Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

HORTIKULTURA

PESTISIDA NABATI

Dosen Pengampu :

Shinta, S.Si., M.Si

Ir.Hj.Liliek Harianie A.R.,M.P

Disusun oleh :

Nama : Denis Amalia

NIM : 16620061

Kelas / Semester : B / VI

Tanggal Praktikum : 11 Maret 2019

Asisten Praktikum : Safira Rachmadani Nur Effendi

Lila Biarrohmah

Riska Aqidatatud Dzaroini

LABORATORIUM JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dengan mata pencaharian sebagian penduduknya
sebagai petani. Pertumbuhan penduduk di Indonesia sebagai negara berkembang semakin
lama semakin meningkat. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan
kebutuhan pangan juga meningkat. Hal ini menyebabkan para petani melakukan beberapa
cara untuk meningkatkan proses pertanian. Tuntutan pangan yang meningkat telah
merubah mindset petani untuk merubah metode pertanian dari metode konvensional ke
metode modern seperti contoh penggunaan bahan-bahan kimia dalam kegiatan pertanian.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dan dalam jangka waktu panjang akan
menyebabkan kerusakan lingkungan dan malah membuat serangga hama memiliki sifat
resisten dan resurjensi. Bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pertanian menurut
Moreira (2007) akan menimbulkan kebangkitan dan resistensi hama dan menghasilkan
residu sehingga mencemari lingkungan.
Kebiasaan buruk petani dalam penggunaan bahan kimia yang tidak sesuai aturan demi
meningkatkan produksi pangan perlu tindakan kuratif (cara penanggulangan). Salah satu
cara penanggulangannya adalah penggunaan bahan organik dalam kegiatan pertanian
untuk memperbaiki kerusakan lingkungan dan menekan tingkat resistensi hama. Pestisida
nabati merupakan pestisida yang terbuat dari bahan yang tidak mencemari lingkungan
dengan kandungan senyawa metabolitnya. Menurut Mkindi (2015) pestisida yang terbuat
dari tanaman terbukti secara ilmiah efektif dalam mengendalikan hama serangga. Bahan
yang digunakan sebagai pestisida yaitu tanaman yang memiliki kandungan senyawa aktif
yang dapat menolak serangga. Hikal (2017) mengakui pestisida botani (minyak atsiri)
lebih aman daripada pestisida sintetik yang menyebabkan peningkatan risiko penipisan
ozon, neurotoksik, karsinogenik, teratogenik dan efek mutagenik pada non-target dan
resisten pada serangga.
Pestisida nabati cenderung kurang toksik, merupakan biodegradable yang cepat dan
lebih ditargetkan untuk hama spesifik. Pestisida nabati memiliki beberapa keunggulan
seperti ramah lingkungan, efektif dalam jumlah yang sangat kecil sehingga menawarkan
paparan yang lebih rendah dan hampir tidak meninggalkan residu berbahaya (Islam,
2013). Residu yang terdapat pada lingkungan akan membawa dampak buruk bagi
makhluk hidup lain yang berada pada lingkungan tersebut.
Allah berfirman dalam Al-Quran Surah Asy-Syu’ara’ ayat 7 yang arti ayatnya
berbunyi :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di
bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik ?”. (Asy-Syu’ara’ : 7)
Manusia merupakan makhluk Allah dengan derajat tertinggi dengan karunia akal dan
fikiran. Di bumi Allah telah menciptakan ribuan bahkan jutaan jenis tumbuhan yang tidak
lain memiliki manfaat bagi makhluk ciptaan-Nya terutama manusia. Sebagai khalifah di
bumi seharusnya manusia mampu berfikir bagaimana memanfaatkan ciptaan Allah berupa
tumbuhan untuk kegiatan positif seperti menjaga lingkungan agar kerusakan ekosistem
dan alam tidak terjadi. Allah telah menciptakan tumbuhan dengan sejuta manfaat yang
salah satunya adalah kandungan senyawa metabolit seperti flavonoid yang dapat
dimanfaatkan untuk pencegahan hama serangga. Oleh karena itu, praktikum pembuatan
pestisida nabati penting dilaksanakan untuk mengetahui proses pembuatan pestisida nabati
dan bahan apa saja yang digunakan serta untuk mentadabburi ciptaan Allah berupa
tanaman yang memilki sejuta manfaat.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan pestisida nabati.
2. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan pestisida nabati.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja pestisida nabati dalam menyerang hama serangga.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui proses pembuatan pestisida nabati.
2. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan pestisida nabati.
3. Mengetahui mekanisme kerja pestisida nabati dalam menyerang hama serangga.
4. Laporan yang dibuat dapat dijadikan literatur pada praktikum selanjutnya.
5. Hasil praktikum dapat dievaluasi kembali untuk praktikum selanjutnya yang lebih
berhasil.
BAB II

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah Hortikultura tentang “Pestisida Nabati” dilaksanakan pada


tanggal 11 Maret 2019 hari Senin pukul 12.20 WIB sampai pukul 14.00 WIB yang bertempat
di Green House Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Malang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

1. Kaleng bekas bertutup 2 buah


2. Kain penyaring 1 buah
3. Pisau (cutter) 4 buah
4. Gelas ukur plastik ukuran 100 ml 1 buah
5. Blender 1 set
6. Alat tulis 1 set
7. Alat dokumentasi 1 set
8. Timbangan 1 set

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

1. Air 500 ml
2. Kunyit 2 ruas
3. Temulawak 2 ruas
4. Kencur 2 ruas
5. Bawang putih 2 siung
6. Cabai merah 2 buah
7. Daun paitan 10 lembar
8. Manisa (labu siam) ¼ buah
9. Gula merah ¼ bathok kelapa
3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum ini yaitu :

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dikupas ruas rempah-rempah (kencur, kunyit dan temulawak) masing-masing sekitar
2 ruas
3. Dikupas kulit 2 siung bawang putih
4. Dilepaskan gagang buah pada cabai merah
5. Dikupas kulit buah labu siam (manisa) dan digunakan ¼ bagian buah labu siam
6. Disiapkan ¼ bathok kelapa gula merah
7. Dikoyak-koyak lembaran daun paitan sehingga menjadi bagian yang lebih kecil
8. Dicuci bersih semua bahan yang telah dikupas
9. Ditimbang semua bahan pestisida nabati dengan total berat ½ kg
10. Dicolokkan kabel blender pada sumber listrik
11. Diblender bahan rempah (kunyit, kencur dan temulawak) terlebih dahulu dengan
cukup air sampai halus
12. Ditambahkan gula merah kedalam blender yang sama kemudian dihancurkan sampai
halus
13. Dihaluskan cabai merah dan bawang putih setelah campuran rempah dam gula halus
pada blender yang sama
14. Dimasukkan daun paitan dalam blender yang sama dan semua bahan dihaluskan
sampai benar-benar halus dan ditambahkan air dengan volume air total yang
digunakan adalah 500 ml
15. Disaring hasil pestisida nabati menggunakan kain saring dan diletakkan pada kaleng
yang bertutup
16. Diamati hasil pestisida nabati
17. Didokumentasikan proses pembuatan pestisida nabati
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil dari pembuatan pestisida nabati ini yaitu :

Foto Hasil Akhir Praktikum

3.2 Proses Pembuatan Pestisida Nabati

Hasil dari proses pembuatan pestisida nabati yaitu :

No. Gambar Keterangan


1. Persiapan bahan kunyit dan pengupasan kulit
2. Persiapan bahan temulawak dan pengupasan
kulit

3. Persiapan bahan kencur dan pengupasan kulit

4. Persiapan bahan bawang putih dan


pengupasan kulit

5. Persiapan bahan cabai merah dan pelepasan


gagang buah cabai
6. Persiapan gula merah dengan penggunaan ¼
dari bathok kelapa

7. Persiapan daun paitan dan dikoyak-koyak


menjadi bentuk yang lebih kecil

8. Persiapan labu siam (manisa) dan


pengupasan kulit kemudian digunakan ¼
bagian labu siam dari labu siam utuh

9. Hasil proses penimbangan seluruh bahan


dengan total berat 500 gram
10. Proses penghalusan bahan rempah (kunyit,
kunir dan temulawak) dengan air 500 ml
menggunakan blender

11. Proses penambahan dan penghalusan bawang


putih pada hasil rempah

12. Proses penambahan dan penghalusan cabai


merah pada blender

13. Proses penambahan gula merah


14. Proses penambahan daun paitan

15. Hasil penghalusan semua bahan


menggunakan blender dengan 500 ml air

3.3 Pembahasan

Pembuatan pestisida nabati merupakan praktikum mata kuliah peminatan


“Hortikultura”. Pestisida nabati pada praktikum ini dibuat karena pestisida nabati merupakan
pestisida yang dibuat dari tumbuhan alam dan ramah lingkungan, sehingga pestisida ini
apabila diaplikasikan tidak akan mencemari lingkungan. Pembuatan pestisida nabati ini
memiliki salah satu tujuan untuk menekan kebiasaan petani menggunakan pestisida kimia
yang jangka waktu lama akan menyebabkan lingkungan rusak dan beberapa hama resisten.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Saenong (2016) yang menyatakan bahwa pestisida nabati
adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan yang digunakan
sebagai bahan pestisida nabati mempunyai kandungan bahan aktif yang dapat mengendalikan
serangga hama.

Pestisida nabati yang dibuat pada praktikum dibuat dengan bahan-bahan alami yaitu
rempah kunyit, kencur dan temulawak sebagai bahan utama. Bahan lain yang digunakan pada
pembuatan pestisida nabati ini adalah gula merah, labu siam, bawang putih, cabai merah, daun
paitan dan air 500 ml. Penggunaan bahan-bahan yang dipilih dikarenakan bahan tersebut
mengandung bahan aktif yang dapat mengganggu organisme serangga. Menurut Irfan (2016)
keragaman sumber daya alam (biodiversitas) tumbuhan seperti bandotan, sirih hutan,
brotowali, temulawak, biji mahkota dewa, serai, daun sirsak, daun mimba, tembakau, biji
bengkuang, cengkeh, bawang putih, daun kecubung, lada dan daun sirih merupakan potensi
sebagai pestisida nabati.

Tumbuhan telah mengembangkan dan memproduksi bahan kimia alami sebagai alat
pertahanan diri terhadap serangga dan hama pengganggu. Tumbuhan mengandung bahan
kimia dalam bentuk senyawa metabolit sekunder yang fungsinya dalam proses metabolisme
tumbuhan masih belum jelas. Kelompok senyawa ini ternyata berperan penting dalam proses
berinteraksi atau berkompetisi, termasuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya. Produk
metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida
nabati dan juga digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme
pengganggu (Dubey, 2008).

Bahan alami yang mengandung senyawa bioaktif dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu bahan alami dengan kandungan senyawa bersifat anti-fitopatogenik (antibiotik
pertanian), bersifat fitotoksik atau mengatur pertumbuhan tanaman (fitotoksin, hormon
tanaman dan sejenisnya) dan bahan alami dengan kandungan senyawa yang bersifat aktif
terhadap serangga (hormon serangga, feromon, antifeedant, repelen, atraktan, dan insektisida).
Secara umum, mekanisme kerja pestisida nabati dalam melindungi tanaman yaitu secara
langsung menghambat proses reproduksi serangga hama khususnya serangga betina,
mengurangi nafsu makan, menyebabkan serangga menolak makanan, merusak perkembangan
telur, larva dan pupa sehingga perkembangbiakan serangga hama terganggu, serta
menghambat pergantian kulit. Berdasarkan cara kerjanya, pestisida nabati digolongkan
sebagai kelompok repelen, yaitu menolak kehadiran serangga misalnya karena bau yang
menyengat, kelompok antifidan yang dapat mencegah serangga memakan tanaman yang telah
disemprot, menghambat reproduksi serangga betina, sebagai racun syaraf dan dapat
mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga, kelompok atraktan, yaitu pestisida
nabati yang dapat memikat kehadiran serangga sehingga dapat dijadikan sebagai senyawa
perangkap serangga dan juga untuk mengendalikan pertumbuhan jamur atau bakteri, serta
kelompok pestisida nabati yang menurunkan preferensi serangga dalam mengakses sumber
makanan (Saenong, 2016).

Bahan-bahan yang digunakan sebagai pestisida nabati dalam praktikum ini memiliki
manfaat masing-masing. Rempah-rempah (kunyit, kencur dan temulawak) merupakan bahan
utama dalam pestisida nabati yang memiliki kandungan senyawa yang tidak disukai serangga
dan mengganggu kelangsungan hidup serangga. Kandungan salah satu bahan utama pada
pestisida nabati ini menurut Sudarmo (2005) adalah saponin, flavonoida, pollfenol dan
minyak atsiri yang dapat menghambat perkembangan serangga.
Bawang putih digunakan sebagai bahan pestisida nabati karena bawang putih akan
menimbulkan bau yang tidak disukai oleh serangga dan hama. Rimijuna (2017) menyatakan
bawang putih mengandung karbohidrat, alkaloid, flavonoid, hidroquinin dan saponin. Tannin
merupakan senyawa yang berasa sepat dana banyak terdapat pada tanaman hijau. Tannin
tahan terhadap perombakan dan dapat menurunkan kemampuan binatang untuk mengonsumsi
tanaman atau memcegah pembususkan daun pada pohon. Tannin bekerja sebagai zat
astringent, menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa.
Saponin bekerja menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa straktus digestivus larva
sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif dan akhirnya rusak. Allicin (sulfur) akan
merusak membrane sel larva sehingga terjadi lisis yang berakibat larva maenjadi mati.
Kandungan dari bahan alam yang diduga berperan dalam kematian larva adalah flavonoid. Zat
ini bekerja sebagai inhibitor pernapasan. Flavonoid diduga mengganggu metabolism energi
didalam mitokondria dengan menghambat sistem pengangkutan elektron.

Penggunaan cabai untuk pestisida nabati dengan alasan cabai akan menimbulkan rasa
panas yang membuat perkembangan serangga dan hama terganggu. Nursam (2016)
menyatakan bahwa cabai atau lombok merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran
rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin
C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan
kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Hama yang terkena
atau memakan tanaman yang terkena semprotan air cabai akan mengering dengan membran
sel rusak kehabisan cairan.

Daun paitan yang digunakan merupakan jenis Tithonia diversifolia yang merupakan
tanaman dengan kandungan senyawa yang dapat mengganggu pertumbuhan larva, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati. Menurut Maheswari (2018) kandungan
bahan kimia daun Tithonia diversifolia seperti flavonoid, alkaloid dan tanin yang dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan larva. Azwana (2019) menambahkan bahwa daun
paitan Tithonia diversifolia mengandung senyawa golongan alkaloid, seskuiterpenlakton,
monoterpen bisikklik (α-pinene dan β- pinene) dan golongan flavonoid yang menyebabkan
mortalitas pada serangga.

Labu siam merupakan sayur jenis buah yang mengandung getah pada kulitnya apabila
dikupas. Pemanfaatan labu siam (manisa) sebagai bahan pestisida nabati karena labu siam
menghasilkan getah yang dapat menjebak serangga atau hama yang menyerang tanaman. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Batari (2007) buah dan daun Sechium edule (labu siam)
mengandung saponin. Di samping itu buahnya juga mengandung alkaloida dan tanin.
sedangkan daunnya juga mengandung flavonoida dan polifenol. Flavonoid terdistribusi secara
luas pada tanaman dan memiliki berbagai fungsi, termasuk berperan dalam memproduksi
pigmen berwarna kuning, merah, atau biru pada bunga dan sebagai penangkal terhadap
mikroba dan insekta.

Gula merah yang digunakan pada pestisida nabati berfungsi sebagai nutrisi mikroba
pengurai yang berperan dalam pembuatan pestisida nabati. Proses pembuatan pestisida nabati
menggunakan air 500 ml yang berfungsi sebagai pelarut pada saat dihancurkan menggunakan
blender. Keseluruhan bahan yang digunakan memiliki berat 500 gram. Proses penghalusan
bahan-bahan dimulai dengan menghancurkan rempah (kunyit, kencur dan temulawak)
menggunakan air selama beberapa menit. Setelah bahan utama halus ditambahkan bahan
cabai merah dan bawang putih pada blender. Penghalusan berurutan ini untuk memudahkan
proses penghalusan berdasarkan tingkat kekerasan bahan. Bahan yang dimasukkan ke dalam
blender selanjutnya adalah labu siam dan gula merah yang terlebih dahulu dipotong kecil-
kecil (dicacah). Hasil bahan yang telah halus kemudian disaring menggunakan kain penyaring
agak cairan terpisah dari ampasnya untuk memudahkan penyemprotan saat pengaplikasian
pestisida pada tanaman.

Keunggulan pestisida nabati menurut Rizal (2009) yaitu teknologi pembuatannya


mudah dan murah sehingga dapat dibuat dalam skala rumah tangga, tidak menimbulkan efek
negatif bagi lingkungan maupun makhluk hidup sehingga relatif aman untuk digunakan, tidak
berisiko menimbulkan keracunan pada tanaman sehingga tanaman lebih sehat dan aman dari
cemaran zat kimia berbahaya, tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama sehingga
aman bagi keseimbangan ekosistem, dan hasil pertanian lebih sehat dan bebas dari residu
pestisida kimiawi. Sedangkan kelemahan pestisida nabati menurut Kardiman (2000) adalah
daya kerjanya lambat, tidak dapat dilihat dalam jangka waktu cepat, pada umumnya tidak
mematikan langsung hama sasaran, tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama
menjadi tidak berminat mendekati tanaman budi daya, mudah rusak dan tidak tahan terhadap
sinar matahari, daya simpan relatif pendek sehingga harus segera digunakan setelah
diproduksi dan ini menjadi hambatan dalam memproduksi pestisida nabati secara komersial,
perlu penyemprotan berulang-ulang sehingga dari sisi ekonomi tidak efektif dan efisien.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini yaitu :

1. Pestisida nabati dibuat dengan bahan-bahan alami yang dikupas kulitnya dan dicuci bersih
kemudian ditimbang dengan total berat bahan 500 gram serta dihancurkan menggunakan
blender dengan pelarut air. Penghalusan bertujuan untuk mendapat ekstrak bahan yang
mengandung senyawa metabolit.
2. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pestisida nabati adalah kunyit, kencur
temulawak, bawang merah, cabai merah, labu siam, gula merah, daun paitan dan air
sebagai pelarut.
3. Mekanisme kerja dari pestisida nabati pada hama serangga yaitu mengganggu proses
pergantian kulit pada serangga, mengganggu perkembangan hama serangga (termasuk
larva dan pupa), menonaktifkan selera makan dari hama serangga bahkan merusak
dinding sel dari hama serangga sehingga mengakibatkan serangga mati.

4.2 Saran

Saran pada praktikum ini yaitu praktikan masih bingung dengan kelanjutan proses
pembuatan pestisida nabati dan belum mengetahui kriteria pestisida nabati yang baik sehingga
perlu diberikan tambahan wawasan tentang pestisida nabati.
DAFTAR PUSTAKA

Azwana, Siti Mardiana dan Rizky Raudatul Zannah. 2019. Efikasi Insektisida Nabati Ekstrak
Bunga Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A. Gray) Terhadap Hama Ulat Grayak
(Spodoptera litura F.) Pada Tanaman Sawi di Laboratorium. Jurnal Biologi
Lingkungan, Industri, Kesehatan. Vol. 5. No. 2.

Batari, R. 2007. Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran Indigenous Jawa Barat.
Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Dubey, N.K., B. Srivastava and A. Kumar. 2008. Current Status Of Plant Products as
Botanical Pesticides In Storage Pest Management. J. Biopesticides. Vol. 1. No. 2.

Hikal, Wafaa M., Rowida S. Baeshen and Hussein A.H. Said-Al Ahl. 2017. Botanical
Insecticide As Simple Extractives For Pest Control. Plant Sciences Cogent Biology.
Vol. 3.

Irfan, Mokhamad. 2016. Uji Pestisida Nabati Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman. Jurnal
Agroteknologi. Vol. 6 No. 2.

Islam, Md. Shafiqul and Akib Morshed. 2013. Study On Homemade Bio-Pesticides and
Organic Pest Management In Organic Farming. The International Journal of
Engineering and Science (IJES). Vol. 2 Issue. 7.

Kardiman, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Maheswari, Putu Padma., Nyoman Wijaya dan Made Sritamin. 2018. Uji Efektivitas
Beberapa Jenis Ekstrak Daun Tanaman Terhadap Perkembangan Ulat Daun Kubis
(Plutella Xylostella L.) di Laboratorium. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 7.
No. 3.

Mkindi, Angela G., Kelvin M. Mtei, Karoli N. Njau and Patrick A. Ndakidemi. 2015. The
Potential Of Using Indigenous Pesticidal Plants For Insect Pest Control To Small Scale
Farmers In Africa. American Journal Of Plant Sciences. Vol. 6.

Moreira, Marcio Dionizio., Marcelo Coutinho Picanco, Luiz Claudio De Almeida Barbosa,
Raul Narciso Carvalho Guedes, Mateus Ribeiro De Campos, Gerson Adriano Silva and
Julio Claudio Martins. 2007. Plant Compounds Insecticide Activity Against Coleoptera
Pests Of Stored Products. Pesq. Agropec. Bras Brasília. Vol. 42 No. 7.
Nursam, Mohammad Yunus dan Burhanuddin Nasir. 2016. Pengaruh Pestisida Nabati Buah
Cabai (Capsicum annuum L.) Dan Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap
Mortalitas Hama Bawang Merah (Spodoptera Exigua Hubner). J. Agroland. Vol. 23.
No. 1.

Rimijuna, Ifni., Elvi Yenie dan Shinta Elystia. 2017. Pembuatan Pestisida Nabati
Menggunakan Metode Ekstraksi Dari Kulit Jengkol dan Umbi Bawang Putih. Jom
Fteknik. Vol. 4. No. 1.

Rizal, Molide. 2009. Pemanfaatan Tanaman Atsiri sebagai Pestisida Nabati. Bogor : Balitro.

Saenong, M. Sudjak. 2016. Tumbuhan Indonesia Potensial Sebagai Insektisida Nabati Untuk
Mengendalikan Hama Kumbang Bubuk Jagung (Sitophilus Spp.). Jurnal Litbang
Pertanian. Vol. 35. No. 3.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Jakarta : Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai