Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umumnya pelaku pertanian khususnya petani telah meyakini sepenuhnya bahwa
pupuk yang diberikan kepada tanaman akan mampu meningkatkan produksi tanaman yang
diusahakan. Kepercayaan terhadap penggunaan pupuk anorganik yang cepat bereaksi,
mudah aplikasinya, dan sangat murah menyebabkan pupuk organik kurang popular di
mata pelaku pertanian. Periode sebelum tahun 1999 merupakan masa keemasan
penggunaan pupuk anorganik, dan sebaliknya masa suram untuk penggunaan pupuk
organik.
Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal
pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya
penggu naan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup
khawatir dengan pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik ini akan menambah
tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia.
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan
modal. Pemumupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil
pertanian. Anjuran pemupukan terus ditingkatkan melalui program pemupukan berimbang,
namun sejak sekitar tahun 1986 terjadi gejala pelandaian produktivitas (leveling off), suatu
petunjuk terjadi penurunan efesiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan
lingkungan yang harus dicermati.
Pupuk dan pemupukan adalah komponen yang sangat penting dalam manajemen
budidaya tanaman. Pemupukan sendiri mencakup beberapa hal penting : pengaturan jenis
pupuk itu sendiri, berapa jumlah atau dosis pupuk yang harus diberikan, kapan pupuk
harus diberikan, bagaimana cara pemberian pupuk tersebut dan ketepatan tempat
pemberian pupuk bagi tanaman.
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda
untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah,
memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Dengan tingginya hasil
tanaman yang dipanen, berarti jumlah unsur hara yang diambil oleh tanaman dari dalam
tanah akan banyak pula karena pengambilan unsur hara dari dalam tanah berlangsung
secara pararel terhadap pembentukan bahan kering atau produksi tanaman. Sehingga untuk
tahun-tahun pertanaman berikutnya unsur hara yang berada didalam tanah lambat laun
akan terus berkurang.
B. Rumusan Masalah
1

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat diambil, yaitu :
1. Bagaimana pengertian pupuk?
2. Bagaimana klasifikasi pupuk berdasar sumber unsur hara?
3. Bagaimana jenis-jenis pupuk?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pupuk organik dan anorganik?
5. Bagaimana cara memupuk yang baik dan benar?
6. Mengapa tanaman harus dipupuk?
7. Bagaimana gejala-gejala apabila tanaman kekurangan unsur hara?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah pupuk dan pemupuka, yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari pupuk
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi pupuk berdasar unsur hara
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pupuk
4. Mahasiswa dapat megetahui kelebihan dan kekurangan pupuk organik dan anorganik
5. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pemupukan yang baik dan benar
6. Mahasiswa dapat mengetahui tanaman yang wajib dipupuk
7. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana jika tanaman kekurangan unsur hara

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PUPUK
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral).
Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pada
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon
tumbuhan, bersifat membantu kelancaran proses metabolisme.
Pemupukan harus dilihat sebagai fungsi pemberian hara atau nutrisi bagi tanaman.
Hara adalah unsur atau senyawa anorganik maupun organik yang terdapat di dalam
tanah, atau terkandung di dalam tanah dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pemberian hara dalam bentuk pupuk harus ditambahkan dan
diberikan ke tanaman secara teratur. Penambahan pupuk ini harus dilakukan karena tidak
terjadi keseimbangan jumlah hara dalam tanah di mana jumlah hara akan terus berkurang
dari waktu ke waktu.
Pemupukan dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Agar
pemberiannya tepat, perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, sehingga tidak
terlalu banyak bahan makananang diberikan karena jika terlalu sedikit atau terlalu
banyak dapat membahayakan tanaman.
2. KLASIFIKASI PUPUK BERDASAR UNSUR HARA
2.1.
Berdasarkan sumber asal usul pupuk
2.1.1 Pupuk Organik (manure)
Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad
renik atau mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk
kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano. Beberapa pupuk
organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang,
dan tepung ikan.
Semua pupuk yang dibuat dengan menggunakan bahan dari sisa-sia
metabolisme, organ hewan maupun tumbuhan merupakan pupuk organik.
Contoh pupuk ini adalah : kompos daun, belotong tebu, kotoran hewan
(kotoran padat maupun cair), dsb.
2.1.2

Pupuk Kimia (fertilizer)


Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia
atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan

menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal
hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki
kandungan hara lengkap. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan
mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam,
tergantung produsen dan komoditasnya.
Segala pupuk yang dibuat dari bahan-bahan mineral melalui proses
pengolahan/sintesa yang dilakukan manusia merupakan pupuk kimia. Jika
kandungan pupuk organik relatif lebih sulit ditentukan dan bergantung dari
sumber bahannya, maka kandungan pupuk kimia relatif lebih mudah diketahui
2.2.
2.2.1

dengan menghitung jumlah bahan-bahan penyusunnya.


Berdasarkan bentuk fisik pupuk
Pupuk berbentuk padat
Semua pupuk yang berbentuk butiran, kristal, remah, atau onggokan
seperti batuan yang biasanya diberikan ke tanah atau media tanam, misalnya

2.2.2

urea, NPK, MgO, MKP, DKP, Borate, dsb.


Pupuk berbentuk cair
Banyaknya kandungan unsur hara yang ada di dalam lahan pertanian
dapat dilihat secara sederhana dari penampakan warna tanaman di lahan.
Misalnya ada tanaman yang kelihatan hijau sementara yang lainnya terlihat
kekuningan.

Tanaman

hijau

menggambarkan

bahwa

tanah

tersebut

mempunyai cukup unsur hara. Sedangkan tanaman yang berwarna kuning


biasanya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cukup mempunyai unsur
hara. Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan
organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair
menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan,
misalnya kotoran kambing, domba, kelinci atau ternak lainnya.

2.3.
Berdasarkan komposisi penyusun pupuk
2.3.1. Pupuk tunggal
Semua pupuk yang mengandung satu unsur hara utama saja (dalam bentuk
persenyawaan), misalnya pupuk urea, pupuk TSP (Triple Super Phosphate),
pupuk KCl (Kalium Chloride), pupuk MgO (Magnesium Oxide), pupuk Bo, dsb.
2.3.2. Pupuk campur
Pupuk campur merupakan campuran pupuk tunggal yang dicampur secara
manual, misalnya urea discampur dengan TSP dan KCl. Pupuk campuran
4

mempunyai tingkat keseragaman yang beragam karena dicampur secara manual,


di sisi lain, tidak semua pupuk dapat dicampur satu sama lain. Beberapa pupuk
campuran juga hanya dapat dilakukan untuk sekali aplikasi dan tidak dapat
disimpan.
2.3.3. Pupuk majemuk
Semua pupuk yang mengandung minimum dua unsur utama yang saling
diperlukan, misalnya pupuk NPK, NPK + CaMg, pupuk MPK, pupuk DKP,
pupuk DAP, dsb.
2.3.4. Pupuk majemuk khusus
Pupuk majemuk khusus adalah pupuk majemuk yang dibuat secara
khusus, misalnya dalam bentuk tablet atau pellet. Pupuk jenis ini dibuat
customized sesuai keinginan pemesan untuk memupuk tanaman tertentu, dengan
harga satuan biasanya lebih mahal, dan efektifitas pemupukan masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
2.4.
Berdasarkan kandungan hara
2.4.1. Pupuk makro
Semua pupuk yang mengandung unsur hara utama (primer maupun
sekunder), yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak,
misalnya pupuk yang mengandung hara N (nitrogen), P (phosphate), K
(kalium), Ca (calcium), dan Mg (Magnesium)
2.4.2. Pupuk mikro
Semua pupuk yang mengandung hara mikro, yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah sedikit namun sangat memegang peranan dalam tumbuh kembang
tanaman, misalnya pupuk yang mengandung hara Mn (mangan), S (sulfat), Fe
(besi), Bo (boron), Si (silikat), Zn (seng), Ni (nikel), Co (kobalt), Cu (tembaga),
Mo (molybdenum), Na (natrium), Al (alumunium), dan Cl (klor).
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
3.1.
Pupuk Organik
3.1.1 Kelebihan pupuk organik
- Memperbaiki struktur tanah
- Menaikkan daya serap tanh terhadap air
- Sebagai sumber makanan bagi tanaman
3.1.2 Kekurangan pupuk organik
- Kadar mineral kecil atau rendah
- Sulit dalam pengangkutan
- Lama dalam proses penyerapan tumbuhan
3.2.
Pupuk Anorganik
3.1.1. Kelebihan pupuk anorganik
- Kebutuhan akan hara dapat terpenuhi dengan perbandingan tepat
- Hasil cepat terlihat pada tanaman
- Mudah pengaplikasian
- Tidak berbau
5

3.3.

3.1.2. Kekurangan pupuk anorganik


- Sedikit mengandung unsur hara mikro
- Jika terus digunakan maka akan merusak tanah
- Jika pemakaiannya banyak, tanaman bisa keracunan
- Mengakibatkan residu pada tanah
- Bersifat higroskopis
Keunggulan dan Kekurangan Pupuk Organik
Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki
kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik).
3.3.1 Keunggulan Pupuk Organik
- Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepas kan hara tanaman
dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak
-

tentu dan relatif kecil.


Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan

untuk diolah dan mudah ditembus akar.


Meningkatkan daya tahan air (water holding capaci ty). Sehingga

kamampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak.


Permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Menurunkan permeabilitas pada
tanah bertekstur kasar (pasiran), sebaliknya meningkatkan permeabilitas

pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).


Memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan ting kat tinggi maupun
tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih

terjamin.
Mengandung mikroba dalam jumlah cukup yang berperanan dalam proses

dekomposisi bahan organik.


3.3.2 Kekurangan Pupuk Organik
- Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah.
Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila
diberikan langsung ke dalam tanah maka bahan organik diserang oleh
mikroba (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh energi. Sehingga
populasi mikroba yang tinggi memerlukan juga hara tanaman untuk
-

tumbuhan dan kembang biak.


Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering
mengandung mikroba patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk

4.

bagi tanaman, hewan dan manusia.


JENIS-JENIS PUPUK
4.1.
Sifat-Sifat Umum Pupuk Buatan
Nilai suatu pupuk di tentukan oleh sifat-sifatnya yang meliputi :
a. Kadar unsur hara
Banyaknya unsur hara yang di kandung oleh suatu pupuk merupakan faktor
utama untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan
6

kemampuannya untuk menaikan kadar unsur hara dalam tanah. Pada dasarnya
makin tinggi kadar unsur haranya maikin baik. Kadar unsure hara pada pupuk N,
P dan K dinyatakan dalam persen N1 P2 O5 dan K2 O.
b. Higroskopisitas
Higroskopisitas adalah mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada
di udara. Pupuk yang higroskopisnya kurang baik karena mudah menjadi basah
atau mencair bila tidak tertutup sehingga perlu penyimpanan yang baik. Bila
kelembapan udara menurun, pupuk dapat menjadi kering kembali tetapi terjadi
bongkah-bongkah yang keras.
c. Kelarutan
Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air. Hal ini
berarti juga mudah tidaknya unsur yang di kandung didalam pupuk diambil oleh
tanaman. Pupuk N dan K umumnya mudah sekali larut dalam air, sedang pupuk P
dapat di bedakan menjadi (1) mudah larut dalam air (superfosfat,amophos), (2)
larut dalam asam sitrat atau ammonium sitrat netral (FMP-Fused Magnesium
Phosphate), dan (3) larut dalam asam keras (fosfat alam).
d. Kemasaman
Pupuk yang bersifat masam dapat menurunkan pH tanah berarti
menyebabkan tanah menjadi lebih masam, sedang pupuk yang bersifat alkalis
dapat menaikkan pH tanah. Sifat kemasaman pupuk dinyatakan dengan nilai
ekivalen kemasaman. Yang dimaksud dengan ekivalen kemasaman adalah jumlah
CaCO3 (kg) yang diperlukan untuk menjadikan kemasaman yang di sebabkan
oleh pengguna 100kg suatu jenis pupuk. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis
alkalis mempunyai kemampuan untuk mengurangi kemasan tanah. Kemampuan
mengurangi kemasaman tanah suatu pupuk dinyatakan dengan nilai ekivalen
kebebasan yang menunjukkan banyaknya CaCO3 (kg) yang dapat menyamai
kemampuan 100 kg suatu jenis pupuk dalam mengurangi kemasaman tanah.
e. Bekerjanya
Yang dimaksud dengan bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan
hingga pupuk tersebut dapat di serap oleh tanaman dan memperlihatkan
pengaruhnya. Bekerjanya pupuk ini sangat mempengaruhi waktu dan cara
penggunaan pupuk.
f. Salt index (index garam)
Pemupukan meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah. Salt
index suatu pupuk diukur berdasarkan kenaikan tekanan osmotik (dengan satuan
4.2.

atmosfir) dalam larutan tanah.


Jenis Pupuk Organik

Dilihat dari kandungannya, pupuk organik memiliki kandungan nutrisi yang


lebih lengkap baik makro maupun mikro. Namun takarannya sedikit dan
komposisinya tidak pasti. Setiap pupuk organik mempunyai kandungan nutrisi
dengan komposisi yang berbeda-beda. Sedangkan pupuk kimia sintetis hanya
memiliki beberapa kandungan nutrisi saja, namun jumlahnya banyak dan
komposisinya pasti. Misalnya, urea banyak mengandung unsur nitrogen (N) dalam
jumlah yang cukup tapi tidak memiliki zat nutrisi lainnya.
Penyerapan nutrisi atau zat hara pada pupuk organik lebih sulit dicerna
tanaman karena masih tersimpan dalam ikatan kompleks. Namun secara jangka
panjang akan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah yang bisa memudahkan
tanaman menyerap unsur-unsur tadi. Sedangkan pada pupuk kimia sintetis
kandungan haranya bisa diserap langsung oleh tanaman. Kelemahannya, zat hara
tersebut sangat mudah hilang dari tanah karena erosi.
Pupuk organik baik untuk digunakan dalam jangka panjang karena sifatnya
menggemburkan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air.
Sehingga kesuburan tanah tetap terjaga. Sementara itu pupuk kimia sintetis
walaupun efek reaksinya cepat, secara jangka panjang akan mengeraskan tanah dan
mengurangi kesuburannya.
Dari sisi lingkungan dan ekosistem, pupuk organik memicu perkembangan
organism tanah. Tanah yang kaya akan organisme sanggup memberikan nutrisi
secara berkelanjutan. Karena aktivitas organisme tanah akan menguraikan sejumlah
nutrisi penting bagi tanaman. Sedangkan pupuk kimia sintetis malah membunuh
organism tanah. Sehingga untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman selalu diperlukan
penambahan pupuk dalam jumlah yang terus meningkat.
Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di lapangan.
Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya.
Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat. Sedangkan dilihat
dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang dan pupuk kompos.
a. Pupuk hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik
tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil
hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari
jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini
dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang tinggi serta
cepat terurai dalam tanah.

Pengaplikasian pupuk hijau bisa langsung dibenamkan kedalam tanah atau


melalui proses pengomposan. Di lahan tegalan atau lahan kering, para petani
biasa menanam leguminos, seperti ki hujan, sebagai pagar kebun. Di saat-saat
tertentu tanaman pagar tersebut dipangkas untuk diambil hijauannya. Hijauan
dari tanaman leguminosa bisa langsung diaplikasikan pada tanah sebagai pupuk.
Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa menggunakan azola sebagai
pupuk hijau. Azola merupakan tanaman pakis air yang banyak tumbuh secara liar
di sawah. Tanaman ini hidup di lahan yang banyak mengandung air. Azola bisa
langsung digunakan sebagai pupuk dengan cara dibenamkan kedalam tanah pada
saat pengolahan lahan.
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti
unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan
berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing. Contoh hewan yang
kencing adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak kencing
kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek.
Karakteristik kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif
lebih lama, kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan
kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok digunakan pada tanaman yang diambil
buah atau bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan, dan tanaman buah.
Sedangkan karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu penguraiannya
lebih cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya fospor dan kalium.
Pupuk kandang jenis ini cocok diterapkan untuk tanaman sayur daun seperti
selada, bayam dan kangkung.
Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman karena
ketersediaannya yang melimpah dan proses pembuatannya gampang. Pupuk
kandang tidak memerlukan proses pembuatan yang panjang seperti kompos.
Kotoran hewan cukup didiamkan sampai keadaannya kering dan matang
sebelum diaplikasikan ke lahan.
c. Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik
melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme
pengurai

atau

dekomposer

bisa

berupa

mikroorganisme

ataupun

makroorganisme. Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau


kapang. Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah
cacing tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk
9

kompos yaitu proses aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak
melibatkan udara).
d. Pupuk hayati organik
Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup yang
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan
nutrisi penting bagi tanaman. Dalam Peraturan Menteri Pertanian pupuk hayati
tidak digolongkan sebagai pupuk organik melainkan sebagai pembenah tanah,
lihat penjelasannya dalam pengertian pupuk hayati. Namun dalam penerapannya
di lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik.
Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa langsung
meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman.
Pupuk ini secara alami menyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan cara
memfikasi unsur N dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis zat-zat lain
yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk hayati siklus penyuburan tanah
akan berlangsung terus menerus dan secara berkelanjutan. Pupuk hayati dibuat
dengan mengisolasi bakteri-bakteri tertentu seperti Azotobacter choococum yang
berfungsi mengikat unsur unusr N, Bacillus megaterium bakteri yang bisa
melarutkan unsur P dan Bacillus mucilaginous yang bisa melarutkan unsur K.
Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di tanah-tanah hutan, pegunungan atau
sumber-sumber lain.
4.3.
Karakteristik pupuk organik
Seperti juga humus, pupuk organik berperan untuk menyediakan nutrisi bagi
tanaman. Setidaknya ada empat manfaat, yakni sebagai sumber nutrisi, memperbaiki
struktur fisik tanah, memperbaiki kimia tanah, meningkatkan daya simpan air dan
meningkatkan aktivitas biologi tanah.
4.3.1. Sumber nutrisi tanaman lengkap
Pupuk organik mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan
tanaman, baik yang sifatnya makro maupun mikro. Unsur makro yang
dibutuhkan tanaman antara lain nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S),
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur mikro adalah besi (Fe),
tembaga (Cu), seng (Zn), klor (CI), boron (B), molybdenum (Mo) dan
Almunium (AI). Pupuk organik yang dibuat dengan bahan baku yang lengkap
bisa mengandung semua kebutuhan unsur hara tersebut.
4.3.2. Memperbaiki struktur tanah
Pupuk organik merupakan material yang mempunyai sifat unik. Bisa
menggemburkan tanah lempung yang solid, namun disisi lain juga bisa
merekatkan tanah berpasir yang gembur. Karena sifatnya ini, pupuk organik
10

bisa memperbaiki tanah pasir maupun lempung. Pupuk organik dapat


merekatkan butiran-butiran halus pasir sehingga tanah menjadi lebih solid.
Sehingga tanah berpasir bisa menyimpan air. Sedangkan pada tanah liat yang
didominasi oleh lempung, pupuk organik bisa memberikan pori-pori, sehingga
tanah tersebut menjadi gembur.
4.3.3. Meningkatkan kapasitas tukar kation
Dilihat dari sifat kimiawi, pupuk organik mempunyai kemampuan
meningkatkan kapasitas tukar kation. Kapasitas tukar kation adalah
kemampuan tanah untuk meningkatkan interaksi antar ion-ion yang ada dalam
tanah. Tanah yang memiliki kapaitas kation tinggi lebih mampu menyediakan
unsur hara bagi tanaman dibanding tanah dengan kapasitas ion rendah.
Kandungan material organik yang tinggi akan meningkatkan kapasitas tukar
kation tanah.
4.3.4. Meningkatkan daya simpan air
Struktur kompos sangat menyerap air (higroskopis). Air yang datang
disimpan dalam pori-pori dan dikeluarkan saat tanaman membutuhkannya
melalui akar. Keberadaan air ini mempertahankan kelembaban tanah sehingga
tanaman dapat terhindar dari kekeringan.
4.3.5. Meningkatkan aktivitas biologi tanah
Pupuk kompos mengandung

mikroorganisme

dekompomoser

didalamnya. Mikroorganisme ini akan menambah mikroorganisme yang


terdapat dalam tanah. Karena sifatnya yang melembabkan, suhu tanah menjadi
ideal bagi tumbuh dan berkembang biota tanah. Aktivitas biota tanah ini yang
menghasilkan sejumlah nutrisi penting agar bisa diserap tanaman secara
efektif.
4.4.
Jenis Pupuk Anorganik
4.4.1. Pupuk Urea
[(CO(NH2)2] Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4
(ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan
merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar
antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa
biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang
banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,52,0%.
4.4.2. Pupuk ZA
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi
tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah

11

singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti


amonium sulfat (NH4SO4).
Pupuk ZA mengandung belerang 24% dan nitrogen 21%. Kandungan
nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya
dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang
miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea
sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami
keracunan bila diberi pupuk urea.
4.4.3. Pupuk Ponska (NPK)
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk dengan kandunga unsur hara yang
lengkap. Unsur hara makro utama dalam pupuk NPK adalah Nitrogen,
Fosfor, dan Kalium. Pupuk ini berbentuk butiran berwarna biru langit. Pupuk
ini bersifat higroskopis atau mudah larut sehingga mudah diserah oleh
tanaman dan bersifat netral (tidak mengasamkan tanah).
4.4.4. Pupuk SP 36 atau SP18
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang
ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P 2O5 SP 36 adalah 46%
yang lebih rendah dari TSP yaitu 36%. Dalam air jika ditambahkan dengan
ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun
kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,
lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah.
4.4.5. Pupuk KCl
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K)
yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan
untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu
jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya
kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah
sebagai aktivator berbagai enzim.
Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan
sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan
lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil
pemurniannya mengandung K2O sampai 60%. Pupuk Kalium (KCl)
berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang
tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat
pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak
tegak), proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang
12

pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan


daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun.
Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa
terganggu.
5. CARA PEMUPUKAN YANG BAIK DAN BENAR
Salah satu hal yang penting dalam proses pemupukan adalah cara pemberian pupuk
yang benar. Dengan cara yang benar, pemberian pupuk memberikan hasil nyata karena
pupuk dapat terserap baik oleh tanaman, dengan demikian pemanfaatan unsur hara yang
terkandung dalam pupuk dapat dimaksimalkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan tanaman itu sendiri.
Kesalahan dalam cara pemberian pupuk akan mengurangi efisiensi dan efektifitas
pupuk, sehingga akan timbul kerugian dari sisi waktu dan biaya, serta manfaat pupuk
yang kurang maksimal bagi tanaman. Proses pemupukan akan sangat menentukan
keberhasilan produksi tanaman, selain jenis pupuk yang tepat, cara aplikasi pupuk yang
efektif dan efisien akan meningkatkan keberhasilan pemupukan. Cara pemupukan yang
baik dan benar, yaitu sebagai berikut :
5.1.
Pemupukan melalui akar tanaman
Pemberian pupuk yang bertujuan untuk menambah kandungan hara yang
dibutuhkan oleh tanaman melalui akar dan dengan penambahan hara ini tanaman
akan tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan.
5.1.1. Pemupukan dengan cara sebar (broadcasting)
Cara ini adalah cara yang paling sederhana karena pupuk diberikan ke
media tanam dengan cara disebar di atas permukaan media saat pengolahan
tanah (biasanya dilakukan pada tanaman semusim seperti padi dan kacangkacangan yang ditanam di sawah), sehingga pupuk tercampur merata dengan
tanah. Pemupukan dengan cara
sebar

ini

berpotensi

tinggi

merangsang pertumbuhan tanamantanaman pengganggu (gulma) serta


tingkat fiksasi atau pengikatan
unsur hara tertentu oleh tanah. Cara
sebar dilakukan jika :
- Populasi tanaman cukup
-

tinggi akibat aplikasi jarak tanam yang rapat


Sistem perakaran tanaman yang menyebar di dekat permukaan tanah
Tingkat kelarutan pupuk yang tinggi agar dapat terserap dalam jumlah
banyak oleh tanaman
13

- Tingkat kesuburan tanah yang relatif baik


5.1.2. Pemupukan pada tempat tertentu (placement)
Berbentuk seperti barisan lurus di antara larikan atau barisan tanaman,
membentuk

garis

lurus,

atau

membentuk lingkaran di bawah


tajuk tanaman. Alur pemupukan
dibuat dengan membuat semacam
kanal dangkal sebagai tempat
pupuk dengan mencangkul tanah
selebar kurang lebih 10cm dengan
kedalaman kurang lebih 10cm dari
permukaan tanah. Setelah pupuk
diletakkan di dalam alur, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Ada juga
beberapa aplikasi lain yang memodifikasi cara ini ini, misalnya dengan cara
membuat sejumlah lubang sedalam dan dengan jumlah lubang tertentu
menggunakan tugal atau linggis melingkar di bawah tajuk kemudian pupuk
diisikan ke dalam lubang lalu lubang ditutup tanah kembali. Pemupukan
dengan cara ini dilakukan dengan alasan :
- Kesuburan tanah relatif lebih rendah (tanah tegalan atau kebun)
- Populasi tanaman lebih rendah karena jarak tanam lebih lebar
- Volume pupuk yang digunakan berjumlah lebih sedikit
- Volume akar tanaman sedikit dan tidak menyebar
5.2.
Pemupukan melalui daun (spraying, foliar application)
Massa pupuk dalam jumlah tertentu dilarutkan ke dalam air dan campuran pupuk
dengan

air

ini

menghasilkan

larutan pupuk dengan konsentrasi


sangat

rendah

0,05%).
kemudian

(kurang

Larutan
ini

pupuk

dari
ini

disemprotkan

langsung ke daun-daun tanaman,


menggunakan

alat

semprot

volume rendah (hand sprayer),


volume sedang (sprayer gendong), maupun volume besar menggunakan mesin
kompresor, bahkan menggunakan pesawat terbang kecil untuk hamparan pertanaman
yang luas. Berbeda dengan pemupukan melalui akar, pemupukan melalui daun harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu :

14

Konsentrasi pupuk harus dibuat mengikuti petunjuk pemakaian pada label


kemasan pupuk, dengan konsentrasi kepekatan pupuk berada pada kisaran
angka 0,01% (1 gram pupuk padat dilarutkan ke dalam 1000 cc air) hingga
konsentrasi maksimum 0,05% (5 gram pupuk padat dilarutkan ke dalam 1000
cc air). Larutan pupuk yang terlalu pekat akan menyebabkan plasmolisis.
Karenanya penggunaan konsentrasi larutan pupuk yang rendah sangat
dianjurkan dan hal ini dapat dikompensasikan dengan cara meningkatkan
frekuensi pemupukan agar efisiensi dan efektifitas pemupukan melalui daun
menjadi lebih tinggi (misalnya : konsentrasi pupuk 0,05% dilakukan setiap 14
hari sekali diubah menjadi konsentrasi larutan pupuk 0,03% dilakukan setiap

7 atau 10 hari sekali selama periode pemupukan dilakukan).


Faktor penguapan larutan pupuk akibat tingginya suhu lingkungan harus
menjadi pertimbangan saat aplikasi, oleh karena itu idealnya pemupukan
dilakukan saat matahari tidak sedang bersinar dengan terik. Sebelum jam 8
pagi atau sesudah jam 4 sore adalah waktu yang ideal untuk menyemprotkan
larutan pupuk agar pupuk dapat terserap daun dengan baik dan mengurangi

resiko larutan pupuk yang menguap akibat suhu lingkungan yang tinggi.
Umumnya, mulut daun (stomata) menghadap ke bawah, karenanya pupuk
diberikan dengan cara menyemprotkan larutan pupuk pada daun bagian
bawah terlebih dahulu kemudian diikuti pembasahan larutan pupuk seluruh

permukaan daun.
Jangan mengaplikasikan pupuk daun jika pada pucuk tanaman tumbuh tunastunas baru yang masih rentan terhadap pengaruh pupuk daun, apalagi jika
konsentrasi pupuk daun cukup pekat, dapat dipastikan tunas-tunas muda akan
mengering dan hangus seperti terbakar. Tunggu hingga daun terbuka dan
berkembang sempurna agar pupuk daun daun dapat diaplikasikan. Saat tunastunas muda bermunculan, hanya pada daun-daun yang telah terbentuk
sempurna di bagian bawah saja yang dapat disemprot dengan larutan pupuk

5.3.

daun.
Pemupukan melalui air siraman
Pada pertanaman yang terbatas (jumlah tanaman dan luasan pertanaman),
pemupukan melalui akar dapat dimodifikasi dengan mengubah bentuk pupuk
padatan menjadi cairan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air, dengan batas
kepekatan atau konsentrasi tertentu yang aman dan tidak menyebabkan plasmolisis
bagi akar tanaman. Pupuk yang telah berubah bentuknya tersebut kemudian

15

diberikan ke tanaman sekaligus sebagai air siraman. Metode ini banyak


direkomendasikan oleh pabrikan pupuk karena pupuk-pupuk generasi baru
umumnya bersifat water soluble (sangat mudah larut dalam air) dengan ampas sisa
pupuk yang tidak terlarut berjumlah sangat sedikit. Pemupukan dengan cara ini
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :
- Pemberian nutrisi secara lengkap dapat dilakukan dengan baik dengan
melihat kebutuhan tanaman, berdasarkan jenis-jenis tanaman dan fase
-

pertumbuhannya
Dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan tanah yang mengalami

kekurangan hara-hara tertentu


Media pertumbuhan tanaman tetap bersih dan relatif bebas dari penyakit

akibat aplikasi pemupukan yang terjadwal


6. TANAMAN YANG HARUS DIPUPUK
6.1.
Sifat-sifat tanaman yang perlu di pehatikan dalam pemupukan meliputi :
a. Penggunaan unsur hara oleh tanaman
Unsur hara yang di serap tanaman digunakan antara lain untuk menyusun
bagian-bagian tubuh tanaman. Jumlah unsur hara yang diperlukan untuk menyusun
bagianbagian tubuh tanaman tersebut berbeda untuk setiap jenis tanaman yang
sama tetapi dengan tingkat produksi yang berbeda
b. Sifat-sifat akar
Akar tanaman dapat merupakan akar tunggang atau akar serabut dengan
penyebaran yang berbeda-beda. Sifat-sifat akar akan menentukan cara penempatan
pupuk maupun jumlah pupuk yang diberikan. Bila dari biji akan tumbuh akar
tunggang lebih dulu maka pupuk sebaiknya ditempatkan dibawah biji, tetapi bila
akar lateral yang tumbuh lebih awal maka pupuk dapat di letakkan disekitar biji
yang ditanam.
6.2.
Tanah yang Dipupuk
a. Kandungan tanah akan unsur hara berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk setiap
jenis tanah juga berbeda.
b. Kemasaman tanah juga mempengaruhi jenis pupuk yang akan diberikan. Dalam
hal ini Reaksi fisiologis dari pupuk perlu diperhatikan, agar tidak mengubah tanah
menjadi lebih masam (jangan memberi pupuk masam pada tanah-tanah masam).
c. Tanah-tanah yang dapat memfiksasi unsur-unsur yang ditambahkan,
menyebabkan penambahan unsur-unsur tersebut tidak efisien apabila daya
fiksasinya tidak dihilangkan. Misalnya pengapuran tanah masam mengurangi
6.3.

daya fiksasi Al terhadap P, sehingga pemberian pupuk P menjadi lebih efisien.


Jenis pupuk yang di gunakan
Tiap-tiap jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi
fisiologis, kelarutan, kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan
16

jenis pupuk yang diberikan serta cara dan waktu pemberiannya berbeda-beda untuk
setiap jenis tanaman atau jenis tanah.
6.4.
Jumlah pupuk yang diberikan
Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman akan
unsur hara, kandungan unsur hara yang ada dalam tanah, serta kadar unsur hara yang
terdapat pada pupuk.
6.5.
Waktu pemupukan
a. Pupuk yang bekerjanya cepat
Diberikan setelah tanam dan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit dalam
2 atau 3 kali pemupukan, karena pupuk ini mudah tercuci, Contoh : ZA, Urea,
ASN, NH4Cl.
b. Pupuk yang bekerjanya lambat
Diberikan sebelum tanam, dan sekaligus. Untuk tanaman tahunan yang
telah lama tumbuh, diberikan setiap akan mulai kegiatan maksimum
pertumbuhan, Contoh : ESP, DSP, TSP, FMP.
c. Pupuk yang cara bekerjanya sedang
Dapat diberikan sebelum atau sesudah tanam asal jangan terlalu jauh
dengan saat mulainya aktifitas tanaman. Contoh : SS, Rustica Yellow
6.6.
Cara penempatan pupuk
Pentingnya cara penempatan pupuk adalah :
- Agar dapat diambil akar tanaman lebih efisien
- Agar tidak merusak biji yang ditanam atau akar tanaman
- Dicari cara yang mudah dilakukan (ketersediaan tenaga kerja dan perhitungan
ekonomis) tetapi memenuhi kedua syarat tersebut.

17

7. GEJALA-GEJALA TANAMAN YANG KEKURANGAN UNSUR HARA


7.1.
Nitrogen (N)
Karena sifatnya yang mobile di dalam tubuh tanaman, gejala kekurangan unsur
hara nitrogen akan tampak pertama kali pada daun-daun tua, ujung daun mengering,
daun- daun muda terlihat berwarna lebih muda (hijau muda), pertumbuhan tanaman
menjadi lambat, bahkan cenderung kerdil, dan pada tanaman yang sedang berbunga
akan memperlihatkan tingkat kerontokan bunga yang tinggi, sementara pada tanaman
yang sedang berbuah, buah akan masak pohon lebih awal dibanding periode masak
pohon pada tanaman normal dengan ukuran buah lebih kecil dari biasanya.
Pemberian pupuk nitrogen lebih awal pada tanaman dapat mengatasi gejala
kekurangan tersebut, baik pupuk nitrogen tunggal seperti pupuk urea (kandungan
46% nitrogen), pupuk AN (Ammonium Nitrate) dengan kandungan 35% nitrogen,
serta pupuk ZA (kombinasi nitrogen sebanyak 21% dan hara sulfur atau belerang
sebanyak 24%), maupun pupuk majemuk yang mengandung nitrogen sebagai salah
satu komponan dalam kandungan pupuk majemuk tersebut, misalnya pupuk pupuk
kombinasi NPK 20-10-10 (kandungan nitrogen lebih tinggi (20%) dibanding fosfat
(10%) dan kalium sebanyak 10%), pupuk KNO3 (kombinasi nitrogen dan kalium),
serta pupuk DAP (Diammonium Phosphate, pupuk kombinasi antara hara nitrogen
dengan hara fosfat).
Fosfat (P)
Gejala paling umum yang diperlihatkan oleh tanaman yang kekurangan unsur

7.2.

hara fosfat adalah munculnya warna keunguan di bagian-bagian tertentu pada daun,
warna daun menjadi lebih gelap (dark green) namun tidak merata dengan kesan daun
menjadi lebih mengkilap. Pada tingkatan kekurangan hara fosfat yang parah, warna
ungu kemerahan akan semakin mencolok pada tepi daun dan batang, daun
menguning dengan cepat dan akhirnya kering. Kekurangan fosfat juga menyebabkan
pertumbuhan akar terhenti yang mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, sulit
berbunga dan berbuah, dan jika dialami oleh tanaman yang sedang berbunga maka
buah dan biji yang terbentuk pasca pembungaan tidak akan berkembang dengan
sempurna. Pemberian pupuk fosfat adalah solusi untuk mengatasi gejala kekurangan
hara tersebut, dalam bentuk pupuk tunggal seperti TSP (Triple Super Phosphate),
pupuk SP36 atau SP18 (Super Phosphate), pupuk kombinasi NPK 10-30-20
(kandungan fosfat 30%, lebih tinggi dibanding nitrogen yang berkadar 10% dan
kalium berkadar 20%), pupuk MKP (kombinasi fosfat dengan kandungan minimum

18

50% serta kalium dengan kandungan minimum 30%), pupuk DAP atau Diammonium
Phosphate (kombinasi 46% fosfat dan 18% nitrogen), dan lain sebagainya.
7.3.
Kalium (K)
Kalium bersifat mobile di dalam tubuh tanaman, gejala kekurangan unsur hara
kalium akan terlihat pertama kali pada pinggir dan ujung daun mengering yang
berwarna kekuningan, diikuti oleh kematian jaringan pada bagian tersebut, daun
berbentuk tidak normal, mengerut dan keriting, dan pada tingkatan kekurangan hara
kalium yang parah, akan muncul bercak cokelat kemerahan, kemudian mengering
dan akhirnya daun pun gugur. Pada tanaman yang sedang berbuah, kekurangan hara
kalium akan mengakibatkan kerontokan buah pada fase pembentukan bakal buah,
jika buah terbentuk maka ukuran buah akan mengecil dengan biji keriput, warna buah
tidak merata dengan kualitas buah yang menurun serta daya simpan buah yang
singkat (tidak tahan lama dalam penyimpanan). Kekurangan hara kalium juga
mengakibatkan pertumbuhan batang dan cabang menjadi lebih lambat dengan
kualitas pertumbuhan yang jelek sehingga tanaman mudah rebah. Penambahan pupuk
kalium mutlak dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut di atas. Pupuk KCl
(Kalium Chloride) atau juga dikenal dengan nama pupuk MOP (Muriate of Potash)
adalah pupuk kalium tunggal yang paling populer dengan kandungan K2O sekitar
60% dan chlorine sekitar 35%, pupuk SOP (Sulphate of Potash) atau pupuk ZK
dengan kandungan kalium 50% dan sulfur berkadar 17%, pupuk kombinasi NPK 1020-40 (kandungan kalium sebanyak 40%, lebih tinggi dibanding kandungan fosfat
yang 20% maupun nitrogen yang berjumlah 10%) misalnya, kemudian pupuk MKP
(Mono Kalium Phosphat) dan DKP (Double Kalium Phosphate) serta pupuk
Kaliphos dengan kandungan kalium tinggi (minimum 30%) yang dikombinasikan
dengan kadar fosfat yang juga tinggi (minimum 50%), pupuk jenis ini biasa
digunakan untuk menginduksi pembungaan pada tanaman dewasa, serta pupukpupuk yang mengandung kalium dalam kadar tinggi lainnya.
7.4.
Calcium (Ca)
Kekurangan unsur kalsium tidak serta merta dapat terlihat oleh mata karena efek
pertama yang terjadi pada tanaman adalah ketidak sempurnaan pembentukan akarakar tanaman khususnya pada bagian ujung-ujung akar yang menyerap air dan massa
hara dari dalam tanah, akibat lanjutannya adalah kematian pada tunas-tunas muda
sebagai hasil pembentukan sel-sel baru. Kalsium sangat membantu tanaman dalam
proses penyerapan hara kalium, sehingga pada tanaman yang kekurangan kalsium
sering ditemukan gejala buah retak akibat permeabilitas dan elastisitas dinding19

dinding sel yang rendah. Kekurangan kalsium juga sangat mempengaruhi kualitas
kekerasan batang tanaman karena rendahnya elastisitas dinding sel. Dalam kondisi
seperti ini, pemberian pupuk yang mengandung kalsium sangat mutlak dilakukan,
misalnya memberikan pupuk kalsium dalam bentuk tunggal (CaO) maupun pupuk
NPK yang ditambahi kandungan Ca-nya sehingga menjadi pupuk NPK plus Ca.
Pupuk lain yang mengandung kalsium adalah RP (Rock Phosphate) dengan
kandungan fosfat sekitar 30% dan CaO sekitar 45%, TSP (Triple Super Phosphate)
dengan kandungan 46% fosfat dan 20% kalsium, serta pupuk SSP (Single Super
Phosphate) yang mengandung 18% fofat dan 25% kalsium.
Magnesium (Mg)
Fungsi utama unsur magnesium yang sangat penting dalam pembentukan

7.5.

klorofil adalah salah satu faktor penting bagi tanaman dalam melakukan proses
fosotosintesis, tanpa fotosintesis maka tanaman tidak dapat menghasilkan fotosintat
sebagai sumber energi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Gejala yang
paling umum sebagai akibat kekurangan unsur hara magnesium pada tanaman adalah
klorosis di mana daun-daun menjadi menguning karena terganggunya pembentukan
klorofil, timbul garis-garis kuning pada daun, timbul lendir pada daundaun muda,
daun menjadi kecil dan rapuh dengan pinggiran daun yang menggulung. Pemberian
pupuk yang mengandung magnesium harus dilakukan untuk mengantisipasi gejala
kekurangan unsur hara ini, di antaranya adalah pupuk magnesium tunggal (MgO),
atau pupuk Kieserite (MgSO4.H2O) yang mengandung 27% hara magnesium dan
22% hara sulfur maupun pupuk Dolomite CaMg(CO3)2 yang selain mengandung
unsur hara magnesium sebesar 18-22%, sekaligus juga mengandung unsur hara
kalsium sebanyak 30-40%. Beberapa pabrikan pupuk bahkan menambahkan unsur
magnesium sebagai bagian dari pupuk NPK yang mereka buat sehingga pupuk ini
menjadi pupuk NPK plus Mg.

20

BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Pupuk erat kaitannya dengan pemupukan.
Pemupukan dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Agar
pemberiannya tepat, perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, sehingga tidak
terlalu banyak bahan makananang diberikan karena jika terlalu sedikit atau terlalu
banyak dapat membahayakan tanaman.
Pemberian pupuk pada tanaman memiliki takaran tersendiri karena kandungan
tanah akan unsur hara berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk setiap jenis tanah juga
berbeda, kemasaman tanah juga mempengaruhi jenis pupuk yang akan diberikan. Dalam
hal ini Reaksi fisiologis dari pupuk perlu diperhatikan, agar tidak mengubah tanah
menjadi lebih masam (jangan memberi pupuk masam pada tanah-tanah masam), dan
tanah-tanah yang dapat memfiksasi unsur-unsur yang ditambahkan, menyebabkan
penambahan unsur-unsur tersebut tidak efisien apabila daya fiksasinya tidak dihilangkan.
Misalnya pengapuran tanah masam mengurangi daya fiksasi Al terhadap P, sehingga
pemberian pupuk P menjadi lebih efisien.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan oleh penyusun, yaitu :
1. Masyarakat harus mengetahui kegunaan masing-masing pupuk karena setiap tanaman
memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda-beda,
2. Masyarakat ketika melakukan pemupukan, harus melihat kandungan pupuk tersebut
agar tidak merusak tanaman maupun tanah,
3. Masyarakat harus menggunakan pupuk dengan seperlunya karena penggunaan pupuk
yang berlebihan akan memberikan dampak negative bagi tanaman dan tanah.

21

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Dwi. 2016. Metode Pemberian Pupuk pada Tanaman. www.kabartani.com


diakses pada Selasa, 14 Juni 2016.
Harjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Herdian. 2012. Jenis-jenis Pupuk Organik. www.alamtani.com diakses pada Selasa, 14 Juni
2016.
Mardiana, Diana Nur. 2016. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. www.academia.edu diakses
pada Selasa 14 Juni 20016.
Prihmantoro, Heru. 2004. Memupuk Tanaman Buah. Jakarta: PT Penebar swadaya.
Saraswati, R. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : CU Simpleks.
Setyamidjaja, Djoehana. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: CU Simpleks.
Setyati, S.H. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : CU Simpleks.
Wardhany, Dian K. 2008. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Pupuk Urea Dengan
Menggunakan Proses Penggabungan Nitrifikasi Dinitrifikasi Oleh Microalgae.
www.cheundip.com diakses pada Selasa 14 Juni 2016.

22

Anda mungkin juga menyukai