Anda di halaman 1dari 45

1. Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun.

Unsur
C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun
dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar
tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun.
Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari
air yang digunakan tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan
sebagai gas (Donahue, Miller, Shickluna, 1977). Unsur-unsur hara lain diserap
akar tanaman dari tanah. Walaupun demikian banyak unsur hara yang bila
disemprotkan sebagai larutan hara dapat diserap tanaman melaui daun.
Tanaman menyerap unsur hara dalam tanah umumnya dalam bentuk ion.

5.

Leira Buah Tropis

Menanam Beragam Tanaman Buah Tropis Bersama Ariel

BERANDA
KONTAK
Search

Pupuk dan Pemupukan


14:30 LEIRA BUAH TROPIS 10 COMMENTS

Pupuk dan pemupukan adalah komponen yang sangat penting dalam manajemen budidaya
tanaman. Pemupukan sendiri mencakup beberapa hal penting : pengaturan jenis pupuk itu
sendiri, berapa jumlah atau dosis pupuk yang harus diberikan, kapan pupuk harus diberikan,
bagaimana cara pemberian pupuk tersebut dan ketepatan tempat pemberian pupuk bagi
tanaman.

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material
pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari
suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan, bersifat membantu
kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan
dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.

Pemupukan harus dilihat sebagai fungsi pemberian hara atau nutrisi bagi tanaman. Hara adalah
unsur atau senyawa anorganik maupun organik yang terdapat di dalam tanah, atau terkandung
di dalam tanah dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pemberian hara dalam bentuk pupuk harus ditambahkan dan diberikan ke tanaman secara
teratur. Penambahan pupuk ini harus dilakukan karena tidak terjadi keseimbangan jumlah hara
dalam tanah di mana jumlah hara akan terus berkurang dari waktu ke waktu. Berkurangnya
jumlah hara dalam tanah atau media tanam dapat terjadi disebabkan karena beberapa faktor :
pertama karena sebagian besar hara akan terikut bersama hasil panen yang diambil dari
tanaman, kedua karena efisiensi penyerapan hara yang cukup rendah oleh tanaman akibat cara
atau aplikasi pemberian pupuk yang salah, ketiga karena faktor kehilangan hara akibat proses
penguapan dan pencucian hara oleh air pengairan/penyiraman, dan keempat karena sebagian
pupuk terjerap dan terikat (fixation) di dalam partikel tanah sehingga menjadi tidak tersedia bagi
tanaman.

Ketersediaan unsur hara bersifat kritis karena unsur hara mutlak harus tersedia bagi tanaman
dengan unsur yang sangat spesifik dan tidak tergantikan oleh unsur lainnya serta dalam jumlah
yang berbeda tergantung pada jenis tanamannya. Kekurangan unsur hara akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena hara bagi tanaman ibarat makanan pada
manusia. Yang membedakannya adalah jika manusia menggunakan bahan organik sebagai
sumber makanan, maka tanaman akan menggunakan bahan-bahan anorganik untuk
menghasilkan energi bagi pertumbuhannya. Dalam proses fotosintesis di daun-daun tanaman,
klorofil akan mengubah air (H2O) dari dalam tanah dan karbon yang diserap oleh tanaman dari
udara, menjadi bahan organik dengan bantuan sinar matahari sebagai sumber energi utama.
Proses sintesis senyawa organik sebagai sumber energi bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut lebih dikenal sebagai proses metabolisme. Dalam proses metabolisme inilah
unsur hara memegang peranan penting karena ketersediaannya tidak dapat digantikan oleh
unsur yang lain. Jika ketersediaan unsur hara berjumlah sangat terbatas, akan mengganggu
keberlangsungan proses metabolisme, dan pada kondisi seperti ini, proses metabolisme dalam
tubuh tanaman akan berhenti sama sekali sehingga tanaman tidak dapat menyelesaikan satu
atau beberapa siklus hidupnya dengan sempurna. Ketidaksempurnaan metabolisme ini
diperlihatkan oleh tanaman pada bagian-bagian tanaman secara spesifik sebagai gejala
defisiensi atau kekahatan unsur hara, misalnya pada daun yang berwarna kekuningan sebagai
gejala kekurangan unsur nitrogen, tepi daun yang mengering dengan garis-garis yang jelas
pada daun sebagai gejala kekurangan kalium, daun tanaman tertentu akan menampakkan
warna keunguan sebagi gejala kekurangan fosfat, dan sebagainya.

Pupuk sebagai sumber hara dapat diklasifikasikan menjadi :

A. Berdasarkan sumber asal-usul pupuk :


a. Pupuk Organik (manure) : semua pupuk yang dibuat dengan menggunakan bahan dari sisa-sia
metabolisme, organ hewan maupun tumbuhan. Contoh pupuk ini adalah : kompos daun,
belotong tebu, kotoran hewan (kotoran padat maupun cair), dsb.

b. Pupuk Kimia (fertilizer) : segala pupuk yang dibuat dari bahan-bahan mineral melalui proses
pengolahan/sintesa yang dilakukan manusia.

Jika kandungan pupuk organik relatif lebih sulit ditentukan dan bergantung dari sumber
bahannya, maka kandungan pupuk kimia relatif lebih mudah diketahui dengan menghitung
jumlah bahan-bahan penyusunnya.

B. Berdasarkan bentuk fisik pupuk :


a. Pupuk berbentuk padat : semua pupuk yang berbentuk butiran, kristal, remah, atau onggokan
seperti batuan yang biasanya diberikan ke tanah atau media tanam, misalnya urea, NPK, MgO,
MKP, DKP, Borate, dsb
b. Pupuk berbentuk cair : semua pupuk yang berbentuk cair atau konsentrat yang biasanya
diberikan dalam bentuk semprotan ke daun (foliar application)

C. Berdasarkan komposisi penyusun pupuk :


a. Pupuk tunggal : semua pupuk yang mengandung satu unsur hara utama saja (dalam bentuk
persenyawaan), misalnya pupuk urea, pupuk TSP (Triple Super Phosphate), pupuk KCl (Kalium
Chloride), pupuk MgO (Magnesium Oxide), pupuk Bo, dsb.
b. Pupuk campur : adalah campuran pupuk tunggal yang dicampur secara manual, misalnya urea
discampur dengan TSP dan KCl. Pupuk campuran mempunyai tingkat keseragaman yang
beragam karena dicampur secara manual, di sisi lain, tidak semua pupuk dapat dicampur satu
sama lain. Beberapa pupuk campuran juga hanya dapat dilakukan untuk sekali aplikasi dan
tidak dapat disimpan.
c. Pupuk majemuk : semua pupuk yang mengandung minimum dua unsur utama yang saling
diperlukan, misalnya pupuk NPK, NPK+CaMg, pupuk MPK, pupuk DKP, pupuk DAP, dsb.

d. Pupuk majemuk khusus : adalah pupuk majemuk yang dibuat secara khusus, misalnya dalam
bentuk tablet atau pellet. Pupuk jenis ini dibuatcustomized sesuai keinginan pemesan untuk
memupuk tanaman tertentu, dengan harga satuan biasanya lebih mahal, dan efektifitas
pemupukan
masih
memerlukan
penelitian
lebih
lanjut.

D. Berdasarkan kandungan hara/nutrisi :


a. Pupuk makro : semua pupuk yang mengandung unsur hara utama (primer maupun sekunder),
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak, misalnya pupuk yang
mengandung hara N (nitrogen), P (phosphate), K (kalium), Ca (calcium), dan Mg (Magnesium)
b. Pupuk mikro : semua pupuk yang mengandung hara mikro, yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sedikit namun sangat memegang peranan dalam tumbuh kembang tanaman, misalnya
pupuk yang mengandung hara Mn (mangan), S (sulfat), Fe (besi), Bo (boron), Si (silikat), Zn
(seng), Ni (nikel), Co (kobalt), Cu (tembaga), Mo (molybdenum), Na (natrium), Al (alumunium),
dan Cl (klor).

Pada postingan ini, saya hanya ingin fokus pada gejala-gejala yang ditimbulkan akibat
kekurangan unsur hara tertentu (unsur hara makro primer maupun makro sekunder) yang
ditunjukkan oleh tanaman, kemudian solusi pemberian pupuk untuk mengatasi hal tersebut,
beserta contoh-contoh pupuk yang banyak digunakan pada tanaman buah, serta cara-cara

aplikasi pemupukan yang sederhana dan mudah dilakukan oleh penanam, khususnya bagi
penanam tanaman buah dalam pot (tabulampot) serta tanaman buah di halaman rumah.

Gejala-gejala kekurangan unsur hara pada tanaman :

A. Nitrogen (N) : karena sifatnya yang mobile di dalam tubuh tanaman, gejala kekurangan unsur
hara nitrogen akan tampak pertama kali pada daun-daun tua, ujung daun mengering, daundaun muda terlihat berwarna lebih muda (hijau muda), pertumbuhan tanaman menjadi lambat,
bahkan cenderung kerdil, dan pada tanaman yang sedang berbunga akan memperlihatkan
tingkat kerontokan bunga yang tinggi, sementara pada tanaman yang sedang berbuah, buah
akan masak pohon lebih awal dibanding periode masak pohon pada tanaman normal dengan
ukuran buah lebih kecil dari biasanya. Pemberian pupuk nitrogen lebih awal pada tanaman
dapat mengatasi gejala kekurangan tersebut, baik pupuk nitrogen tunggal seperti pupuk urea
(kandungan 46% nitrogen), pupuk AN (Ammonium Nitrate) dengan kandungan 35% nitrogen,
serta pupuk ZA (kombinasi nitrogen sebanyak 21% dan hara sulfur atau belerang sebanyak
24%), maupun pupuk majemuk yang mengandung nitrogen sebagai salah satu komponan
dalam kandungan pupuk majemuk tersebut, misalnya pupuk pupuk kombinasi NPK 20-10-10
(kandungan nitrogen lebih tinggi (20%) dibanding fosfat (10%) dan kalium sebanyak 10%),
pupuk KNO3 (kombinasi nitrogen dan kalium), serta pupuk DAP (Diammonium Phosphate,
pupuk kombinasi antara hara nitrogen dengan hara fosfat).
B. Fosfat (P) : Gejala paling umum yang diperlihatkan oleh tanaman yang kekurangan unsur hara
fosfat adalah munculnya warna keunguan di bagian-bagian tertentu pada daun, warna daun
menjadi lebih gelap (dark green) namun tidak merata dengan kesan daun menjadi lebih
mengkilap. Pada tingkatan kekurangan hara fosfat yang parah, warna ungu kemerahan akan
semakin mencolok pada tepi daun dan batang, daun menguning dengan cepat dan akhirnya
kering. Kekurangan fosfat juga menyebabkan pertumbuhan akar terhenti yang mengakibatkan
tanaman menjadi kerdil, sulit berbunga dan berbuah, dan jika dialami oleh tanaman yang
sedang berbunga maka buah dan biji yang terbentuk pasca pembungaan tidak akan
berkembang dengan sempurna. Pemberian pupuk fosfat adalah solusi untuk mengatasi gejala
kekurangan hara tersebut, dalam bentuk pupuk tunggal seperti TSP (Triple Super Phosphate),
pupuk SP36 atau SP18 (Super Phosphate), pupuk kombinasi NPK 10-30-20 (kandungan fosfat
30%, lebih tinggi dibanding nitrogen yang berkadar 10% dan kalium berkadar 20%), pupuk MKP
(kombinasi fosfat dengan kandungan minimum 50% serta kalium dengan kandungan minimum
30%), pupuk DAP atau Diammonium Phosphate (kombinasi 46% fosfat dan 18% nitrogen), dan
lain sebagainya.
C. Kalium (K) : biasa juga dikenal dengan sebutan potassium, bersifat mobile di dalam tubuh
tanaman, gejala kekurangan unsur hara kalium akan terlihat pertama kali pada pinggir dan
ujung daun mengering yang berwarna kekuningan, diikuti oleh kematian jaringan pada bagian
tersebut, daun berbentuk tidak normal, mengerut dan keriting, dan pada tingkatan kekurangan
hara kalium yang parah, akan muncul bercak cokelat kemerahan, kemudian mengering dan

akhirnya daun pun gugur. Pada tanaman yang sedang berbuah, kekurangan hara kalium akan
mengakibatkan kerontokan buah pada fase pembentukan bakal buah, jika buah terbentuk maka
ukuran buah akan mengecil dengan biji keriput, warna buah tidak merata dengan kualitas buah
yang menurun serta daya simpan buah yang singkat (tidak tahan lama dalam penyimpanan).
Kekurangan hara kalium juga mengakibatkan pertumbuhan batang dan cabang menjadi lebih
lambat dengan kualitas pertumbuhan yang jelek sehingga tanaman mudah rebah. Penambahan
pupuk kalium mutlak dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut di atas. Pupuk KCl (Kalium
Chloride) atau juga dikenal dengan nama pupuk MOP (Muriate of Potash) adalah pupuk kalium
tunggal yang paling populer dengan kandungan K2O sekitar 60% dan chlorine sekitar 35%,
pupuk SOP (Sulphate of Potash) atau pupuk ZK dengan kandungan kalium 50% dan sulfur
berkadar 17%, pupuk kombinasi NPK 10-20-40 (kandungan kalium sebanyak 40%, lebih tinggi
dibanding kandungan fosfat yang 20% maupun nitrogen yang berjumlah 10%) misalnya,
kemudian pupuk MKP (Mono Kalium Phosphat) dan DKP (Double Kalium Phosphate) serta
pupuk Kaliphos dengan kandungan kalium tinggi (minimum 30%) yang dikombinasikan dengan
kadar fosfat yang juga tinggi (minimum 50%), pupuk jenis ini biasa digunakan untuk
menginduksi pembungaan pada tanaman dewasa, serta pupuk-pupuk yang mengandung
kalium dalam kadar tinggi lainnya.
D. Calcium (Ca) : Kekurangan unsur kalsium tidak serta merta dapat terlihat oleh mata karena
efek pertama yang terjadi pada tanaman adalah ketidak sempurnaan pembentukan akar-akar
tanaman khususnya pada bagian ujung-ujung akar yang menyerap air dan massa hara dari
dalam tanah, akibat lanjutannya adalah kematian pada tunas-tunas muda sebagai hasil
pembentukan sel-sel baru. Kalsium sangat membantu tanaman dalam proses penyerapan hara
kalium, sehingga pada tanaman yang kekurangan kalsium sering ditemukan gejala buah retak
akibat permeabilitas dan elastisitas dinding-dinding sel yang rendah. Kekurangan kalsium juga
sangat mempengaruhi kualitas kekerasan batang tanaman karena rendahnya elastisitas dinding
sel. Dalam kondisi seperti ini, pemberian pupuk yang mengandung kalsium sangat mutlak
dilakukan, misalnya memberikan pupuk kalsium dalam bentuk tunggal (CaO) maupun pupuk
NPK yang ditambahi kandungan Ca-nya sehingga menjadi pupuk NPK plus Ca. Pupuk lain
yang mengandung kalsium adalah RP (Rock Phosphate) dengan kandungan fosfat sekitar 30%
dan CaO sekitar 45%, TSP (Triple Super Phosphate) dengan kandungan 46% fosfat dan 20%
kalsium, serta pupuk SSP (Single Super Phosphate) yang mengandung 18% fofat dan 25%
kalsium.
E.

Magnesium (Mg) : fungsi utama unsur magnesium yang sangat penting dalam pembentukan klorofil adalah salah
satu faktor penting bagi tanaman dalam melakukan proses fosotosintesis, tanpa fotosintesis maka tanaman tidak
dapat menghasilkan fotosintat sebagai sumber energi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Gejala yang
paling umum sebagai akibat kekurangan unsur hara magnesium pada tanaman adalah klorosis di mana daun-daun
menjadi menguning karena terganggunya pembentukan klorofil, timbul garis-garis kuning pada daun, timbul lendir
pada daun-daun muda, daun menjadi kecil dan rapuh dengan pinggiran daun yang menggulung. Pemberian pupuk
yang mengandung magnesium harus dilakukan untuk mengantisipasi gejala kekurangan unsur hara ini, di antaranya
adalah pupuk magnesium tunggal (MgO), atau pupuk Kieserite (MgSO4.H2O) yang mengandung 27% hara
magnesium dan 22% hara sulfur maupun pupuk Dolomite CaMg(CO3)2 yang selain mengandung unsur hara
magnesium sebesar 18-22%, sekaligus juga mengandung unsur hara kalsium sebanyak 30-40%. Beberapa pabrikan

pupuk bahkan menambahkan unsur magnesium sebagai bagian dari pupuk NPK yang mereka buat sehingga pupuk
ini menjadi pupuk NPK plus Mg.

Aplikasi pemberian pupuk

Salah satu hal yang penting dalam proses pemupukan adalah cara pemberian pupuk yang
benar. Dengan cara yang benar, pemberian pupuk memberikan hasil nyata karena pupuk dapat
terserap baik oleh tanaman, dengan demikian pemanfaatan unsur hara yang terkandung dalam
pupuk dapat dimaksimalkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman itu sendiri. Kesalahan dalam cara pemberian pupuk akan mengurangi efisiensi dan
efektifitas pupuk, sehingga akan timbul kerugian dari sisi waktu dan biaya, serta manfaat pupuk
yang kurang maksimal bagi tanaman.
Proses pemupukan akan sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman, selain jenis
pupuk yang tepat, cara aplikasi pupuk yang efektif dan efisien akan meningkatkan keberhasilan
pemupukan.
1. Pemupukan melalui akar tanaman yaitu pemberian pupuk yang bertujuan untuk menambah
kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman melalui akar dan dengan penambahan hara ini
tanaman akan tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan
a. Pemupukan dengan cara sebar (broadcasting) : cara ini adalah cara yang paling sederhana
karena pupuk diberikan ke media tanam dengan cara disebar di atas permukaan media saat
pengolahan tanah (biasanya dilakukan pada tanaman semusim seperti padi dan kacangkacangan yang ditanam di sawah), sehingga pupuk tercampur merata dengan tanah.
Pemupukan dengan cara sebar ini berpotensi tinggi merangsang pertumbuhan tanamantanaman pengganggu (gulma) serta tingkat fiksasi atau pengikatan unsur hara tertentu oleh
tanah. Cara sebar dilakukan jika :
i. Populasi tanaman cukup tinggi akibat aplikasi jarak tanam yang rapat
ii. Sistem perakaran tanaman yang menyebar di dekat permukaan tanah
iii. Volume pupuk yang digunakan berjumlah banyak
iv. Tingkat kelarutan pupuk yang tinggi agar dapat terserap dalam jumlah banyak oleh tanaman
v. Tingkat kesuburan tanah yang relatif baik
b. Pemupukan pada tempat tertentu (placement), berbentuk seperti barisan lurus di antara larikan
atau barisan tanaman, membentuk garis lurus, atau membentuk lingkaran di bawah tajuk
tanaman. Alur pemupukan dibuat dengan membuat semacam kanal dangkal sebagai tempat
pupuk dengan mencangkul tanah selebar kurang lebih 10cm dengan kedalaman kurang lebih
10 cm dari permukaan tanah. Setelah pupuk diletakkan di dalam alur, kemudian ditutup kembali
dengan tanah. Ada juga beberapa aplikasi lain yang memodifikasi cara ini ini, misalnya dengan

