Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI PERTANIAN ORGANIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR


BATANG PISANG

Oleh:
Farra Ummush Sholiha
A42160861
Gol. B

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pertanian organik merupakan hukum pengembalian (law of return) yang berarti
suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah,
baik dalam bentuk resedu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan
memberi mkanan pada tanaman.

Pertanian organik berarti bertani tanpa menggunakan bahan kimia, sehingga dapat
memanfaatkan bahan sekitar untuk perawatan serta pengendalian hama. Seperti pembuatan
pupuk poc yang memanfaatkan batang pisang yang sudah tidak dipakai.

Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik berperan memperbaiki
unsur fisik, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi
dua yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik cair dapat dibuat dari
limbah seperti sisa-sisa tanaman (jerami, daun, sekam padi, ampas tebu, sampah dan
sebagainya), kotoran hewan, urine, limbah binatang, dan limbah sayuran melalui kondisi
khusus, kelembapan dan aerasi.

Batang pisang merupakan limbah dari tanaman pisang yang hanya dapat berbuah satu
kali, sehingga batang pisang hanya akan menjadi limbah yang menumpuk karena
pemanfataannya masih belum optimal. Batang pisang merupakan limbah pertanian yang
dapat dijadikan sebagai produk bermanfaat karena mengandung senyawa-senyawa potensial.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Dari praktikum pertanian organik dalam acara “Pembuatan Pupuk Organik Cair”
bertujuan agar mahasiswa dapat :

1. Dapat mengetahui bahan apa saja yang dapat digunakan sebagai pupuk organik cair

2. Dapat mengetahui cara membuat pupuk organik cair

3. Dapat mengetahui manfaat pupuk organik cair


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pakar pertanian Barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik merupakan hukum
pengembalian (law of return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan
semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk resedu dan limbah pertanaman
maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi mkanan pada tanaman. (bandingkan
dengan kamus Wikipedia: yang menyebutkan bahwa pertanian organik (organic farming)
adalah usaha tani yang menghindari atau secara besar-besaran menyingkirkan penggunaan
pupuk dan pestisida sintetik, zat pengatur tumbuh tanaman dan perangsang (Saragih, 2008).

Empat Prinsip Pertanian organik menurut IFOAM (1972):

a. Prinsip Kesehatan: Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan


kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak
terpisahkan.
b. Prinsip Ekologi: Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi
kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi
kehidupan.
c. Prinsip Keadilan: Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu
menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
d. Prinsip Perlindungan: Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan
bertanggungjawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang
dan mendatang serta lingkungan hidup.

Proses fermentasi dalam pembuatan pupuk organik cair merupakan proses penguraian
atau perombakan bahan organik yang dilakukan dalam kondisi tertentu oleh mikroorganisme
fermentatif yang disebut bioaktivator. Bioaktivator yang sering digunakan adalah MOL
(Mikro Organisme Lokal) dan EM4 (Effective Micoorganism 4).

Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik berperan memperbaiki
unsur fisik, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi
dua yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik cair dapat dibuat dari
limbah seperti sisa-sisa tanaman (jerami, daun, sekam padi, ampas tebu, sampah dan
sebagainya), kotoran hewan, urine, limbah binatang, dan limbah sayuran melalui kondisi
khusus, kelembapan dan aerasi (Yulipriyanto, 2010).
Batang pisang merupakan limbah dari tanaman pisang yang hanya dapat berbuah satu
kali, sehingga batang pisang hanya akan menjadi limbah yang menumpuk karena
pemanfataannya masih belum optimal. Batang pisang merupakan limbah pertanian yang
dapat dijadikan sebagai produk bermanfaat karena mengandung senyawa-senyawa potensial.
Menurut Santi (2012), susunan kimiawi dalam batang pisang meliputi protein 4,77%, bahan
kering 30,85%, bahan organik 76,76%, kecernaan bahan kering 46,53%, kecernaan bahan
organik 43,91%, pH cairan 6,74%, bau 1,40%, warna 1,50%, jamur 1,00%, tekstur 1,0%, dan
kadar abu batang pisang sebanyak 25,12%. Oleh karena itu, limbah batang pisang dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair. Berdasarkan penelitian dari Budiyani at
al. (2016).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pertanian organik dalam acara “Pembuatan Pupuk Organik Cair (batang
pisang)” dilaksanakan pada hari senin tanggal 11 Maret 2019 bertempat di lab.Lapang
Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Pisau 1. Air cucian beras (1 liter)


2. Talenan 2. Molase (1 liter)
3. Karung 3. Air kelapa 1,5 liter
4. Timba 4. Air 1 liter
5. Ember 5. Kertas lakmus
6. Corong 6. EM4
7. Kain saring 7. Batang pisang
8. Saringan

3.3 Prosedur praktikum


1. Mendengarkan arahan dosen dan teknisi
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Mencuci batang pisang hingga bersih
4. Memotong kecil kecil batang pisang lalu memasukkan dalam karung
5. Menyiapkan air molase yang berasal dari gula puti yang dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 1
6. Mencampur semua bahan (air cucian beras, air kelapa, molase dan air) kedalam
timbah
7. Mengukur ph awal
8. Memasukkan karung kedalam timbah yang sudah berisi bahan
9. Menutup timbah lalu diberikan pemberat berupa batu
10. Mendiamkan selama 1 minggu
11. Pemanenan dilakukan setelah satu minggu dan setelah terdapat ciri-ciri pemanenan
12. Mengukur ph akhir
13. Menyaring air yang dihasilkan
14. Memasukkan air yang sudah disaring kedalam botol kaca dengan menggunakan
corong
15. Menutup dengan tutup plastik
16. Memberikan label
17. Melakukan pemasaran
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil
No. parameter
Awal Akhir

1. Warna air Putih keruh Putih kekuningan

2. Aroma Tidak terlalu kuat Aroma menyengat seperti


hasil fermentasi

3. Tekstur batang pisang Keras Lunak

4. Warna batang pisang Putih kehijauan Putih kekuningan

5. Kondisi Tanpa gelembung/busa Terdapat gelembung/busa

4.2 Perhitungan BEP

No. Bahan Harga satuan Kebutuhan Harga total

1. Gula Rp. 12.000/kg 500 gram Rp. 6000

2. Air kelapa Rp. 4000/L 1 liter Rp. 4000

3. Beras (untuk Rp. 11.000/kg 2 cup beras / 150 Rp. 1650


mendapatkan air cucian gr
beras)

4. Botol kaca Rp. 3500/botol 14 botol Rp. 49000

5. Label Rp. 4500/lembar 3 lembar Rp. 13500

6. Ketebong pisang - - -

7. EM4 Rp. 20000/2 liter 50 ml Rp. 500

Rp. 74.650
BEP :

kebutuhan
BEP harga = jumlah produksi

Rp . 74650
= 14 = Rp. 5300

Harga Jual = Rp. 15000/Botol

Jumlah yang didapatkan adalah 14 botol, 1 botol untuk tiap praktikan (3 mahasiswa),
2 botol untuk laboratorium, dan untuk dosen pengampu 1 Botol. Botol yang tersisa adalah 8
botol. Banyak botol yang terjual adalah 1 botol, dengan harga jual Rp. 15.000

Rp. 15000 – Rp. 74650 = - Rp. 59650

4.3 Pembahasan

Batang pisang merupakan limbah dari tanaman pisang yang hanya dapat berbuah satu
kali, sehingga batang pisang hanya akan menjadi limbah yang menumpuk karena
pemanfataannya masih belum optimal. Batang pisang merupakan limbah pertanian yang
dapat dijadikan sebagai produk bermanfaat karena mengandung senyawa-senyawa potensial.

Air cucian beras merupakan bahan yang digunakan sebagai sumber karbohidrat,
karbohidrat disini berfungsi sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme yang ada dalam
larutan pupuk. Komposisi air beras selain 90% karbohidrat yang berupa pati, juga
mengandung vitamin, mineral dan protein, 80% protein beras di sebut protein glutein.
Kualitas protein glutein cenderung berupa zat lisin, lisin sendiri merupakan asam amino
essensial pembatas. Adapun penjelasan air beras di beberapa literatur hanya mengandung
karbohidrat dan pati, tapi kalau menjabarkan 100% karbohidrat dalam jumlah tinggi akan
membentuk proses terbentuknya hormon tumbuh berupa auksin, gibbereline, dan alanin.
Ketiga jenis hormon tersebut bertugas merangsang pertumbuhan pucuk daun, mengangkut
makanan ke sel-sel terpenting daun dan batang

Glukosa selain dari gula pasir, gula merah atau gula batu yang diencerkan dengan air
atau dihancurkan sampai halus, bisa juga diperoleh dari nira atau air kelapa. Glukosa
digunakan sebagai energy bagi mikroorganisme.
Bahan-bahan yang dipakai dalam percobaan ini diperuntukkan agar kebutuhan bakteri
akan karbohidrat, glukosa dan zat pengatur tumbuh dapat terpenuhi demi kualitas pupuk yang
sesuai dengan yang diharapkan.

Kriteria poc siap dipanen adalah memiliki bau khas bahan yang digunakan, memiliki
ph yang rendah dikarenakan atifitas mikroorganisme yang sudah menurun, dan terdapat spot
(titik) putih di permukaan cairan. Spot putih tersebut adalah khamir, khamir merupakan jamur
uniseluler yang padaumunya membentuk miselia semu, Jamur ini banyak digunakan untuk
proses fermentasi. Sebaliknya, ciri ciri poc yang tidak berhasil atau bisa dikatakan
terkontaminasi adalah berbau tidak sedap, kontaminasi disebabka oleh berbagai hal salah
satunya adalah kurangnya higienitas pada saat pembuatan poc. Pada saat pembuatan poc
bagian sayuran atau buah yang busuk juga ikut diolah, sehingga bakteri pembusuk ikut
bersama cairan media sehingga bakteri yang terdapat dalam Poc merupakan bakteri
pembusuk yang keberadaanya tidak dikehendaki.

Pemasaran pupuk organik cair dilakukan dengan bentuan media sosial. POC yang
dibuat sulit dipasarkan karena belum terujinya secara teknis manfaatnya. Banyak konsumen
yang mempertanyakan manfaat POC batang pisang secara nyata di lapang. Selain itu juga
dapat disebabkan kurang cakapnya dalam menjelaskan manfaatnya kepada konsumen.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembuatan poc batang memerlukan berbagai bahan seperti molase,air cucian beras,
air kelapa, dan EM 4 serta buah nanas.
2. Bahan-bahan yang dipakai dalam percobaan ini diperuntukkan agar kebutuhan bakteri
akan karbohidrat, glukosa dan zat pengatur tumbuh dapat terpenuhi demi kualitas
pupuk yang sesuai dengan yang diharapkan.
3. Kriteria panen poc adalah apabila terdapat khamir, berbau manis seperti hasil
fermentasi dan memiliki ph rendah. Yang paling penting adalah poc tidak
terkontaminasi ataupun terdapat belatung.
DAFTAR PUSTAKA

Hairuddin, R. (2017). Pengaruh pemberian pupuk organik cair (poc) batang pisang (musa sp.)
Terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum L.). Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 5(3), 31-40.

Muchli, M., Ningsih, S. S., & Purba, D. W. (2019). PENGARUH PERLAKUAN JARAK
TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BATANG
PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG
TANAH (Arachis hypogea L). Bernas, 15(1), 29-40.

Bajapana, J. (2017, December). PENGARUH JENIS BATANG PISANG DAN


KONSENTRASI PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum
frustencens L.) SEBAGAI PENYUSUN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO. In
Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS (Vol. 2).

https://id.scribd.com/document/374104319/PANEN-POC

https://mitalom.com/manfaat-air-cucian-beras-untuk-menyuburkan-tanaman/

https://www.researchgate.net/publication/327393688_PERTANIAN_ORGANIK
LAMPIRAN

memotong bahan
Menimbang Bahan utama Mencairkan gula
(Kubis)

M
Menakar dan mengisi Timba Mengukur ph awal
enata wadah yang akan di
isi

Mengukur ph akhir
Pemanenan
Setelah 1 minggu

Anda mungkin juga menyukai