Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

PENGENALAN DAN PERHITUNGAN DOSIS PUPUK

NAMA : MUTHMAINNAH NUR


NIM : G011171550
KELAS : KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN A
ASISTEN : WAHYUDI WAHID

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang telah diketahui bahwa tanah merupakan salah satu media tumbuh
tanaman dalam fungsinya untuk menyediakan air, udara, dan unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman.Namun dalam penerapannya, kemampuan tanah dalam
menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut yang mendorong manusia
untuk berpikir dan berusaha dalam melestarikan kesuburan tanahnya. Salah satu
dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah dengan cara penambahan
pupuk yang dikenal dengan istilah pemupukan (Hasibuan, 2006).
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia,
atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pengertian ini termasuk misalnya pemberian bahan kapur dengan maksud
meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman
kacang-kacangan, dan pemberian urea dalam tanah yang kekurangan akan
meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Usaha-usaha tersebut dinamakan
pemupukan. Dengan demikian, bahan kapur, legin, dan urea disebut pupuk. Pada
pengertian khususnya pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau
lebih hara tanaman (Rosmarkam, 2002).
Setiap jenis unsur hara mempunyai reaksi yang berbeda pada berbagai jenis
tanah. Ada unsur hara mineral yang sangat mudah larut di dalam air dan mudah
hilang karena menguap atau tercuci oleh air. Ada juga unsur hara yang terikat oleh
koloid tanah, bahkan ada juga yang dapat menghambat ketersediaan unsur hara
lain. Di dalam tanah, unsur hara tersebut saling berinteraksi. Keragaman reaksi
dan interaksi unsur-unsur tersebut sangat mempengaruhi terhadap efisiensi
pemberian pupuk ditanah (Novizan, 2005).
Kandungan zat hara dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifat-sifat
tanahnya. Sebagai contoh kandungan zat hara pada tanah yang berat atau liat akan
berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk pada kedua
jenis tanah tersebut harus berbeda. Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam
tanah perlu dilakukannya pemeriksaan kandungan zat hara dalam tanah yang
disebut uji tanah (Novizan, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlunya dilakukan praktikum ini untuk
mengetahui jenis-jenis pupuk dalam peranannya bagi setiap karakteristik tanah
untuk digunakan tanaman dalam bertumbuh dan berkembang.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan mengetahui jenis-jenis
pupuk beserta sifatnya, serta mengetahui cara penentuan dosis pupuk dalam
pemupukan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
praktikan mengenai hal-hal yang menyangkut tentang pemupukan dan penentuan
dosis pupuk.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pupuk


Pupuk mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi para petani. Pupuk
merupakan material yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik, dengan cara
ditambahkan pada media tanam ataupun pada tanaman. Dalam penggunaannya,
tentunya takaran dan cara penggunaannya berbeda untuk masing-masing jenis
pupuk, bisa saja hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan bila dalam
penerapannya tidak sesuai dengan takaran dan cara penggunaan yang baik dan
benar. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami terlebih dahulu teori
ataupuncara penggunaannya. (Hakim, 2008).
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan
baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Dalam aplikasi pupuk harus diperhatikan kebutuhan hara tanaman, agar tanaman
tidak mendapatkan suplai hara secara berlebihan. Suplai hara yang terlalu sedikit
atau terlalu banyak dapat membahayakan pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat
diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke permukaan daun (Sumarno, 2013).
Jenis dan contoh pupuk dapat diklasifikasikan oleh beberapa golongan yaitu
berdasarkan asal, senyawa, fase, penggunaan, fisiologi, jumlah dan macam
haranya diantaranya adalah sebagai berikut:
2.1.1 Berdasarkan Asal
Menurut Hardjowigeno (2007), pupuk dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
macam, yaitu :
1. Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik
dapat berbentuk padat maupun cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat
fisika, kimia, dan biologi tanah. Contoh pupuk organik yaitu pupuk kandang,
kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk burung atau guano.
2. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh
manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar
tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral
murni dari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk
anorganik dapat menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses
fotosintesis. Contoh pupuk anorganik yaitu pupuk urea, KCL, dan SP36.
2.1.2 Berdasarkan Senyawa
Menurut Rosmarkam (2002), pupuk berdasarkan senyawanya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1. Pupuk Organik, yakni pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan
pupuk alam tergolong ke dalam pupuk organik.
2. Pupuk anorganik atau mineral, yakni pupuk dari senyawa anorganik. Hampir
semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
2.1.3 Berdasarkan Fase
Menurut Rahardi (2007), pupuk berdasarkan fasaenya dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu:
1. Pupuk padat
Ada yang berbentuk serpih atau hancuran kasar, hancuran halus, butiran atau
granular, serbuk, dan tablet. Contohnya adalah pupuk fosfat alam dan guano
fosfat.
2. Pupuk cair
Pupuk cair organik, terbuat dari bahan tumbuhan atau hewan, dibuat dengan
mencairkan pupuk padat anorganik. Contohnya adalah cuka kayu, dan urine
ternak
2.1.4 Berdasarkan Penggunaan
Menurut Rosmarkam (2002), pupuk berdasarkan penggunaannya dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan ke dalam tanah di
sekitar akar agar diserap oleh akar tanaman. Pupuk akar biasanya hanya
berupa pupuk majemuk makro atau mikro.
2. Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan terlebih dahulu
dalam air, kemudian disemprotkan pada permukaan daun. Pupuk daun
umumnya berupa pupuk lengkap, makro dan mikro yang berbentuk padat
seperti kristal halus dan cairan.
2.1.5 Berdasarkan Fisiologi
Menurut Rosmarkam (2002), pupuk berdasarkan fisiologinya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam, yakni ppupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih asam (pH
menjadi lebih rendah). Contohnya adalah ZA dan urea
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis, yakni pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik. Contohnya
adalah pupuk chili salpeter, calnitro dan kalsium sianida.
2.1.6 Berdasarkan Jumlah Haranya
Menurut Sutedjo (2012), pupuk berdasarkan kadar kandungan hara dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Pupuk berkadar hara tinggi yaitu kandungan unsur haranya lebih dari 30%,
2. Pupuk berkadar hara sedang yaitu kandungan unsur haranya 20-30%.
3. Pupuk berkadar hara rendah yaitu kandungan unsur haranya 20%.
2.1.7 Berdasarkan Macam Hara
Menurut Rahardi (2007), pupuk berdasarkan macam hara dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1. Pupuk yang hanya mengandung unsur hara makro.
2. Pupuk yang hanya mengandung unsur hara mikro.
2.2 Pemupukan
Pemupukan merupakan usaha yang dilakukan pada satu pertanaman berarti
menambahkan atau menyediakan hara bagi tanaman yang memegang peranan
penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian.Anjuran pemupukan yang
tepat terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis
pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi
lokasi/spesifik lokasi), namun sejak sekitar tahun 1996 telah terjadi penurunan
produktivitas (leveling off) sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini
berarti terjadi penurunan efisiensi pemupukan. Berbagai faktor tanah dan
lingkungan tanaman harus dikaji lebih mendalam (Sumarno, 2013).
Pemupukan merupakan salah suatu kegiatan pemberian atau penambahan zat-
zat pada tanaman atau pada tanah untuk mencukupi keadaan makanan atau unsur
hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Dari semua unsur
hara yang diperlukan tanaman, unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium)
merupakan tiga unsur utama yang diberikan pada tanaman. Ada dua alasan yang
dapat menyebabkan ketiga hara tersebut dikatakan sebagai unsur utama dan unsur
esensial karena (1) apabila unsur-unsur itu tidak tersedia maka dapat
menyebabkan siklus hidup tanaman tidak lengkap, perkembangannya tidak
normal, kualitas hasil tidak sempurna dan sebagainya. (2) unsur-unsur tersebut
terlibat langsung dalam kebutuhan tanaman, dimana fungsi unsur-unsur tersebut
tidak dapat digantikan oleh unsur lainnya (Sutedjo, 2012).
Pemupukan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian seperti pupuk yang
terbuang percuma, serta tidak mencapai sasaran sehingga tidak efisien dalam
kadar haranya. Sedangkan kerugian pada tanaman itu sendiri adalah tanaman
menjadi tidak sehat serta mudah terserang hama dan penyakit sehingga hasil yang
diperoleh menjadi rendah (Lingga,et al. 2010).
Istilah pemupukan dinamakan 5 tepat pemupukan. 5 tepat pemupukan
diantaranya yaitu sebagai berikut:
2.2.1 Tepat jenis
Tepat jenis maksudnya yaitu pada saat pemupukan harus tepat dalam
menentukan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman. Misalnya pada saat
pemupukan tanaman padi, jika tanaman tersebut membutuhkan pupuk N maka
kita harus memupuk Urea atau jika tanaman tersebut kekurangan unsur P maka
perlu diberikan pupuk SP36 atau pupuk lain yang mengandung unsur P. Apabila
jenis pupuk yang digunakan salah, maka akan membuat tanaman yang kita pupuk
tidak akan bertambah bagus (Azri, 2016).
2.2.2 Tepat dosis
Tepat dosis yang di maksud disini yaitu pada saat dilakukannya
pemupukan, dosis yang diberikan harus tepat atau sesuai dengan kebutuhan
tanaman atau yang tertera pada label. Karena pemberian dosis pupuk yang salah
akan menyebabkan ketidakefisienan terhadap tanaman bahkan menyebabkan
kerusakan pada tanaman. Tepat dosis disini dimaksudkan agar dosis yang kita
berikan ke tanaman tidak sampai terlalu sedikit ataupun terlalu banyak. Apabila
dosis yang kita berikan terlalu sedikit, maka tanaman masih kekurangan unsur
hara. Dan apabila dosis terlalu banyak maka pupuk tersebut bisa saja menjadi
toksik bagi tanaman itu sendiri (Azri, 2016).
2.2.3 Tepat Waktu
Tepat waktu yang di maksud disini yaitu pada saat dilakukannya t
pemberian pupuk yang baik dan benar, maka hendaknya disesuaikan kapan
tanaman tersebut membutuhkan asupan lebih unsur hara atau pada waktu yang
tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan optimal. Waktu pemupukan biasanya saat sebelum penanaman, saat
tanam, dan setelah tanam (Azri, 2016).
2.2.4 Tepat Tempat
Tepat tempat yang di maksud disini yaitu pada saat dilakukannya
pemupukan harus memperhatikan tempat atau lokasi tanaman sehingga dapat
mengaplikasikan pemupukan secara tepat. Misalnya pada saat pemupukan, lokasi
pemupukan berada pada ketinggian dan kecepatan angin besar. Maka jangan
menggunakan pupuk yang berbentuk cair dan disemprotkan. Pemupukan yang
baik juga memperhatikan peletakan pupuk pada tanaman. Entah disekitar tanaman
ataupun di dalam tanah. Hal tersebut mempengaruhi hasil penyerapan tanaman
akan asupan pupuk yang kita berikan (Azri, 2016).
2.2.5 Tepat Cara
Tepat cara yang di maksud disini yaitu pada saat dilakukannya
pemupukan, cara kita harus benar.Cara pemberian pupuk yang salah akan
membuat pupuk terbuang sia-sia ataupun tercuci oleh air dan terdenitrifikasi
sehingga tidak dapat ditangkap langsung oleh tanaman. Untuk itu cara pemupukan
harus benar dan tepat sasaran (Azri, 2016).

2.3 Dampak Pupuk dan Pemupukan terhadap Tanaman dan Tanah


Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Oleh tanaman, pupuk
digunakan untuk tumbuh, hidup, dan berkembang. Pupuk mengandung zat atau
unsur hara yang sangat berguna bagi tanaman. Kandungan hara dalam tanaman
berbeda–beda, tergantung pada jenis hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau
jenisnya, dan pengelolaan tanaman (Novitan, 2002).
Pemupukan pada tanah dilakukan untuk mempertahankan dan meperbaiki
kesuburan tanah sehingga produktivitas tanah dapat meningkat dan memperoleh
hasil yang optimal. Dengan pemupukan kita dapat berusaha mengembalikan
unsur-unsur hara dalam tanah yang hilang karena terserap oleh tanaman yang
tumbuh diatasnya dan kemungkinan adanya kehilangan unsur hara karena erosi
dan yang tercuci (Lingga, 2001).
Alasan utama sehingga tanah bisa sangat keras adalah penggunaan pupuk
anorganik tunggal dalam jangka waktu lama. Sebagai contoh, residu sulfat dan
karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah bisa bereaksi dengan kalsium
tanah yang menyebabkan sulitnya pengolahan tanah. Penggunaan pupuk yang
setimbang menghindari kekerasan tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan porositas tanah serta kadar air tersedia tanah (Roidah, 2013)
Pemupukan yang tidak tepat dosis, waktu, dan caranya menyebabkan
tanaman tidak tumbuh optimal, baik karena tanaman kekurangan unsur hara
maupun karena kelebihan pupuk. Pemupukan yang berlebihan tidak hanya
merugikan bagi tanaman tetapi dapat pula dirasakan bagi tanah karena dapat
menyebabkan kecenderungan terjadinya ketidakseimbangan unsur hara dalam
tanah, kerusakan sifat tanah, dan pencemaran lingkungan (Alavan, 2015).
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum pengenalan dan perhitungan dosis pupuk dilaksanakan di Laboratorium
Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 18 September 2018 pukul 15.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum pengenalan dan perhitungan pupuk ini
adalah alat tulis dan handphone.
Bahan yang digunakan pada praktikum pada praktikum pengenalan dan
perhitungan pupuk ini adalah pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, Pupuk ZA,
Pupuk Kompos.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum pengenalan dan perhitungan dosis pupuk adalah
sebagai berikut:
3.3.1 Pengenalan Pupuk
1. Menyiapkan alat tulis.
2. Memperhatikan dan mengamati setiap jenis pupuk serta mengambil foto
untuk lampiran
3. Mencatat nama pupuk, kadar persentase, kandungan hara, khususnya
Nitrogen, Fosfat dan Kalium, bentuk dan warna masing-masing pupuk, serta
sifat pupuk tersebut.
3.3.2 Perhitungan Dosis Pupuk
3. Menyiapkan alat tulis
4. Memperhatikan penjelasan asisten tentang perhitungan dosis pupuk di
papan tulis.
5. Mencatat penjelasan asisten tentang rumus perhitungan dosis pupuk dengan
rumus seperti berikut:
Berat Pupuk
×berat tanaman polybag
Luas Lahan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil sebagai
berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jenis Pupuk
No. Nama Pupuk Kadar Hara (%) Warna Bentuk Sifat
1. SP36 36% Putih Granular Tidak
higroskopis
2. KCL 60% Merah Kristal Higroskopis
3. ZA 24% Putih Kristal Higroskopis
4. Urea 46% Pink Butiran Higroskopis
5. Kompos - Cokelat Granular Tidak
Higroskopis
Sumber: Data primer setelah diolah, 2018

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh informasi
bahwa kadar hara, warna, bentuk, serta sifat dari setiap jenis pupuk berbeda-beda.
Karena sifat dan kadar haranya yang berbeda, maka fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan hara suatu tanaman juga berbeda. Kandungan pupuk berguna untuk
melengkapi serta mencukupi unsur hara pada tanaman maupun tanah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutedjo (2006), yang menyatakan bahwa pemupukan
merupakan salah suatu kegiatan pemberian atau penambahan zat-zat pada
tanaman atau pada tanah untuk mencukupi keadaan makanan atau unsur hara
dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Dari semua unsur hara
yang diperlukan tanaman, unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium)
merupakan tiga unsur utama yang diberikan pada tanaman.
Pupuk SP36 memiliki kadar hara 36%, berwarna putih, memiliki bentuk
granular dan pupuk SP36 bersifat tidak higroskopis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Alviani (2015), yang menyatakan bahwa pupuk SP36 merupakan pupuk
anorganik yang memiliki kandungan unsur hara jelas yaitu 36% P, kekurangan
dari pupuk SP36 ini yaitu dengan sifatnya yang tidak higroskopis serta
penggunaan yang berlebih dapat mengakibatkan residu pada tanah.
Pupuk KCL memiliki kadar hara 60%, berwarna merah, berbentuk kristal,
dan memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyani (2012),
yang menyatakan bahwa pupuk KCL merupakan pupuk anorganik yang
termasuk salah satu jenis pupuk kalium tunggal yaitu yang memiliki kandungan
unsur hara 50% K, pupuk ini memiliki kemampuan untuk menyerap molekul air
dengan baik.
Pupuk ZA memiliki kadar hara 24%, berwarna putih, berbentuk kristal, dan
memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai dengan pendapat Kiswondo (2013),
yang menyatakan bahwa pupuk ZA ((NH4)2SO4) merupakan pupuk anorganik
yang terdiri atas senyawa (S) Sulfur (24%) dalam Sulfat dan (N) Nitrogen (21%)
dalam bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman.
Pupuk Urea memiliki kadar hara 46%, berwarna pinnk, berbentuk butiran,
dan memiliki sifat higroskopis. Hal ini sesuai pendapat Anhar (2016), yang
menyatakan bahwa pupuk urea merupakan pupuk buatan, dengan kandungan
nitrogen sebesar 45 % dan pupuk ini tergolong dalam pupuk yang higroskopis,
yaitu pada kelembaban nisbih 73 persen sudah mulai menarik air dari udara.
Pupuk kompos berwarna cokelat, berbentuk granular, dan bersifat
higroskopis, sedangkan kandungan dari pupuk ini tidak dapat diketahui berapa
pastinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002), yang menyatakan bahwa
ciri fisik pupuk kompos yang baik adalah berwarna cokelat, agak lembab, gembur,
dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Based on the description above, it can be concluded that:
1. ZA fertilizer, KCL fertilizer and Urea are classified as hygroscopic fertilizer,
while compost and SP36 fertilizer are classified as non-hygroscopic
fertilizers.
2. Determination of fertilizer dosage is based on the type of plant and the
condition of a soil.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar asisten lebih efisien menjelaskan
sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan tertib agar praktikan mampu
memahami materi dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Alavan, H.R. 2015. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Beberapa


Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.). Jurnal Floratek, Vol.10: 61 – 68.

Alviani, Puput. 2015. Bertanam Hidroponik Untuk Pemula. Jakarta: Bibit


Publisher

Anhar, R. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan


Produksi Plasma Nutfah Padi Lokal Asal Aceh. Jurnal Universitas Syiah
Kuala, Vol.1: 3-4

Azri. 2016. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas


Tumbuhan Kaliandra (Calliandra calothyrsus) pada Tanah Inseptisol.
Jurnal Ilmu Tanah, Vol.2(2): 23-41.

Hakim, N. 2008.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Lembaga Penerbitan


Universitas Lampung.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Press Indo.

Hasibuan, B. 2006.Pupuk dan Pemupukan. Medan: USU Press.

Kiswondo, S. 2013. Penggunaan Abu Sekam dan Pupuk ZA terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Jurnal Embryo. 8: 9-17

Lingga, et al. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Bandung: Pustaka Buana.

Lingga, Pinus. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mulyani, A. 2012. Lahan Kering untuk Pertanian Dalam Teknologi Pengelolaan


Lahan Kering. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Badan Litbang Deptan, Bogor. Hal. 1-34

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Depok: Agromedia pustaka.

Rahardi, F. 2007. Agar Tanaman Cepat Berbuah. Jakarta: Agromedia Pustaka

Roidah, I.S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, Vol.1(1): 1-9.

Rosmarkam, Afandie, dan Nasih Widya Yowono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sumarno. 2013. Pupuk dan Pemupukan Ramah Lingkungan. Fakultas Pertanian,


Universitas Brawijaya.
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Jakarta: Swadaya

Sutedjo, M. 2012. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutedjo, M. 2006. Memproduksi Kompos dan Mikroorganisme Lokal. Jakarta:


Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai