil akar dalam
bentuk anorganik yaitu NH4+ (ammonium) and NO3– (nitrat). Jumlahnya tergantung kondisi
tanah, nitrat lebih banyak terbentuk jika tanah hangat, lembab dan aerasi baik. Penyerapan
NH4+ lebih banyak terjadi pada pH tanah netral, sedangkan NO3– pada pH rendah. Senyawa NO3–
umumnya bergerak menuju akar karena aliran masa, senyawa NH4+ bersifat tidak mobil,
gerakan disebabkan oleh difusi juga aliran masa.

Senyawa ammonium ini tidak harus direduksi di dalam tubuh tanaman sehingga menghemat
energi, kandungan protein tanaman lebih tinggi (CH2O). Keseimbangan kation/anion:
mengurangi penyerapan Ca, Mg, K, tetapi meningkatkan penyerapan fosfat, sulfat dan klor.
Suasana pH risosfer: akar melepas H+.

Senyawa nitrat harus direduksi terlebih dahulu di dalam tubuh tanaman sebelum disintesis
menjadi asam amino. Keseimbangan kation/anion: meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, tetapi
menurunkan penyerapan fosfat, sulfat, dan klor. Suasana pH risosfer: akar melepas HCO3– (OH–)

Jika kadar NH4+ tinggi dapat bersifat meracun, sedangkan jika kelebihan NO3– dapat secara aman
disimpan dalam vakuola. Preferensi tanaman: kebanyakan tanaman tumbuh baik pada kondisi
campuran, tanaman yang tahan terhadap suasana masam umumnya lebih baik jika diberi NH4+,
sebaliknya keluarga terung-terungan (Solanaceae) lebih menyukai NO3–, karena membutuhkan
banyak kation lainnya (penyerapan nitrat merangsang penyerapan kation).

6
Transformasi N dalam tanah

Di dalam tanah unsur N dapat mengalami alihrupa sebagai berikut:

1. Mineralisasi
2. Immobilisasi
3. Nitrifikasi
4. Denitrifikasi
5. Volatilisasi
6. Fiksasi N

Mineralisasi
Pelepasan N organik menjadi N yang tersedia bagi tanaman yaitu: NH4+, melibatkan mikrobia
heterotrof yaitu bakteri dan kapang. Bahan organik tanah mengandung N sekitar 5%, sekitar 1-
4% dari N organik mengalami mineralisasi setiap tahunnya.
 Aminisasi: proteins + H2O –> asam amino + amina + urea + CO2 + energi. pemecahan
protein menjadi unit lebih kecil, yang mengandung gugus NH2
 Ammonifikasi:

R–NH2 + H2O –> NH3 + R–OH + energy

NH3 + H2O –> NH4+ + OH–

Immobilisasi (assimilasi)
Berkebalikan dengan proses mineralisasi. Pengambilan bentuk N anorganik dari tanah kemudian
menyatukan bahan tersebut menjadi bentuk N organik oleh mikrobia, dapat berupa NH4+ atau
NO3–Kesetimbangan antara mineralisasi dan immobilisasi ditentukan oleh nisbah C:N.

Nitrifikasi
Perubahan NH4+ menjadi NO3–, sumber NH4+ dapat berupa bahan organik atau pupuk. Oksidasi
biologis: bilangan oksidasi N meningkat dari -3 menjadi + 5, melalui 2 tahapan proses:

2NH4+ + 3O2 –> 2NO2– (nitrit) + 2H2O + 4H+ (Nitrosomonas bacteria) dan

2NO2– + O2 –> 2NO3– ( Nitrobacter bacteria)

Nitrit bersifat meracun, umumnya tidak sampai mengumpul, karena reaksi nitrit menjadi nitrat
jauh lebih besar dibanding perubahan ammonium menjadi nitrit. Ada dua jenis bakteri ototrof
yang menonjol, mereka mendapatkan energi dari oksidasi N, sedangkan C diambil dari CO2

Proses nitrifikasi
Meningkatkan potensi pelindian N. Senyawa NO3– sangat mobil, sangat larut air, tidak dapat
dipegang oleh koloid tanah. Senyawa NH4+ merupakan kation tertukar, dapat dipegang oleh
koloid tanah, bersifat mobil dalam tanah pasiran tanah yang memiliki KPK rendah. Untuk
berlangsungnya proses nitrifikasi diperlukan suasana aerasi yang baik, karena yang aktif bakteri
aerobik, oksigen diperlukan sebagai reaktan dalam kedua reaksi yang terlibat. Proses ini bersifat

7
mengasamkan tanah, 2 mol H+ dihasilkan per mol NH4+ yang dinitrifikasi, ini dapat berasal dari
pupuk ammonium atau mengandung pembentuk ammonium (urea). Sangat cepat pada pH tinggi,
optimum pada pH 8.5, bakteri memerlukan cukup Ca dan P, keseimbangan reaksi lebih cocok
pada pH tinggi tersebut. Reaksi cepat pada temperatur hangat dan tanah yang lembab.
Penghambat nitrifikasi: digunakan untuk membatasi pelindian nitrat, N-Serve (nitrapyrin) karena
bersifat meracun bagi Nitrosomonas.

Denitrifikasi
Kehilangan N dalam bentuk gas, reaksi NO3– menjadi N2 dan N2O. Bakteri
anaerob: Pseudomonas, Bacillus, menggunakan N sebagai sumber O2 dalam respirasi, terjadi
pada tanah tergenang atau terbatasnya oksigen, sekitar akar atau seresah yang sedang terombak.
Bakteri memerlukan bahan organik, bahan orgaik yang siap dirombak sebagai sumber energi
4(CH2O) + 4NO3– + 4H+ –> 4CO2 + 2N2O + 6H2O

5(CH2O) + 4NO3– + 4H+ –> 5CO2 + 2N2O + 7H2O

Kehilangan N dari pupuk umumnya 10-30%, pada kondisi: penambahan bahan organik dan
kurangnya aerasi, temperatur hangat : antara 50 – 80 F, pH >5.5, cukup sediaan nitrat,
pertumbuhan tanaman, dapat menyumbang C dan kurangnya oksigen, tanaman dapat juga
membatasi denitrifikasi dengan mengurangi kadar air dalam tanah dan nitrat karena diserap

Volatilisasi
Kehilangan berupa gas NH3, terutama dari pupuk N di permukaan, juga pupuk di permukaan
tanah, kehilangan pupuk juga terjadi saat penanganan dan penyimpanan, dengan reaksi NH4+ –
> H+ + NH3 . Kehilangan NH3 terutama pada pH tinggi, pH larutan >7 , pada kesetimbangan
reaksi bergerak ke kanan, kehilangan tersebut dapat ditekan dengan cara pemberian pupuk
dibenamkan, atau dengan penyiraman air irigasi, urea bersifat sangat larut.
Pada tanah masam dan netral: kehilangan urea lebih besar dibanding pupuk NH4+ , reaksi awal
NH4+ bersifat asam. Hidrolisis Urea meningkatkan pH sekitar butiran:

CO(NH2) 2 (urea) + H+ + 2H2O –> 2NH4+ + HCO3–

ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7

mendorong reaksi : NH4+ + HCO3– –> NH3 + H2O + CO2

Pada tanah kapuran (calcareous soils), kehilangan Urea secara potensial tetap tinggi. Pupuk
NH4+ lebih mudah menguap dibanding dalam suasana asam, karena bereaksi dengan karbonat,
NH4+ + HCO3– à  NH3 + H2O + CO2 , kehilangan ammonium fosfat and sulfat lebih tinggi
dibanding garam ammonium yang terlarut seperti klorida dan nitrat.

Faktor lain yang mendorong volatilisasi antara lain: bentuknya cairan vs. padatan. Aplikasi
permukaan disebar (broadcast surface applications), dibandingkan setempat atau dicampurkan.
Temperatur yang tinggi. Permukaan tanah yang lembab dan evaporasi yang cepat. KPK yang
rendah: retensi NH4+ dan penyanggaan pH. residu tanaman di permukaan, penggembalaan dan

8
gumpal tanah, menjaga lengas tanah permukaan, mengurangi kontak tanah dan gerakan ke dalam
tanah.

Inhibitor Urease merupakan alat untuk menghambat perombakan urea dan mengurangi
volatilisasi N, contoh: Agrotrain. umumnya kurang efektif dibandingkan dengan perbaikan cara
pemupukan, misalnya concentrated banding. Urease adalah enzim yang memecah urea, berasal
dari tanaman atau tanah (mikrobia). Usaha yang lain dengan membuat Slow release, urea-based
fertilizers Contoh: Ureaform: Urea-formaldehyde, SCU (Sulfur-coated urea),
manfaatnya: pemberian cukup satu kali untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya 3 – 6 atau
9 bulan, hemat pada tempat yang memiliki potensi pelindian atau penguapan yang tinggi, Sering
digunakan untuk tanaman hias atau tanaman tahunan.

Ammonia anhidrat, karena bentuknya mudah menguap, maka disuntikkan di bawah permukaan
tanah, standar 15 cm untuk tanah kasar lebih dalam lagi. Kondisi yang cocok untuk kehilangan:
tanah yang kering: lubang bekas injeksi tidak menutup rapat, NH3 tidak berubah menjadi NH4+,
tanah lempung basah: lubang bekas injeksi tidak menutup rapat, tekstur kasar: difusi NH3 , tanah
berbongkah: difusi NH3 , bahan organik rendah: bahan organik memegang NH3,

Tujuan penggunaan Inhibitor nitrifikasi untuk menghambat nitrifikasi, dan mengurangi pelindian
N. Umumnya digunakan pada musim gugur, atau di tanah pasiran. Contoh: bahan N-Serve, DCD
yang berfungsi menghambat perubahan ammonium menjadi nitrit dalam proses nitrifikasi.

Fiksasi N
Meskipun kadar N udara 78%, tetapi ketersediaan N dalam tanah sering menjadi faktor
penghambat. Terdapat 70 juta kg N setiap hektar tanah. N2 harus diubah menjadi bentuk yang
tersedia bagi tanaman. Fiksasi industri: N2 direduksi dengan energi yang besar (high energy
inputs), pada temperatur tinggi 1.200 0C dan tekanan tinggi 500 atm. dengan reaksi: 3H2 + N2 –
> 2NH3. NH3 (amonia anhidrat) digunakan langsung sebagai pupuk atau sebagai bahan baku
pupuk N yang lain.

Berbagai mikrobia dapat menyemat N2: Simbiotik atau hidup bebas. Rhizobia dan legum. Hal ini
penting bagi dunia pertanian. Bakteri simbiotik membentuk bintil akar, tanaman inang
menerima N yang tersemat sedangkan bakteri menerima fotosintat.

Rhizobia dan legum memiliki hubungan yang bersifat spesifik, legum yang berbeda
membutuhkan spesies Rhizobia tertentu yang sesuai. Umumnya dilakukan inokulasi pada biji
yang akan ditanam. Hal ini diperlukan terutama jika lahan baru untuk pertama kali ditanami
legum tersebut atau untuk introduksi suatu strain baru. Strain memiliki kemampuan menyemat N
yang berbeda-beda.

Faktor yang mempengaruhi penyematan N antar alain: Keadaan pH tanah, pH yang rendah
membahayakan Rhizobia dan akar tanaman, adanya keracunan Al dan Mn , serta kekahatan Ca,
Mo dan P. Spesies dan strain memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda. R. meliloti (alfalfa,
sweet clover) sangat peka terhadap pH yang rendah, strain lain lebih toleran. Kadar Nitrogen
tersedia tanah: jika kandungan N tanah tinggi, maka penyematan akan rendah. Pertumbuhan
tanaman dan manajemen: laju fotosintesis tinggi akan meningkatkan penyematan N.

9
Penyematan N lainnya
Azolla Anabaena : paku air dan ganggang hijau biru (cyanobacteria), jumlah N yang tersemat
cukup untuk padi sawah. Cyanobacteria (blue-green algae), hidup bebas, pada tanah tergenang,
permukaan tanah yang lembab. Azospirillum: bakteria yang hidup bebas, atau bersekutu dengan
akar serealia atau rerumputan. Azotobacter: bakteria hidup bebas, di tanah, air , risosfer, atau
permukaan daun. Bentuk hubungan yang lain kurang berhubungan dengan pertanian, tetapi
bermanfaat bagi ekosistem alam atau agroforestry. Pohon legum: Black locust, mimosa,
akasia. Frankia: aktinomisetes simbiotik, Alder.

2. Daur Fosfor

Gambar 5. Daur Fosfor

Fosfor dalam tanah diserap tanaman dalam bentuk H2PO4 dan HPO4. P bereaksi dengan
ion lain sehingga tidak mudah tercuci. P dalam tanah dalam bentuk P organik dan P
anorganik.

Bentuk dan fungsi P di dalam jaringan tanaman


1. P dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar, sedikit lebih kecil dibawah N dan K,
setara dengan S, Ca dan Mg
2. Fosfat: unsur P sangat reaktif, di alam ditemukan dalam bentuk gugus fosfat
3. ATP : transfer energi
4. NADP : fotosintesis
5. Asam nukleat: bahan DNA, RNA
6. Lemak fosfat (phospholipids): membran sel dan organ dalam sel

10
Mobilitas P
Unsur fosfor (P) sifatnya mobil dalam tanaman, mudah dipindahkan dari bagian daun yang tuda
ke titik tumbuh. Gejala kekahatan: tanaman kerdil, pertumbuhan akar buruk, kedewasaan
terlambat, warna daun hijau kelam, muncul warna keunguan misalnya pada jagung. Jika P
berlebihan meskipun tidak secara langsung meracuni tanaman, akan menyebabkan merangsang
pertumbuhan organisme perairan, mempercepat eutrofikasi, P tanah yang berlebih meningkatkan
pengangkutan P dalam sedimen, air limpasan.

Sumber P
1. perombakan bahan organik: menyumbang 20-80% dari total P dalam tanah
2. pupuk, kompos dan biosolid
3. pelarutan mineral P : mineral primer dan sekunder, mineral primer sangat lambat tersedia
menjadi sumber jangka panjang
4. pengendapan sedimen erosi
5. pupuk P

Bentuk P yang diserap tanaman


Kebanyakan P diserap dalam bentuk ion anorganik orthofosfat: HPO4 2- atau H2PO4 –. Jumlahnya
tergantung pH larutan, pada pH 7,2 jumlahnya setara, HPO4 2- lebih banyak jika kondisi tanah
alkalin, sedangkan H2PO4– lebih banyak jika kondisi tanah masam. Akar juga menyerap beberapa
fosfat organik: asam nukleat, fitin, kontribusi terhadap keseluruhan hara P masih kecil.

Penyerapan H2PO4– lebih cepat dibanding HPO4 2- , hal ini terkait dengan muatan divalen vs.
monovalen. Keseimbangan kation/anion : penyerapan fosfat meningkatkan penyerapan Ca, Mg,
K, keseimbangan muatan, pengakutan kooperasi; penyerapan fosfat dapat menghambat
penyerapan nitrat dan sulfat, penghambatan kompetisi. pH risosfer: akar melepas HCO3 – (OH – )

Gerakan P menuju akar


Ion HPO4 2- atau H2PO4 – terutama bergerak menuju akar karena difusi:
 kadar dalam tanah rendah : sekitar 0,05 ppm
 adanya reaksi penjerapan, presipitasi di dalam tanah
 ion fosfat bergerak < 1 mm dalam satu musim tanamn
 ukuran dan kerapatan sistem perakaran sangat penting dalam proses penyerapan P

Transformasi P di dalam tanah


Unsur P di dalam tanah akan mengalami proses alihrupa :

1. Mineralisasi,
2. Immobilisasi,
3. Penjerapan-pelepasan pada permukaan mineral: lempung, oksida Fe dan Al, karbonat,
4. Pengendapan-pelarutan mineral sekunder: Ca, Al, Fe fosfat atau
5. Pelapukan mineral tanah primer: Apatit.

11
Mineralisasi
Kandungan P dalam bahan organik tanah sekitar 1% P organik melepaskan fosfat anorganik
yang tersedia bagi tanaman. Enzim fosfatase yang dihasilkan oleh berbagai mikrobia, melepas
ion orthofosfat. P organik dalam tanah, hampir 50% berupa fosfat inositol, lemak fosfat
(fosfolipid) dan asam nukleat sekitar 10%. Hampir 50% P organik belum dikenali dengan baik.
Fosfat Inositol merupakan rangkaian ester fosfat : C6H6(OH)6 = inositol, gugus OH digantikan
oleh fosfat, terutama dalam bentuk asam pitat (phytic acid). Inositol hexaphosphate: memiliki 6
gugus fosfat, merupakan hasil aktivitas mikrobia, sisa perombakan.

Immobilisasi (asimilasi)
Proses ini merupakan kebalikan dari mineralisasi. Pengambilan P anorganik dari tanah (HPO4 2-
or H2PO4 – ) kemudian diubah menjadi P organik oleh mikrobia. Ada keseimbangan antara
proses mineralisasi dengan immobilisasi. Nisbah C:P menentukan laju perombakan bahan
organik (seperti halnya nisbah C/N), mineralisasi P juga ditentukan oleh nsibah C/N. Nisbah C/P
tinggi, mikrobia menggunakan P tersedia dari larutan tanah, ketersediaan bagi tanaman
berkurang. Jika kadar P dalam larutan tanah rendah maka pertumbuhan mikrobia terhambat,
perombakan bahan organik juga lambat. Nisbah C/P bahan organik tanah sekitar 100:1. nisbah
C:N:P sekitar 120:10:1.3.
 jika C:P > 300, P imobilisasi > P mineralisasi, residue <0.2% P
 jika C:P = 200-300, P imobilisasi = P mineralisasi
 jika C:P < 200, P imobilisasi < P mineralisasi, residue >0.3% P

Penyematan P
Penyematan P adalah proses pengambilan P anorganik dari larutan tanah. P hasil mineralisasi
bahan organik, P yang diberikan sebagai pupuk terlarut, atau hasil pelarutan berbagai sumber
dengan mudah mengalami reaksi di dalam tanah :

 Adsorpsi: retensi P pada permukaan mineral


 Presipitasi: pembentukan mineral P sekunder

Penyematan P merupakan reaksi bersinambung, tidak ada batas yang tegas antara adsorpsi dan
presipitasi amorf. Jenis penyematan bervariasi sesuai kondisi tanah: terutama pH tanah: kation
terlarut, permukaan mineral; kadar fosfat dan kation: pada kadar rendah terjadi adsorpsi, pada
kadar tinggi terjadi presipitasi.

Jerapan (adsorpsi)
Tanah masam: oksida dan hidroksida Al dan Fe, mineral lempung; permukaan mineral pada
kondisi masam; kebanyakan dalam bentuk ion H2PO4 – terjadi pada permukaan oksida dan
hidroksida. Muatan positif neto pada kondisi masam, lihat pertukaran dan jerapan anion. Muatan
positif menarik anion: fosfat dan lainnya. Fosfat berinteraksi dengan gugus -OH dan -OH2 + di
permukaan: jerapan istimewa (specific adsorpsi), chemisorpsi; mendesak –OH dan -OH2 dan
mengikat Al dan Fe; menjadi Al-O-fosfat. P labil: fosfat diikat oleh satu ikata Al-O-P; segera
terlepas dari permukaan untuk mengisi larutan tanah; juga disebut sebagai “P aktif”. P tidak labil:

12
fosfat diikat oleh dua ikatan Al-O-P atau Fe-O-P; P tidak mudah terlepas dari mineral menuju
larutan tanah. Permukaan lempung: tepian mineral lempung yang pecah; gugus -OH yang
terbuka; serupa dengan pertukaran -OH di permukaan oksida Al dan Fe; jerapan lempung 1:1
(kaolinit) >> lempung 2:1 (monmorillonit).

