Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI

oleh:

Mochamad Al Khausar
NIM : A42160351

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran tanaman sangat penting bagi perekonomian indonesia. Maka dari itu kesuburan
tanaman sangatlah penting untuk diperhatikan oleh masyarakat Indonesia.

Produktivitas pertanian dapat terganggu oleh adanya OPT (Organisme Pengganggu


Tanaman). Organisme pengganggu tanaman inilah yang dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis terhadap petani maupun masyarakat. Banyak sekali petani mengeluhkan hama
tanaman yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Pengendalian hama yang baik yaitu
dengan cara biologis pengendaliannya meliputi penggunaan predator, binatang pemakan hama,
atau penggunaan parasit dan bakteri yang menyebabkan sakit pada hama. (Pracaya,2008).

Untuk memberantas hama yang merusak tanaman, para petani biasanya menggunakan
pestisida yang disemprotkan ke tanaman tersebut. Tapi kebanyakan petani mencari pestisida
yang bersifat kimia yang membahayakan lingkungan sekitarnya. Pemanfaatan tumbuhan untuk
pestisida nabati seharusnya mendapatkan perhatian serius dalam pemanfaatannya daripada
pestisida kimia karena disamping lebih mudah didapatkan dan lebih murah juga ramah
lingkungan. Penggunaan pestisida sintesis yang berlebihan akan menimbulkan berbagai dampak
negatif terhadap lingkungan diantaranya adalah dapat meracuni manusia dan hewan domestik,
meracuni organisme yang berguna, misalnya musuh alami hama, lebah dan serangga yang
membantu penyerbukan, mencemari lingkungan dengan segala akibatnya, termasuk residu
pestisida. Pestisida yang bersifat kimia sangat membahayakan karena mengandung DDT
(Dichloro Diphenyl Trichloroethane) yang mengandung sifat apolar dan sifat DDT yang stabil
dan persisten. Banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida alami untuk
membasmi hama tumbuhan. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan
sebagai pestisida alami adalah tanaman umbi gadung .

Tanaman umbi gadung tergolong umbi-umbian yang populer walaupun kurang mendapat
perhatian. Sebagian besar petani sudah mengetahui manfaat dari umbi gadung, selain sebagai
pestisida nabati umbi gadung juga dapat diolah menjadi keripik. Petani beranggapan bahwa
mengolah umbi gadung menjadi bahan makanan yang siap dikonsumsi tidak ekonomis karena
proses pengolahan umbi gadung memerlukan 4 waktu yang cukup lama. Umbi ini sangat
memungkinkan untuk dijadikan sebagai pestisida alami karna mengadung zat yang bersifat racun
bagi serangga, ulat, cacing (nematoda) bahkan juga tikus

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa membuat pestisida nabati berbahan dasar umbi gadung.
2. Mahasiswa mencari kandungan yang terkandung dalam umbi gadung.
3. Mahasiswa mencari manfaat umbi gadung sebagai bahan dasar pestisida

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa mampu membuat pestisida nabati berbahan dasar umbi gadung.


2. Mahasiswa mengetahui kandungan yang terkandung dalam umbi gadung.
3. Mahasiswa mengetahui manfaat umbi gadung sebagai bahan dasar pestisida
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida Nabati


Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang
dapat digunakan untuk mengendalikan serangan hama. Penggunaan pestisida nabati selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan
pestisida kimia. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan mampu mengurangi dampak negatif
yang dapat membahayakan hewan, manusia atau serangga non sasaran (Sudarmo, 2005).
Pestisida nabati merupakan salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang layak
dikembangkan, karena senyawa pestisida dari tumbuhan tersebut mudah terurai di lingkungan
dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran. (Martono, 2004). Pestisida nabati termasuk
pestisida yang ramah lingkungan dan cenderung memiliki dampak negatif yang kecil. Pestisida
ini berbahan aktif tunggal atau majemuk dapat berfungsi sebagai penolak, pembunuh, dan bentuk
lainnya (Susetyo dkk. 2008).
Pembuatan pestisida nabati oleh petani dan perorangan biasanya menggunakan skala
sederhana. Pestisida nabati yang dibuat secara sederhana dapat berupa larutan hasil perasan,
rendaman, ekstrak, rebusan bagian tanaman berupa akar, umbi, batang, daun, biji, dan buah
(Sudarmo, 2005).

2.2 Umbi Gadung


Menurut Pambayun (2007), secara taksonomi gadung dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 kelas : Liliopsida – Monocotyledons
 Subkelas : Liliidae
 Ordo : Dioscoreales
 Famili : Dioscoreaceae
 Genus : Dioscorea L.
 Spesies : Dioscorea hispida Dennst.
2.2.1 Morfologi Gadung
Gadung merupakan tanaman berumbi yang dalam bahasa latinya disebut Dioscorea
hispida Dennst. Jenis gadung di Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah yaitu gadung,
sekapa, bitule, bati, kasimun, dan lain-lainnya. Gadung merupakan perdu memanjat yang
tingginya dapat mencapai 5-10 m. Ciriciri dari bentuk batangnya bulat, berbentuk galah, berbulu,
dan berduri yang tersebar sepanjang batang dan tangkai daun. Bentuk umbinya bulat diliputi
rambut akar yang besar dan kaku. Kulit umbi berwarna gading atau coklat muda, daging
umbinya berwarna putih gading atau kuning. Ciri-ciri dari daunnya yaitu daun majemuk terdiri
dari 3 helai daun (trifoliolatus), warna hijau, panjang 20-25 cm, lebar 1-12 cm, helaian daun tipis
lemas, bentuk lonjong, ujung meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata,
pertulangan melengkung (dichotomous), dan permukaan kasar (scaber). Pada bagian bunga
tersusun dalam ketiak daun (axillaris), berbulit, berbulu, dan jarang sekali dijumpai. Sedangkan
buahnya berbentuk lonjong, panjang kira-kira 1 cm, berwarna coklat atau kuning kecoklatan bila
tua serta memiliki akar serabut (Harijono dkk. 2008).
2.2.2 Kandungan Kimia dan Potensi Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati

Tanaman gadung (Discorea hispida Dennst) merupakan anggota umbi-umbian yang


mengandung zat gizi dan senyawa racun berbahaya. Selain mengandung zat gizi, umbi gadung
juga mengandung alkaloid dioskorin dan seringkali bersifat toksik (Kardinan, 2005). Umbi
gadung juga mengandung diosgenin yang juga termasuk golongan alkaloid, dioskorin bersifat
lebih toksik dibanding dengan diosgenin, namun keduanya sering menyebabkan keracunan
apabila gadung dikonsumsi dengan pengolahan yang kurang sempurna (Pambayun, 2007).

Menurut Adil (2010), umbi gadung mentah mengandung alkaloid yang dapat digunakan
sebagai bahan racun hewan atau obat luka, sehingga dapat digunakan sebagai pestisida nabati.
Selain mengadung dioskorin, kandungan kimia lainya adalah saponin, amilim, CaC2O4,
antidotum, besi, kalsium, lemak, garam, fosfat, protein dan vitamin B1. Umbi gadung juga
mengandung asam sianida yang juga bersifat racun. Menurut Pambayun (2007), asam sianida
merupakan racun bagi semua mahkluk hidup karena dapat menghambat pernapasan juga dapat
mengakibatkan perkembangan sel yang tidak sempurna. Bagian dari tanaman gadung yang
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati adalah umbi gadung.
BAB 3. METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum Pertanian Organik dengan acara “Pembuatan Pestisida Nabati dari Ubi
Gadung” dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Senin, 25 Maret 2019


Pukul : 07:00 – 09:00 WIB
Tempat : Lab. Lapang Politeknik Negeri Jember

3.2 Alat dan Bahan

 Alat :  Bahan :
o Blender o Umbi gadung
o Timba o Serai (3 batang)
o Jurigen/botol o Bawang putih (3 siung)
o Saringan o Kunyit (1 rimpang)
o Kain saring o Air (3 liter)
o Gayung
o Pisau
o Timbangan

3.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Mencuci gadung, kemudian membersihkan kulit gadung.
3. Memotong kecil kecil umbi gadung.
4. Hancurkan bahan utama kunyit, bawang putih dan serai menggunakan blender dan
mencampurkan dengan 3 liter air
5. Masukkan kedalam timba dan tutup rapat
6. Diamkan maksimal 24 jam, setelah 24 jam tutup timba di buka
7. Lakukan penyaringan antara bahan dengan larutan, pestisida siap digunakan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan

1. Menimbang ubi gadung sebanyak


600 gram yang telah di kupas dan di
cuci bersih

2. Memasukkan bahan beruppa serai,


bawang putih dan kunyit kedalam
blender. Dan Mengaluskan bahan
beruppa serai, bawang putih dan
kunyit menggunakan blender hingga
halus

3. Mengaluskan ubi gadung dan


menambahkan air sebanyak 3 liter.
4. Menuangakan ubi gadung yang telah
halus kedalam timba

5. Di diamkan selama 24 jam

6. Setelah 24 jam tutup timba di buka


dan pestisida nabati siap di kemas
kedalam botol

7. Hasil pestisida nabati kemudian di


saring dan di kemas kedalam botol
Analisa Usaha Pembuatan
No Alat dan bahan Harga Kebutuhan Jumlah

1. Botol Agro Rp, 2000/botol 4 Rp, 8000

2. Bawang putih Rp. 500/ suing 3 siung Rp, 1500

3. Serai Rp, 1000/ ikat 1 ikat Rp, 1000

4. Kunyit Rp, 3000/ kg 250 gram Rp. 750

5 Label Rp, 6000/lembar 4 Lembar Rp. 6000


(isi 4 label)
6. Ubi gadung Rp, 9000/kg 600 gram Rp, 5400
Total Produksi Rp, 22.650

TOTAL produksi menghasilkan 4 botol PESNAB

a. HPP (Harga Pokok Produksi)


HPP = Biaya Produksi : Total Produksi
= Rp, 22.650 : 4
= Rp, 5.662
Jadi, untuk mendapatkan keuntungan harga produksi harus diatas Rp, 5.662 per botol.
Jadi harga pokok produksi ditentukkan dengan harga jual sebesar Rp, 10.000/ botol
PESNAB Umbi Gadung

b. BEP (Break Event Point)


BEP = Biaya Produksi : Harga Jual
= Rp, 22.650 ; Rp, 10.000
= 2,2
Jadi, hasil BEP menunjukakan bahwa produksi POC Bonggol Pisang akan mencapai titik
seimbang/impas, yaitu pada saat keaadaan tidak merugi jika menjual 1 botol seharga Rp,
10.000.
4.2 Pembahasan
Pada proses pembuatan pesnab umbi gadung, hal pertama yang di lakukan yaitu
pembersihan umbi gadung. Hal ini bertujuan yaitu untuk mengurangi kemungkinan pesnab
nantinya terjadi kontaminasi, selanjutnya yaitu pembersihan bahan lainnya seperti serai, bawang
putih dan kunyit, bahan di kupas kemudian di cuci bersih. Bahan yang telah bersih kemudian di
potong kecil kecil untuk memudahkan proses pemblenderan, proses pemblenderan di lakukan
mulai dari kecepatan sedang hingga penuh agar larutan pesnab yang di hasilkan sangat halus.

Bahan yang telah tercampur rata kemudian di tuangkan kedalam timba bertutup. Hal ini
di lakukan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi, selain itu, proses ini berlangsung secara
aerob sehingga timba harus di tutup dengan rapat. Kemudian larutan pesnab di diamkan kurang
lebih selama 24 jam. Pada hari berikutnya larutan umbi gadung di panen dengan cara menyaring
larutan umbi gadung, kemudian di tuangkan kedalam botol agro menggunakan saringan dan
corong. Kemudian botol agro tsb ditutup hingga rapat dan di beri segel.

larutan umbi gadung memiliki zat beracun yaitu dioskorin. Dioskorin adalah salah satu
alkaloid yang bersifat racun bagi serangga, ulat, cacing (nematoda), bahkan juga tikus, (Richana,
2012). Dioskorin yang disemprotkan terhadap hama mempengaruhi sistem syaraf dan
mengganggu metabolisme tubuh hama. Larutan yang disemprotkan terhadap tanaman tersebut
juga menjadi antifidan. Antifidan yaitu mencegah serangga memakan tanaman yang telah
disemprot, sehingga mengurangi selera makan dan mengganggu metabolisme hama terhadap
tanaman yang telah disemprotkan larutan umbi gadung. Hal tersebut menjadikan kondisi hama
semakin tidak stabil. Hama semakin lemah dan tidak dapat bereaksi seperti biasanya sampai
hama tersebut mati.
BAB 5.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari Praktikum yang telah di lakukan dapat di tarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang
dapat digunakan untuk mengendalikan serangan hama.
2. larutan umbi gadung memiliki zat beracun yaitu dioskorin.Dioskorin adalah salah satu
alkaloid yang bersifat racun bagi serangga, ulat, cacing (nematoda), bahkan juga tikus,
3. untuk mendapatkan keuntungan harga produksi harus diatas Rp, 3.375 per botol.

5.2 Saran
Penggunaan pestisida sintesis yang berlebihan akan berdampak negatif terhadap
lingkungan diantaranya adalah dapat meracuni manusia dan hewan domestik, meracuni
organisme yang berguna, misalnya musuh alami hama, lebah dan serangga yang membantu
penyerbukan, mencemari lingkungan dengan segala akibatnya, termasuk residu pestisida.
Sedangkan jika kita memakai pestisida alami akan meminimalisir hal tersebut walaupun proses
kerja pestisida nabati cukup memakan waktu yang lama dan harus diaplikasikan berulang-ulang.
Pestisida umbi gadung mudah larut oleh air sehingga tidak membahayakan bagi tanaman pangan
seperti sayuran, buah-buahan, obat-obatan herbal karena akan hilang pada tahap pencucian.
DAFTAR PUSTAKA

Adil, W. H. 2010. Gadung, Manfaat dan Perbanyakannya secara In Vitro. 19 September 2015.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr326106. pdf.
Harijono, T.A. Sari & M. Erryana. 2008. Detoksifikasi Umbi Gadung (Discorea hispida Dennst)
dengan Pemanasan Terbatas dalam Pengolahan Tepung Gadung. J. Teknologi Pertanian
9(2): 75-82. Malang.
Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Pambayun, R. 2007. Kiat Sukses Teknologi Pengolahan Umbi Gadung. Ardana Media.
Yogyakarta.
Pracaya. 2008. Hama & Penyakit, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Richana. 2012. Aracea &dioscorea, Manfaat Umbi-Umbian Indonesia. Nuansa Cendekia.


Bandung. Hlm 52-55.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Susetyo, T. Ruswandi, & E. Purwanti. 2008. Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) Ramah Lingkungan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta.
83 hlm.
http://www.gerbangpertanian.com
http://digilib.unila.ac.id/27251/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
https://repository.usd.ac.id/582/2/111434041_full.pdf
http://lazuardihigh.blogspot.com/2014/11/pemanfaatan-umbi-gadung-dioscorea.html

Anda mungkin juga menyukai