M dan Kompos
Tujuan Pengajaran
Tehnik Pengajaran
Monev:
Persepsi instruktur
Penerimaan siswa
Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) atau Effective Microorganisms (EM)
Langkah-langkah pembuatan EM
Resep 1.
Bahan-bahan :
Alat-alat:
Panci,
kompor
blender/parutan
Cara pembuatan :
Terasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang sudah dihaluskan) dimasak dengan air mendidih agar
bakteri lain yang tidak diperlukan mati.
Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
Tambahkan susu, isi usus ayam/ kambing / sapi dan aduk.
Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
Perlu diperhatikan jangan menggunakan susu yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah
berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah sumber bakteri dan untuk menghilangkan bau hasil proses
bakteri.
Resep 2.
Bahan :
Cara pembuatan :
Kotoran pada usus sapi kemudian dicampuradukkan dengan serbuk gergajian kayu dan bekatul.
Proses pencampuran di udara terbuka, tetapi tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
Setelah tercampur, didiamkan selama 21 hari dan setiap tujuh hari harus dibolak-balik.
Setelah 21 hari sudah menjadi EM yang siap digunakan.
Resep 3.
Bahan:
1 kg.Gula putih/merah
Seperempat kg terasi/kepala ikan/tepung ikan
1 kg. Bekatul
Batang pisang busuk
Air 5 liter
Cara pembuatan
Terasi, gula pasir, bekatul, dimasak dengan air mendidih agar bakteri lain yang tidak diperlukan
mati.
Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
Rendam batang pisang busuk dalam air dan peras airnya
Campurkan air perasan batang pisang dalam adonan yang sudah dingin dan aduk rata
Tutup rapat dan simpan di tempat yang terlindung dari matahari
Setelah 3 hari cek : Bau asam, buih dan mengental, menunjukkan keberhasilan proses
Aduk selama 3 menit setiap hari dalam waktu 7 hari
EM siap digunakan setelah 7 hari
Membuat EM
Perbanyakan EM.
Bila sudah EM sudah dibuat, volume EM dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut.
Pada dasarnya tumbuhan membutuhkan 3 unsur penting yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P) dan
Kalium (K) serta unsur-unsur lainnya, dengan menggunakan pupuk kimia atau anorganik unsur-unsur
tersebut dapat terpenuhi. Namun pupuk kimia memiliki efek negatif hingga dapat menghilangkan unsur
hara alami di dalam tanah. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat mengakibatkan tercemarnya
mikro-organisme yang sangat dibutuhkan dalam penguraian senyawa organik di dalam tanah.
Alternatif terbaik dalam usaha pertanian adalah menggunakan pupuk padat atau cair organik
karena mengandung segala unsur yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman serta tidak meninggalkan
residu atau efek negatif pada tanah. Pupuk organik cair saat ini telah diproduksi secara massal dan
digunakan sebagai pengganti pupuk buatan atau kimia.
Pembuatan pupuk cair organik skala rumah tangga dapat dengan menggunakan sampah rumah
tangga yang mengandung banyak air, seperti : sisa makanan, sampah dapur, sampah kebun dan cara
pembuatannya pun cukup mudah. Peralatan yang dibutuhkan adalah:
1. Komposter terbuat dari tong plastik bekas yang dipasangi dua pralon berlubang kecil-kecil dengan
panjang yang berbeda membentuk hutuf T dan sebuah keran di bagian bawah tong. Lubang-lubang
pralon itu berguna sebagai sirkulasi udara dan membuang gas metan. Sedangkan keran untuk
mengeluarkan lindi, yakni air sisa pembusukan sampah organik oleh bakteri pengurai. Bahan yang
dibutuhkan adalah drum plastik kapasitas 60 liter. Di dalamnya dibuat saluran dari pipa PVC ukuran
1 inch yang berguna sebagai ventilasi dan tempat keluarnya pupuk cair. Pipa tersebut saling
tersambung, diberi lubang sebagai tempat mengalirnya cairan yang akan dihasilkan. Sebaiknya
lubang-lubang tersebut diberi kasa plastik sehingga sampah padat dan belatung yang ada tidak ikut
keluar. Untuk mengambil hasilnya, buatkan kran yang tersambung oleh pipa-pipa tadi. Posisi kran ±
20 cm dari dasar drum plastik, posisi kran ± 20 cm berfungsi menjaga kelembaban drum agar
mikroba tetap hidup.
Tampak atas komposter
2. Hancurkan sampah supaya lebih mudah dan lebih cepat terurai oleh mikro organisme. Berdasarkan uji
coba yang telah dilaksanakan, sampah yang telah dihancurkan membutuhkan waktu hanya 6 hari
untuk menjadi pupuk organik cair. Sedangkan sampah yang tidak dihancurkan memerlukan waktu
kurang lebih 15 hari untuk terurai. Sampah rumah tangga yang dapat digunakan antara lain, sampah
dapur, sisa makanan, tulang ikan atau sisa bekas daging, kulit atau sisa buah-buahan, sayuran dan
nasi. Sedangkan sampah kebun, seperti: daun-daun segar (jangan menggunakan daun dari pohon yang
bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jati, bambu),
ranting dan rumput akan lebih baik bila dihancurkan terlebih dahulu. Sampah plastik, karet atau
bahan mengandung logam tidak dapat digunakan sebagai bahan pupuk organik cair.
3. Air cucian beras/air kelapa/air cucian singkong adalah media pertumbuhan bakteri pembusuk yang
mengandaung karbohidrta tinggi.
4. Ringkasan alur proses pembuatan pupuk organik cair.
Setelah komposter siap → isi dengan sampah organik hingga penuh → tambahkan 10 – 20 liter air
cucian beras → tutup rapat dan diamkan hingga 1 minggu → setelah itu periksa isi drum plastik,
umumnya sampah telah menyusut sehingga dapat ditambahkan lagi hingga penuh.
5. Dengan posisi kran yang berada 20 cm dari dasar drum plastik, diharapkan pengambilan pupuk cair
organik masih menyisakan cairan dibawah kran. Cairan itulah yang banyak mengandung mikro
organisme pengurai dan berfungsi untuk menggantikan bio aktivator / EM dalam proses selanjutnya.
Proses pembuatan pupuk cair tersebut cukup sederhana, tidak membutuhkan dana yang besar dan
tidak perlu dilaksanakan pengurasan.
6. Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bahan lain, terutama bahan
kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau. Pupuk digunakan dengan dicampur air ,
dengan perbandingan 1:10
7. Uji ion nutrisi pada air lindi dengan beban 400 watt, semua lampu harus menyala terang dan arus
terukur sekitar 180 volt.
Pupuk Ion ORGANIK 200 WATT dari Urine Manusia
Penamaan jenis pupuk cair organik ini tergolong unik, pupuk ini berupa pupuk cair berbahan
dasar urine manusia dicampur dengan cairan glukosa dan EM yang kemudian memiliki daya hantar listrik
tinggi hingga 200 watt. Semakin tinggi daya hantar listrik pupuk cair akan semakin baik karena makin
banyak mengandung unsur hara dan semakin mudah diserap tumbuhan. Pengembangan jenis pupuk ini
menjadi satu di antara 101 inovasi terpilih pada tahun 2009 oleh lembaga intermediasi Business
Innovation Center (BIC). Pengembangan pupuk itu sendiri dimulai sekitar tahun 2006 di Desa Doplang,
Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.
Pupuk ion organik ini mengandung bakteri pengurai yang juga bermanfaat untuk pencernaan
ternak. pupuk cair ini pun baik dipakai untuk penggemukan sapi. Bakteri pengurai yang ’mati suri’ itu
akan hidup pada saat masuk ke alat pencernaan binatang yang hangat, bakteri akan bekerja membantu
mempercepat penguraian zat makanan yang masuk,”.
Cara pembuatan
Bahan dasar urine manusia dipilih untuk pupuk Ion Organik 200 Watt. Urine memiliki unsur
nutrisi yang paling baik karena makanan yang dikonsumsi manusia termasuk paling lengkap, sebagai
pemakan daging sekaligus tumbuh-tumbuhan. Untuk mengoptimalkan hasil pun dipilih urine pagi hari
selepas bangun tidur ketika kalori belum banyak dilepaskan. Tetapi, untuk memperoleh kuantitas makin
banyak pada prinsipnya bisa menggunakan urine apa saja, termasuk urine hewan-hewan ternak.
Cara pembuatannya sangat sederhana. Dengan komposisi urine dan cairan yang mengandung
glukosa masing-masing 50 persen, lalu ditambahkan EM sebanyak 20 % dari total volume. Kemudian
diaduk selama 30 menit.
Cairan yang mengandung glukosa bisa diperoleh dari air kelapa atau air limbah tahu. Larutan
glukosa bisa juga dibuat dengan gula merah. Hasil adukan urine, cairan glukosa, dan EM kemudian
dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, kemudian didiamkan selama satu minggu, setelah satu minggu
larutan dibuka sebentar lalu diaduk satu kali saja. Setelah itu ditutup lagi rapat-rapat selama tiga minggu.
Setelah tiga minggu itu pupuk Ion Organik 200 Watt pun jadi dan siap dikemas. Pengemasannya pun
harus dalam wadah yang tertutup rapat-rapat.
Cara Menguji
Cara menguji kemampuan menghantar listriknya, yaitu dengan mengalirkan listrik ke dalam
cairan pupuk untuk menyalakan beberapa lampu, misalnya lima lampu dengan masing-masing daya 40
watt. Lampu itu akan menyala dengan sempurna. Jika hanya meredup, kualitas pupuk kurang bagus.
Pemakaian pupuk Ion Organik 200 Watt dengan cara disemprotkan ke tanaman supaya mudah
diserap daun. Komposisi volume pupuk 1 mililiter (1 cc) untuk 1 liter air bersih. Pupuk Ion Organik 200
Watt harus dikemas rapat agar bisa dipakai sampai tiga tahun kemudian.
Membuat Bokashi Cair
Tahapan Pembuatan:
1. Pupuk kandang dihaluskan
2. Gula pasir – Terasi – EM dilarutkan dalam air
3. Campuran pupuk kandang dan larutan gula dimasukkan ke dalam drum kemudian
ditambahkan air bersih hingga volumenya mencapai 200 liter.
4. Drum ditutup rapat. Setiap hari dibuka dan diaduk selama 15 menit.
Bokashi cair akan siap digunakan setelah 5 – 7 hari.
Aplikasi:
100 cc. bokashi cair dicampur dengan 5 liter air bersih. Selanjutnya, siramkan pada tanah di
sekitar tanaman atau disemprotkan pada daun sebanyak 0,25 – 1 liter tergantung jenis tumbuhan.
MEMBUAT PUPUK ORGANIK PADAT
Humus
Apabila pupuk kimia digunakan di lahan petani, maka akan menjadi sumber nutrisi tanaman dan
kemudian berubah menjadi koloid (senyarwa) yang liat. Namun apabila pupuk organik dimasukkan ke
dalam lahan petani, maka pupuk tersebut akan menjadi nutrisi alami yang lengkap dengan bahan yang
berasal dari Bahan Organik dan pupuk tersebut akan menjadi koloid (senyawa) humus/ampas yang akan
menjadi terminal/wadah untuk makanan-makanan yang diperlukan padi dan tanah di sawah
Pada proses pelapukan humus oleh bakteri akan banyak dihasilkan nitrogen; nitrat, asam amino,
protein dan amonium NH4 yang berperan sebagai sumber nutrisi tanaman
Tujuan dari pemupukan dengan kompos adalah memperbaiki kesehatan tanah dengan cara
memperkaya kandungan Bahan Organik di dalam tanah, sehingga di dapatkan kondisi yang sama dengan
tanah yang mengandung banyak humus.
Kompos
Kompos berasa dari kata dekomposisi, yang berarti penguraian. Tujuan pengomposan adalah
untuk :
1. Mempercepat penghancuran BO
2. Meningkatkan kadar/ nilai nutrisi dalam pupuk organik
3. Membunuh biji-biji gulma supaya tidak tumbuh
4. Membunuh sumber penyakit, terutama cendawan (jamur/fungi)
Salah satu keuntungan dalam beternak adalah adanya kotoran ternak yang dapat digunakan dan
diolah sebagai pupuk. Tahapan pengolahan kotoran hewan sebagai kompos pada peternakan skala kecil
dapat dilihat pada gambar di bawah ini, seluruh proses ini sebaiknya dilakukan di bawah perlindungan
atap, untuk melindungi kompos dari hujan dan panas matahari secara langsung.
Tahap 1. : Letakan alas kardus atau plastik untuk memperlambat bocornya penguapan ke dalam
tanah
Tahap 4. : Sebarkan bahan biomasa (potongan jerami padi, daun-daunan dsb.) setebal 10-20 cm,
yang akan berfungsi sebagai sumber Karbon (C), perbandingan C : N yang di dapatkan adalah
15 : 25
Tahap 5. : Semprot dengan air hingga bahan kompos terasa lembab seperti spons, air sangat
penting untuk proses dekomposisi.
Tahap 6. : Tambahkan satu lapisan kotoran hewan, pada tahap ini bila ada bangkai ayam mati
dapat diletakkan di atas kotoran ayam.
Tahap 7. : Semprot dengan air pada setiap lapisan berikutnya hingga lembab seperti spons
Tahap 8.:Sebarkan bahan biomasa (potongan jerami padi, daun-daunan dsb.) setebal 10-20 cm
Tahap 9.: Tambahkan satu lapisan kotoran hewan
4 46 Pembalikan
Tahap 13. : Monitor proses dekomposisi dengan membuat lubang, bagian dalam tampak berwarna
gelap dan lembab di hari ke 4.
Tahap 14. : Suhu turun pada 46 °C, beberapa bagian tampak kering, balikkan tumpukan
Tahap 15. : Balik seluruh tumpukan kompos dan tambahkan air
Tahap 16. : Pembalikan tumpukan dan penambahan air diperlukan agar proses dekomposisi dapat
berjalan kembali
Tahap 17. : Pembalikan tumpukan dan penambahan air hingga material menjadi lembab
Tahap 18. : Segera setelah pembalikan dan penambahan air, suhu akan kembali naik mencapai 59
°C, suhu maksimum 63 °C akan tercapai 36 jam setelah pembalikan material kompos
Tahap 19. : Lanjutkan monitoring, proses dekomposisi memerlukan 2 – 4 minggu tergantung pada
perbandingan C:N, kelembaban, jenis kotoran hewan, jumlah bakteri pembusuk yang ada.
Seluruh proses dekomposisi di atas sebaiknya dilakukan di bawah atap, agar tidak terkena hujan atau
panas matahari secara langsung.
Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagai ”starter”, untuk proses pengomposan yang baru,
sehingga waktu proses akan lebih cepat, dengan cara kompos yang sudah jadi disebarkan pada lapisan
pertama sebagai pengganti dari sekam padi.
Membuat Pupuk Bokashi PADAT.
Tahapan Pembuatan:
1. Potong sampah basah (3-5 cm), kecuali jika menggunakan sekam
2. Campurkan Sampah basah – pupuk kandang – dedak/bekatul, hingga rata
Larutkan EM-4 + Air gula ke dalam 200 liter air.
3. Siramkan larutan secara perlahan secara merata ke dalam campuran sampah basah-
kotoran-dedak. Lakukan hingga kandungan air di adonan mencapai 30 – 40 %. Tandanya,
bila campuran dikepal, air tidak keluar dan bila kepalan dibuka, adonan tidak buyar.
4. Hamparkan adonan di atas lantai kering dengan ketebalan 15 – 20 cm, lalu tutup dengan
karung goni atau terpal selama 5 – 7 hari.
5. Agar suhu adonan tidak terlalu panas akibat fermentasi yang terjadi, adonan diaduk setiap
hari hingga suhu dapat dipertahankan pada kisaran 45 – 50 derajad Celsius.
6. Setelah satu minggu, pupuk bokashi siap digunakan.
Aplikasi:
Untuk tanaman tahunan semisal karet, coklat, dan lainnya, gunakan bokashi padat sebagai pupuk
dasar. Dua kilogram (2 kg.) bokashi diaduk dengan tanah lalu dibenamkan di lubang tanam.
Cacing Kompos
Jenis cacing tanah Lumbricus rubellus mampu hidup dalam populasi yang padat sering
ditemukan di bawah guguran daun atau tumpukan kotoran ternak dan tidak menggali jauh ke
dalam tanah seperti Allolobophora caliginosa (cacing tanah) atau Lumbricus terrestris (cacing
tanah besar).
Salah satu metode pembuatan kompos adalah dengan memanfaatkan cacing tanah
terutama dari jenis Lumbricus rubellus yang secara alami berperan dalam penguraian bahan
0rganic. Metode kompos cacing (vermikompos) ini ternyata lebih efektif dibandingkan metode
kompos biasa yang hanya mengandalkan aktivitas bakteri pengurai.
Dalam sistem kompos cacing, bakteri pengurai terutama bakteri tetap aktif
menguraikan sampah dan penguraian lanjutan dilakukan oleh cacing tanah yang mencerna
sampah tersebut. Penguraian dengan cacing ini tidak menimbulkan bau seperti pada pembuatan
kompos biasa karena terjadi dalam udara terbuka. Disamping itu waktu yang dibutuhkan untuk
menguraikan sampah juga lebih cepat dan kotoran cacing (kascing) yang menjadi kompos
merupakan pupuk organik yang sangat baik bagi tumbuhan karena lebih mudah diserap dan
mengandung unsur makro yang dibutuhkan tanaman.
Vermikompos adalah kotoran (tinja) cacing. Sampah organik diuraikan oleh mikroba
dan dicerna oleh cacing. Pembuatan vermikompos sangat mudah, yang penting disiapkan adalah
tempat, kotoran ternak, sampah organik dan cacing tanah pemakan tumbuhan. Sampah organik
antara lain adalah sampah perkebunan, kotoran ternak, potongan rumput, sampah dapur dan
sebagainya.
Proses Pembuatan
Bahan media dapat menggunakan bahan organik yang berserat tinggi seperti jerami,
gedebog pisang, sabut kelapa, kertas, kompos cacing dan lain-lain. Media harus diangin-
anginkan terlebih dahulu, disirami air dan dibalik sedikitnya 3 kali selama 2-3 minggu. Jika
bahan media sudah agak lembut baru dapat digunakan sebagai media cacing.
Wadah dengan ukuran 1 x 1 x 0,3 meter mampu menampung 30-40 kg media dan
bahan makanan yang diisi dengan 1000 – 1500 ekor cacing. Kelembaban harus dijaga 40-50%,
ph 6.3-7.5, dan suhu 20-30 derajat celcius. Cacing tanah akan mencerna dengan aktif sampah
yang diberikan dan mengeluarkan kotoran berbentuk butiran kecil.
Cacing tanah membutuhkan waktu 7 minggu untuk menjadi dewasa dan pada minggu
ke-8 akan mengeluarkan telur (kokon). Satu ekor cacing dewasa dapat mengeluarkan 2 kokon
perminggu dan tiap kokon dapat menetaskan 2-3 ekor cacing setelah masa inkubasi 5-10 hari.
Populasi cacing akan berlipat ganda dalam waktu 1 bulan.
Panen Vermikompos
Pemanenan vermikompos dapat dilakukan secara manual dengan menumpahkan isi
wadah kompos ke tanah yang diberi alas dan membentuk gundukan menyerupai gunung dan
biarkan beberapa saat. Cacing akan pindah ke bagian dasar gunung untuk menghindari cahaya
matahari. Vermikompos dapat diambil mulai dari puncak gundukan dan cacing dapat
dipindahkan ke media baru yang sudah disiapkan sebelumnya.
Vermikompos yang diperoleh dikeringkan dan diayak untuk menjaring kokon dan
cacing muda serta bahan organik yang belum terurai. Kokon dan cacing muda dimasukkan ke
dalam media baru. Vermikompos yang sudah disaring merupakan pupuk yang kaya akan unsur
hara makro dan bakteri pengikat nitrogen.
Dalam pemrosesan kompos selalu gunakan alat-alat pelindung tubuh (masker, sarung tangan)
terhadap kemungkinan penularan penyakit berbahaya, seperti : anthrax pada kotoran sapi dan
kambing, atau flu burung pada kotoran ayam. dan jangan makan, minum dan merokok selama
mempersiapkan proses pengomposan.
Setelah selesai bekerja cucilah tangan, kaki dengan sabun minimal selama 20 detik dan rendamlah
baju dan sepatu kerja anda dalam deterjen untuk membunuh virus atau bakteri yang mungkin
terbawa