Tanah kapuran: mineral karbonat; permukaan mineral dalam kondisi alkalin, karbonat stabil
terbentuk pada pH 7.8 atau lebih; fosfat menggantikan gugus CO3 2-; ada juga yang terjerap pada
permukaan Al(OH)3 dan Fe(OH)3 .

Tanah halus memiliki kapasitas jerapan yang lebih tinggi dibanding tanah kasar, karena luas
permukaannya lebih besar. Tanah masam memiliki kapasitas jerapan lebih besar dibanding tanah
netral atau kapuran. Oksida Al dan Fe memiliki kapasias jerapan lebih besar dibanding
karbonat. Oksida amorf memiliki kapasitas jerapan lebih besar dibandingkan bentuk kristalin,
karena luas permukaan lebih besar dan terjadi sebagai partikel diskrit atau selaput atau lapisan
film pada partikel tanah lainnya. Takaran pupuk lebih tinggi diperlukan untuk menjaga
kecukupan P larutan tanah pada tanah yang memiliki kapasitas retensi yang besar

Persamaan jerapan digunakan untuk menggambarkan kapasitas jerapan tanah:


(1). persamaan Freundlich. Q=a.c^b . Jumlah P terjerap proporsional dengan kadar P dalam
larutan tanah. a,b adalah konstanta empirik dari setiap jenis tanah. Persamaan ini bagus untuk
kadar P rendah dalam larutan, tetapi tidak menunjukkan kapasitas jerapan maksimum.

(2). persamaan Langmuir. Q=abc/(1+ac) . Untuk menduga jika seluruh tapak jerapan sudah terisi,
tidak akan terjadi lagi jerapan. b = jerapan maksimum, peningkatan P dalam larutan tidak akan
meningkatkan jerapan

Eksistensi suatu jerapan P maksimum memiliki implikasi terhadap gerapan P terlarut. Tanah
dapat menyemat banyak P dan mempertahankan P terlarut sedikit, tetapi kapasitas retensi
tersebut dapat terlampaui misalnya dengan pemberian sinambung dengan rabuk yang memiliki
kadar sangat tinggi (overload).

Presipitasi
Pada tanah masam: didominasi oleh kation terlarut Al dan Fe, menyebabkan presipitasi mineral
Al-fosfat dan Fe- fosfat. Pada tanah netral dan kapuran: didominasi kation terlarut Ca,
menyebabkan presipitasi mineral Ca-fosfat. Keadaan pH larutan dan kelarutan Al, Fe dan Ca
fosfat menentukan kadar P dalam larutan tanah, perhatikan stabilitas mineral. Ketersediaan P
maksimum pada pH 6 – 7, yaitu diantara zona Al dan Fe fosfat dengan Ca fosfat yang tidak
terlarut. Reaksi presipitasi umumnya terjadi sangat lambat.

Pada tanah masam:

FePO4 .2H2O + H2O <–> H2PO4 – + H+ + Fe(OH)3,

Jika kemasaman meningkat (H+), keseimbangan bergerak ke kiri, Fe-fosfat mengendap dan P
larutan menurun, jika kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke kanan, Fe-fosfat melarut

13
dan P larutan meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4 –, keseimbangan bergerak ke kanan,
Fe-fosfat melarut untuk mengisi P dalam larutan tanah. Fe-fosfat padatan akan mempertahankan
H2PO4 – tetap pada aras keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.

Pada tanah netral dan kapuran:

CaHPO4 . 2H2O + H+ <–> Ca2+ + H2PO4 – + 2H2O,

Jika kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat mengendap dan P larutan
menurun, jika kemasaman meningkat keseimbangan bergerak ke kanan, Ca-fosfat melarut dan P
larutan meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4 –, keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat
melarut, mengisi P dalam larutan tanah. Ca-fosfat padatan menjaga H2PO4 – pada aras
keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.

Ketersediaan dan penyematan P dari pupuk


Faktor kuantitas dan intensitas BC=ΔQ/ΔI, kapasitas penyanggaan dan penyematan saling
berkaitan. P dalam pupuk: sifatnya sangat larut dalam air (very soluble), meningkatkan kadar P
larutan. Faktor intensitas: kadar hara dalam larutan tanah, adalah P yang segera tersedia. inilah
yang mengalami asimilasi oleh organisme, penjerapan oleh pemukaan dan rekasi presipitasi.
Penyematan P mengurangi intensitas (P dalam larutan), tetapi juga menjadi cadangan untuk
mengisi kembali P dalam larutan, yakni sebagai penyangga.

Kapasitas penyanggaan (buffering capacity) adalah kemampuan tanah untuk mempertahankan


kadar hara dalam larutan tanah (ability of soil to maintain nutrient concentrations in the soil
solution) atau kapasitas fase padatan tanah untuk mengisi hara dalam larutan tanah yang diserap
oleh tanaman (capacity of solid soil phases to replenish solution nutrients taken up by plant
roots). Faktor kuantitas: meliputi P organik, P terjerap dan P mineral, merupakan fraksi labil dan
fraksi tidak labil.
 P labil : secara cepat dapat mengisi P dalam larutan, merupakan P terjerap yang mudah
terurai, termasuk P organik yaitu dari fraksi bahan organik yang cepat terombak
 P tidak labil: secara perlahan akan mengisi P larutan atau P labil, meliputi P yang terjerap
kuat, P organik dan P mineral.

Manajemen P pupuk
Tujuan untuk mengurangi penyematan P. Pada tanah yang memiliki kapasitas jerapan tinggi,
frekuensi pemberian harus tinggi dengan dosis yang rendah. Pengaruh penempatan pupuk:

 disebar (surface applications): mobilitas P dalam tanah terbatas, P akan bergerak ke akar
dengan sangat lambat.
 disebar dan dibenamkan (broadcast and incorporate): P diberikan pada zone perakaran, P
terbuka penuh terhadap permukaan tanah, potensi penyematan P maksimal.
 larikan (band placement): mengurangi kontak tanah dengan pupuk, penyematan lebih
sedikit dibanding jika disebar dan dibenamkan, akar akan menembus zona P.
 cara aplikasi terbaik: tergantung hasil uji tanah dan jenis tanah, larikan sangat penting pada
tanah yang memiliki P rendah dengan kapasitas penyematan yang tinggi, pada tanah yang

14
memilki P tinggi, atau tanah dengan kapasitas penyematan rendah aplikasi dengan cara
disebarkan dan dibenamkan setiap 3-4 tahun cukup efektif.

3. Daur Kalium

Gambar 6. Daur Kalium tanah dan hubungannya dengan tanaman

Bentuk dan fungsi K dalam tanaman


Unsur K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni terbesar kedua setelah hara N.
Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama dengan N. K tidak menjadi
komponen struktur dalam senyawa organik, tetapi bentuknya semata ionik, K+ berada dalam
larutan atau terikat oleh muatan negatif dari permukaan jaringan misalnya: R-COO–K+. Fungsi
utama K adalah mengaktifkan enzim-enzim dan menjaga air sel.
Enzim yang diaktifkan antara lain: sintesis pati, pembuatan ATP, fotosintesis, reduksi nitrat,
translokasi gula ke biji, buah, umbi atau akar. Pengaturan air sel: K+ mengatur potensial air sel
dan osmosis, Na+ dapat menggantikan fungsi K+ pada sebagian spesies. Turgor sel: ketegaran
tanaman, pembukaan dan penutupan stomata. Pengambilan air oleh akar: tarikan osmotik. K dan
ketahanan terhadap cekaman: ketahanan terhadap kekeringan: mengatur transpirasi dan
penyerapan air oleh akar, musim dingin atau beku, ketahanan terhadap serangan penyakit jamur,
ketahanan terhadap serangan serangga, mengurangi kerebahan : batang lebih kuat.

15
Mobilitas K
Unsur K sangat lincah dalam tubuh tanaman, mudah dipindahkan dari daun tua ke bagian titik
tumbuh. Gejala kekahatan: klorosis/nekrosis ujung dan tepi daun, dimulai dari daun tua atau
bagian bawah tanaman (jika disebabkan kegaraman, maka gejala tepi terbakar dimulai pada daun
muda), pada legum: muncul becak putih atau nekrosis pada tepi daun, sering nampak seperti
bekas gigitan serangga, tanaman rebah, tidak tahan kekeringan, rentan terhadap serangan
penyakit dan serangga.

Jika K berlebihan tidak secara langsung meracuni tanaman. Kadar K dalam tanah yang tinggi
dapat menghambat penyerapan kation yang lain (antagonis) dapat mengakibatkan kekahatan Mg
dan Ca. K dapat mengatasi gangguan karena kelebihan N yang merangsang pertumbuhan
vegetatif, tanaman menjadi sukulen (basah), mudah rebah dan rentan terhadap serangan
penyakit/serangga, sedangkan K memiliki pengaruh yang sebaliknya.

Sumber K
1. Bahan organik: sebagian besar K mudah terlindi dari seresah tanaman, pelepasan tersebut
tidak berkaitan dengan tingkat perombakan sebagaimana N atau P, hal ini disebabkan K
tidak menjadi komponen dalam struktur senyawa organik.
2. Pupuk K, kompos dan biosolid: kebanyakan K dalam bentuk terlarut, sehingga segera
tersedia bagi tanaman.
3. K tertukar: sebagai K+ dalam kompleks pertukaran, pertukaran merupakan reaksi dalam
tanah yang paling penting bagi K.
4. K tidak tertukar : K+ pada posisi antar kisi dalam mineral lempung 2:1
5. Pelarutan mineral K: kebanyakan tanah memiliki kadar K total yang tinggi, K yang
dimiliki tersebut lebih banyak dibanding hara yang lain, sedangkan untuk tanah pasir
secara alami kandungan K memang rendah, sumber K adalah mineral feldspar dan mika,
yang akan tersedia dengan lambat, ini menjadi sumber K dalam jangka panjang, K tersedia
merupakan sebagian kecil saja dari K total.

Bentuk K yang diserap tanaman


Unsur K diserap dalam bentuk kation (K+). Konsumsi berlebihan: jika K+ terlarut sangat tinggi,
tanaman akan menyerap lebih banyak K dibanding yang diperlukan, ini menyebabkan kelebihan
(banyak sekali) K yang terangkut oleh panen, sehingga dapat menyebabkan ketimpangan hara
bagi ternak, yakni kekurangan Ca, Mg, Na.

Gerakan K menuju akar


Kadar K dalam larutan tanah umumnya 1-10 ppm, sedangkan rerata untuk tanah pertanian adalah
4 ppm. K+ bergerak karena difusi dan aliran masa. K bergerak menuju akar terutama oleh disfusi,
pada kebanyakan tanah besarnya mencakup 90%. Jangkauan gerakan K sangat terbatas, selama
satu musim tanam hanya 1-4 mm. Gerakan K karena aliran masa sangat penting pada tanah yang
memiliki K tinggi, demikian juga K yang berasal dari pupuk K yang diberikan, atau pada tanah
dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang rendah.

16
Alih rupa K dalam tanah
1. Pertukaran kation: jerapan dan pelepasan dari permukaan lempung atau bahan organik
tanah.
2. Penyematan: K berada di antara kisi lempung, yaitu pada mineral lempung sekunder,
pelepasan K ini sangat lambat karena sukar ditukar kation lain
3. Pelapukan mineral primer: feldspar, mika

Ketersediaan K
1. Segera tersedia: K labil, K dalam larutan tanah atau komplek pertukaran, meliputi 1-2%
dari total K dalam tanah.
2. Tersedia lambat: K tidak tertukar, K tersemat, meliputi 1-10% K total dalam tanah.
3. Tidak tersedia: K dalam struktur mineral primer, dengan lambat mengisi pangkalan K
tersedia, meliputi 90-98% total K dalam tanah.

Pertukaran kation
Reaksi pertukaran kation dirajai oleh kelakuan K dalam tanah. Terjadi keseimbangan yang cepat
antara K tertukar dengan K larutan tanah, K tertukar menjadi penyangga yang akan mengisi K
dalam larutan, perlu diingat kembali konsep faktor kuantitas dan intensitas (BC = ΔQ/Δ I ). K
dalam larutan tanah dan K tertukar dipengaruhi oleh jenis dan jumlah kation yang lain serta
watak tapak pertukaran tanah. K+ dipegang lebih lemah dibandingkan kation polivalen lainnya
dengan deret kekuatan ikatan: Al3+ > Ca2+ > Mg2+ > K+ = NH4+ > Na+ , (ingat Lyotropic series) .
Kejenuhan basa dan pH tanah: jerapan K lebih tinggi jika kejenuhan basa lebih tinggi, K+ segera
menggantikan Ca2+ dan Mg2+ lebih cepat dibandingkan Al3+ . Pengapuran meningkatkan jerapan
K+, pengapuran meningkatkan kejenuhan basa (Ca2+ dan Mg2+), peningkatan jerapan K+ tersebut
sejalan dengan adanya peningkatan KPK yang disebabkan bertambahkanya muatan karena
kenaikan pH (ingat variable charge).

Tipe tapak pertukaran K+ : (1).posisi p (planar): permukaan luar dari mineral lempung,
nonspesifik, (2). posisi e (edge): tepian mineral lempung, spesifik untuk K, (3). posisi I (inner):
permukaan dalam mineral lempung, sangat spesifik bagi K. K dalam larutan tanah disangga oleh
K+ pada posisi “p” .

K tidak tertukar
K dalam posisi ini tidak segera tersedia, tetapi dalam keseimbangan dengan pangkalan K
labil: “K tidak tertukar –> lambat –> K tertukar –> cepat –> K larutan tanah”. Penyematan dan
pelepasan K: mineral primer mika membentuk mineral sekunder: lempung 2:1, yaitu Illit dan
vermikulit. “Fixed” K: K+ terikat pada posisi antar kisi, merekatkan kedua kisi, menghilangkan
sifat kembang kerut lempung tersebut. proses dapat balik dengan lambat : pelepasan K: Mika –>
illit –> vermikulit, penyematan K: K pupuk bergerak menuju tapak antar kisi pada lempung 2:1,
Vermikulit à illit. Penyematan Ammonium (NH4+) dapat juga terjadi untuk mengisi posisi antar
kisi tersbut

Faktor yang mempengaruhi penyematan dan pelepasan K:


(1). jumlah dan jenis lempung,
(2). kehadiran NH4+ dan

17
(3). daur lengas tanah: basah/kering, beku/cair, pengaruhnya bervariasi tergantung kadar
K tertukar dan jenis lempung

Pelapukan mineral K
Unsur K terlepas dari pelapukan mika: Mika memiliki kisi silikat 2:1 (pada mineral primer),
akan membentuk mineral lempung sekunder 2:1. K-feldspar: pelapukan lebih lambat dibanding
mika, pelepasan K akan terjadi setelah adanya pelarutan mika, pada tanah dengan tingkat
pelapukan sedang (moderately weathered soils) maka kandungan K akan tertinggi sedangkan
pada tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut (highly weathered soils) kadar K akan
rendah.

Alih tempat K
Kehilangan K dari tanah setiap tahunnya, lebih besar dibanding N atau P.

1. Erosi: kehilangannya besar pada tanah yang kaya K.


2. Pelindian: K lebih mudah terlindi dibanding P, sedikit pelindian jika KTK tanah
tinggi. pelindian dominan pada tanah dengan KTK rendah, yaitu tanah pasiran
masam yang memiliki KTK berasal dari muatan terubahkan dari bahan organik,
atau wilayah tersebut memiliki curah hujan yang tinggi, atau menggunakan irigasi
yang baik

K tersedia bagi tanaman


Faktor kuantitas dan intensitas, BC = ΔQ/Δ I . Faktor intensitas (I): kadar hara larutan tanah,
yaitu hara yang segera tersedia bagi tanaman. Faktor kuantitas (Q): K tertukar, K ini berada
dalam keseimbangan dengan K yang berada dalam larutan, artinya jika K dalam larutan diserap
oleh akar, maka akan segar diisi kembali. BC sebanding dengan KPK: uji tanah mengukur K
tertukar, sejumlah K yang tidak tertukar (nonexchangeable atau fixed) dapat juga dilepaskan
menjadi tersedia selama musim tanam

K pupuk: sangat larut dalam air, meningkatkan kadar K dalam larutan tanah. Tambakan K
tersebut segera akan mengisi tapak pertukaran atau mengalami penyematan. Pada tanah dengan
BC yang tinggi padatan tanah akan mengambil K yang berada dalam larutan tanah,
menyebabkan kadar (intensitas) K dalam larutan mungkin lebih rendah dibandingkan tanah yang
memiliki KPK yang lebih rendah. Meskipun demikian kemampuannya untuk menjaga stabilitas
kadar K dalam larutan jelas lebih lama.

Penyerapan K oleh tanaman dipengaruhi adanya kation lain dalam tanah. Nisbah aktivitas larutan
(solution activity ratios) dapat digunakan untuk menaksir ketersediaan K: Aktivitas K+ /
(aktivitas Ca2+ + aktivitas Mg2+)½, perlu mempertimbangkan Al3+ di tanah masam dan Na+ di
tanah garaman

Manajemen K pupuk

18
Aplikasi pupuk K: berikan pupuk dalam jumlah yang sedikit tetapi lebih sering (use smaller but
more frequent) pada tanah dengan daya penyematan yang tinggi atau untuk membatasi konsumsi
yang berlebihan dan hilang karena pelindian.

Penempatan pupuk:

(1). aplikasi permukaan K memiliki keterbatasan mobilitas dalam tanah, K yang diberikan di
permukaan tanah akan bergerak menuju akar dengan sangat lambat,

(2). disebarkan dan dibenamkan, menempatkan K pada zona perakaran, penyematan K akan
maksimum pada tanah dengan tektsur halus dan memiliki daya semat yang tinggi,

(3). lingkaran, kontak antara tanah dengan pupuk terbatas, dapat mengurangi penyematan K,
sangat bermanfaat pada tanah yang memiliki kadar K rendah tetapi punya daya semat yang tinggi.

K yang berada dalam mineral jika mengalami pelapukan akan menyediakan sejumlah K yang
cukup berarti pada beberapa tanah, perlu diperhatikan dalam pemupukan. Pengapuran dapat
meningkatkan kejenuhan basa dan KTK tanah karena sumbangan muatan terubahkan, dapat
meningkatkan K tersedia dan mengurangi pelindian K.

4. Daur Kalsium (Ca)

19
Gambar 7. Daur Kalsium dalam tanah

Bentuk dan fungsi Ca dalam tanaman


1. Hara makro sekunder, dibutuhkan dalam jumlah cukup besar, lebih sedikit dibanding N
dan K, serupa jumlahnya dengan P, S, dan Mg.
2. Kebanyakan Ca berada dalam dinding sel dan dinding membran: hara “apoplastik”, fungsi
utama berada di luar sitoplasma, perannya dalam metabolisme sedikit, menjadi jembatan
divalen yang mengubungkan antar molekul dan bersifat reversible.
3. Komponen struktural membran sel, menjaga stabilitas membran dan integritas sel:
mengatur selektivitas serapan ion, mengatur permeabilitas membran dan mencegah
kebocoran larutan dalam sel.
4. Komponen struktural dinding sel, berupa Ca-pektat di lamela tengah diantara dinding sel
yang saling berdekatan berfungsi menguatkan dinding sel dan ketahanan terhadap infeksi
jamur, atau berada di antara dinding sel dengan membran plasma, fungsi membran.
5. Diperlukan dalam pemanjangan dan pembelahan sel: membentuk dinding sel dan
membran sel yang baru, ini merupakan fungsi pengaturan sebagaimana fungsi struktur,
dan ikatan yang reversible di dalam membran dan dinding sel memungkinkan sel untuk
tumbuh dan berkembang.

Mobilitas Ca
Unsur Ca sangat tidak mobil dalam tanaman, alih tempat terbatas dari daun tua ke bagian yang
sedang tumbuh, dapat menyebabkan kekurangan Ca dalam buah, umbi dan titik tumbuh akar dan
batang, kekahatan Ca dapat saja terjadi pada tanah yang memiliki kadar Ca yang tinggi, terutama
jika laju transpirasinya rendah. Gejala kekahatan pertumbuhan titik tumbuh batang dan akar
terhambat, daun pada jagung lengket (sticky), daun yang baru terbentuk tergulung, gangguan
fisiologis pada organ penyimpanan: “blossom end rot” pada tomat dan lombok, “bitter pit” pada

20
apel atau terbakar pada tepi daun serta, “cupping” pada daun muda, ujung daun terbakar pada
sawi. Kelebihan Ca tidak secara langsung meracuni tanaman atau organisme lain, tanah yang
memiliki Ca tinggi dapat menghambat serapan hara yag lain, dapat juga menyebabkan kekahatan
K atau Mg

Sumber Ca
1. Bahan organik: sebagian besar Ca dapat dengan cepat terlindi dari seresah tanaman,
sebagian yang lain mengalami mineralisasi pada awal tahapan perombakan bahan tersebut.
2. Pupuk, kompos dan biosolid: sebagian besar Ca adalah larut dalam air, bentuk yang segera
tersedia, dapat dengan mudah hilang sebelum bahan tersebut diberikan di lapangan.
3. Ca tertukar: Ca2+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan, pertukaran kation
merupakan reaksi paling penting bagi unsur Ca dalam tanah.
4. Pelarutan mineral Ca: kehadiran mineral Ca di dalam tanah sangat bervariasi. Pada tanah
yang kasar kadar Ca lebih rendah dibanding tanah yang halus teksturnya, kadar Ca juga
rendah pada tanah yang sudah terlapuk lanjut, kadarnya cukup banyak pada tanah humida,
atau wilayah beriklim temperate, tanah permukaan mungkin memiliki kadar Ca yang lebih
rendah karena sifatnya asam. Kadar Ca rendah pada tanah kapuran, terbentuk senyawa Ca
karbonat, terbentuk Gipsum (CaSO4) pada tanah kering.
5. Kapur: kebanyakan Ca yang diberikan ke dalam tanah adalah senyawa untuk menetralisir
kemasaman tanah, terutama CaCO3 dan CaMg(CO3)2. Gipsum digunakan untuk memasok
Ca tanpa mempengaruhi pH tanah, Ca juga terkandung dalam pupuk superfosfat

Serapan Ca oleh tanaman


Unsur Ca diserap dalam bentuk kation divalen Ca2+. Penyerapan Ca2+ terbatas pada ujung akar:
wilayah perakaran muda yang memiliki dinding sel endodermis belum mengalami suberisasi. Ca
memasuki pembuluh xilem melalui jalur apoplastik. Pengangkutan menembus membran terbatas,
diperlukan pertumbuhan akar terus menerus agar pengambilan Ca mencukupi kebutuhan.
Pengangkutan melalui xilem, Ca terbawa oleh aliran air transpirasi. Mobilitas lewat floem
terbatas

Gerakan Ca menuju akar


Kation Ca2+ dipasok oleh intersepsi akar dan aliran masa, Ca2+ di kebanyakan tanah bersifat
sangat mobil , kadar dalam larutan tanah 30-300 ppm, kecukupan untuk tanaman secara umum >
15 ppm, Ca akan mengumpul di sekitar akar, pada tanah yang memiliki kadar Ca yang tinggi.

Transformasi Ca dalam tanah


1. Pertukaran kation: Adsorsi – desorpsi dari lempung dan bahan organik
2. Presipitasi – pelarutan kapur dan mineral sekunder: karbonat dan Ca-fosfat
3. Pelapukan mineral primer

Pertukaran kation (cation exchange)

21
Reaksi pertukaran kation merajai kelakuan Ca dalam tanah. Terjadi keseimbangan yang cepat
antara Ca tertukar dengan Ca larutan. Ca tertukar menyangga Ca dalam larutan. Ikatan Ca2+ lebih
kuat dibanding kation lain dengan urutan: Al3+ > Ca2+ > Mg2+ > K+ = NH4+ > Na+.

Ketersediaan Ca bagi tanaman


Kejenuhan basa dan pH tanah: kejenuhan Ca2+ yang tinggi diperlukan agar hara ini tersedia bagi
tanaman. Angkanya beragam sesuai tipe tapak pertukaran : kejenuhan pada lempung 2:1
besarnya >70% , sedangkan pada bagan organik tanah dan lempung 1:1 besarnya 40 sampai 50%.
Pada pH yang rendah Ca kurang tersedia: disebabkan kejenuhan Ca2+ rendah, adanya Al3+ dalam
larutan menghambat penyerapan Ca2+ . Kation yang lain misalnya Mg2+, K+, NH4+ jika kadarnya
tinggi akan menghambat penyerapan Ca, sebaliknya anion Nitrat akan meningkatkan serapan Ca.

Pengangkutan Ca
Kehilangan Ca dapat disebabkan erosi: kehilangan akan lebih tinggi pada tanah yang memiliki
KTK lebih tinggi , atau pelindian: seringkali Ca merajai sebagai kation di dalam air pelindian
dan bergerak menuju saluran drainase, menjadi faktor penting munculnya pemasaman tanah.

Pengelolaan Ca
Umumnya dilakukan pengapuran, jika pH suatu tanah pada level baik umumnya Ca mencukup
kebutuhan tanaman. Kekahatan: tanah pasiran dengan KTK rendah yang terlindi hebat, tanaman
yang memerlukan pH rendah untuk tumbuhnya, misalnya kentang untuk
mengatasi scab, tanaman yang memerlukan Ca tinggi . Gangguan fisilogis seringkali bukan
karena masalah kesuburan tanah, tetapi: masalah distribusi atau alihtempat, atau pasokan untuk
jaringan tidak mencukupi karena laju transpirasi rendah, untuk : buah atau daun muda, sehingga
menimbulkan gejala blossom end rot atau tipburn. Managemen air: dipacu (aggravated) oleh
kondisi selang-seling basah dan kering, diperlukan pengambilan Ca secara sinambung,
manajemen irigasi yang lebih baik. Penyemprotan Ca dalam beberapa hal sangat membantu,
harus mencapai jaringan yang terkena gejala, penyemprotan dapat meningkatkan masa
penyimpanan buah yang dipetik.

5. Daur Magnesium

22
Gambar 8. Daur Magnesium dalam tanah dan hubungannya dengan tanaman

Bentuk dan fungsi Mg dalam tanaman


Magnesium (Mg) merupakan hara makro sekunder, diperlukan tanaman dalam jumlah relatif
banyak, lebih sedikit dibanding N dan K, serupa jumlahnya dengan P, S dan Ca; umumnya Mg
<Ca. Esensial untuk fotosintesis: menjadi atom pusat dari molekul klorofil, jumlahnya 15- 20%
total Mg dalam tanaman. Komponen struktural pada ribosom: sintesis protein. Aktivasi ensim:
transfer fosfat dan gugus karboksil, yaitu reaksi ATP dan transfer energi, fiksasi CO2 oleh RuBP
carboxylase.

Mobilitas Mg
Mg bersifat mobil dalam tanaman: dialihtempatkan dari daun tua ke titik tumbuh. Gejala
kekahatan yang muncul: dimulai pada daun tua dibagian bawah tanaman; kenampakan utama
berupa klorosis kekuningan diantara tulang daun (interveinal chlorosis), sedangkan tulang daun
tetap hijau, hal ini mirip dengan gejala kekahatan Fe; pada beberapa tanaman daun di bagian
bawah membentuk a reddish-purple cast; jika lanjut daun mengalami nekrosis. Kelebihan Mg
tidak secara langsung meracuni tanaman atau organisme, kelebihan Mg dapat disimpan di
vakuola, kadar Mg yang tinggi dalam tanah menghambat penyerapan kation yang lainnya,
misalnya mengakibatkan kekahatan K atau Ca.

Sumber Mg
1. Bahan organik: kebanyakan Mg segera terlindi dari seresah, sisanya mengalami
mineralisasi pada tahap awal perombakan residu tersebut.
2. Pupuk Mg, kompos dan biosolid: kebanyakan Mg terlarut, segara tersedia. oleh karena itu
dengan mudah hilang sebelum diberikan ke lahan

23
3. Mg tertukar: Mg2+ termasuk kation dapat ditukar, pertukaran kation termasuk reaksi
terpenting bagi Mg dalam tanah
4. Pelarutan mineral Mg: yaitu mineral primer atau mineral lempung sekunder, tanah kasar
lebih sedikit kandungan Mg dibanding tanah halus, kadar Mg lebih tinggi pada lahan
kering semi arid atau arid.
5. Kapur: Mg berada dalam senyawa yang digunakan untuk menetralkan pH tanah, terutaam
dalam bentuk batu kapur dolomit (CaMg(CO3)2, bentuk yang lain misalnya garam Epsom
(MgSO4 ) dan K2SO4 . MgSO4 (Sul-Po-Mag)

Bentuk Mg yang diserap tanaman


Mg diserap tanaman dalambentuk kation divalen Mg2+

Gerakan Mg menuju akar:


Mg2+ dipasok oleh aliran masa (mass flow) dan intersepsi akar (root interception). Root
interception Mg jauh lebih rendah dibanding pada Ca. Kadar dalam larutan tanah 5-50 ppm, pada
tanah iklim sedang (temperate).

Transformasi Mg dalam tanah


1. Pertukaran kation: Adsorpsi – desorpsi dari lempung dan bahan organik
2. Presipitasi – dissolusi kapur dan mineral sekunder: gamping dolomit; mineral lempung
kaya Mg (lempung 2:1 , vermiculite)
3. Pelapukan mineral tanah primer: Biotite, hornblende, olivine

Pertukaran kation
Reaksi pertukaran kation paling menentukan kelakuan Mg dalam tanah. Keseimbangan cepat
antara tertukar dengan terlarut: Mg tertukar menyangga Mg dalam larutan, Mg2+ diikat lebih kuat
dibanding kation monovalen:

Al3+ > Ca2+ > Mg2+ > K+ = NH4+ > Na+

Ketersediaan Mg bagi tanaman


Kejenuhan Mg dan pH: diperlukan kejenuhan Mg2+ >10% agar mencukupi tanaman, kejenuhan
Mg2+ diperlukan lebih tinggi pada tanah lempung 2:1 dibanding, tanah dengan KTK yang
bersumber dari bahan organik atau lempung 1:1, Mg kurang tersedia pada pH rendah: karena
kejenuhan Mg2+ lebih rendah, kehadiran Al3+ dalam larutan menghambat penyerapan Mg2+ .
Kation lain: Jika kadar Ca2+, K+, NH4+ tinggi akan mengganggu penyerapan Mg2+, Nitrat
dibandingkan Ammonium, akan meningkatkan serapan Mg2+

Pengangkutan Mg
1. Erosi: jika KTK lebih tinggi kehilangan akan lebih tinggi
2. Pelindian: Mg merupakan kation dalam air pelindian menuju saluran drainase,
menyumbang pemasaman tanah

24
Manajemen Pupuk Mg
Pengapuran: Mg dengan mudah dapat dikelola dengan pengapuran pada tanah berpH rendah
(dengan kapur dolomit), pengapuran dapat menyebabkan kekahatan Mg jika kadar Ca yang
tinggi (kalsit) digunakan pada tanah dengan kadar Mg yang rendah]. Kekahatan: tanah masam,
pasiran dengan KTK rendah dengan pelindian yang hebat, pemupukan K (KCl and K2SO4) dapat
meningkatakan kehilangan tersebut, tanah dengan kadar K yang tinggi menyebabkan kekahatan
Mg karena menghambat penyerapan Mg. Grass tetany: kekahatan Mg pada ternak dapat terjadi
meskipun kadar dalam tanaman belum kahat, lebih hemat memberi garam Epsom pada pakan
ternak dibanding pemupukan lewat tanah

6. Daur Sulfur

Gambar 9. Daur sulfur dalam tanah

Bentuk dan fungsi S dalam tubuh tanaman


Unsur S diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih sedikit dibanding N atau K,
serupa dengan P, Ca dan Mg.; sebagai penyusun asam amino essensial: sistin, sistein dan
metionin, 90% S dalam tanaman berupa protein, ikatan disulfida, susunan protein dan aktivitas
enzim, pembentukan klorofil; Ferredoksin: protein Fe-S, reaksi redoks: fotosintesis, penyematan
nitrogen, reduksi nitrat dan sulfat; koenzim: koenzim A dan vitamin, biotin, thiamine, B1;
senyawa volatil: tanaman keluarga Onion dan crucifer (cabbage).

Mobilitas S
Unsur S relatif tidak mobil dalam tanaman: tidak segera dapat dialihtempatkan dari daun yang
tua ke bagian titik tumbuh, gejala kekahatan muncul pertama pada bagian atas yaitu daun muda.
Gejala kekahatan: kerdil (stunted), pertumbuhan spiral (spindly growth), seringkali seluruh
tanaman menjadi klorosis seragam (uniformly chlorotic), tanaman Crucifer membentuk warna

25
kemerahan dan ungu, kadar protein rendah, pengumpulan N bukan protein. Jika kadar S
berlebihan tidak secara langsung mempengaruhi tanaman tersebut atau organisme yang
memakannya, tetapi dapat menyebabkan masalah kegaraman karena S merupakan anion yang
dominan pada tanah salin, pelindian yang hebat dari SO4= meningkatkan kehilangan kation.

Sumber S
1. Perombakan bahan organik tanah, karena 90% S dalam tanah berada dalam bentuk organik
tersebut
2. Pupuk S, kompos dan biosolid.
3. Sulfat yang terjerap pada tapak pertukaran anion dari oksida Al dan Fe.
4. Mineral S: pada musim kering sulfida dalam bentuk anaerob.
5. Pengendapan atmosfer dari industri, hujan asam.

Bentuk S yang diserap tanaman


1. Penyerapan langsung SO2 oleh daun: jumlahnya kecil, jika S dalam udara tinggi maka
dapat meracuni tanaman.
2. Penyerapan akar terutama dalam bentuk: sulfat (SO4=).

Gerakan S menuju akar


Di dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. Terutama bergerak karena aliran
masa (mass flow), difusi memiliki arti penting pada tanah dengan kadar S yang rendah. Kadar
dalam larutan tanah 5-20 ppm. Aras yang mencukupi kebutuhan tanaman 3-5 ppm dalam tanah

Transformasi S dalam tanah


Proses alih rupa antara lain: Mineralisasi–immobilisasi, Adsorpsi– desorpsi, Presipitasi –
dissolusi, Oksidasi – reduksi, Volatilisasi.

Mineralisasi – imobilisasi
1. Daur S organik serupa dengan N organik.
2. Mineralisasi : melepas S menjadi anorganik, SO42- tersedia bagi tanaman
3. Immobilisasi (assimilation): kebalikan dari mineralisasi, pengambilan S anorganik dari
tanah oleh mikrobia untuk membentuk tubuhnya
4. Keseimbangan antara mineralisasi dan immobilisasi ditentukan oleh nisbah C:S dan N:S,
nisbah C:N:S bahan organik sekitar 120:10:1,4.
5. Dalam bahan organik terkandung 1% S. Dengan susunan bentuk ester dan eter sulfat
sebesar 30-60% melalui ikatan C-O-S, bentuk asam amino sekitar 10-20%, residual S
sebesar 30-40%.
6. Enzim sulfatase: mirip dengan enzim fosfatase, melepas sulfat dari ester sulfat.
7. Pengaruh nisbah C:S : (1) C:S >400 S immobilisasi > S mineralisasi, (2) C:S = 200-400
S immobilisasi = S mineralisasi, (3) C:S <200 S mineralisasi > S immobilisasi.

Adsorpsi – desorpsi
1. Senyawa SO4 2- yang terjerap merupakan bentuk S dari pangkalan labil bersifat segera
tersedia, mengisi kekosongan pada larutan tanah . Uji S tanah umumnya misalnya
ekstraksi dengan Ca-fosfat.mengukur S yang terlarut ditambah S yang terjerap. Reaksi ini

26
penting pada tanah yang telah terlapuk dengan lanjut. Kekuatan adsorpsi: H2PO4  > SO4= >
NO3.
2. Faktor yang mempengaruhi kapasitas jerapan: koloid tanah, hidroksida Fe-Al, kandungan
lempung tipe 1:1, kemasaman tanah, besarnya muatan tergantung pH, kapasitas pertukaran
anion.
3. Komposisi larutan tanah juga mempengaruhi: kadar SO4, keberadaan anion dan kation
lainnya, pendesakan oleh fosfat.

Presipitasi – dissolusi
1. Gypsum (CaSO4) di daerah kering, merupakan bentuk pengendapan bersama antara S
dengan Ca-karbonat pada tanah kapuran
2. Sulfida pada kondisi anerob di tanah tergenang: H2S mengendap sebagai FeS atau ikatan
logam-S yang lainnya, untuk melarutkan diperlukan proses oksidasi.

Oksidasi – reduksi
1. Bentuk S : beragam dari bilangan oksidasi -2 sampai + 6, yaitu sulfida, polisulfida, S
elemen, tiosulfat, sulfit dan sulfat.
2. Bentuk oksidasi terbanyak sebagai sulfat, sulfat yang diserap tanaman akan direduksi
menjadi S organik.
3. Proses Oksidasi dan reduksi S dibantu oleh mikrobia
4. Senyawa S anorganik tereduksi terdapat pada tanah tergenang kondisi anaerob : (wetlands,
swamps, tidal marshes), pada kondisi aerob segera mengalami oksidasi.
5. Oksidasi S: mikrobia ototrofik dan heterotrofik : Thiobacillus sp. menyebabkan
pemasaman.

H2S + 2O2  H2SO4  2H+ + SO4=

dijumpai pada daerah tambang (acid mine drainage) terjadi oksidasi senyawa sulfida
seperti pyrite (FeS). Dapat juga digunakan di lahan pertanian untuk mengoksidasi S
elemen :

2S + 3O2 + 2H2O  2H2SO4  4H+ + 2SO4=

Pengangkutan S
1. Erosi: hilangan bersama bahan organik
2. Pelindian: sulfat sangat mobil dalam tanah, sulfat merupakan anion yang dominan pada air
lindian, pelindian meningkat jika kandungan kation monovalen (K+, Na+) besar
3. Hilang karena volatilisasi

Volatilisasi
Kehilangan karena menguap: hasil transformasi mikrobia dalam tanah, misalnya dimethyl
sulfide (CH3SCH3), atau karbon disulfide, methyl mercaptan, dan dimethyl disulfida.
Pengaruhnya terhadap kesuburan tanah rendah. Dapat juga menguap melalui daun, hal ini
mempengaruhi mutu pakan.
Manajemen pupuk S

27
Pada tanah pasiran sering kekahatan S, karena rendahnya bahan organik tanah dan pelindian
yang hebat terhadap SO4, kebutuhan tanaman beragam: diperlukan oleh alfalfa, clovers, canola,
kubis dan sayuran serupa, hmt Brassicas, bawang merah dan bawang putih, hmt rerumputan atau
legum, rumput menyerap S lebih cepat dibanding legum. Sumber sulfur: S unsur (tidak segera
tersedia, harus dioksidasi lebih dahulu menjadi SO4, oksidasi berlangsung dalam reaksi masam).
Sumber lain ikut dalam superfosfat. SSP (14% S), TSP (1,5% S).

7. Daur Hara Mikro dalam tanah

Gambar 10. Daur unsur hara mikro

Besi (Fe)
Fe dalam tanaman
1. Unsur Fe diserap akar dalam bentuk Fe2+ atau Fe3+, Fe3+ umumnya direduksi menjadi
Fe2+ sebelum penyerapan, bentuk Fe3+ sangat penting untuk rerumputan.
2. Reaksi redoks: pembentukan klorofil, penyusun sitokrom, ferredoxin, diperlukan untuk
fotosintesis, respirasi dan penyematan N
3. Tidak mudah dipindahkan antar jaringan tanaman, kekahatan muncul pertama kali pada
titik tumbuh yaitu daun yang muda.
4. Gejala kekahatan pertumbuhan berhenti, klorosis di antara tulang daun yaitu pada daun
muda, jika parah daun berwarna putih.

28
5. Keracunan terjadi pada tanah dengan drainase sangat buruk, kondisinya reduksi dan
banyak Fe2+ terlarut misalnya pada tanah sawah.

Fe dalam tanah
1. Mineral Fe sangat melimpah di kerak bumi, juga dalam tanah dalam bentuk mineral primer,
bagian dari lempung, oksida dan hidroksida.
2. Larutan Tanah: kelarutan mineral Fe sangat rendah, mineral amorf Fe(OH)3 mengatur
kadar Fe dalam larutan tanah. Pada tanah dengan drainase baik, kondisinya teroksidasi
kadar Fe3+ > Fe2+. Sebaliknya pada tanah jenuh air Fe3+ mengalami reduksi menjadi Fe2+.
3. Kelarutan Fe dan pH tanah, reaksi: Fe(OH)3 (soil) + 3H+ –> Fe3+ + 3H2O,
4. kelarutan Fe3+ berkurang 1.000 kali jika pH meningkat 1 unit.
5. Kekahatan Fe sering dijumpai pada tanah dengan pH tinggi

Gerakan Fe menuju akar


1. Fe bergerak karena difusi dan aliran masa
2. Kadar dalam larutan tanah sangat rendah yaitu Fe3+ = 10-6 -10-24 M.
3. Total Fe dalam larutan terlalu rendah untuk mencukupi kebutuhan tanaman
4. Khelasi diperlukan, meningkatkan bentuk terlarut dan meningkatkan Fe yang terbawa
difusi dan aliran masa.

Khelasi
1. Ikatan kompleks antara ion logam dengan senyawa organik: senyawa organik disintesis
oleh akar, hasil perombakan bahan organik tanah atau sisa tanaman, hasil metabolisme
mikrobia, contoh khelat alami : asam sitrat dan asam oksalat, sedang khelat buatan : DTPA.
2. Khelat (chelate = claw), ikatan ganda, ion logam sebagai pusat sedang senyawa organik
mengelilinginya.
3. Khelat larut air meningkatkan ketersediaan hara mikro Fe, Zn, Mn, Cu, mencegah dari
reaksi presipitasi/adsorpsi.
4. Pada tanah gambut khelasi oleh gugus fungsional justru menurunkan ketersediaan Cu.

Penyerapan khelat Fe
Khelat Fe menembus akar tanaman, Fe3+ dilepaskan pada permukaan akar, khelat bebas kembali
ke larutan tanah (bulk solution), khelat tersebut mengikat ion Fe3+ yang lainnya, khelasi
mengambil ion Fe bebas dari dalam larutan tanah,menyebabkan kadar Fe dalam larutan
menurun yang akan diikuti pelepasan Fe yang semula terjerap atau melarutkan Fe dari mineral.

Pengaruh Tanaman
Tanaman memiliki efisiensi penyerapan Fe yang berbeda-beda (faktor genotip). Adaptasi akar
dalam menyerap Fe: Pemasaman rizosfer (melepas H+), melepas agen khelasi
(phytosiderophores), melepas agen pereduksi (phenolic compounds), meningkatkan laju serapan
Fe (reduksi Fe3+ lebih cepat), pengangkutan Fe dari akar ke daun lebih baik (sel pemindah, asam
sitrat dan asam organik lainnya)

Kekahatan Fe

29
1. Klorosis karena pengapuran (kedelai, blueberry), tanah kapuran dengan pH tinggi
(drainase dan aerasi buruk, kadar bikarbonat tinggi).
2. Kadar bahan organik rendah (tanah kapuran tererosi), di wilayah ini agen khelasi sangat
sedikit.
3. Interaksi hara: kekahatan muncul karena kelebihan Cu, Mn, Zn, Mo dan P. SEdangkan
proses pemasaman karena penyerapan NH4-N di rizosfer meningkatkan serapan Fe.

Pupuk Fe
1. Pupuk Fe dan pupuk organik: menambah khelat
2. Sumber anorganik: pemupukan ke tanah kurang efektif karena Fe menjadi tidak tersedia,
aplikasi pada tanaman (pupuk daun atau injeksi) lebih efektif.
3. Khelat Fe: cukup efektif jika diberikan ke tanah, tapi harganya mahal, umumnya
digunakan untuk komoditas yang bernilai tinggi.

Mangan (Mn)
Mn dalam tanaman
1. Diserap akar dalam bentuk Mn2+, atau dalam komplek organik.
2. Berfungsi dalam fotosintesis: memecah air dan evolusi oksigen
3. Reaksi redoks (Mn2+ / Mn3+), dekarboksilasi, hidrolisis.
4. Mn dapat mengganti Mg2+ dalam reaksi fosforilasi
5. Tidak mudah dipindahkan antar jaringan, kekahatan muncul paad titik tumbuh, daun yang
muda.
6. Gejala kekahatan muncul klorosis antara tulang daun yan muda serupa dengan kekahatan
Fe, daun kehilangan warna tidak merata (spot).
7. Keracunan Mn dapat terjadi pada tanah yang sangat masam. Becak hitam atau coklat
(endapan MnO2) dengan cincin pucat, terjadi pada daun tua, disebabkan kekahatan Fe, Mg,
Ca.

Mn dalam tanah
1. Berupa mineral primer, lempung, oksida dan hidroksida
2. Larutan tanah: kelarutan Mn dikontrol oleh pH tanah, kondisi redoks dan adsorpsi pada
permukaan organik; sejumlah Mn2+ dijerap dalam bentuk tertukar pada permukaan
lempung; kebanyakan yang berada dalam larutan tanah berbentuk khelat.
3. Kelarutan Mn: ditentukan oleh kelarutan MnO2, lebih terlarut pada pH yang rendah dan
potensi redoks rendah, MnO2 + 4H+ + 2e   Mn2+ + 2H2O, kelarutan menurun 100 kali
jika pH naik 1 unit, kenaikan pH meningkatkan kompleksasi pada permukaan bahan
organik padat

Gerakan Mn menuju akar


Mn bergerak karena difusi. Khelasi meningkatkan Mn yang terlarut, kebanyakan Mn menembus
akar dalam bentuk khelat.

Kekahatan Mn

30
1. Terjadi pada tanah dengan pH tinggi, tanah kapuran atau tanah dengan daya sangga rendah
dikapur berlebihan.
2. Pada tanah dengan kandungan bahan organik tinggi.
3. Interaksi hara: disebabkan kandungan Cu, Fe, dan Zn tinggi.

4. Pemasaman karena pupuk NH4-N meningkatkan ketersediaan Mn.


5. Iklim kering menyebabkan kekahatan, kondisi oksidasi.

Keracunan Mn
Terjadi pada tanah yang sangat masam. Hal ini dapat diatasi dengan pengapuran, untuk
mengurangi Mn yang tersedia.

Pupuk Mn
1. Pupuk dan kompos, juga meningkatkan khelat.
2. Sumber anorganik Mn-sulfat: sumber yang umum, aplikasi tanah atau daun seimbang
efektivitasnya, diberikan dalam larikan lebih efektif dibanding disebar.
3. Mn khelat: untuk pupuk daun, aplikasi di tanah kurang efektif, karena Fe atau Ca dapat
mengganti Mn dalam khelat tersebut.

Seng (Zn)

Zn dalam tanaman
1. Diserap dalam bentuk Zn2+
2. Aktivitas enzim: struktur, fungsi atau kofaktor regulator; metabolisme karbohidrat, sintesis
protein; zat pengatur tumbuh triptofan, IAA (auksin).
3. Tidak mudah dipindahkan antar jaringan tanaman, kekahatan muncul pada titik tumbuh di
daun muda, pada beberapa tanaman gejala muncul pada daun tua
4. Gejala kekahatan: pertumbuhan kerdil ruas pendek, roset, kekurangan IAA; warna hijau
muda, kuning atau putih pada daun; daun kecil, sempit dan tebal; pengguguran daun; buah
tidak terbentuk.

Zn dalam tanah
1. Unsur Zn ditemukan sedikit pada mineral primer dan sekunder
2. Larutan tanah: kelarutan Zn dikendalikan oleh pH larutan dan jerapan oleh mineral dan
organik; yang larut kebanyakan dalam bentuk khelat.
3. Kelarutan Zn dan pH tanah: tanah-Zn + 2H+ –> Zn2+; jika pH naik 1 unit kelarutan
berkurang 100 kali; pH meningkat diikuti peningkatan jerapan.
4. Jerapan Zn: Zn dijerap oleh lempung, oksida Al-Fe, bahan organik dan karbonat; kekuatan
jerapan dapat ditukar sampai sangat sukar dilepas; kompleks organik dapat meningkatan
atau menurunkan ketersediaan Zn seperti pada Cu.

Gerakan Zn menuju akar

31
Zn bergerak terutama karena difusi, sebagian kecil oleh aliran masa. Khelasi sangat penting agar
mencukupi kebutuhan tanaman, meningkatkan jumlah Zn terlarut, meningkatkan Zn yang
bergerak karena difusi dan aliran masa.

Kekahatan Zn
1. Tanah kapuran pH tinggi: wilayah tererosi, tanah permukaan hilang
2. Tanah dengan tekstur sangat halus, karena kapasitas jerapan yang tinggi
3. Kondisi dingin dan basah, kekahatan awal musim semi
4. Interaksi hara: kelebihan Cu, Fe, Mn, dan P memicu kekahatan Zn; pemasaman karena
pupuk ammonium meningkatkan ketersediaan Zn.
5. Tanaman peka: seperti jagung dan kedelai.

Pupuk Zn
1. Pupuk dan sumber organik: menambah khelat
2. Sumber anorganik: Zn-sulfat (efektif untuk di tanah); pupuk daun (tanaman buah,
pembibitan)
3. Khelat Zn untuk daun atau tanah, semuanya efektif.
4. Pemberian dalam larikan lebih efektif dibandingkan jika ditebar.

Tembaga (Cu)
Cu dalam tanaman
1. Diserap dalam bentuk Cu2+ atau komplek organik.
2. Reaksi redoks: komponen plastosianin, sitokrom oksidase, enzim oksidase; diperlukan
dalam proses fotosintesis, respirasi, lignifikasi, pembentukan serbuksari, dan penyerbukan.
3. Tidak mudah dipindahkan antar jaringan, kekahatan muncul pada titik tumbuh, daun yang
muda.
4. Gejala kekahatan: warna hijau muda, biru muda, kekuningan pada daun muda; tepi daun
menggulung, ujung daun kering; daun layu; pembentukan dan buah biji buruk.

Cu dalam tanah
1. Meskipun kecil terdapat dalam mineral primer dan sekunder.
2. Larutan tanah: kelarutan Cu ditentukan oleh pH larutan dan proses jerapan pada
permukaan mineral dan organik; di dalam larutan terutama berbentuk khelat
3. Kelarutan Cu dan pH: Tanah-Cu (mineral) + 2H+ –> Cu2+. Cu terlarut berkurang 100 kali
jika pH naik 1 unit. Reaksi hidrolisis Cu: pH <7, Cu2+ dominan, jika pH >7,
CuOH+ dominan, pH meningkat diikuti peningkatan jerapan Cu.
4. Jerapan Cu: Cu dijerap pada lempung, oksida Al, Fe, Mn dan permukaan organik; (jerapan
Cu ini paling kuat dibanding hara mikro lainnya); jerapan dalam bentuk dapat ditukar
pada permukaan lempung; bahan organik mengurangi atau meningkatkan ketersediaan Cu:
jika bahan organik tidak larut berarti mengurangi Cu dari larutan, tetapi khelat yang larut
meningkatan ketersediaan Cu; sebagian besar Cu dapat diikat (occluded) atau diendapkan
dalam struktur lempung atau mineral oksida

32
Gerakan Cu menuju akar
Cu bergerak karena difusi. Khelasi meningkatkan Cu terlarut, difusi khelat Cu sangat penting
untuk mencukupi kebutuhan tanaman.

Kekahatan Cu
1. Sering dijumpai pada tanah organik: kapasitas jerapan tinggi.
2. Dapat terjadi pada tanah pasiran yang sudah terlindi dan memiliki pH tinggi.
3. Interaksi hara: kadar Fe, Zn, dan P memicu kekahatan Cu.
4. Tanaman peka: biji-bijian, wortel, bawang merah.

Pupuk Cu
1. Pupuk Cu dan kompos: menambah khelat, pupuk dari kandang babi dan biosolid dapat
mengandung Cu sangat tinggi
2. Sumber anorganik: khelat Cu diberikan sebagai pupuk daun atau lewat tanah
efektivitasnya sama.
3. Jika diberikan dalam larikan dapat menyebabkan kerusakan akar.

Boron (B)

33
Gambar 11. Siklus Boron
B dalam tanaman
1. Diserap akar dalam bentuk H3BO3
2. Berperanan dalam pengangkutan gula; permeabilitas membran; komponen dinding sel;
pembentukan serbuk sari; pemanjangan, pembelahan dan diferensiasi sel.
3. Kebanyakan B diperlukaan pada jaringan ekstraseluler (dinding sel, lignifikasi,
diferensiasi xilem), serupa dengan watak apoplastik dari Ca.
4. Tidak mudah dipindahkan dalam jaringan tanaman; kekahatan muncul pada titik tumbuh
atau daun muda.
5. Gejala kekahatan: titik tumbuh (tunas atau akar) berhenti; klorosis daun, daun termuda
mati; ruas memendek, terbentuk roset; batang dan tangkai menebal; bunga berguguran,
pembentukan buah dan biji buruk sekali.
6. Kenampakan karena kahat B: buah apel seperti gabus, patah batang pada seledri
7. Keracunan B disebabkan kisaran yang sempit antara kekahatan dan keracunan hara, berupa
klorosis atau nekrosis pada ujung dan tepi daun.

B dalam tanah
1. Mineral turmalin (borosilikat)
2. Bahan organik: sebagai penyusun BO, ikatan kompleks organik
3. Dijerap oleh lempung, oksida Fe dan Al

34
4. Larutan tanah: pada pH 5-9 dirajai oleh H3BO3 ; kelarutan B dikendalikan oleh reaksi
adsorpsi-desorpsi permukaan mineral; ketersediaan B dipengaruhi oleh pH larutan, jumlah
lempung, oksida dan bahan organik tanah.

Ketersediaan B
1. Unsur B sangat tersedia pada tanah masam, sebaliknya terjerap kuat oleh oksida dan
lempung pada pH > 6.5.
2. Dapat terlindi pada tanah pasiran yang masam
3. Bahan organik merupakan cadangan utama
4. Tanah yang kering: kebanyakan B diserap secara pasif bersama air, seperti Ca,
didistribusikan ke tanaman melalui sistem transpirasi, pengambilan dan pengangkutan
yang terus menerus dalam xilem sangat penting
5. Interaksi hara: kadar Ca dan K yang tinggi dapat memicu kekahatan B

Gerakan B menuju akar


Unsur B bergerak karena aliran masa (kebanyakan) dan difusi (sangat penting jika B dalam tanah
rendah)

Keracunan B
Dapat dijumpai pada tanah yang sangat kering, air irigasi yang kadar B nya tinggi; atau pada
tanah masam. Jika Ca rendah menyebabkan kepekaan terhadap keracunan B.

Pupuk B
Pupuk B dan bahan organik. Senyawa anorganik: Borax (natrium borat, solubor (pupuk daun dan
tanah).

Molibdenum (Mo)

Mo dalam tanaman
1. Diserap akar dalam bentuk MoO4 2- (molybdate)
2. Dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan hara mikro yang lainnya
3. Reaksi redoks : Mo (VI) / Mo (IV)
4. Nitrat reduktase : sintesis N oleh tanaman
5. Nitrogenase: enzim bakteri untuk penyematan N
6. Berperan dalam penyerapan dan pengangkutan Fe
7. Agak mudah dipindahkan dalam jaringan tanaman
8. Gejala kekahatan: seperti gejala kekahatan N

Mo dalam tanah
1. Mineral primer mengandung molybdate
2. Bahan organik
3. Terjerap pada permukaan oksida Fe dan Al, mirip jerapan P (ikatan lebih ringan, karena
dapat didesak oleh fosfat)
4. Mo larutan tanah: kadarnya sangat rendah
5. pH larutan tanah: H2MoO4 0, HMoO4 –, MoO4 2-. MoO4 2- lebih banyak jika pH meningkat.

35
Ketersediaan Mo
1. Jika pH meningkat Mo menjadi tersedia, 1 unit kenaikan pH meningkatkan ketersediaan
Mo 10 kali (berbeda dengan hara mikro lainnya).
2. Kekahatan dijumpai pada tanah masam, atau tanah dengan oksida Fe-Al
3. Interaksi hara: sulfat tinggi menghambat serapan Mo, nitrat meningkatkan serapan Mo,
ammonium menurunkan serapan Mo.

Gerakan Mo menuju akar


Mo bergerak ke akar karena aliran masa (kebanyakan) dan difusi (penting jika Mo tanah rendah)

Keracunan Mo
1. Molybdenosis pada ternak karena tidak seimbang antara Mo dan Cu dalam pakan.
2. Pada tanah netral atau alkalin
3. Ketersediaan Cu rendah, misalnya pada tanah gambut

Pupuk Mo
1. Pupuk Mo dan organik lainnya: meski kadarnya kecil tapi sudah mencukupi, karena
memang kebutuhan Mo juga kecil
2. Sumber anorganik : Ammonium dan natrium molybdates, diberikan sebagai pupuk daun
atau pupuk tanah, atau diberikan untuk benih (seed treatments)
3. Pengapuran dapat mengatasi kekahatan Mo

V. UNSUR HARA PEMBANGUN

Unsur hara pembangun (fakultatif) merupakan unsur hara yang tidak penting, tetapi
merangsang pertumbuhan tanaman dan bisa menjadi unsur penting dalam beberapa spesies
tanaman.

Unsur fakultatif ini merupakan unsur yang menguntungkan (benefit element) karena dapat
memicu peningkatan produksi dan beberapa tanaman tertentu dapat meningkatkan kualitas.
Beberapa unsur pembangun antara lain:

Chlor (Cl)
Diserap tanaman dalma bentuk Cl- dan dapat diserap dalam bentuk gas ataupun larutan.
Cl dianggap antagonis dengan nitrat dan sulfat. Cl banyak ditemukan pada tanah daerah
pantai. Cl dalam tanah tidak diikat oleh mineral sehingga sangat mudah tercuci. Tanah Cl
tinggi bila berada di pantai, ada pengairan dengan air kadar garam tinggi dan pada tanah
yang permeabilitasnya rendah sehingga Cl sulit tercuci oleh air.
Sumber Cl banyak berasal dari air hujan, oleh karena itu defisiensi Cl sangat jarang, justru
sebaliknya, menimbulkan toksik pada tanaman.

36
Makin tinggi Cl dalam tanaman maka tidak mudah kekeringan karena Cl berfungsi untuk
penggelembungan protoplasma dan meningkatkan permeabilitas sel.

Silikon (Si)
Silikon merupakan unsur yang tidak penting bagi tanaman, namun anehnya hampir semua
tanaman mengandung Silikon.
Silikon sering dapat meningkatkan produksi serta memperbaiki performan tanaman, pada
tanaman padi, jika kekurangan Silikon maka tanaman mudah roboh. Pengaruh Silikon yang
lain yaitu tanaman lebih resisten terhadap penyakit dan mengurangi transpirasi

Natrium (Na)
Natrium (Na) diserap dalam bentuk ion Na. Tanaman selalu mengandung Na dalam jumlah
yang berbeda-beda. Na dan K bersifat antagonis. Na berperan bagus ketika kadar K dalam
tanah rendah.

________ 28102021___________

37

Anda mungkin juga menyukai