Oleh :
(1625010075)
Golongan AB1
3.2.2. Bahan
1. Aquades 23. Pupuk Dekastar Plus
2. Kertas indikator pH 13.13.13 + TE
3. Pupuk urea subsidi 24. Tisu
4. Pupuk urea non subsidi 25. Kertas label
5. Pupuk cantik
6. Pupuk bora
7. Pupuk NPK Rosasol
8. Pupuk Fosfat Nafos Guano
9. Pupuk CFN KNO3
10. Pupuk CN-6
11. Pupuk Organik Trubus
12. Pupuk Kandang Sapi
13. Pupuk Kompos
14. Pupuk MKP
15. Pupuk Gandasil B
16. Pupuk KCl Mahkota
17. Pupuk Dekastar Plus
18.9.10 + TE
18. Pupuk Organik Granul
19. Pupuk Phonska
20. Pupuk ZA
21. Pupuk SP36 Petro
22. Pupuk Cair Kascing
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Parameter Bentuk
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas arloji
3. Mengidentifikasi bentuk tiap pupuk yang telah diambil dan mencatatnya
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan
3.3.4 Parameter pH
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas ukur
3. Menambahkan aquadest hingga volume larutan 40 mL
4. Mengaduk suspensi pupuk menggunakan spatula hingga larut
5. Setelah larut, mengukur pH larutan dengan memasukkan kertas pH
kedalam larutan
6. Menyocokkan dengan range pH yang ada dan mencatat hasilnya
7. Mendokumentasikan hasil pengamatan
3.3.5 Parameter Kelarutan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas ukur
3. Menambahkan aquadest hingga volume larutan 40 mL
4. Mengaduk suspensi pupuk menggunakan spatula hingga larut
5. Menghitung lama waktu suspensi pupuk hingga larut menggunakan
stopwatch
6. Mencatat hasil pengamatan
7. Mendokumentasikan hasil pengamatan
4.2 Pembahasan
Praktikum yang telah kami lakukan tentang pengenalan pupuk, kami
lakukan dengan cara mengidentifikasi 21 (dua puluh satu) macam pupuk yang
bertujuan agar dapat mengenal berbagai jenis pupuk dan mengidentifikasi sifat-
sifat pupuk yang berupa sifat fisik. Identifikasi sifat fisik dari pupuk meliputi
bentuk, warna, higrokopisitas, pH dan kelarutan.
Identifikasi yang telah dilakukan dalam praktikum ini kami
mengidentifikasi ada 2 jenis pupuk berdasarkan sumber bahannya yang terdiri dari
pupuk organik dan pupuk anorganik, dan terdapat juga jenis pupuk berdasarkan
kandungan unsur haranya yaitu pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Menurut
(Sutejo, 2002) Pupuk tunggal (single ferilizer) yaitu pupuk yang hanya
mengandung 1 unsur hara pokok saja, sedangkan pupuk majemuk (compound
fertilizer) yaitu yang mengandung lebih dari 1 unsur hara pokok. Yang termasuk
dalam pupuk organik yaitu kadang sapi, organic trubus, pupuk cair kascing, pupuk
organik granule, dan kompos. Sedangkan yang termasuk pada pupuk anorganik
tunggal yaitu, pupuk borate SP36, ZA , KCl mahkota, urea non subsidi dan non
subsidi. Pada pupuk anorganik majemuk yaitu, pupuk Cantik, CN-G CaNO3,
MKP, Phonska, Gandasil B, Nafos Guano, KNO3, Rosasol 18-18-18 + TE,
Dekastar plus 13-13-13 + TE, Dekastar plus 18-9-10 + TE. Masing-masing pupuk
tersebut memiliki kandungan kadar hara dan fungsi yang berbeda.
Identifikasi warna dan bentuk pupuk kami lakukan dengan mengambil 2
sendok pupuk dari bungkusnya lalu di letakkan diatas gelas arloji agar mudah
diamati. Pupuk kompos berbentuk serbuk berwarna coklat kehitaman, pupuk
organik granul berbentuk granule berwarna abu-abu tua, pupuk cair kascing
berbentuk cair berwarna kuning kecoklatan, pupuk trubus berbentuk remah
berwarna coklat kehitaman, pupuk kandang sapi berbentuk remah berwarna hitam,
pupuk urea subsidi berbentuk granule berwarna merah muda, pupuk urea non
subsidi berbentuk kristal berwarna putih, pupuk cantik berbentuk granule
berwarna putih, pupuk borate berbentuk kristal berwarna putih, pupuk CN-G
CaNO3 berbentuk kristal berwarna putih, pupuk MKP berbentuk kristal berwarna
putih, pupuk phonska Berbentuk granule berwarna jingga, pupuk ZA berbentuk
kristal berwarna putih, pupuk SP36 petro berbentuk granule berwarna abu abu,
pupuk KCl mahkota berbentuk kristal berwarna merah batu jingga, pupuk gandasil
b berbentuk serbuk berwarna merah muda, pupuk NaFos guano berbentuk granule
berwarna coklat muda, pupuk KNO3 CPN merah berbentuk granule berwarna
merah muda, pupuk rosasol (18.18.18+TE) berbentuk kristal berwarna bitu, pupuk
dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar plus (13.13.13+TE) berbentuk granule
berwarna hijau kecoklatan. Perbedaan warna pada setiap pupuk disebabkan oleh
kandungan bahan yanag ada didalam pupuk tersebut sehingga memiliki warna
yang berbeda-beda, sedangkan bentuk pupuk yamg berbeda-beda akan
mempengaruhi proses penyerapan pupuk oleh tanaman pada saat diaplikasikan
dilapang.
Identifikasi sifat kelarutan pupuk yang kami lakukan bertujuan untuk
menunjukkan mudah tidaknya pupuk yang di uji larut dalam air yang
berhubungannya dengan hiroskopisitas. Ini juga berarti mudah tidaknya unsur yang
dikandung dalam pupuk diserap oleh tanaman. Kelarutan juga menunjukkan cepat
atau lambatnya pupuk yang hilang karena tercuci. Kelarutan penting, sebab selalu
diserap tanaman dalam bentuk ion-ion. Semakin tinggi kelarutan suatu pupuk,
maka semakin mudah pula pupuk tersebut diserap oleh tanaman. Pupuk yang
mengandung N dan K mudah sekali larut dalam air. Identifikasi sifat kelarutan
pupuk digolongkan berdasarkan kecepatan larutnya, yaitu : sangat lambat, lambat,
sedang, cepat dan sangat cepat. Pupuk yang memiliki kelarutan sangat lambat yaitu
pupuk kompos, pupuk SP36 Petro, pupuk dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar
plus (13.13.13+TE). Pupuk yang memiliki kelarutan yang lambat yairu pupuk
cantik dan pupuk NaFos guano. Pupuk yang memiliki kelarutan sedang yaitu
pupuk borate, pupuk KCl mahkota dan rosasol (18.18.18+TE). Pupuk yang
memiliki kelarutan cepat yaitu pupuk trubus, pupuk kandang sapi, pupuk urea
subsidi, pupuk CN-G CaNO3, pupuk MKP dan pupuk phonska. Sedangkan pupuk
yang memiliki kelarutan sangat cepat yaitu pupuk urea non subsidi, pupuk ZA dan
pupuk gandasil B.
Identifikasi higroskopisitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan
pupuk dalam menyerap air yang ada dalam udara. Pupuk dengan higroskopisitas
yang kurang baik perlu penyimpanan yang baik karena mudah menjadi basah atau
mencair bila tidak tertutup. Pupuk biasanya akan mulai menyerap air dari
lingkungannya pada suhu kamar dan kelembaban nisbi sekitar 50% dan di
Indonesia mempunyai kelembaban rata-rata 80% sehingga pada suhu ruang pupuk
akan mencair. Untuk mengurangi tingkat higroskopisitas, pupuk dibuat dalam
butiran-butiran sehingga luas permukaan pupuk menjadi berkurang. Sebaliknya
jika pupuk disimpan pada tempat atau lingkungan kering, maka pupuk akan
menjadi bongkah yang keras. Higroskopisitas pupuk juga dipengaruhi oleh bentuk
pupuk, pupuk yang higroskopis seperti urea jika tidak disimpan dengan baik, akan
cepat rusak. Untuk mengurangi higroskopisitas tersebut biasanya pupuk dibuat
menjadi butir-butiran sehingga luas permukaan yang menarik air menjadi
berkurang. identifikasi higroskopis dilakukan untuk membedakan pupuk
higroskopis dan pupuk unhigroskopis. Pupuk yang termasuk higroskopis yaitu
pupuk urea non subsidi, CN-G, MKP, ZA, SP 36 Petro, KCl mahkota, rosasol,
dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar plus (13.13.13+TE). Sedangkan pupuk
yang unhigroskopis yaitu pupuk kompos, pupuk organik granule, trubus, kandang
sapi, urea subsidi, pupuk cantik, borate, phonska, gandasil b dan CPN merah.
Identidikasi pH dilakukan dengan menguji tingkat keasaman dan kebasaan
pupuk yang diukur dengan menggunakan kertas pH. Pengukuran pH pada pupuk
ini bertujuan unutk mengetahui kadar pH yang dimiliki pupuk agar pada saat
pengaplikasian pupuk pada tanaman tidak merubah pH tanah pada tanaman.
Karena pH tanah akan berdampak langsung pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur
secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Air
murni bersifat netral, dengan pH-nya 25 oC ditetapkan sebagai 7,0. Larutan
dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH
lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. pH pada tanah juga akan
berpengaruh pada ketersediaan nutrisi didalam tanah. Identfikasi pH yang telah
dilakukan pada 21 jenis pupuk diketahui pupuk yang memiliki pH 7 (netral) yaitu,
pupuk kompos, pupuk organik granul, pupuk kandang sapi, pupuk urea non
subsidi, pupuk cantik, pupuk CNG CaNO3, pupuk phonska, pupuk ZA, pupuk KCl
mahkota dan pupuk gandasi b. Pupuk yang memiliki pH 6 (netral) yaitu, pupuk
kascing, pupuk organik trubus, pupuk urea subsidi, pupuk NaFos guano, rosasol,
dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar plus (13.13.13+TE). Pupuk yang
memiliki pH asam yaitu, pupuk SP36 petro ber-pH 4 dan pupuk MKP ber-pH 5.
Sedangkan pupuk yang memiliki pH basa yaitu, pupuk KNO3 CPN merah ber-pH
8 dan pupuk borate ber-pH 9. Perbedaan kadar pH pada pupuk ini disebabkan
karena bahan yang dikandung pada setiap pupuk berbeda-beda. Menurut,
(Novizan, 2002) Unsur hara mudah diserap oleh tanaman pada pH 6-7, karena
pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
Dalam pemilihan pupuk selain mengetahui jumlah dan jenis unsur hara yang
dikandungnya juga perlu memperhatikan manfaat dari berbagai unsur hara
pembentuk pupuk tersebut, karena setiap pupuk memiliki manfaat dan kandungan
unsur hara yang berbeda-beda. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang
menunjukkan jenis, kandungan unsur hara dan manfaatnya. Kadang kala petunjuk
pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan. Oleh karena itu, sangat penting
untuk mengetahui jenis pupuk tersebut dengan cara membaca label kandungan
pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain itu, perlu diketahui juga
cara pengaplikasianya yang benar, sehingga takaran pupuk yang digunakan dapat
diberikan dengan baik. Kesalahan dalam pengaplikasian pupuk akan berakibat
pada terganggunya pertumbuhan tanaman sehingga proses pertumbuhan dan
perkembangan tidak maksimal.
V. KESIMPULAN
Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung :
Lampung.
Marsono, dan Paulus, S. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya :
Jakarta.