4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jenis Pupuk
No. Nama Pupuk Kadar Hara (%) Warna Bentuk Sifat
1. SP36 36% Putih Granular Tidak
higroskopis
2. KCL 60% Merah Kristal Higroskopis
3. ZA 24% Putih Kristal Higroskopis
4. Urea 46% Pink Butiran Higroskopis
5. Kompos - Cokelat Granular Tidak
Higroskopis
Sumber: Data primer setelah diolah, 2018
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh informasi
bahwa kadar hara, warna, bentuk, serta sifat dari setiap jenis pupuk berbeda-beda.
Karena sifat dan kadar haranya yang berbeda, maka fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan hara suatu tanaman juga berbeda. Kandungan pupuk berguna untuk
melengkapi serta mencukupi unsur hara pada tanaman maupun tanah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutedjo (2006), yang menyatakan bahwa pemupukan
merupakan salah suatu kegiatan pemberian atau penambahan zat-zat pada
tanaman atau pada tanah untuk mencukupi keadaan makanan atau unsur hara
dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Dari semua unsur hara
yang diperlukan tanaman, unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium)
merupakan tiga unsur utama yang diberikan pada tanaman.
Pupuk SP36 memiliki kadar hara 36%, berwarna putih, memiliki bentuk
granular dan pupuk SP36 bersifat tidak higroskopis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Alviani (2015), yang menyatakan bahwa pupuk SP36 merupakan pupuk
anorganik yang memiliki kandungan unsur hara jelas yaitu 36% P, kekurangan
dari pupuk SP36 ini yaitu dengan sifatnya yang tidak higroskopis serta
penggunaan yang berlebih dapat mengakibatkan residu pada tanah.
Pupuk KCL memiliki kadar hara 60%, berwarna merah, berbentuk kristal,
dan memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyani (2012),
yang menyatakan bahwa pupuk KCL merupakan pupuk anorganik yang
termasuk salah satu jenis pupuk kalium tunggal yaitu yang memiliki kandungan
unsur hara 50% K, pupuk ini memiliki kemampuan untuk menyerap molekul air
dengan baik.
Pupuk ZA memiliki kadar hara 24%, berwarna putih, berbentuk kristal, dan
memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai dengan pendapat Kiswondo (2013),
yang menyatakan bahwa pupuk ZA ((NH4)2SO4) merupakan pupuk anorganik
yang terdiri atas senyawa (S) Sulfur (24%) dalam Sulfat dan (N) Nitrogen (21%)
dalam bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman.
Pupuk Urea memiliki kadar hara 46%, berwarna pinnk, berbentuk butiran,
dan memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai pendapat Anhar (2016), yang
menyatakan bahwa pupuk urea merupakan pupuk buatan, dengan kandungan
nitrogen sebesar 45 % dan pupuk ini tergolong dalam pupuk yang higroskopis,
yaitu pada kelembaban nisbih 73 persen sudah mulai menarik air dari udara.
Pupuk kompos berwarna cokelat, berbentuk granular, dan bersifat
higroskopis, sedangkan kandungan dari pupuk ini tidak dapat diketahui berapa
pastinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002), yang menyatakan bahwa
ciri fisik pupuk kompos yang baik adalah berwarna cokelat, agak lembab, gembur,
dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Based on the description above, it can be concluded that:
1. ZA fertilizer, KCL fertilizer and Urea are classified as hygroscopic fertilizer,
while compost and SP36 fertilizer are classified as non-hygroscopic
fertilizers.
2. Determination of fertilizer dosage is based on the type of plant and the
condition of a soil.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar asisten lebih efisien menjelaskan
sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan tertib agar praktikan mampu
memahami materi dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Roidah, I.S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, Vol.1(1): 1-9.
Rosmarkam, Afandie, dan Nasih Widya Yowono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.