Anda di halaman 1dari 25

IDENTIFIKASI PUPUK

Oleh :

FAJAR FIRDASUS SETIAWAN

(1625010075)

Golongan AB1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan


air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian
kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas
mendorong manusia berpikir dan berusaha untuk melestarikan kesuburan
tanahnya. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah
dengan penambahan bahan pupuk yang dikenal dengan istilah: pemupukan
(Hasibuan, 2006).
Pemupukan merupakan salah satu usaha yang dilakukan dalam budidaya
tanaman untuk mengelolaan kesuburan tanah. Kegiatan pemupukan bertujuan
untuk menambah unsur hara ke dalam tanah agar tanaman yang ditanam dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanah sebenarnya telah menyediakan
berbagai unsur hara yang diperlukan tanaman. Unsur hara itu lama kelamaan akan
berkurang karena terserap untuk memenuhi kebutuhan hidup tanaman. Jika
kekurangan itu berlangsung secara terus menerus tanaman bisa kekurangan hara
sehingga pertumbuhannya terganggu (Suptarini, 2001).
Konsep pengelolaan kesuburan tanah secara terpadu harus diterapkan
didalam usaha budidaya tanaman, untuk menjaga keseimbangan biologi, fisika
dan kimia. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan tingkat
kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari selama ini sebagian besar pelaku tani di
Indonesia hanya mementingkan kesuburan dengan bahan kimia saja, yaitu dengan
memberikan pupuk anorganik seperti : urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara
terus menerus dengan dosis yang berlebihan.
Pengelolaan kesuburan tanah secara terpadu dapat dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal penting di dalam kegiatan pemupukan antara lain :
memperhatikan jenis pupuk yang digunakan, memperhatikan sifat dari pupuk
tersebut, memperhatikan waktu pemupukan dan memperhatikan syarat pemberian
pupuk serta cara atau metode pemupukan. Hal ini bertujuan untuk pembenah dan
meningkatkan efektivitas dalam penyediaan hara bagi tanaman, serta menjaga
mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari. Dengan demikian pengenalan dan
identifikasi jenis–jenis pupuk perlu dilakukan agar pelaku budidaya mengerti
jenis–jenis pupuk yang akan digunakan dan tidak salah dalam proses
pengaplikasiannya, agar kelestarian alam tetap terjaga.
.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Mampu mengidentifikasi pupuk
2. Mampu memahami karakteristik pupuk
3. Memahami masing-masing fungsi dan kandungan unsur di dalam pupuk
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk


Pupuk adalah sesuatu yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
nonorganik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen, pupuk mengandung bahan
baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
(Achmad, 1992).
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga
kerja dan modal. Dalam penggunaannya tentu takaran dan cara penggunaan yang
berbeda untuk masing-masing jenis pupuk, bisa saja hasil yang didapat tidak
sesuai dengan harapan bila dalam penggunaannya tidak sesuai dengan takaran dan
cara pemakaian. Jadi, sangat penting untuk memahami terlebih dahulu teori atau
cara penggunaannya. (Hakim, 1986). Beberapa hal penting yang perlu dicermati
untuk mendapatkan efesiensi dalam pemupukan antara lain : jenis pupuk yang
digunakan, sifat dari pupuk tersebut, waktu pemupukan dan syarat pemberian
pupuk serta cara atau metode pemupukan. (Hakim, 1986)

2.2 Jenis-Jenis Pupuk


Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik ( pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos).
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang dapat
digunakan apabila telah dikeringkan dan proses pelapukannya (dekomposisi) telah
sempurna. Pupuk hijau berasal dari tanaman berpolong dan kacang-kacangan.
Sedangkan kompos merupakan jenis pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan
tanaman yang telah mengalami penguraian (dekomposisi) (Novizan, 2002). Pupuk
Organik umumnya lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik (Lingga, P dan
Marsono, 2001).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia,
atau biologis. Pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik pupuk dengan
meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Bahan bahan dalam
pembuatan pupuk anorganik berbeda beda, tergantung kandungan yang
diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara
nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik dapat dibedakan menjadi pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya
mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan
sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya
(Hardjowigeno, 2004). Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis.
Hidroskopis adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi
higroskopis semakin cepat pupuk mencair (Musnamar, 2003).

2.3 Hubungan antar Karakteristik Pupuk


Sifat-sifat fisik pupuk memberi pengaruh baik secara agronomi maupun
dalam penanganan, transportasi, penyimpanan, dan saat pengaplikasian (De,
1989). Masalah pada saat pengaplikasian seperti penggumpalan, segregasi, dan
higroskopisitas tinggi dapat disebabkan oleh sifat-sifat fisik pupuk yang tidak
diantisipasi cara penanganannya. Sifat fisik pupuk yang penting untuk
diperhatikan untuk keperluan penyimpanan, penanganan, dan aplikasi lapang
antara lain ukuran partikel pupuk, segregasi, kekuatan partikel pupuk, sifat
higroskopis, massa jenis pupuk, dan sudut curah.
Ukuran partikel pupuk merupakan salah satu karakteristik fisik pupuk
yang penting untuk memperoleh hasil penjatahan dan pemupukan yang optimal
(De, 1989 dan Hofstee, 1990). Pupuk yang rendah kelarutannya dalam air harus
memiliki ukuran partikel yang kecil agar mudah diserap akar tanaman. Selain itu,
keseragaman penjatahan juga dipengaruhi oleh ukuran partikel pupuk. Menurut
Mehring dan Cumings (1990) dalam De (1989), ukuran butiran pupuk yang lebih
kecil dari 0.074 mm menyebabkan kesulitan pada saat penjatahan karena
ukurannya terlalu kecil seperti debu. Untuk keseragaman penjatahan, ukuran
butiran pupuk yang disarankan berkisar antara 1.5-4 mm. Menurut Hofstee
(1990), sebagian besar peneliti menentukan batas minimum ukuran partikel
pupuk. sedangkan batas maksimumnya seringkali tidak terlalu dibutuhkan. Batas
maksimum sebagian besar jenis pupuk berkisar antara 4.0-4.75 mm. Batas
maksimum ukuran partikel tergantung pada respon agronomis tanaman. Pupuk
yang ukuran partikelnya besar dapat menyebabkan distribusi spasial nutrisi yang
tidak seimbang.
Sifat higroskopis pupuk diperlukan untuk mengetahui aliran pupuk di
hopper, penjatah pupuk, dan saluran pengeluaran pupuk. Pupuk yang
higroskopisitasnya tinggi akan mudah bereaksi saat terekspos udara luar. Hal ini
akan mengurangi keefektifan penjatahan pupuk (De, 1989). Massa jenis pupuk
diperlukan untuk perhitungan kapasitas simpan, ukuran ruang penyimpanan,
desain pengumpan, dan perhitungan teoritis penjatahan dari hopper. Sudut curah
pupuk berpengaruh pada struktur ruang simpan dan desain hopper (De, 1989).
Kelarutan juga mempengaruhi cepat lambatnya tanaman dalam menyerap
pupuk, semakin tinggi kelarutan suatu pupuk maka semakin mudah pula pupuk
diserap oleh tanaman. Pupuk N dan K umumnya mudah sekalii diserap oleh
tanaman. Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air dan
mudah tidaknya unsure yang terdapat dalam pupuk diambil oleh tanaman.
Umumnya pupuk N dan K mudah sekali larut dalam air, sedangkan pupuk P dapat
dibedakan menjadi (1) mudah larut dalam air (superpospat), (2) larut dalam asam
sitrat atau ammonium sitrat (FMP – Fused Magnesium Phosphate) dan (3) larut
dalam asam keras (fosfat alam). Ion-ion dalam larutan tanah dikendalikan oleh pH
tanah, serapan fosfat terbesar terjadi pada kisaran pH 4,0-8,0. Pada kisaran pH
mengandung ion-ion fosfat, jika pH melebihi 5,0 ion hidroksil mampu bersaing
dalam penyerapan ion (Novizan, 2002).
Tersedianya unsur hara sangat erat hubungannya dengan pH, diukur dalam
skala log perubahan pH sebesar satu unit berarti terjadi sepuluh kali perubahan
konsentrasi ion H+ atau ion OH- . Hal ini berpengaruh terhadap bentuk ion yang
ada didalam larutan tanah. Unsur hara mudah diserap oleh tanaman pada pH 6 – 7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air
(Novizan 2002). Secara umum tanah – tanah yang asam mempunyai sifat daya
simpan dan daya isap air yang tinggi, kapasitas penyangga sangat besar, ada
keracunan Al, Fe, dan Mn, tersedianya fosfat, Mo, Mg, Ca dan K yang rendah,
kegiatan mikroba dan peningkatan N menurun. Tanah asam juga mengandung
asam-asam terlarut (Kuswandi,1993). Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah, makin tinggi nilai kadar ion H+
dalam tanah, makin masam tanah tersebut. Nilai pH berkisar dari 0−14 dengan pH
7 disebut netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7
disebut alkalis.
Penggunaan pupuk yang benar sesuai dengan waktu dan dosisnya sangat
berpengaruh baik terhadap kehidupan tanaman karena : dapat memperbaiki
struktur tanah sesuai dengan yang dikehendaki oleh tanaman; dapat menggantikan
unsur hara yang hilang atau habis, sehingga dapat mempertahankan keseimbangan
unsur hara dalam tanah dan kesuburan tanah meningkat; dapat meningkatkan daya
ikat terhadap air sehingga kebutuhan tanaman terhadap air dapat tercukupi; dapat
mengikat fraksi tanah; dapat mengurangi bahaya erosi karena tanaman menjadi
subur; dapat meningkatkan produksi, baik kuantitas maupun kualitas (Badan
Penelitian Pertanian, 2001)
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum “Identifikasi Pupuk” dilakukan pada Rabu, 24 Oktober 2018
pukul 11.10 – 12.50 WIB di Laboratorium Sumber Daya Lahan, Fakultas
Pertanian, Universitas Pembangunan Nasiona “Veteran” Jawa Timur.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
1. Kaca arloji
2. Spatula
3. Gelas beaker
4. Sendok
5. Penyemprot aquades

