Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PERAKITAN VARIETAS TANAMAN


ACARA II

“Outbreeding"

Nama : Harinda Mewah Dwi Seftiani

NPM : E1J018048

Shift : Kamis, C1 (15.00-17.00)

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Catur Herison, M.Sc.

Co-asst : Yoga Suprimansyah (E1J017027)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Outbreeding adalah suatu keadaan dimana tidak terjadinya suatu pembuahan


antara sel telur dan sperma pada bunga yang sama.outbreeding dapat disebabkan oleh
beberapa factor baik factor moforlogi, genetic (self - inkopabilitas) maupun
fisiologi.Faktor moforlogi yang dapat menyebabkan outbreeding berkaitan dengan benang
sari yang panjang pendeknya dan stylus.Satu tipe yang mempunyai stylus panjang dan
pendek disebut pin dan stylus pendek dan stamen panjang disebut thrum.    

Outbreeding Inkompatibilitas adalah suatu keadaan dimana tidak terjadinya


pembuahan antara sel telur dan sperma.Inkompatibilitas dapat disebabkan oleh beberapa
factor, baik factor marfologi, genetik, maupun fisiologi.Factor marfologis yang dapat
menyebabkan inkompatibilitas berkaitan dengan panjang pendeknya stamen dan
stylus.Satu tipe yang mempunyai stylus panjang dan stamen pendek disebut pin,
sebaliknya apabila stylus pendek dan stamen panjang disebut thrum. Outbreeding genetic
disebabkan beberapa indikasi antara lain pertumbuhan pollen menurun, pertumbuhan
pollen normal tetapi tabung pollen terhambat dalam stylus, pollen tube tumbuh. 

Inkompatibilitas dibedakan menjadi dua yaitu inkompatibilitas homomorfik


dan  heteromorfik. inkompatibilitas homomorfik : yaitu putik dan benang sari sama
panjang. Gametofitik  Terhentinya pertumbuhan tabung tepung sari di dalam putik multi
alel. Interaksi antara tepung sari yang haploid dengan sel-sel putik yang diploid. Jika alel
tepung sari sama dengan alel putik, maka pertumbuhan tabung serbuk sari terhenti dan
sebaliknya. Pada system gametofit , inkompatibilitas terjadi bila serbuk sari dan kepala
putik mempunyai alel yang sama. Contohnya persilangan gamet betina S1S2 x jantan
S1S2 akan mengalami ketidak cocokkan (inkompatibilitas) karena serbuk sari itu akan
membawasalah satu alel S1 atau S2 yang keduanya terdapat pula pada jaringan tangkai
putik.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pratikum kali ini yaitu untuk mengenali struktur bunga tanaman yang
mengalami outbreeding dan penyebab outbreeding tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari kekepala putik. Sedangkan


pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria klasifikasi yang
dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan silang.
Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system perbanyakan
tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat dikawinkan. Didalam
group penyerbukan silang jumlah persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia
memepengaruhi dalam kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah
persilangan dengan luar didalam species dari suatu kelompok. Jumlah persilangan dari
varietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah.
(Sobari,2019).

Sistem perkawinan terdapat 2 jenis yaitu, terarah dan acak. Perkawinan


dengan sistem acak berarti menurunkan daya produksi dan keturunannya sangat variabel oleh
keheterozigotan itu, sedangkan breeding dengan sistem terarah, mengubah frekuensi alel,
meningkatkan ekspresi alel-alel baik. Breeding dengan sistem terarah terdiri
dari inbreeding dan outbreeding (Hartati, 2017).

Silang luar (biak-luar) yang dikombinasikan dengan pemilihan adalah suatu


teknik sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang mencakup kepada ciri-ciri yang
turun temurun yang sangat bermanfaat (Warwick, 1984). Silang luar dikombinasikan dengan
pemilihan adalah suatu teknik yang sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang
mencakup kepada ciri-ciri yang turun temurun sangat bermanfaat. Silang luar, persilangan
murni yang tidak bertalian dengan tanaman yang dikawinkan di dalam keturunan yang sama
disebut juga sebagai penyimpangan hasil pemuliaan (Oktarisna, 2013).

Outbreeding adalah pembuahan silang antara tanaman induk yang berbeda


secara genetik yang dapat mengganggu adaptasi lokal atau adaptasi bersama alel pada
keturunannya dan menyebabkan penurunan kebugaran tanaman (yaitu depresi perkawinan
sedarah) (Pramono,2016).

Kompatibilitas adalah kesesuaian antara organ jantan dan betina sehingga


penyerbukan yang terjadi dapat diikuti dengan proses pembuahan. Tanaman dikatakan
bersifat kompatibel jika terjadi pembuahan setelah penyerbukan. Ketidaksesuaian antara
organ jantan dan betina disebut inkompatibilitas. Ketidaksesuaian dikendalikan oleh faktor
lingkungan, genetik dan fisiologis Inkompatibilitas (incompatibility) adalah bentuk
ketidaksuburan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tanaman yang
memiliki pollen dan ovule normal dalam membentuk benih karena gangguan fisiologis yang
menghalangi fertilisasi (R,Widyana, 2019).

Mekanisme didalam tumbuhan berbunga yang mencegah terjadinya self-


fertilisasi akibat dekatnya hubungan antara organ reproduksi jantan dan betina pada bunga
yang sempurna Inkompatibilitas dapat disebabkan oleh Ketidakmampuan
tabung pollen dalam menembus kepala putik, atau tumbuh normal sepanjang tangkai putik
namun tidak mampu mencapai ovule karena pertumbuhan yang terlalu lambat. Mekanisme
ini mencegah silang dalam (selfing) dan mendorong adanya penyerbukan silang
(crossing) Outbreeding pada tanaman tingkat tinggi, yaitu untuk mencegah pembuahan
sendiri (E,Adelina, 2019).
BAB III

MEOTODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun bahan yang digunakan pada pratikum kali ini yaitu :

Bahan : Bunga dari beberapa jenis spesies tanaman lain yaitu, bunga kembang Sepatu,
Bunga Bougenville, Bunga Tembakau, Bunga Kentang, Bunga Mawar, dan Bunga
Widellia.
Alat : pinset, kaca pembesar dan cawan petri   
      
3.2 Cara kerja
1. untuk outbreeding yang dsebabkan oeh factor mforlogi, ukur panjang benang sari
dan stylus, kemudian ditentukan termasuk “pin” dan “thrum”
2. outbreeding yang disebabkan faktor fisiologi, catat selisih umur kematangan
antara bunga jantan dan betina.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Bunga Kembang Sepatu Bunga kembang sepatu termasuk jenis


Outbreeding Morfologis. Dan juga Bunga jenis
Thrum.
Karena stament pada bunga terletak pada bagian
bawah stylus, sehingga hal ini akan menghambat
terjadinya penyerbukan karena harus ada bantuan
agen penyerbuk.

Bunga Bougenville Bunga Bougenville termasuk jenis Outbreeding


Fisiologis, karena pada saat stament masak pucuk
bunga menjadi berpilin sehingga sament pada
benang sari tidak akan pernah jatuh ke stigma.

Bunga Tembakau Bunga Tembakau merupakan jenis Outbreeding


Morfologi, karena stylus pada bunga ini lebih
panjang dari stamentnya. Dan juga bunga
tembakau termasuk ke dalam jenis pin sehingga
penyerbukannya harus di bantu oleh agen
penyerbuk.

Bunga Kentang Bunga Kentang termasuk ke dalam jenis


Outbreeding morfologis, karena tanaman kentang
memiliki bunga yang bertipe pin dimana stylus
pada bunga lebih panjang dari stamentnya .
penyerbukan pada tanaman ini harus di bantu oleh
agen penyerbuk.
Bunga Widellia Jenis Outbreeding Widellia adalah outbreeding
morfologis karena bunga pada widelia memilki
stament yang lebih panjang dari stilusnya
sehingga bunga widelia bertipe thrum.

Bunga Mawar Bunga Mawar adalah bunga yang bertipe pin yang
memilki stament yang lebih pendek dari stilusnya

4.2 Pembahasan

Objek pengamatan yang di amati pada praktikum kali ini mengalami


outbreeding yang bervariasi. Outbreeding yang di alami oleh objek pengamatan
umumnya di bagi menjadi dua jenis yaitu morfologis dan fisiologis. Outbreeding jenis
morfologis biasanya di tandai dengan perbedaan letak organ generatif pada tanaman atau
tumbuhan tersebut. Sedangkan outbreeding fisiologis di tandai dengan adanya perbedaan
masa kesiapan pada dua organ generatif tanaman.
Tipe outbreding yang di sebabkan oleh faktor morfologis pada pengamatan ini
lebih dominan di temukan dari pada tipe outbreeding fisilogis. Tipe outbreeding
morfologis pada pengamatan ini di temukan empat jenis yaitu tanaman berbunga thrum
dan tanaman berbunga pin. Tanaman outbreeding dengan jenis bunga thrum dapat di
temukan pada tanaman kembang sepatu dan widelia.Tipe ini di tandai dengan panjang
stylus lebih panjang dari stamen atau putik berada di atas letaknya dari benang sari, tipe
ini biasanya di bantu oleh serangga dalam penyerbukan.

Outbreeding pada tanaman dengan tipe bunga pin terdapat pada tanaman
tembakau, kentang dan mawar. Bunga pada tanaman ini memilki ciri stamen bunga lebih
panjang dibandingkan stylus bunga. Tanaman dengan tipe ini dalam penyerbukannya di
bantu oleh serangga untuk menyerbuk sendiri, dan di bantu oleh angin dalam
penyerbukan silang. Penyerbukan lebih dominan terjadi serbuk silang sebab polen lebih
mudah terbang ke pohon tanaman lain akibat tertiup oleh angin.

Outbreeding fisiologis dapat terjadi pada bunga bugenvil, bunga ini


mengalami pilinan pada pucuk bunga ketika stament telah masak. Hal ini menyebabkan
polen dari stament tidak dapat bertemu dengan ovule. Outbreeding ini menyebabkan
tidak ada penyerbukan yang terjadi dalam bunga bugenvil, akibatnya ovule tidak akan
membentuk biji dalam perkembangan selanjutnya.

BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Setelah didapatkan hasil maka disimpulkan bahwa, bunga yang mengalami


outbreeding biasanya mengalami perbedaan dalam organ generatifnya. Perbedaan ini dapat
berupa perbedaan letak, kematangan, posisi putik dan benang sari. Faktor kesiapan dapat
berupa perbedaan kesiapan organ generatif, salah satu lebih dulu matang atau yang satu lebih
lambat matang. Faktor outbreeding fisiologis lain, adanya gerakan berpilin pada pucuk bunga
yang menyebabkan polen tidak bisa bertemu dengan ovule.

DAFTAR PUSTAKA
E,Adelina. 2019. Kompatibilitas Batang Bawah Nangka Tahan Kering
Dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah Dengan Cara
Sambung Pucuk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 16(3) : 11-21.
Hartati. 2017. Pengaruh Waktu Penyerbukan Dan Proporsi Bunga Betina
Dengan Bunga Jantan Terhadap Hasil Dan Kualitas Benih
Melon (Cucumis Melo L.). Jurnal Pertanian Indonesia.
5(2) : 7-16.
Oktarisna. 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna Polong Pada Hasil Persilangan
Tanaman Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Varietas Introduksi
Dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi Pertanian. 2(1) : 3-
11.
Pramono. 2016. Perkembangan Bunga, Buah Dan Keberhasilan Reproduksi
Jenis Saga (Adenanthera Pavonina L.). Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman. 1(4) : 2-15.
R, Widyana. 2019.Kompatibilitas Batang Bawah Dengan Batang Atas Pada
Metode Grafting Tanaman  Durian (Durio Zibethinus Murr).
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 16(2) : 3-18.
Sobari. 2019. Pengaruh Perbedaan Ukuran Polen
Pada Penyerbukan Buatan Terhadap Potensi Jumlah Buah Pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq.). Jurnal
Kultivasi. 19(1) : 3-15.

Anda mungkin juga menyukai