cara membuat sejumlah lubang sedalam dan dengan jumlah lubang tertentu menggunakan
tugal atau linggis melingkar di bawah tajuk kemudian pupuk diisikan ke dalam lubang lalu
lubang ditutup tanah kembali. Pemupukan dengan cara ini dilakukan dengan alasan :
i. Kesuburan tanah relatif lebih rendah (tanah tegalan atau kebun)
ii. Populasi tanaman lebih rendah karena jarak tanam lebih lebar
iii. Volume pupuk yang digunakan berjumlah lebih sedikit
iv. Volume

akar

tanaman

sedikit

dan

tidak

menyebar

2. Pemupukan melalui daun (spraying, foliar application) : massa pupuk dalam jumlah tertentu
dilarutkan ke dalam air dan campuran pupuk dengan air ini menghasilkan larutan pupuk dengan
konsentrasi sangat rendah (kurang dari 0,05%. Larutan pupuk ini kemudian ini disemprotkan
langsung ke daun-daun tanaman, menggunakan alat semprot volume rendah (hand sprayer),
volume sedang (sprayer gendong), maupun volume besar menggunakan mesin kompresor,
bahkan menggunakan pesawat terbang kecil untuk hamparan pertanaman yang luas. Berbeda
dengan pemupukan melalui akar, pemupukan melalui daun harus memperhatikan beberapa
hal :
a. Konsentrasi pupuk harus dibuat mengikuti petunjuk pemakaian pada label kemasan pupuk,
dengan konsentrasi kepekatan pupuk berada pada kisaran angka 0,01% (1 gram pupuk padat
dilarutkan ke dalam 1000 cc air) hingga konsentrasi maksimum 0,05% (5 gram pupuk padat
dilarutkan ke dalam 1000 cc air). Larutan pupuk yang terlalu pekat akan
menyebabkan plasmolisis, yaitu peristiwa di mana cairan dalam sel-sel daun dengan
konsentrasi lebih rendah akan tersedot keluar sel untuk menyatu dengan larutan pupuk
sehingga sel-sel yang kehilangan cairan menjadi mati dengan gejala seperti terbakar.
Karenanya penggunaan konsentrasi larutan pupuk yang rendah sangat dianjurkan dan hal ini
dapat dikompensasikan dengan cara meningkatkan frekuensi pemupukan agar efisiensi dan
efektifitas pemupukan melalui daun menjadi lebih tinggi (misalnya : konsentrasi pupuk 0,05%
dilakukan setiap 14 hari sekali diubah menjadi konsentrasi larutan pupuk 0,03% dilakukan
setiap 7 atau 10 hari sekali selama periode pemupukan dilakukan).
b. Faktor penguapan larutan pupuk akibat tingginya suhu lingkungan harus menjadi pertimbangan
saat aplikasi, oleh karena itu idealnya pemupukan dilakukan saat matahari tidak sedang
bersinar dengan terik. Sebelum jam 8 pagi atau sesudah jam 4 sore adalah waktu yang ideal
untuk menyemprotkan larutan pupuk agar pupuk dapat terserap daun dengan baik dan
mengurangi resiko larutan pupuk yang menguap akibat suhu lingkungan yang tinggi.

c. Umumnya, mulut daun (stomata) menghadap ke bawah, karenanya pupuk diberikan dengan
cara menyemprotkan larutan pupuk pada daun bagian bawah terlebih dahulu kemudian diikuti
pembasahan larutan pupuk seluruh permukaan daun.
d. Jangan mengaplikasikan pupuk daun jika pada pucuk tanaman tumbuh tunas-tunas baru yang
masih rentan terhadap pengaruh pupuk daun, apalagi jika konsentrasi pupuk daun cukup pekat,
dapat dipastikan tunas-tunas muda akan mengering dan hangus seperti terbakar. Tunggu
hingga daun terbuka dan berkembang sempurna agar pupuk daun daun dapat diaplikasikan.
Saat tunas-tunas muda bermunculan, hanya pada daun-daun yang telah terbentuk sempurna di
bagian bawah saja yang dapat disemprot dengan larutan pupuk daun.
e. Aplikasi penyemprotan pupuk daun pada musim penghujan dapat dilakukan setidaknya 2 jam
sebelum perkiraan hujan akan turun agar larutan pupuk pada daun tidak habis tercuci dan
sebagian besar larutan pupuk telah terserap dengan baik.
f.

Hindari aplikasi penyemprotan pupuk daun secara langsung pada bunga yang sedang mekar
pada tanaman karena dapat dipastikan bunga dan bakal buah akan rontok beberapa waktu
kemudian. Aplikasi pupuk daun dapat dilakukan pasca persarian selesai dan telah terbentuk
bakal buah, dengan menggunakan pupuk daun berkadar fosfat dan kalium tinggi.

g. Pada tanaman muda yang baru dipindah tanamkankan (transplanting), baik pindah tanam ke
pot yang lebih besar (repotting) maupun tanaman muda yang ditanam di lahan. Setidaknya
sebulan setelah pindah tanam, pupuk daun baru dapat diaplikasikan ke tanaman muda
tersebut.
3. Pemupukan melalui air siraman : pada pertanaman yang terbatas (jumlah tanaman dan luasan
pertanaman), pemupukan melalui akar dapat dimodifikasi dengan mengubah bentuk pupuk
padatan menjadi cairan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air, dengan batas kepekatan
atau konsentrasi tertentu yang aman dan tidak menyebabkan plasmolisis bagi akar tanaman.
Pupuk yang telah berubah bentuknya tersebut kemudian diberikan ke tanaman sekaligus
sebagai air siraman. Metode ini banyak direkomendasikan oleh pabrikan pupuk karena pupukpupuk generasi baru umumnya bersifat water soluble (sangat mudah larut dalam air) dengan
ampas sisa pupuk yang tidak terlarut berjumlah sangat sedikit. Pemuoukan dengan cara ini
mempunyai beberapa kelebihan :
a. Pemberian nutrisi secara lengkap dapat dilakukan dengan baik dengan melihat kebutuhan
tanaman, berdasarkan jenis-jenis tanaman dan fase pertumbuhannya
b. Dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan tanah yang mengalami kekurangan harahara tertentu
c. Efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan karena meningkatnya daya serap akar tanaman
terhadap pupuk dalam bentuk larutan
d. Efektifitas pemupukan dapat terlihat nyata dengan meningkatnya kualitas pertumbuhan dan
perkembangan tanaman

e. Kualitas buah yang dihasilkan dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dengan memberikan pupuk
tertentu
f.

Media pertumbuhan tanaman tetap bersih dan relatif bebas dari penyakit akibat aplikasi
pemupukan
yang
terjadwal

Tips Pemupukan Tanaman Buah

1. Pilih jenis pupuk dengan komposisi hara yang tepat dan sesuai dengan fase pertumbuahan dan
perkembangan tanaman :
a. Nitrogen dalam jumlah lebih banyak dengan fosfat dalam jumlah sedang serta sedikit kalium
dibutuhkan oleh tanaman muda, tanaman yang baru transplanting, serta tanaman yang baru
tumbuh dalam fase vegetatif (pembesaran organ-organ).
b. Nitrogen, Fosfat, dan Kalium dalam jumlah seimbang (balance fertilizer) dengan tambahan hara
magnesium yang cukup akan sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang
maksimum sebelum akhirnya tanaman memasuki periode generatif untuk berbunga dan
berbuah.
c. Fosfat dalam jumlah lebih banyak dengan kalium dalam jumlah sedang sangat dibutuhkan oleh
tanaman yang akan/segera memasuki periode generatif untuk berbunga
d. Kalium dalam jumlah lebih banyak dengan nitrogen dalam jumlah sedang serta tambahan
kalsium dan boron akan sangat membantu untuk meningkatkan produksi dan kualitas buah :
ukuran, warna, tekstur daging, persentase daging yang bisa dikonsumsi, rasa, serta daya
simpan buah

e. Di luar pupuk dengan kandungan unsur hara makro yang telah disebutkan di atas, pasokan
hara mikro sebaiknya juga menjadi prioritas dalam pemilihan jenis pupuk meskipun jumlah hara
mikro yang dibutuhkan hanya sedikit. Pupuk yang mengandung hara mikro lengkap biasanya
dijual terpisah dalam kemasan tersendiri, namun beberapa pupuk majemuk dengan kandungan
hara makro telah ditambahi komposisinya dengan beberapa unsur hara mikro esensial dan
digabung menjadi satu dengan kode TE (Trace Element), misalnya : pupuk NPK + Ca+Mg+TE
2. Dosis pemupukan terbaik berada pada kisaran jumlah optimal, di mana pada kisaran minimal
masih terjadi kekurangan jumlah pupuk yang sebenarnya dibutuhkan oleh tanaman, sementara
pada kisaran dosis maksimal terjadi pemborosan pupuk dan kemungkinan kelebihan dosis
pupuk tersebut meracuni tanah dan tanaman. Dahulu, konsep pemupukan pada tanaman buahbuahan yang berumur tahunan adalah setahun dipupuk 2 kali, diberikan pada awal dan akhir
musim penghujan. Dengan konsep ini tanaman hanya mendapatkan tambahan nutrisi dalam
bentuk pupuk sebanyak 2 kali dalam kurun waktu setahun. Jika misalnya diasumsikan jika
terdapat tanaman buah berumur 5 tahun dan tanaman tersebut harus mendapatkan pasokan
pupuk sebanyak 6 kilogram dalam kurun waktu setahun, maka lebih ideal jika jumlah pupuk
yang dibutuhkan tersebut diberikan dengan frekuensi lebih sering, bervariasi dari 1 kilogram
pupuk setiap 2 bulan sekali atau maksimum 2 kilogram pupuk setiap 4 bulan sekali. Dengan
mempertimbangkan rentang waktu pemberian, maka dosis pupuk per tanaman bisa dikurangi
menjadi lebih rendah dengan frekuensi pemberian yang lebih sering. Dengan frekuensi
pemberian pupuk yang lebih sering, ketersediaan hara dalam tanah dapat dipastikan terus ada
sepanjang fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan hal ini akan membantu tanaman
dalam menyelesaikan semua siklus hidup yang harus dijalani secara sempurna, tanpa harus
kehilangan atau kekurangan unsur hara yang dibutuhkan. Intinya, tanaman membutuhkan
ketersediaan hara sepanjang tahun sehingga penyediaan hara dalam bentuk pupuk harus
diberikan secara kontinyu dalam periode yang lebih singkat dengan dosis yang lebih sedikit.
3. Jangan memberikan hara yang tidak sesuai dan tidak dibutuhkan oleh tanaman pada fase
pertumbuhan dan perkembanganya.
4. Selalu berikan pupuk dengan cara aplikasi yang tepat sebagai mana yang telah dijelaskan pada
bagian terdahulu.
5. Kombinasikan pemupukan lewat akar (dalam bentuk padatan maupun dalam bentuk larutan)
dengan pemupukan lewat daun secara teratur untuk mendapatkan hasil pertanaman yang
optimal
Posted in:
Newer PostOlder PostHome

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR BUDIDAYA TANAMAN
PUPUK DAN PEMUPUKAN

DI SUSUN OLEH :
NAMA

: FAHMA SARIAHTA BERUTU

NIM

: 125040201111125

KELAS

:F

KELOMPOK
ASISTEN

: F2
: ISA APRI ADI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke dalam tanah, yang bertujuan umtuk melengkapi
ketersediaan unsur hara. Bahkan pupuk yang paling awal adalah kotoran hewan. Sisa pelapukan
tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang
dikandungnya. Serta manfaat dari berbgai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan
pupuk yang dilabeli menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Terkadang juga
dicantumkan petunjuk pemakaian pada label kemasan. Sebab hal ini penting untuk membaca
label kandungan pupuk sebelum memutuskan dalam pembeliannya. Selain untuk menentukan
jenis pupuk yang tepat, juga perlu diketahui carta aplikasi yang benar sehingga takaran yang
digunakan dapat berdampak terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang
dikandung oleh pupuk tidak bermanfaat untuk tanaman.

1.2 Tujuan

1.3

Untuk mengatahui pupuk dan pemupukan

Untuk mengetahui macam-macam pupuk organik dan anorganik

Untuk mengetahui tekhnik pengaplikasiannya

Untuk mengetahui bentuk-bentuk pupuk

Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pupuk

Manfaat

Dengan adanya materi pupuk dan pemupukan pada praktikum kali ini diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami tentang pupuk dan pemupukan. Mahasiswa juga diharapkan
bisa mengaplikasikan tekhnik pemupukan serta dosis pupuk ke suatu lahan dengan kaidahkaidah yang dibutuhkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1

Defenisi Pupuk

1. Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia, atau biologi tanah. (Hasibuan, 2004)
2. Fertilizer are chemical or organisms that provide nutrients for plant need, eith
directly or indirectly.

Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang menyediakan unsur hara bagi kebutuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Situmorang, 1973)

2.2

Defenisi Pemupukan
1. Pemupukan adalah usaha untuk menambah kesuburan tanah sehingga
tanaman cepat berbunga dan berbuah. (Rochani, 2008)
2. Manuring is the provision of materials to the soil with thw intent tomprove or
enh in soil fertility.

Pemupukan adalah pemberian bahan kepada tanah dengan maksud memperbaiki atau kesuburan
pada tanah. ( Satyamidjaja, 1986)

2.3

Macam-Macam Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan organik berupa sisa-sisa
tanaman, fosil manusia dan hewan, kotoran hewan, dan batu-batuan organik yang terbentuk dari
tumpukan kotoran hewan selama ratusan tahun. (Martodireso, 2001)
Pupuk organik telah umum dikenal masyarakat yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk
hijau, dan pupuk guano alias kotoran burung. Pupuk tersebut dianggap sebagai pupuk organik
alami. Artinya, pupuk langsung diambil dari alam tanpa sentuhan teknologi yang berarti.Selain
pupuk tersebut adalagi pupuk-pupuk organik produksi pabrik di pasaran. Bahan dasar
pembuatannya etap berupa bahan organik, tetapi telah diproses secara modern.
( Martodireso, 2001)

2.3.1 Pupuk Organik Alami


1.

Pupuk kandang

pupuk kandang berasal dari hasil pembusukan kotoran hewan, baik itu berbentuk padat ( berpa
fases atau kotoran ) maupun cair (berupa air seni atau kencing), sehingga warna, rupa, tekstur,
bau, dan kadar airnya tidak lagi seperti aslinya. Biasanya pupuk kandang tidak murni 100%
kotoran hewan, tetapi termasuk juga sisa makanan dan alas tidurnya.
Sebenarnya, kotoran dari semua jenis hewan dapat dipakai sebagai pupuk. Namun, kotoran yang
berasal dari hewan-hewan peliharaan, seperti kotoran sapi, kerbau, kelinci, ayam, atau kuda
adalah yang paling sering digunakan. Pasalnya, kotoran dari hewan peliharaan yang
dikandangkan gampang dikumpulkan.
Kandungan unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang sangat tergantung pada jenis
hewan, kondosi pemeliharaan, lama atau barunya kotoran, dan tempat penyimpanannya.
( Martodireso. 2001)

1. Kompos

Kompos adalah sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat
adanya interaksi mikroorganisme yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik yang biasa
dipakai bisa berupa dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting atau dahan pohon. Kotoran hewan,
kembang yang telah gugur, air kencing hewan, kotoran hewan, dan sampah dapur.
Kandungan zat hara pada kompos sangat bervariasi, tergantung pada bahan yang dikomposkan,
cara pengomposan, dan cara penyimpanannya.
Kandungan hara yang terdapat pada beberapajenis pupuk kompos.( Martodireso. 2001)
1. Humus

Humus mirip dengan kompos, tetapi pelapukan bahan organiknya terjadi secara alami. Bahan
dasar humus umumnya berupa sisa-sisa tanaman yang telah melapuk di kawasan hutan. Proses
pelapukan berlangsung bertahun-tahun oleh mikroorganisme pengurai di dalam tanah dengan
bantuan cuaca. Humus biasanya terdapat di lapisan tanah paling atas di dalam kawasan hutan.
Kandungan hara dalam humus sangat baik. Di samping mengandung hara makro N, P, K, juga
mengandung unsur-unsur hara mikro. Namun, kadar kandungan beragam, tergantung pada
tempat, bahan, dan kondisi lingkungan. ( martodireso. 2001)
1. Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman tertentu yang
dibenamkan di dalam tanah dalam kondisi segar. Tujuannya untuk menambah bahan oganik
tanah dan unsur hara tanah, terutama nitrogen. Karena itu, tanaman yang digunakan adalah jenis

yang mempunyai kemampuan mengikat N bebas di udara dan mengubahnya menjadi bentuk
yang dapat di serap tanaman.
Tanaman yang mempunyai kemampuan seperti ini yaitu dari keluarga kacang-kacangan atau
polong-polongan ( Leguminosae). Hal ini karena pada akar-akar tersebut menempel bakteri
Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen dari udara. Namun, tidak semua tanaman polongpolongan cocok untuk pupuk hijau. Ciri tanaman yang cocok menggunakan pupuk ini yauti
pertumbuhannya cepat, perakarannya dangkal, batangnya tidak terlalu keras, berdaun rimbun,
lunak, mudah busuk, dan tahan terhadap kekurangan air.
( Martodireso, 2001)
1. Kascing

Kascing adalah pupuk organik yang melibatkan cavcing tanah dalam proses penguraian atau
dekomposisi bahan organik. Walaupun sebagian besar penguraian dilakukan oleh jasad renik,
kehadiran cacing justru membantu memperlancar proses dekomposisi. Pasalnya, bahan yang
akan diurai oleh jasad renik pengurai, telah diurai lebih dulu oleh cacing.
Kascing mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing, dan
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk kotoran. Selain kaya unsur hara makro dan mikro,
kascing juga memiliki nilai C/N kurang dari 20, sehingga layak dipakai sebagai pupuk.
( Martodireso, 2001)
1. Pupuk Guano

Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran unggas liar, termasuk kalelawar.
Sedangkan pupuk dari kotoran ayam,itik, atau merpati peliharaan tidak termasuk di dalamnya.
Karena itu, pupuk ini dikenal pula sebagai pupuk burung. Pupuk guano merupakan hasil
pelpukan batuan dan kotoran burung yang ada di dlamnya goa-goa alam. Jenis pupuk ini
tergolong langka, sehingga sulit ditemukan di pasaran. Pupuk guano yang paling terkenal adalah
pupuk yang berasal dari goa-goa kalong atau kalelawar. Hal ini karena kandungan unsur hara di
dalam pupuk kalelawar tergolong tinggi, bahkan paling tinggi dibandingkan dengan pupukpupuk orgainik alami lainnya. Unsur hara yang terkandung dalam kotoran kalelawar antara lain
9-13 % N, 5-12% P, 1,5-2,5% K, 7,5-11% Ca, 0,5-1% Mg, dan 2-3,5% S. ( Martodireso. 2001)

2.3.2 Pupuk Organik Buatan


Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang dlam proses pembuatannya telah banyak
sentuhan teknologi modern. Biasanya produksi dalam skala pabrikan dan dikemas dalam bentuk
yang praktis. Kandungan unsur haranya juga tidak lagi bergantung pada bahan baku organik

yang digunakan, melainkan sudah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Ada jenisnya yang
berbentuk padat, dan ada yang berbentuk cairan. Pupuk organik buatan berbentuk padat
kebanyakan diaplikasikan lewat akar, sementara pupuk organik cair dapat diaplikasikan melalui
akar dan daun. Macam-macam pupuk organik buatan
1. Agro King 2000

Terbuat dari bahan organik dan alami. Mengandung unsur hara makro dan mikro, serta
dilengkapi asam amino, enzim, hormon, dan katalis. Produk ini juga mengandung zat pemantap
tanah ( soil conditioner). Unsur hara yang terkandung dalam pupuk ini tergolong lengkap,
meliputi semua unsur hara makro berupa N, P, K, Ca, Mg, dan S ditambah dengan enam unsur
mikro seperti Fe, Mo, Cl, Bo, Zn, dan Mn. Pupuk ini juga mengandung asam humus yang dapat
bekerja dengan segala macam nutrisi, sehingga meningkatkan ketersediaan hara yang di
butuhkan tanaman.
1. Bio Fertilizer Pro

`Pupuk organik ini berbentuk cairan. Diolah dari kompos sampah kota, limbah pertanian, dan
pupuk kandang. Kandungan hara pupuk ini yaitu 7% N ,7% P, 7% K, 5%Mg, dan 5% S, serta
dilengkapi unsur hara mikro Zn, Cu, Fe, Mo, dan Mn. Dosis pemakaian 2 ml/liter air untuk
tanaman pangan. Volume pemupukan 500 liter larutan pupuk per ha lahan. Diberikan setiap tujuh
hari sekali dengan cara dikocor atau disemprotkan langsung ke tanah.
1. Biopro

Merupakan produksi hasil fermentasi bahan organik yang diperkaya unsur hara, tersedia dalam
beberapa jenis produk dengan fungsi berbeda-beda. Diantaranya, biopro M05 untuk menambah
mineral dalam tanah, Biopro k05 merangsang pertumbuhan bunga dan buah, dan Biopro p05
khusus untuk anggrek. Pemupukan bisa dilakukan dengan cara disiramkan atau disemprotkan ke
tanah dan tanaman. Konsentrasi yang disarankan yaitu 10 ml per liter air. Setiap pohondewasa
membutuhkan 500-600 ml larutan pupuk. Sementara untuk tanaman dalam pot atau tanaman
sayuran, cukup diberikan 10-20 ml larutan pupuk per tanaman.
1. Biosa

Pupuk organik cair yang berguna untuk merangsang pertumbuhan tunas, bunga, dan buah;
mencegah kerontokan daun, bunga, dan buah; serta meningkatkan kesuburan tanah. Sebagai
pupuk organik, produk ini ramah lingkungan dan aman bagi penggunanya. Pupuk ini diberikan
dengan cara menyemprotkan pada daun dan batang secara merata, atau disiramkan langsung
pada tanaman seminggu sekali. Dosis penggunaannya 4 ml/liter air.
1. Green Asri

Pupuk organik berbentuk cairan ini berguna untuk merangsang pertumbuhan dan kesuburan
tanaman. Selain mengandung unsur hara makro N, P, K, dan S, pupuk ini juga mengandung

unsur mikro dan zat pengatur tumbuh khusus dibuat dari ganggang laut. Pupuk ini bersifat ramah
lingkungan dan tidak merusak struktur tanah, serta meningkatkan populasi mikroorganisme
pengurai di dalam tanah. Pengaplikasiannya yaitu dengan cara menyemprotkan ke tanah dan
daun setiap 7-8 hari sekali. Volume penyemprotan 300-400 l/ha dengan konsentrasi 2 ml/l air.
1. Green World

Merupakan jenis kompos orhganik yang terbuat dari jerami, merang, dan pupuk kandang.
Mengandung bakteri Lactobaccilus sp yang berperan sebagai penggembur tanah, Actinomycetes
sp yang mampu menekan patogen berbahaya, dan bakteri fotosintetik sebagai penyubur tanah
dan tanaman. Unsur hara yang dikandungnya yaitu N, P, K, Na, Ca, Mg, Fe, Al, Mn, Cu, dan Zn.
Kompos organik ini juga memiliki 12,10% C-organik dengan C/N ratio 15. Selain berfungsi
sebagai pupuk, Green World juga dapat dipakai sebagai media tanam.
1. Mitra Flora

Pupuk berbentuk cair ini terbuat dari campuran ekstrak bahan organik dan larutan tertentu.
Mengandung 16% N, 0,3% P205, dan 65 K20. Pupuk ini juga dapat mengandung 18% Ca O dan
4% bahan organik. Selain menyuburkan tanah, pupuk ini juga mampu menyediakan kebutuhan
tanaman dan berperan sebagai pemicu pertumbuhan tanaman. Pupuk ini diberikan dengan cara
menyemprotkannya ke daun dan tanah dengan konsentrasi 3-5 ml/l air. Volume semprot per ha
lahan yaitu 300-500 liter larutan pupuk.
1. Nutrifarm AG

Pembuatan pupuk ini dilakukan melalui proses biologis, yaitu Biological Complexation Proccess
( BCP 12) yang berfungsi untuk menjamin keseimbangan campuran kandungan nutrisi organik
sperti protein, asam amino.
( Martodireso. 2001)

2.4

Macam-Macam Pupuk Anorganik

Pupuk Organik yang beredar di pasaran dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan
kandungannya, yaitu pupuk tunggal, pupuk majemuk, dan pupuk lengkap.
1. Pupuk tunggal

Pupuk anorganik dikatakan pupuk tunggal jika dalam pupuk tersebut hanya mengandung satu
unsur hara terpakai. Contoh pupuk tunggal adalah pupuk Urea dan ZA yang hanya mengandung
hara nitrogen, pupuk TSP dan SP-36 yang hanya mengandung fosfor, serta pupuk KCL dan ZK
yang hanya mengandung kalium, serta Mikrofid Mn-10 dan Mikrofid Zn-10 yang hanya
mengandung salah satu unsur mikro saja.

1. Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk merupaka pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Umumya, unsur
hara yang dikandung hanya unsur hara makro atau miko saja. Pupuk majemuk ini dapat hanya
mengandung dua unsur hara atau lebih. Contoh pupuk majemuk adalah sebagai berikut.

Pupuk NPK Rustika Yellow 15-15-15 yang mengandung unsur hara N, P, dan K
masing-masing 15%.

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 yang mengandung unsur N, P, dan K masingmasing 16%

Pupuk NPK Pokon-7 yang mengandung N,P, dan K masing-masing 21%.

Pupuk metalik, Mikroplex, dan Micombi Super yang hanya mengandung unsur
mikro saja.

1. Pupuk Lengkap

Bila dalam satu pupuk mengandung unsur hara makro dan mikro maka pupuk tersebut lebih tepat
dikatakan sebagai pupuk lengkap. Meskipun kandungan unsur hara pada pupuk lengkap
umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan unsur yang sama pada pupuk majemuk, tetapi
karena kelengkapannya maka pupuk ini merupakan pupuk terbaik. Meskipun bukan berarti
pupuk termurah sebab penggunaannya berarti harus lebih sering guna mencukupi kebutuhan
tanaman.
Pupuk lengkap ini umumnya diberikan hanya untuk mengatasi kalau tanaman sedang
kekurangan salah satu unsur hara atau juga diberikan untuk jaga-jaga, jangan sampai tanaman
mengalami kekurangan unsur-unsur hara tertentu. Itulah sebabnya pupuk lengkap hanya
diberikan di sela-sela pemberian pupuk-pupuk tunggal yang lebih murah dan mempunyai
kandungan unsur hara yang tinggi. Contoh pupuk lengkap adalah Bayfolan, Complesel, Wuxal,
Gandasil, Hyponex, Surplus, dan Vitabloom.
( Prihmantoro, 1996)
2.5

Bentuk- bentuk Pupuk

v Pupuk Padat
Untuk membantu pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pupuk yang padat. Pupuk
padat lebih lama untuk diserap tanaman. Karena harus diubah dan mencampur dahulu didalam
tanah agar dapat dimanfaatkan dengan baik
v Pupuk Cair

Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat
menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Hardjowigeno,2004)

2.6 Tekhnik Pengaplikasin Pupuk


1. Cara Aplikasi Pupuk Kimia
a. Larikan
Caranya, buat parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di
dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua
sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di sekeliling pohon
dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak mudah menguap dapat langsung
ditempatkan di atas tanah.
b. Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah
Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan
pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan
distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak
disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.
c. Pop Up
Caranya, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang
digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini
lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.

d. Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang
tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang
dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan
samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan
dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.
e. Fertigasi

Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini
dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini telah
banyak diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI), lapangan golf, atau
nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk
oleh akar dapat lebih tinggi.

2. Cara Aplikasi Pupuk Organik


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai
berikut:

2.7

Penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti


pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai
lapisan tanah yang lebih dalam.

Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik dari
pada dosis banyak yang diberikan sekaligus.

Pada jagung, cabai, tomat, dan beberapa jenis sayuran, pupuk organik
sebaiknya ditempatkan pada lubang tanam satu minggu sebelum bibit
ditanam.

Pada media tanam dalam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang
ideal adalah 1:1. sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah
yang ideal adalah 1:3.

Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio
C/N masih tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik
dan penanaman bibit yakni minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk
menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi pada tanaman ketika
proses penguraian pupuk organik berlangsung.

Kaidah Pemupukan

Tepat Jenis
tanaman.

: Jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yg dibutuhkan

Tepat Dosis : Pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan dgn jumlah unsur
hara yg dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
Tepat Waktu : Harus sesuai dgn masa kebutuhan hara pd setiap fase/umur tanaman,
kondisi iklim/cuaca (misal : (a) pemupukan yg baik jika ilakukan
di awal musim
penghujan atau akhir musim kemarau, (b) pengaplikasian

dan

PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11 siang)


Tepat Cara : Cara pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola
tanam, kondisi lahan dan sifat2 fisik , kimia tanah & biologi tanah.
Tepat Sasaran : Pemupukan harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misal;
(1) Jika yg ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada
didalam
radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman
harus bersih dari gulma-gulma pengganggu.
(2) Jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat
pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik & kimia
tanah.
(Purnomo J.)
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik dan Anorganik
Keuntungan pupuk Organik
1. Menambah hara
2. Memperbaiki sifat fisik tanah
3. Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation
4. Menambah kemampuan menahan air
5. Meningkatkan kegiatan biologi tanah
6. Pada pH tanah masam dapat meningkatkan pH (menetralkan Al dengan
membentuk komplek Al-organik)
7. Tidak menimbulkan polusi.

Kerugian pupuk organik


1. Kandungan unsur hara rendah, jadi jumlah harus banyak, kurang ekonomis
2. Perhitungan dosis tidak bisa tepat
3. Respon tanaman lebih lambat
4. Dapat menjadi inang hama dan penyakit.

Kelebihan Pupuk Anorganik

Mudah diperoleh.

Pengangkutan dan pendistribusian mudah.

Hasil pemupukan cepat tampak.

Kandungan hara jelas.

Kebutuhan pupuk dapat terhitung dengan cepat. (Mangel, 1979)

Kekurangan Pupuk Anorganik

Harga tidak ekonomis.

Dapat menimbulkan efek ketergantungan.

Menjadikan tanah asam.

Mengganggu keseimbangan hara tanah.

Merusak agregat tanah menjadi berbongkah-bongkah.

Menyebabkan defisiensi unsur lain.

Tidak ramah lingkungan. (Hardjowigeno, 2007)

1. III.

BAHAN DAN METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan dan Fungsi


1. Tugal : untuk membuat lubang
2. Pupuk : bahan pemupukan

Urea : bahan praktikun untuk penambahan unsur hara pada tanaman

SP36 : bahan praktikum untuk penambahan unsur hara pada tanaman

KCL : bahan praktikum untuk penambahan unsur hara pada tanaman

3.2

Metode Pelaksanaaan

3.3

Teknis Aplikasi di Lapang

Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan pada saat pemupukan, pupuk yang digunakan yaitu
pupuk N (Urea), pupuk P (SP-36), dan pupuk K (KCL). Beri lubang di sekitar tanaman dengan
kedalaman 6-10 cm dan dengan jarak sekitar 5 cm. dengan 3 kali perlakuan selama masa
tanaman. Pada pemupukan pertama menggunakan dosis 1/3 dosis N, P, dan K. Penggunaan
pupuk N, P, dan K pada fase awal karena akan membantu proses pembentukan klorofil pada
daun, untuk energi pertumbuhan dan untuk pembentukan karbohidrat pada tanaman. Sedangkan
pemupukan yang kedua pada saat 14 hari setelah tanam dengan dosis 1/3 dosis N, agar memacu
proses dari fotosintesis daun sedangkan pemupukan yang ketiga dilakukan pada 35 hari setelah
tanam dengan dosis yang sama yaitu 1/3 dosis N supaya dapat memacu proses fotosintesis daun
dan untuk pembentukan asam-asam amino dan protein pada tanaman. Setelah dilakukan
pemupukan maka tutup lubang tersebut untuk megurangi penguapan. Setelah itu beri air
secukupnya diatas permukaan tanah atau dalam istilah sehari-harinya di siram untuk melarutkan
pupuk sehingga memudahkan perakaran dalam menyerap pupuk tersebut. Dokumentasikan objek
pengamatan, setelah itu catat hasil pengamatan. Terakhir buat laporan.

1. IV.

4.1

PEMBAHASAN

Pembahasan Pengaplikasian Pupuk pada Tanaman Jagung berdasarkan Jurnal

Berdasarkan jurnal yang saya dapat, berisi tentang penelitian penggunaan pupuk NPK majemuk
20 : 10 : 10 pada tanaman jagung. Bertujuan untuk mengetahui takaran NPK majemuk yang
digunakan atau dibutuhkan dan kombinasinya dengan urea dalam meningkatkan efisiensi dan
produktivitas jagung.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok dengan 4 ulangan sebanyak 8 perlakuan
NPK majemuk 20 : 10 : 10 yang dikombinasikan dengan urea dari 2 perlakuan pemupukan
kontrol sebagai pembanding yaitu 750 kg Urea/ha dan rekomendasi pemupukan menggunakan
pupuk tunggal (400 Urea, 150 SP36, dan 125 KCL kg/ha). Pupuk NPK pelangi yang digunakan
dengan komposisi 20% N, 10% P, 10% K.
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal tersebut, bahwa rekomendasi pemupukan menggunakan
pupuk NPK majemuk 20 : 10 : 10 sebaiknya 400 kg/ha dan diberikan satu kali dan disertai

pemberian 100 kg Urea/ha. Pupuk NPK majemuk mempunyai efisiensi produksi yang lebih
tinggi dibandingkan pupuk NPK tunggal, karena pada pupuk NPK majemuk mempunyai sifat
yang slow release. Tanaman jagung yang tumbuh pada hasil penelitian tersebut hanya ada
beberapa tanaman yang tumbuh bagus. Karena pemberian pupuk setiap tanaman berbeda-beda
dengan 8 perlakuan.
Pada praktikum di lapang, pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK juga. Dengan rekomendasi
pupuk pada tanaman jagung yaitu pupuk N (Urea) 300 kg/ha; pupuk P (SP36) 150 kg/ha; pupuk
K (KCL) 100 kg/ha. Pada masing-masing pemupukan digunakan dosis 1/3 dari setiap
rekomendasi pupuk NPK. Pupuk di letakkan di dalam lubang yang memiliki jarak 5 cm di
samping tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum lapang, bahwa tidak semua tanaman jagung dapat
tumbuh dengan baik. Hanya ada satu tanaman jagung saja yang dapat tumbuh. Pertumbuhan
pada tanaman jagung terhambat mungkin disebabkan oleh kurangnya beberapa unsur hara pada
tanah, contohnya kekurangan unsur hara N. karena pada tanaman jagung terdapat bercak-bercak
kuning di daunnya. selain kekurangan unsur N, pada tanaman jagung juga mengalami kekerdilan
dan terdapat bercak-bercak putih seperti terserang suatu penyakit. Namun, tidak semua tanaman
jagung terdapat bercak-bercak putih seperti disebabkan penyakit. Hal itu disebabkan karena
faktor genetik pada setiap tanaman jagung berbeda-beda yang menyebabkan kekebalan terhadap
suatu penyakit tidak sama. Sedangkan pemberian pupuk pada setiap tanaman jagung
menggunakan dosis yang serupa dan pengaplikasiannya juga sama

V.
5.1

PENUTUP
Kesimpulan

Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke dalam tanah, yang bertujuan untuk melengkapi
ketersediaan unsur hara. Pengaplikasian pupuk pada praktikum pupuk dan pemupukan
menggunakan perlakuan yang sama pada setiap tanaman jagung. Sementara hasil yang didapat,
hanya satu tanaman jagung yang dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan yang lainnya mengalami
kekerdilan dan terserang bercak-bercak putih seperti terkena suatu penyakit. Hal itu mungkin
disebabkan karena ketahanan terhadap penyakit pada setiap tanaman jagung berbeda.
5.2

Saran

Tetap sabar ngadapi praktikan seperti kami mas. Tetap kasih waktu yang panjang buat ngerjain
setiap laporan. Dan maaf kalau laporannya masih ada yang kurang dan tidak sesuai dengan
harapan mas.
LAMPIRAN

1. Dalam budidaya tanaman seledri dengan jarak tanam 40 40 cm. luasan


lahan yang dipakai seluas 1 Ha dan yang dipakai untuk luasan drainase dan
jalan kurang lebih 15 %. Hitung kebutuhan pupuk Urea, SP36, dan KCL per
tanaman seledri?

Rekomendasi Urea = 435 kg/ha


Rekomendasi SP36 = 400 kg/ha
Rekomendasi KCL = 300 kg/ha
Jawab:
Jarak tanam = 40 40 cm
= 1600 cm = 0,16 m
Luas lahan efektif = 15% dari 1 ha
= x 10.000
= 1.5001 Ha

(drainase+ jalan)

=10.000 1.500
= 8500 m2
Jumlah tanaman = = = 53,125 tanaman
Kebutuhan pupuk per tanaman:

Kebutuhan pupuk Urea = = = 8 gr/tanaman

Kebutuhan pupuk SP36 = = = 7,5 gr/tanaman

Kebutuhan pupuk KCL = = = 5,6 gr/tanaman

1. Berapa kebutuhan pupuk Urea, SP36, dan KCL pada polybag volume 5 kg,
apabila diketahui kedalaman lapisan olah (KLO) adalah 20 cm, BI tanah 1,1
g/cm3 , luasan yang dipakai seluas 1 Ha dan rekomendasi pupuk seperti
diatas (no 4.1)?

Dik : KLO = 20 cm, BI = 1,1 gr/cm3, luas = 1 Ha, volume polybag = 5 kg.
Dit : kebutuhan pupuk Urea, SP36, KCL?
Jawab:

Rekomendasi Urea = 435 kg/ha

Rekomendasi SP36 = 400 kg/ha

Rekomendasi KCL = 300 kg/ha

HLO

= KLO x BI x LL

= 20 x 1,1 x 108
= 22 x 108
Kebutuhan pupuk Urea

=
= 0,98 gr/tanaman
Kebutuhan pupuk SP36

=
= 0,90 gr/tanaman
Kebutuhan pupuk KCL

=
= 0,68gr/tanaman

1. Dari hasil analisis tanah diperoleh rekomendasi pemupukan dengan 100g N,


50 g P2O5dan 100 g K2O per tanaman. Pupuk tersedia : Urea (46%N), SP36
(36%P2O5), KCL (60%K2O). Berapa bobot pupuk Urea, SP36, dan KCL yang
diperlukan? Jika luasan lahan dan jarak tanam seperti no 4.1.

Jawab:

Luas lahan efektif


= 1.5001 Ha

= 15% dari 1 ha =x10.000

(drainase+ jalan)

=10.000 1.500S
= 8500 m2
Jumlahtanaman

= = 53,125 tanaman
Kebutuhan pupuk N (urea)

= % x kebutuhanpupuk

100 gr

= 217,3gr/tanaman
per hektar

= x jumlah tanaman

= 217,3 x 53,125
= 11.544,06 gr/ha
Kebutuhan pupuk P2O5

P2O5
50

= % x kebutuhan pupuk
gr

= 138,8gr/tanaman
per hektar

= x jumlah tanaman

= 138,8 x 53,125
= 7.373,75 gr/ha

Kebutuhan pupuk K2O

K2O

= % x kebutuhan pupuk

100

= 166,67gr/tanaman
per hektar

= x jumlah tanaman

= 166,67 x 53,125
= 8.854,34 gr/ha

1. Apabila ukuran petak adalah 1015 cm. Tanaman yang digunakan adalah
seledri tangkai. Jarak tanam (6060) cm 50 cm (double row) dengan
populasi 400 tanaman per petak. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea
= 130 kg/ha, SP36 = 120 kg/ha, KCL = 100 kg/ha. Hitung kebutuhan pupuk
per petak dan pupuk per tanaman!

Jawab:

Urea

Kebutuhan pupuk per petak

=
= 1.950 gr
SP36

=
= 1.800 gr
KCL
=

= 1.500 gr

Urea

Kebutuhan pupuk per tanaman

=
= 4,875 gr/tanaman
SP36

=
= 4,5 gr/tanaman
KCL

=
= 3,75 gr/tanaman
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, Sarwono. 2004. Ilmu Tanah (Bogor: Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian). Bogor : Institut Pertanian Bogor Press.
Hasibuan, B. E. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta : UI Presss
Martodireso, sudadi, widada agus suryanto. 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan
dalam Era Pertanian Organik. Yogyakarta : Kansius
Prihmantoro, Heru. 1996. Memupuk Tanaman Sayur. Depok : Penebar Swadaya.
Purnomo, J & D.A. Suriadikarta. Respon Tanaman Tebu Varietas Bulu Lawang dan
Perubahan Sifat Kimia Tanah Sebagai Akibat dari Pemberian Pupuk N, P, K. Jati
Tujuh Jawa Barat
Satyamidjaja, D. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah dan Pertanian. Bandung :
Pustaka Pertanian
Situmorang, S. 1973. Pupuk dan Pemupukan Simplok. Jakarta : Bhana Karya Aksara

Soal 2

Minggu, 05 Desember 2010


EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN PADI

Padi merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia. Bahkan


bisa dikatakan hampir semua wilayah yang ada di Indonesia ini pasti memiliki areal yang
ditanami dengan padi, baik itu padi sawah maupun padi gogo.
Berbicara mengenai penanaman padi maka mau tidak mau pasti tidak akan terlepas dari yang
namanya pemupukan. Umumnya pemberian pupuk anorganik yang dianjurkan Urea=300 kg/ha,
TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha.
Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan
dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan
dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar
malai.
PEMUPUKAN PADI GOGO
a) Pupuk organik
Berasal dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria juncea yang berumur 4-6 bulan atau dari
pupuk kandang yang telah matang. Pupuk organik dibenamkan ke tanah dengan dosisi 10-30
ton/ha.
b) Pupuk anorganik
Pupuk yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP
dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam.
PEMUPUKAN PADI SAWAH
Dosis pupuk tanaman padi sawah sangat dipengaruhi oleh jenis dan tingkat kesuburan tanah,
sejarah pemupukan yang diberikan dan jenis padi yang ditanam.
Penggunaan dosis pupuk untuk padi sawah untuk lahan satu hektar adalah sebagai berikut Urea
200 Kg, SP36 200 Kg, dan KCL 100 Kg. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu kali
budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12
hari dengan dosis pupuk sepertiga dari kebutuhan pupuk keseluruhan, sedangkan sisa pupuk
diberikan pada tahap kedua yaitu kira-kira pada waktu tanaman berumur 40 hari.

Dari kon
disi tersebut diatas maka bisa dikatakan kebutuhan
pupuk anorganik pada tanaman padi per hektar nya berkisar total 500 kg/ha dengan potensi hasil
panen sekitar 5 6 ton per Ha. Apakah jika dianalisa secara ekonomi hal ini sudah bisa dikatakan

memberikan keuntungan bagi para petani padi, tentu saja belum karena masih hanya sebatas
impas saja. Untuk itu sudah saat nya para petani padi melakukan efisiensi pemupukan dengan
penggunaan pupuk organik D.I.Grow.

Pemupukan pada tanaman padi


yang dikombinasikan dengan
menggunakan pupuk organik cair D.I.Grow ditekankan untuk melakukan efisiensi penggunaan
pupuk argonanik secara total sampai 30% hingga 50% dari total penggunaan biasanya, sehingga
secara analisa bisa dilihat bagaimana efisiensi pemupukan setelah menggunakan Pupuk Organik
D.I.Grow.
Dalam hal penambahan biaya untuk tenaga kerja juga tidak terlalu signifikan penambahan biaya
karena penggunaan atau pengaplikasian Pupuk Organik D.I.Grow hanya 3 kali aplikasi saja.
Dengan melakukan pemupukan berimbang antara pupuk anorganik dengan pupuk organik seperti
ini maka diharapkan peningkatan pendapatan petani bisa jauhlebih baik lagi. Rata-rata potensi
peningkatan hasil produksi tanaman padi yang telah menggunakan Pupuk Organik Plus
D.I.Grow
bisa
naik
hingga
40%
dari
produksi
sebelumnya.

Diposkan oleh BERDASA FRESH AND NATURAL di 6.46.00 PM


Reaksi:

Arum Listyowati Suprobo


Blog Mahasiswa Universitas Brawijaya
May 7

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN


PUPUK DAN PEMUPUKAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk selalu dicari para petani di setiap musim tanam, dan harganya terus meningkat.
Pemupukan yang tidak tepat dosis, waktu, dan caranya menyebabkan tanaman tidak tumbuh
optimal, baik karena tanaman kekurangan unsur hara maupun karena kelebihan pupuk.
Pemupukan yang berlebihan menyebabkan kecenderungan terjadinya ketidakseimbangan unsur
hara dalam tanah, kerusakan sifat tanah, dan pencemaran lingkungan. Dalam hal ini perlu
pengetahuan tentang bahan pupuk, bagaimana teknik aplikasi pupuk, cara menghitung kebutuhan
pupuk, efisiensi pemupukan, dan penentuan rekomendasi pemupukan.
Akhir-akhir ini, kebutuhan akan penggunaan pupuk kimia untuk lahan pertanian semakin
meningkat. Sementara pupuk organik (kompos) mulai ditinggalkan. Sebelum diperkenalkannya
pupuk kimia ini kepada masyarakat, kompos telah menjadi kebutuhan dan incaran petani untuk
meningkatkan produksi pertaniannya. Kini para petani lebih menyukai pupuk kimia
dibandingkan kompos. Mereka beralasan pupuk kimia mempunyai kandungan unsur hara yang
baik dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Sedangkan kompos, menurut
mereka, tidak mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Bahkan beberapa petani
menggunakan pupuk kimia secara berlebihan.
1.2 Tujuan

- Untuk mengetahui defenisi pupuk dan pemupukan Untuk mengetahui macam-macam pupuk
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pupuk Untuk mengetahui teknik aplikasi pupuk Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pupuk organik dan anorganik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pupuk
v Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman yang dimana
pupuk juga merupakan salah satu sarana produksi yang memiliki peranan yang sangat penting
dalam peningkatan produksi dan kualitas hasil budidaya tanaman. (Anonymous a, 2012) v Pupuk
adalah bahan bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman. Zat makanan ( hara )
tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
mempertahankan pertumbuhannya. (Sudarmoto, AS, 1997)
v Fertilizer is a material that is added to the growing medi and plants to provide for the necessary
plat nutrients so that they can produce well.
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.
( Anonymousb,2012 )
2.2 Definisi Pemupukan
v Pemupukan adalah suatu cara pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah dengan tujuan
agar dapat diserap oleh tanaman ( unsur hara adalah makanannya tanaman ).( Anonymousc,2012)
v Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah baik
langsung maupun tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman.
(Anonymous d, 2011)
v Fertilization is necessary to suplement naturally oncering esential mineral elements in the soil
mantain an optimum supply for plant growth. Pemupukan adalah hal yang diperlukan
melengkapi unsur alami mineral dalam tanah untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman
secara optimum. (Collins,2009)
2.3 Macam macam pupuk organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa sisa makhluk hidup yang diolah melalui
proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, contoh:
Pupuk kompos
Pupuk kompos berasal dari sisa sisa tanaman. Sisa tanaman dihancurkan oleh organisme dan
unsur unsur yang sudah terurai diikat menjadi senyawa. Senyawa tersebut harusd larut dalam

air sehingga mudah diadsorpsi oleh akar tanaman.


Pupuk kandang
Merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak pada
umumnya berupa mamalia dan unggas. Disamping mengandung unsur hara makro seperti N,P, K
pupuk kandang juga mengandung unsur makro seperti Ca, Mg, dan S.
Pupuk organik
Pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan oleh
bakteri pengurai. Macam-macamnya antara lain:
b) Pupuk hijau, merupakan pupuk organik yang berasal dari tanaman atatu berupa sisa panen..
d) Humus, merupakan material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daundaunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk, yang akhirnya mengubah humus menjadi
tanah.
e) Mikroba Penyubur Tanah, Mikroba yang dikemas sebagai pupuk cair disemprotkan ke tanah
hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.
2.4.Macam-macam Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang sengaja dibuat
oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar tinggi. Pupuk
anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang diperlukan
tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat menghasilkan bulir hijau dan yang
dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya, pupuk anorganik digolongkan sebagai berikut :
1. Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsure hara sebagai penambah
kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K.
a) Pupuk Nitrogen.
Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah:
1) Mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, dan merangsang pertunasan.
2) Memperbaiki kualitas, terutama kandungan proteinnya.
3) Menyediakan bahan makanan bagi mikroba (jasad renik)
Pupuk yang paling banyak mengandung unsure nitrogen adalah pupuk urea.
b) Pupuk Fosforus
Fosforus (P) bagi tanaman berperan dalam proses:
1) Respirasi dan fotosintesis
2) Penyusunan asam nukleat
3) Pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.
4) Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, dan,
5) Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu panen.
Unsure fosfor diperlukan diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsure nitrogen. Fosfor
diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4, dan AlPO4.
c) Pupuk Kalium
Fungsi kalium bagi tanaman adalah:
1) Mempengaruhi susunan dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman.
2) Mempercepat metabolisme unsure nitrogen.

3) Mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur.


2. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsure hara yang digunakan
untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk
majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa
ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida
(KCL).
Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan
dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P, dan K tertentu. Di
Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam.
(Anonymousc,2012)
2.5 Bentuk pupuk
2.4.2 Pupuk Cair
Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat
menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Hardjowigeno,2004)
2.4.1 Pupuk padat
Pupuk padat adalah pupuk yang berbentuk padatan. Pupuk dapat diperdagangkan dalam bentuk
onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk padatan biasanya diaplikasi ke tanah atau media
tanam.
2.4.2 Pupuk cair
Pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk cair atau berupa cairan. Pupuk cair diperdagangkan
dalam bentuki konsentrat atau cairan. Pupuk cair diberikan secara disemprotkan ke tubuh
tanaman.
(Guntoro, 2003)
2.6 Teknik aplikasi pupuk
Larikan
Caranya, buat parit kecil disamping bansan tanaman sedalam 6 10 cm. Tempatkan pupuk di
dalam larikan tersebut, kemudian tutp kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua
sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar disekeliling pohin
dengan jari jari 0,5 1 kali jari jari tajuk. Pupuk yang tidak mudah menguap dan dapat
langsung ditempatkan di atas tanah.
Penebaran secara merata di atas permukaan tanah.
Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjut dengan
pengolahan tanah, seperti aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi
unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpuyn lebih seimbang. Tidak disarankan
untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah untuk menguap.
Penugalan
Caranya, ditempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10 15 cm, lubang
tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuki dimasukkan tutup kembali lubang
dengan tanahy untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan di samping kiri dan
kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diapliksaikan adalah pupuk
slow release dan pupuk tablet.

Fertigasi
Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Cara ini dilakukan
untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle.
(Adisarwanto, 2005)
2.7. Kaidah Pemupukan
1) Tepat Jenis Jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yg dibutuhkan tanaman.
2) Tepat Dosis Pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan dgn jumlah unsur hara yg
dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
3) Tepat Waktu Harus sesuai dgn masa kebutuhan hara pd setiap fase/umur tanaman, dan kondisi
iklim/cuaca (misal : (a) pemupukan yg baik jika ilakukan di awal musim penghujan atau akhir
musim kemarau, (b) pengaplikasian PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11
siang)
4) Tepat Cara Cara pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam,
kondisi lahan dan sifat2 fisik , kimia tanah & biologi tanah.
5) Tepat Sasaran Pemupukan harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misal; (1) Jika yg ingin
dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada didalam radius daerah perakaran
tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulmagulma pengganggu.(2) Jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada
saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik & kimia tanah.
2.8 Kelebihan dan kekurangan pupuk organik dan anorganik.
2.8.1 Kelebihan pupuk organik
Memperbaiki dan menjaga unsur tanah
Menjadi penyangga pH tanah
Membantu menjaga kelembaban tanah
Tidak merusak lingkungan
Aman dipakai dalam jumlah besar
Pupuk organik mengandung asam organik, antara lain asam hunic, asam fulfic, hormon dan
enzim yang tidak terdapat pada pupuk buatan.
Kekurangan Pupuk Organik
Kekurangan dari pupuk organik antara lain:
a) Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif
banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.\
b) Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk
pengangkutan dan implementasinya.
c) Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian
pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani.
Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak sespektakuler pemberian pupuk buatan. (Sugiarti, 2008)
2.8.2 Kelebihan pupuk anorganik
Pemberian dapat terukur dengan tepat
Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup besar
Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat
Kekurangan pupuk anorganik

Kekurangan dari pupuk anorganik antara lain:


a) Selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir
tidak mengandung unsur hara mikro
b) Meninggalkan residu ke dalam tanah
c) Dalam jangka panjang akan merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah
d) Degradasi unsur hara (Lingga dan Mansono,2000)
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousc,2012. Jenis Pupuk Organik. http://ekaboymaster.blogspot.com/2012/02/jenispupuk-dan-fungsi-pupuk-organik.htmlDiakses tanggal 7 Juni 2012
Goenadi,P.H.2006.Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis Hayati.Yayasan John.
Hitech:Jakarta
Hardjowigeno.2004. Pupuk dan pemupukan Tomat. Kanisius:Yogyakarta
Juanda, Dede & Bambang Cahyono .2005. Wijen: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta : Kanisius.
Lingga dan Marsono.2000.Pupuk Organik.Kanisius:Yogyakarta
Sugiarti, 2008. Pupuk organik. http://sugiyarti-unindra-bio2a.blogspot.com/2008/11/pupukorganik.html. diakses tanggal 14 juni 2012
Sunardi, Y. Sardjono. 2008. Teknik Aktivasi Neoutron (AAN) Untuk Pnenentuan Efisiensi
pemupukan Tanaman di Lahan Pasir pantai Samas bantul. Seminar Nasional IV. Yogyakarta.
Endrizal, dkk. 2004. Efisiensi Penggunaan Pupuk Nitrogen dengan Penggunaan Pupuk Organik
pada Tanaman Padi Sawah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 7
No. 2 Hal : 118 124.
Guntoro, Dwi Purwono dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap
Serapan Hara dan Pertumbuhan Tanaman Tebu. Dalam Buletin Agronomi Institut Pertanian
Bogor.
Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit
Salam. Sebuah Skripsi IPB Repository.
Suryantini. 2005. Serapan N, P, K Tanaman Petsai dengan Pemberian Lumpur Laut dan Pupuk
Kandang pada Tanah Gambut

Anda mungkin juga menyukai