3.2.2. Bahan
1. Aquades 23. Pupuk Dekastar Plus
2. Kertas indikator pH 13.13.13 + TE
3. Pupuk urea subsidi 24. Tisu
4. Pupuk urea non subsidi 25. Kertas label
5. Pupuk cantik
6. Pupuk bora
7. Pupuk NPK Rosasol
8. Pupuk Fosfat Nafos Guano
9. Pupuk CFN KNO3
10. Pupuk CN-6
11. Pupuk Organik Trubus
12. Pupuk Kandang Sapi
13. Pupuk Kompos
14. Pupuk MKP
15. Pupuk Gandasil B
16. Pupuk KCl Mahkota
17. Pupuk Dekastar Plus
18.9.10 + TE
18. Pupuk Organik Granul
19. Pupuk Phonska
20. Pupuk ZA
21. Pupuk SP36 Petro
22. Pupuk Cair Kascing
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Parameter Bentuk
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas arloji
3. Mengidentifikasi bentuk tiap pupuk yang telah diambil dan mencatatnya
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan

3.3.2 Parameter Jenis


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Melihat secara visual kenampakan masing-masing pupuk
3. Mengidentifikasi jenis pupuk dari wadah masing masing pupuk atau
mencari di internet

3.3.3 Parameter Warna


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas arloji
3. Mengidentifikasi warna tiap pupuk yang telah diambil dan mencatat hasil
identifikasi
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan

3.3.4 Parameter pH
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas ukur
3. Menambahkan aquadest hingga volume larutan 40 mL
4. Mengaduk suspensi pupuk menggunakan spatula hingga larut
5. Setelah larut, mengukur pH larutan dengan memasukkan kertas pH
kedalam larutan
6. Menyocokkan dengan range pH yang ada dan mencatat hasilnya
7. Mendokumentasikan hasil pengamatan
3.3.5 Parameter Kelarutan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas ukur
3. Menambahkan aquadest hingga volume larutan 40 mL
4. Mengaduk suspensi pupuk menggunakan spatula hingga larut
5. Menghitung lama waktu suspensi pupuk hingga larut menggunakan
stopwatch
6. Mencatat hasil pengamatan
7. Mendokumentasikan hasil pengamatan

3.3.6 Parameter Higroskopis


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil masing-masing pupuk menggunakan sendok sebanyak 2 kali
dan meletakkan pada gelas arloji
3. Menuangkan aquadest secukupnya dan menunggu hingga 15 menit
4. Merasakan dengan tangan apakah pupuk yang diamati higroskopis atau
tidak dengan ciri-ciri lengket saat disentuh
5. Mendokumentasikan hasil pengamatan

3.3.7 Parameter Manfaat


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengamati masing-masing manfaat pupuk dilihat dari kemasannya
3. Mencari referensi mengenai manfaat masing-masing pupuk apabila
terdapat keterbatasan informasi pada kemasan pupuk yang bersangkutan
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan

3.3.8 Parameter Nutrisi


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengamati masing-masing nutrisi pupuk dilihat dari kemasannya
3. Mencari referensi mengenai nutrisi masing-masing pupuk apabila
terdapat keterbatasan informasi pada kemasan pupuk yang bersangkutan
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Identifikasi Pupuk
No Jenis Parameter Pengamatan
Pupuk Warna Bentuk Kelarutan pH Higroskopis
1 Organik Coklat Serbuk Sangat 7 -
(Kompos) kehitaman lambat
2 Organik Abu-abu Granule Sedang 7 -
(Organik tua
Granul) kehitaman
3 Organik Kuning Cair - 6 Cair
(Kascing) kecoklatan
4 Organik Coklat Remah Cepat 6 -
(Trubus) kehitaman
5 Organik Hitam Remah Cepat 7 -
(Kandang
Sapi)
6 Anorganik / Merah Granule Cepat 6 -
Tunggal muda
(Urea subsidi)
7 Anorganik / Putih Kristal Sangat 7 √
Tunggal cepat
(Urea non
subsidi)
8 Anorganik / Putih Granule Lambat 7 √
Majemuk
(CANTIK)
9 Anorganik / Putih Kristal Sedang 9 -
Tunggal (B)
(Borate)
10 Anorganik / Putih Kristal Cepat 7 √
Majemuk
(CN-G)
𝐶𝑎𝑁𝑂3
11 Anorganik / Putih Kristal Cepat 5 √
Majemuk
(MKP)
12 Anorganik / Jingga Granule Cepat 7 -
Majemuk
(Ponska)
13 Anorganik / Putih Kristal Sangat 7 √
Tunggal cepat
(ZA)
14 Anorganik / Abu-abu Granule Sangat 4 √
Tunggal lambat
(𝑆𝑃36 -Petro)
15 Anorganik / Merah batu Kristal Sedang 7 √
Tunggal jingga
(KCl-
Mahkota)
16 Anorganik / Merah Serbuk Sangat 7 -
Majemuk muda cepat
(Gandasil B)
17 Anorganik / Coklat Granule Lambat 6 -
Majemuk muda
(NaFos
Guano)
18 Anorganik / Merah Granule Cepat 8 -
Majemuk muda
(𝐾𝑁𝑂3)
CPN-Merah
19 Anorganik / Biru Kristal Sedang 6 √
Majemuk
(Rosasol)
18-18-18+TE
20 Anorganik / Hijau Granule Sangat 6 √
Majemuk kecoklatan lambat
(Dekastar
plus)
18-9-10+TE
21 Anorganik / Hijau Granule Sangat 6 √
Majemuk kecoklatan lambat
(Dekastar
plus)
13-13-13+TE
Tabel 1.1. Pengamatan Identifikasi Pupuk Berdasarkan Warna, Bentuk, Kelarutan,
Kereaktifitas (pH), dan Higroskopis

Tabel 2. Identifikasi Manfaat dan Nutrisi Pupuk

No Jenis Pupuk Nutrisi Manfaat


1 Organik a. Unsur hara makro : a. Menyediakan hormon dan
(Kompos) nitrogen, fosfor, vitamin bagi tanaman.
kalium, dan b. Meningkatkan ketersediaan
belerang. hara di dalam tanah.
b. Unsur hara mikro : c. Meningkatkan kapasitas
klor (Cl). setiap air tanah.

2 Organik a. Organik 12% a. Memperbaiki dan menjaga


(Organik b. C/N 12,25% tanah agar tetap gembur
Granul) c. 𝐾2 O maks 5% sehingga akar tumbuh baik.
d. 𝑃2 𝑂5 maks 5% b. Meningkatkan daya ikat dan
e. Unsur mikroba daya serap.
min 2% c. Meningkatkan produksi hara.
3 Organik a. Unsur hara makro : a. Meningkatkan kesuburan,
(Kascing) N, P, K, S, Ca, kesehatan, dan produktifitas
Mg. tanaman.
b. Unsur hara mikro : b. Membantu metabolisme yang
Fe, Mn, Al, Na, dapat mengoptimalkan
Cu, Bo, Zn. pertumbuhan dan
c. Hormon tumbuh perkembangan tanaman.
c. Mengandung enzim dan
hormon yang dibutuhkan
tanaman.
d. Mengandung bahan yang
aman dan ramah lingkungan.
4 Organik a. Unsur hara makro : a. Memperoleh produktivitas
(Trubus) N, P, K optimal.
b. Unsur hara mikro : b. Meningkatkan kesuburan
Na, Ca, Mg, C/N. tanah.
c. pH 7 c. Memperbaiki struktur dan
karakteristik tanah.
5 Organik a. Nitrogen a. Menyuburkan dan
(Kandang b. Magnesium menggemburkan tanah
Sapi) c. Kalium tanaman.
b. Mempercepat dan
memperbanyak : akar,
batang, daun, bunga, dan
buah.
6 Anorganik a. N 46% a. Membuat daun tanaman lebih
(Urea subsidi) hijau dan segar.
7 Anorganik b. Mempercepat pertumbuhan
(Urea non tanaman.
subsidi) c. Menambah jumlah
kandungan protein dalam
tanaman.
8 Anorganik / a. Total Nitrogen (N) a. Menyediakan Nitrogen
Majemuk  13,5% 𝑁𝐻4 dengan efek langsung dan
(CANTIK)  13,5% 𝑁𝐻3 tahan lama.
b. Kalsium (CaO) b. Menyuburkan tanah
bermasalah dengan
keasaman.
c. Memperkeras buah dan
mencegah buah pecah-pecah.
d. Mencegah infeksi jamur.
e. Mencegah penyakit busuk
pangkal dan ujung buah.
f. Meningkatkan pertumbuhan
akar.
9 Anorganik / a. Nitrogen : 16% a. Mencegah cacat pada buah
Tunggal (B) b. Phospat : 6% dan merangsang
(Borate) c. Kalium : 16% pertumbuhan (Tanaman
d. Magnesium : 6,5% apel).
e. Kalsium : 6% b. Mencegah buah muda jatuh
sebelum berkembang
(Tanaman anggur).
c. Mencegah pembusukan dan
bintik-bintik pada buah
(Tanaman kentang).
d. Mencegah patah organ dan
pembusukan (Sayur-sayuran).
e. Mencegah pucuk daun
pendek dan merangsang
pembuahan (Tanaman kopi).
f. Merangsang pembuahan dan
mencegah pertumbuhan daun
yang abnormal (Tanaman
kelapa sawit).
10 Anorganik / a. N, No-N, NH-N a. Mengurangi serangan jamur
Majemuk b. CaO pada tanaman.
(CN-G) c. 𝑃2 𝑂5 b. Meningkatkan hasil dan
𝐶𝑎𝑁𝑂3 d. 𝐾2 O kualitas panen.
c. Meningkatkan daya tahan
dan umur buah serta umbi-
umbian pada penyimpanan
pasca panen dan membuat
bunga potong lebih tahan
lama.
11 Anorganik / a. Phospat (P) 52% a. Merangsang pertumbuhan
Majemuk b. Kalium (K) 34% akar.
(MKP) b. Merangsang pembungaan.
c. Merangsang buah.
d. Mencegah buah dan buah
rontok.
e. Membantu pembesaran umbi
pada tanaman kentang,
wortel, bawang merah, talas,
dll.
f. Meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan
penyakit.
g. Meningkatkan kualitas buah.
12 Anorganik / a. N (Nitrogen): 15% a. Meningkatkan hasil panen.
Majemuk b. P (Posphor) : 15% b. Membuat tanaman lebih hijau
(Phonska) c. K (Kalium) : 15% segar.
d. S (Sulfur) : 10% c. Meningkatkan daya tahan
terhadap serangan hama
penyakit dan kekeringan.
d. Meningkatkan mutu benih
dan bibit.
13 Anorganik / a. Nitrogen 21% a. Meningkatkan dan
Majemuk b. Sulfat 24% memperbaiki kualitas
(ZA) produksi tanaman serta
menambah nilai gizi pada
hasil panen.
b. Memperbaiki warna dan rasa
hasil panen tanaman.
c. Menjadikan tanaman lebih
sehat dan tahan gangguan
OPT.
d. Membantu dalam
pembentukan butir hijau
daun sehinggan daun akan
menjadi lebih hijau.
e. Menambah kandungan
vitamin dan protein pada
hasil panen.
f. Meningkatkan jumlah anakan
pada tanaman.
14 Anorganik / a. Fosfat : 36% a. Memacu pertumbuhan akar
Majemuk b. Sulfur : 5% dan sistem perakaran yang
(𝑆𝑃36 -Petro) baik.
b. Memacu pembentukan bunga
dan masaknya buah atau biji.
c. Mempercepat panen.
15 Anorganik / a. Zat hara c. Memperkuat tumbuh tegak
Majemuk (𝐾2 𝑂)60% tanaman.
(KCl) b. Zat pembawa 40% d. Memperkuat daya tahan
tanaman terhadap serangan
OPT.
e. Meningkatkan hasil panen
biji-bijian.
16 Anorganik / a. 𝑃2 𝑂5 :20% a. Merangsang proses
Majemuk b. N : 6% munculnya bunga tanaman
(Gandasil B) c. 𝐾2 : 30% pada tanaman dewasa dengan
d. 𝑀𝑔𝑆𝑂4 : 3% lebih cepat.
b. Memaksimalkan hasil
produksi bunga maupun
buah.
c. Mempertahankan kesehatan
tanaman dan mampu
menambah daya tahan
tanaman terhadap serangan
berbagai penyakit, serangga,
dan hama.
17 Anorganik / a. 𝑃2 𝑂5 Total : 22- a. Memacu pertumbuhan bunga
Majemuk 26% dan buah.
(NaFos b. 𝐶𝑎𝑂 : 35-40% b. Meningkatkan pertumbuhan
Guano) c. 𝑆𝑖𝑂2 : 8.80% akar dan batang tanaman.
d. 𝐹𝑒2 𝑂3 : 1.60% c. Meningkatkan kadar gula
e. Ti𝑂2 : 0.008% buah sehingga kesegaran
f. 𝐴𝑙2 𝑂3 : 15.90% buah tahan lama.
g. 𝑀𝑔𝑂: 1.09% d. Mengubah dan memperbaiki
tanah yang rusak akibat
pemakaina pupuk kimia.
e. Menggemburkan tanah.
f. Menetralisir kadar asam
tanah.
18 Anorganik / a. Nitrogen (N) a. Cepat diserap tanaman.
Majemuk 15%. b. Tidak menyebabkan
(𝐾𝑁𝑂3) b. Potassium Oxide keasaman pada tanah.
CPN-Merah 𝐾2 O 14%. c. Bebas Chlorine.
c. Natrium (Na) 18%. d. Mempercepat proses
d. Boron (B) 0.05% pembungaan atau
pembuahan.
e. Meningkatkan produksi dan
kulitas buah/biji/umbi.
f. Meningkatkan berat serta
menambah rasa dan aroma
buah.
19 Anorganik / a. N : 18% a. Meningkatkan perkembangan
Majemuk b. 𝑃2 𝑂5 : 18% vegetatif dan pertumbuhan
(Rosasol) c. 𝐾2 𝑂 : 18% tanaman sampai masa
18-18-18+TE d. 𝑁𝑂3 : 2,5% pembungaan dan pematangan
e. 𝑁𝐻4 : 6% buah.
f. 𝑁𝐻2 : 9,5% b. Memenuhi kebutuhan unsur
g. Sulphur trioxide : hara tanaman secara
14% berimbang.
h. Boron : 0,010%
i. Cu : 0,0075%
j. Fe : 0,026%
k. Mn : 0,032%
l. Zn : 0,023%
20 Anorganik / a. N total : 18% a. Membantu mengembalikan
Majemuk b. MgO : 2% unsur hara yang hilang akibat
(Dekastar c. 𝑃2 𝑂5 : 9% pencucian dan atau
plus) d. 𝐾2 O larut air : pengikatan oleh tanah
18-9-10+TE 10% diperkecil.
Unsur mikro B, b. Hara selalu tersedia dalam
Cu, Mn, Mo, Zn. segala keadaan sekalipun
kemasaman pH tanah rendah.
21 Anorganik / a. N total : 13% a. Menyuburkan tanaman.
Majemuk b. MgO : 2% b. Membantu mengembalikan
(Dekastar c. 𝑃2 𝑂5 : 13% unsur hara yang hilang akibat
plus) d. 𝐾2 O larut air : pencucian dan atau
13-13-13+TE 13% pengikatan oleh tanah
Unsur mikro B, Cu, diperkecil.
Mn, Mo, Zn. c. Hara selalu tersedia dalam
segala keadaan sekalipun
kemasaman pH tanah rendah.
Tabel 1.2. Nutrisi dan Manfaat pada Tiap Jenis Pupuk

4.2 Pembahasan
Praktikum yang telah kami lakukan tentang pengenalan pupuk, kami
lakukan dengan cara mengidentifikasi 21 (dua puluh satu) macam pupuk yang
bertujuan agar dapat mengenal berbagai jenis pupuk dan mengidentifikasi sifat-
sifat pupuk yang berupa sifat fisik. Identifikasi sifat fisik dari pupuk meliputi
bentuk, warna, higrokopisitas, pH dan kelarutan.
Identifikasi yang telah dilakukan dalam praktikum ini kami
mengidentifikasi ada 2 jenis pupuk berdasarkan sumber bahannya yang terdiri dari
pupuk organik dan pupuk anorganik, dan terdapat juga jenis pupuk berdasarkan
kandungan unsur haranya yaitu pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Menurut
(Sutejo, 2002) Pupuk tunggal (single ferilizer) yaitu pupuk yang hanya
mengandung 1 unsur hara pokok saja, sedangkan pupuk majemuk (compound
fertilizer) yaitu yang mengandung lebih dari 1 unsur hara pokok. Yang termasuk
dalam pupuk organik yaitu kadang sapi, organic trubus, pupuk cair kascing, pupuk
organik granule, dan kompos. Sedangkan yang termasuk pada pupuk anorganik
tunggal yaitu, pupuk borate SP36, ZA , KCl mahkota, urea non subsidi dan non
subsidi. Pada pupuk anorganik majemuk yaitu, pupuk Cantik, CN-G CaNO3,
MKP, Phonska, Gandasil B, Nafos Guano, KNO3, Rosasol 18-18-18 + TE,
Dekastar plus 13-13-13 + TE, Dekastar plus 18-9-10 + TE. Masing-masing pupuk
tersebut memiliki kandungan kadar hara dan fungsi yang berbeda.
Identifikasi warna dan bentuk pupuk kami lakukan dengan mengambil 2
sendok pupuk dari bungkusnya lalu di letakkan diatas gelas arloji agar mudah
diamati. Pupuk kompos berbentuk serbuk berwarna coklat kehitaman, pupuk
organik granul berbentuk granule berwarna abu-abu tua, pupuk cair kascing
berbentuk cair berwarna kuning kecoklatan, pupuk trubus berbentuk remah
berwarna coklat kehitaman, pupuk kandang sapi berbentuk remah berwarna hitam,
pupuk urea subsidi berbentuk granule berwarna merah muda, pupuk urea non
subsidi berbentuk kristal berwarna putih, pupuk cantik berbentuk granule
berwarna putih, pupuk borate berbentuk kristal berwarna putih, pupuk CN-G
CaNO3 berbentuk kristal berwarna putih, pupuk MKP berbentuk kristal berwarna
putih, pupuk phonska Berbentuk granule berwarna jingga, pupuk ZA berbentuk
kristal berwarna putih, pupuk SP36 petro berbentuk granule berwarna abu abu,
pupuk KCl mahkota berbentuk kristal berwarna merah batu jingga, pupuk gandasil
b berbentuk serbuk berwarna merah muda, pupuk NaFos guano berbentuk granule
berwarna coklat muda, pupuk KNO3 CPN merah berbentuk granule berwarna
merah muda, pupuk rosasol (18.18.18+TE) berbentuk kristal berwarna bitu, pupuk
dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar plus (13.13.13+TE) berbentuk granule
berwarna hijau kecoklatan. Perbedaan warna pada setiap pupuk disebabkan oleh
kandungan bahan yanag ada didalam pupuk tersebut sehingga memiliki warna
yang berbeda-beda, sedangkan bentuk pupuk yamg berbeda-beda akan
mempengaruhi proses penyerapan pupuk oleh tanaman pada saat diaplikasikan
dilapang.
Identifikasi sifat kelarutan pupuk yang kami lakukan bertujuan untuk
menunjukkan mudah tidaknya pupuk yang di uji larut dalam air yang
berhubungannya dengan hiroskopisitas. Ini juga berarti mudah tidaknya unsur yang
dikandung dalam pupuk diserap oleh tanaman. Kelarutan juga menunjukkan cepat
atau lambatnya pupuk yang hilang karena tercuci. Kelarutan penting, sebab selalu
diserap tanaman dalam bentuk ion-ion. Semakin tinggi kelarutan suatu pupuk,
maka semakin mudah pula pupuk tersebut diserap oleh tanaman. Pupuk yang
mengandung N dan K mudah sekali larut dalam air. Identifikasi sifat kelarutan
pupuk digolongkan berdasarkan kecepatan larutnya, yaitu : sangat lambat, lambat,
sedang, cepat dan sangat cepat. Pupuk yang memiliki kelarutan sangat lambat yaitu
pupuk kompos, pupuk SP36 Petro, pupuk dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar
plus (13.13.13+TE). Pupuk yang memiliki kelarutan yang lambat yairu pupuk
cantik dan pupuk NaFos guano. Pupuk yang memiliki kelarutan sedang yaitu
pupuk borate, pupuk KCl mahkota dan rosasol (18.18.18+TE). Pupuk yang
memiliki kelarutan cepat yaitu pupuk trubus, pupuk kandang sapi, pupuk urea
subsidi, pupuk CN-G CaNO3, pupuk MKP dan pupuk phonska. Sedangkan pupuk
yang memiliki kelarutan sangat cepat yaitu pupuk urea non subsidi, pupuk ZA dan
pupuk gandasil B.
Identifikasi higroskopisitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan
pupuk dalam menyerap air yang ada dalam udara. Pupuk dengan higroskopisitas
yang kurang baik perlu penyimpanan yang baik karena mudah menjadi basah atau
mencair bila tidak tertutup. Pupuk biasanya akan mulai menyerap air dari
lingkungannya pada suhu kamar dan kelembaban nisbi sekitar 50% dan di
Indonesia mempunyai kelembaban rata-rata 80% sehingga pada suhu ruang pupuk
akan mencair. Untuk mengurangi tingkat higroskopisitas, pupuk dibuat dalam
butiran-butiran sehingga luas permukaan pupuk menjadi berkurang. Sebaliknya
jika pupuk disimpan pada tempat atau lingkungan kering, maka pupuk akan
menjadi bongkah yang keras. Higroskopisitas pupuk juga dipengaruhi oleh bentuk
pupuk, pupuk yang higroskopis seperti urea jika tidak disimpan dengan baik, akan
cepat rusak. Untuk mengurangi higroskopisitas tersebut biasanya pupuk dibuat
menjadi butir-butiran sehingga luas permukaan yang menarik air menjadi
berkurang. identifikasi higroskopis dilakukan untuk membedakan pupuk
higroskopis dan pupuk unhigroskopis. Pupuk yang termasuk higroskopis yaitu
pupuk urea non subsidi, CN-G, MKP, ZA, SP 36 Petro, KCl mahkota, rosasol,
dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar plus (13.13.13+TE). Sedangkan pupuk
yang unhigroskopis yaitu pupuk kompos, pupuk organik granule, trubus, kandang
sapi, urea subsidi, pupuk cantik, borate, phonska, gandasil b dan CPN merah.
Identidikasi pH dilakukan dengan menguji tingkat keasaman dan kebasaan
pupuk yang diukur dengan menggunakan kertas pH. Pengukuran pH pada pupuk
ini bertujuan unutk mengetahui kadar pH yang dimiliki pupuk agar pada saat
pengaplikasian pupuk pada tanaman tidak merubah pH tanah pada tanaman.
Karena pH tanah akan berdampak langsung pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur
secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Air
murni bersifat netral, dengan pH-nya 25 oC ditetapkan sebagai 7,0. Larutan
dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH
lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. pH pada tanah juga akan
berpengaruh pada ketersediaan nutrisi didalam tanah. Identfikasi pH yang telah
dilakukan pada 21 jenis pupuk diketahui pupuk yang memiliki pH 7 (netral) yaitu,
pupuk kompos, pupuk organik granul, pupuk kandang sapi, pupuk urea non
subsidi, pupuk cantik, pupuk CNG CaNO3, pupuk phonska, pupuk ZA, pupuk KCl
mahkota dan pupuk gandasi b. Pupuk yang memiliki pH 6 (netral) yaitu, pupuk
kascing, pupuk organik trubus, pupuk urea subsidi, pupuk NaFos guano, rosasol,
dekastar plus (18.9.10+TE) dan dekastar plus (13.13.13+TE). Pupuk yang
memiliki pH asam yaitu, pupuk SP36 petro ber-pH 4 dan pupuk MKP ber-pH 5.
Sedangkan pupuk yang memiliki pH basa yaitu, pupuk KNO3 CPN merah ber-pH
8 dan pupuk borate ber-pH 9. Perbedaan kadar pH pada pupuk ini disebabkan
karena bahan yang dikandung pada setiap pupuk berbeda-beda. Menurut,
(Novizan, 2002) Unsur hara mudah diserap oleh tanaman pada pH 6-7, karena
pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
Dalam pemilihan pupuk selain mengetahui jumlah dan jenis unsur hara yang
dikandungnya juga perlu memperhatikan manfaat dari berbagai unsur hara
pembentuk pupuk tersebut, karena setiap pupuk memiliki manfaat dan kandungan
unsur hara yang berbeda-beda. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang
menunjukkan jenis, kandungan unsur hara dan manfaatnya. Kadang kala petunjuk
pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan. Oleh karena itu, sangat penting
untuk mengetahui jenis pupuk tersebut dengan cara membaca label kandungan
pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain itu, perlu diketahui juga
cara pengaplikasianya yang benar, sehingga takaran pupuk yang digunakan dapat
diberikan dengan baik. Kesalahan dalam pengaplikasian pupuk akan berakibat
pada terganggunya pertumbuhan tanaman sehingga proses pertumbuhan dan
perkembangan tidak maksimal.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum identifikasi pupuk yang telah lakukan dapat


disimpulan bahwa:
1. Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu : (a) atas dasar
pembentukannya yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik, (b) atas dasar
kandungan unsur haranya yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk, (c) atas
dasar bentuknya yaitu pupuk padat (remah, serbuk, granul, dll) dan cair
2. Bentuk dari suatu pupuk berfungsi sebagai penggolongan aplikasinya
dilapangan dan warna berfungsi sebagai perbedaan visual dalam aplikasi atau
sebagai indikator pupuk yang digunakan.
3. Jenis pupuk berfungsi sebagai penentu dasar unsur hara yang digunakan
apakah organik atau anorganik
4. Unsur hara mudah diserap oleh tanaman pada pH netral (6 – 7), karena pada
pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air terutama unsur
makro
5. Kelarutan menunujukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air, kelarutan
pupuk dipengaruhi oleh bentuk pupuk tersebut, semakin kecil luas permukaan
pupuk maka semakin mudah larut.
6. Higroskopisitas berfungsi sebagai penentu apakah pupuk tersebut mudah
menghilang diudara pada saat aplikasinya atau tidak. Sifat higroskopis ini
dipengaruhi oleh bahan baku yang terkandung didalam pupuk.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad,1992. Mikrobiologi Tanah Hutan. IPB : Bogor.

Badan Penelian Pertanian (BPTP). 2001. Pembuatan Pupuk Organik dan


Penggunaannya Pada Tumpang Sari Bawang Merah dan Cabe Merah.
Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian : Yogyakarta.
De, D. Mehring dan Cumings. (1989). Flow behaviour of chemical fertilizers as
affected by their properties. Journal of Agricultural Engineering
Research 42: 235-249.

Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta

Suptarini,E.2001. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. Penebar Swadaya :Jakarta.

Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung :
Lampung.

Hardjowigeno. 2004. Pupuk dan pemupukan Tomat. Kanisius : Yogyakarta.

Hasibuan, B.E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Usu-Press : Medan.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius : Yogyakarta

Lingga, P dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya :


Jakarta.

Marsono, dan Paulus, S. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya :
Jakarta.

Musnamar. 2003. Pupuk Organik (Cair dan Padat, Pembuatan Aplikasi).


Penebar Swadaya : Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai