Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI
PERTANIAN ACARA III
“TEKNOLOGI PEMBUATAN HERBISIDA NABATI”

Disusun oleh:
Nama : Safri Belnardo Purba
NPM : E1J019040
Shift : A1 (Senin, 13.00-15.00 WIB)
Dosen : Dr. Ir. Atra Romeida, M.Si
Co-Ass : Edi Jaya Lase (E1J018015)

LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS
BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Budidaya sebuah tanaman tentu saja penggunaan pestisida sangat dibutuhkan
untuk pengendalian hama. Baik hama berupa hewan maupun tanaman lain yang
menjadi penggangu tanaman yang sedang dibudidayakan. Pengendalian hama
tumbuhan misalnya gulma pengganggu yang sangat merugikan bagi para petani
yaitu selain dapat memakan tempat tetapi juga mampu mengurangi hasil panen
karena persaingan unsur hara pada tanaman ini dilakukan dengan cara
mengaplikasikan pestisida dengan jenis herbisida. Herbisida merupakan suatu
bahan xenobiotik yang digunakan untuk mengontrol pertumbuhan dan reproduksi
vegetasi yang tidak diinginkan. Mekanisme resistensi herbisida dibagi menjadi
tiga fase yaitu fase (1) perubahan struktural dari situs target herbisida, (2)
detoksifikasi metabolik (konjugasi) dan pergantian penyerapan, (3)
kompartementalisasi herbisida (Samuel et al., 2012).
Pengendalikan hama tumbuhan penggangu biasanya para petani
menggunakan herbisida kimiawi yang sangat mudah didapat serta tidak perlu
membutuhkan waktu lama untuk pembuatan dan pengaplikasiannya. Namun
penggunaan herbisida kimiawi secara berkepanjangan tentu saja dapat berdampak
buruk baik bagi lingkungan maupun kesehatan. Dampak negatif akibat
penggunaan herbisida kimiawi telah banyak dilaporkan oleh berbagai penelitian.
Dampak negatif tersebut antara lain ketidakstabilan ekosistem, Pengendalikan
hama tumbuhan penggangu biasanya para petani menggunakan herbisida kimiawi
yang sangat mudah didapat serta tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk
pembuatan dan pengaplikasiannya. Namun penggunaan herbisida kimiawi secara
berkepanjangan tentu saja dapat berdampak buruk baik bagi lingkungan maupun
kesehatan. Dampak negatif akibat penggunaan herbisida kimiawi telah banyak
dilaporkan oleh berbagai penelitian. Dampak negatif tersebut antara lain
ketidakstabilan ekosistem,pencemaran lingkungan, adanya residu pada
hasilhpanen dan bahan olahannya sehingga dapat menyebabkan keracunan hingga
kematian bagi yang mengkomsumsi (Duke, 2016).
Herbisida nabati merupakan bahan yang mudah dan cepat terurai menjadi
bahan yang tidak memiliki dampak buruk bagi lingkungan serta residunya mudah
hilang sehingga dapat membantu menjagan keseimbangan ekosistem dan
biodiversitas organisme. Herbisida nabati dapat dibuat dengan tumbuhan yang
memiliki kandungan senyawa alelokimia. Senyawa alelokimia yang diduga dapat
menjadi racun tanaman sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
diantaranya tanin, fenol, steroid dan lainnya.
Ekstrak daun mangga dapat menekan pertumbuhan gulma, yaitu dengan cara
menghambat pertambahan tinggi gulma secara signifikan. Hal ini disebabkan
adanya kandungan senyawa alelokimia yaitu senyawa tanin yang menghambat
pertumbuhan dan aktivitas hormon giberelin serta senyawa flavonoid yang dalam
menekan aktivitas enzim dan pembelahan sel, yang selanjutnya berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan gulma (Prasetya, 2018).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1) Mampu mengidentifikasi tumbuhan lokal yang dapat digunakan menjadi
bahan dasar dalam pembuatan herbisida nabati.
2) Memahami teknologi pembuatan herbisida nabati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia,
diperlukan herbisida organik yang efektif berskala komersial. Salah satu yang
dapat digunakan sebagai herbisida alami yaitu daun cengkeh, daun cengkeh
belum termanfaatkan secara maksimal dan masih dianggaplimbah yang kurang
berguna. Padahal daun cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri 1 -4%, yang
dapat dimanfaatkan sehingga limbah tersebut memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. walaupun belum ada yang meneliti mengenai hal ini, maka dalam
penelitian ini akan diteliti ekstrak dari daun cengkeh sebagai herbisida alami, dari
daun cengkeh yang hanya dibiarkan menjadi sampah dapat dipakai guna untuk
membantu memudahkan para petani untuk mendapatkan herbisida yang murah,
mudah dijangkau dan ramah linngkungan (Riadi, dkk, 2012).
Menurut Setyowati dan Suprijono (2011), menyatakan adanya fenomena
tersebut menjadi dasar munculnya banyak penelitian yang berusaha mencari
alternatif pengendalian gulma yang ramah lingkungan. Salah satu hasil penelitian
yang dapat dijadikan alternatif adalah dengan menggali potensi senyawa kimia
yang berasal dari tumbuhan (alelokimia) yang dapat dimanfaatkan sebagai
bioherbisida alami (Herbisida nabati). Herbisida nabati merupakan tanaman yang
dapat dimanfaatkan menjadi bahan pengendalian gulma. Menurut hasil penelitian
Riskitavani dan Purwani (2013), tanaman yang mengandung senyawa alkaloid,
saponin, tannin, resin, triterpenoid dan flavonoid dapat diindikasikan menjadi
bioherbisida atau herbisida nabati karena tanaman yang mengandung senyawa
alkaloid, saponin, tannin, resin, triterpenoid dan flavonoid dapat memberikan
efek fitotoksisitas dan berat basa pada gulma rumput teki (Cyperus rotundus).
Maka dari itu diperlukan segera alternatif lain yang ramah lingkungan dalam
pengendalian gulma.Salah satunya dengan menggunakan herbisida organik yang
berasal darisenyawa alelopati yang terkandung dalam tumbuhan yang dapat
menghambat dan mematikan pertumbuhan tanaman disekitarnya. Beberapa
gulma memiliki senyawa alelopati yang dapat digunakan sebagai herbisida
organik yang dapat menjadi racun bagi gulma lain (Anggriani et al. 2013).
Daun mangga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma karena
menghasilkan senyawa alelokimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma
(Padmanaban dan Daniel, 2003). Seperti hasil penelitian (El-Rokiek et al., 2010)
menyatakan bahwa ekstrak daun mangga dapat menghambat pertumbuhan
rumput teki (Cyperus rotundus L.) pada konsentrasi 25% karena ekstrak daun
mangga mengandung senyawa alelopati golongan fenol antara lain ferulic,
coumaric, benzoic, vanelic, chlorogenic, caffeic, hydroxybenzoic, dan cinnamic.
Yulifrianti et al., 2015, menyatakan bahwa ekstrak daun mangga pada
konsentrasi 35% dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan gulma
rumput Grinting (Cynodon dactylon).
Herbisida alami merupakan herbisida dengan menggunakan prinsip
alelokemia yang dihasilkan oleh tumbuhan atau senyawa yang terdapat pada
proses pelepasan allelopati yang di hasilkan oleh tumbuhan. Penggunaan
herbisida alami juga merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga,
buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau
senyawa bioaktif.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat


3.1.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
1) Kulit buah jengkol segar : 1 kg
2) Tusuk konde (Wedelia trilobata) : 1 kg
3) Titonia (Titonia diversifolia) : 1 kg
4) Krinyuh (Cromolaena odorata) : 1 kg
5) Babadotan (Ageratum conyzoides) : 1 kg
6) Air AC : 10 Liter
7) Kertas saring whatman no.1 : 25 lembar
8) Benih jagung : 200 Gram
9) Benih sawi : 100 Gram

3.1.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
1) Pisau : 5 buah
2) Blender : 1 buah
3) Teletan : 5 buah
4) Saringan santan : 5 buah
5) Corong kaca : 5 buah
6) Gelas piala : 5 buah
7) Alat penggojok : 1 buah
8) Plastik transparan : 1 meter
9) Petridish : 30 buah
10) Gunting : 2 buah
11) Jerigen/botol plastik volume 1 L : 25 buah
12) Gelas ukur volume 10 ml : 5 buah
13) Pinset ujung bengkok : 5 buah
3.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah, sebagai berikut: Membuat
herbisida nabati
1) Timbang Kulit jengkol, Tusuk konde, Titonia, Krinyuh, dan Babadotan
masing-masing sebanyak 1 kg. Potong sekecil mungkin untuk
memudahkan penghancuran dengan blender.
2) Siapkan air AC sebanyak 2 liter untuk setiap bahan (total 10 liter).
3) Potongan bahan herbisda diblender sampai halus sambil menambah air.
4) Tambahkan sisa air kedalam sediaan (no.3).
5) Masukkan ke dalam gelas piala, tutup gelas piala dengan plastik dan
kencangkan dengan tali.
6) Gojok dengan menggunakan penggojok selama 24 jam.
7) Saring bahan tersebut. Penyaringan dilakukan dua kali. Penyaringan
pertama menggunakan saringan santan, dan penyaringan kedua
menggunakan kertas saring whatman no.1 sebanyak satu lapis.
8) Larutan yang ada dimasukkan ke dalam jerigen/botol plastik dan simpan di
lemari pendingan dengan suhu sekitar 5 0C.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum pembuatan bioherbisida ini adalah sebagai
berikut:
Gambar Keterangan

Mencincang bahan bahan


(daun mangga)

Menghaluskan bahan
dengan menggunakan
blender

Hasil bahan yang sudah


dihaluskan
Hasil dari bioherbisida
yang telah didiamkan
seminggu

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini akan dilakukam kegiatan untuk pembuatan bioherbisida
dari tumbuhan atau daun daun lokal. Praktikum yang dilaksanakan di dalam
ruangan Lab. Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Pembuatan
bioherbisida atau herbisida nabati yaitu untuk mengurangi gulma atau
mengendalikan gulma yang hidup di sekitar tanaman budidaya.
Dalam praktikum kali ini, kami menggunakan daun mangga untuk bahan
dalam pembuatan pestisida nabati. Seperti hasil penelitian (El-Rokiek et al., 2010)
menyatakan bahwa ekstrak daun mangga dapat menghambat pertumbuhan rumput
teki (Cyperus rotundus L.) pada konsentrasi 25% karena ekstrak daun mangga
mengandung senyawa alelopati golongan fenol antara lain ferulic, coumaric,
benzoic, vanelic, chlorogenic, caffeic, hydroxybenzoic, dan cinnamic. Yulifrianti
et al (2015), menyatakan bahwa ekstrak daun mangga pada konsentrasi 35% dapat
menghambat perkecambahan dan pertumbuhan gulma rumput Grinting (Cynodon
dactylon) dan juga dapat menghambat pertumbuhan gulma lainnya
Herbisida alami merupakan herbisida dengan menggunakan prinsip
alelokemia yang dihasilkan oleh tumbuhan atau senyawa yang terdapat pada
proses pelepasan allelopati yang di hasilkan oleh tumbuhan. Penggunaan herbisida
alami juga merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji,
kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa
bioaktif.
Tahap atau langkah pertama yang dilakukan untuk membuat pestisida nabati
yaitu mengambil daun mangga untuk dihaluskan. Dalam penghalusan bahan
digunakan pisau untuk mencincang bahan bahan segar tersebut. Bahan bahan
tersebut dipotong sekecil mungkin untuk mempermudah dan lebih cepat saat
penghalusan dengan menggunakan blender.
Setelah bahan bahan tersebut berukuran kecil kecil kemudian diblender
sampai halus. Untuk cairan tambahan dalam memblender digunakan air AC
sebanyak 2 Liter yang ditumpahkan secara perlahan sedikit demi sedikit. Setelah
bahan selesai di blender, bahan herbisida tersebut dimasukkan ke dalam botol
plastik berukuran 1,5 Liter, kemudian botol ditutup rapat.
Bahan herbisida nabati tersebut disimpan selama 24 jam. Setelah 24 jam,
bahan herbisida nabati tersebut disaring. Penyaringan dilakukan dua kali,
penyaringan pertama dilakukan dengan menggunakan saringan santan dan
penyaringan kedua dengan menggunakan kertas whatman No.1 sebanyak satu
lapis. Kemudian setelah disaring larutan herbisida nabati tersebut disimpan di
dalam lemari pendingin (kulkas) selama seminggu. Setelah disimpan dalam waktu
seminggu larutan herbisida tersebut sudah dapat diaplikasikan atau digunakan
untuk menyemprot gulma yang ada dan menghambat pertumbuhan gulma.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
herbisida nabati yang dibuat dari bahan daun tanaman mangga memiliki alelopati
yang dapat menghambat pertumbuhan dari tanaman terutama gulma. Herbisida
nabati merupakan bahan yang mudah dan cepat terurai menjadi bahan yang tidak
memiliki dampak buruk bagi lingkungan serta residunya mudah hilang sehingga
dapat membantu menjagan keseimbangan ekosistem dan biodiversitas organisme

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar dalam kegiatan praktikum
praktikan berperan aktif dalam pembuatan bioherbisida dan masing-masing
praktikan dapat membuat bioherbisida.
DAFTAR PUSTAKA

Duke, S. O. 2016. Herbiside Resistant Crops: Agricultural, Enviromental,


Economic, Regulatory and Technical Aspects. Penerbit: CRC Press, Inc.
USA.
El-Rokiek, G., Kowthar, R., El-Masry., Rafet & K. Nadia., Messiha. 2010. The
Allelopathic Effect of Mango Leaves on the Growth & Propagative
Capacity of Purple Nutsedge (Cyperus rotundus L.). Journal American
Research, vol. 6, no. 3, hal 151-159.
Padmanaban, B, & M Daniel. 2003. Biology And Bionomics of Palm White Grub,
Leucopholis burmeisteri. Indian Entom. vol. 65 no. 4, hal. 444-452.
Prasetya, D.N, Zulkifli, T.T. Handayani, Dan M.L. Lande. 2018. Efek Alelopati
Ekstrak Air Daun Mangga (Mangifera indica L. var. Arumanis) Terhadap
Pertumbuhan Rumput Teki (Cyperus rotundus L.). Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, Volume 18 Nomor 02 . Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Riadi dkk. 2012. Mata Kuliah: Herbisida Dan Aplikasinya. Bahan Ajar. Fakultas
Pertanian, Universitas Hassanudin. Makassar
Riskitavani, D.V. dan Purwani, K.S. 2013. Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak
Daun Ketapang (Terminalia catappa) terhadap Gulma Rumput Teki
(Cyperus rotundus). Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2): 59-63.
Samuel, S. L. Purnamaningsih, N. Kendandarini. 2012. Pengaruh Kadar Air
Terhadap Mutu Fisiologis Kacang Kedelai (Glycine max (L). Maerill)
Varietas Gepak Kuning Selama Dalam Penyimpanan.Available online at
wartabepe.staff.ub.acid/files/2012/11/JURNAL. Pdf diakses pada 20 April
2022
Setyowati, N. dan Suprijono, E. 2011. Efikasi Alelopati Teki Formulasi Cairan
Terhadap Gulma Mimosainvisa dan Melochiacor choriforia. Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian Indonesia. 3(1): 16-24.
Yulifrianti, E. Linda, R. Lovadi, I. 2015. Potensi Ekstrak Daun Mangga
(Mangifera indica L.) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Ginting
(Cynodon dactylon (L.)) Press. Jurnal Protobiont Volume 4 (1):46-
51.Universitas Tanjungpura. Pontianak
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai