Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENYAJIAN ILMIAH

ACARA II
“ PUPUK ORGANIK CAIR ”

Disusun oleh:

Nama : Shinta Fitria


Npm : E1J019080
Shift : A2
Waktu : Senin 14:00-15:40
Dosen : Prof. Ir. Marulak Simarmata, M.Sc., PhD
Co-Ass : Jefdi Karosekali (E1J018032)

LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS
BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk organik cair (POC) adalah jenis pupuk berbentuk cair, tidak padat, mudah larut
dalam tanah, dan membawa hara yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik
cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan
pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa sehingga
meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen dari udara. Salah
satu keunggulan dari pupuk organik cair yaitu mampu mengatasi terjadinya defisiensi unsur hara
dan menyuplai hara dengan cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, jenis pupuk
organik cair ini tidak akan merusak tanah walaupun penggunaannya dilakukan berulang kali
(Hadisuwito,2012).
Pupuk organik cair mengandung unsur kalium yang berperan penting dalam setiap proses
metabolisme tanaman. Kalium membantu sintesis asam amino dan protein dari ion-ion
ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan turgor yang baik sehingga memungkinkan
lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel.
Munar et al (2018) melaporkan bahwa pemberian pupuk organik cair dari kulit pisang
kepok sangat berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman pakcoy (Brassica rapa L) pada 4
minggu setelah aplikasi. Selanjutnya Subin (2016) menggunakan POC daun lamtoro untuk
meningkatkan pertumbuhan sawi. Larutan POCdaun lamtoro 10% paling baik meningkatkan
bobot kering tanaman sawi.
Terdapat dua jenis POC berdasarkan cara pembuatannya, yaitu metode pelarutan dan
metode fermentasi. POC yang dibuat dengan pelarutan membutuhkan waktu yang cepat tetapi
terdapat endapan jika didiamkan. Biasanya tidak dapat disimpan dalam waktu lama. POC yang
dibuat dengan fermentasi tidak mengandung ampas dan dapat disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama. Fermentasi POC dilakukan secara anaerob oleh mikro organisme. Dengan
metode fermentasi ini POC diperoleh langsung berbentuk cair tidak melakukan pengubahan dari
padat menjadi cair.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melatih mahasiswa membuat pupuk
organik cair yang berasal dari gulma dan sayuran melalui metode fermentasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemupukan merupakan salah satu teknologi yang perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Pemupukan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu melalui tanah maupun melalui daun. Pemupukan melalui tanah yaitu dengan
memberikan bahan-bahan atau unsur-unsur melalui tanah, sedangkan melalui daun dengan cara
menyemprotkan agar dapat langsung diserap untuk memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Nugroho, 2012).
Pupuk merupakan suatu nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Pupuk secara umum dibedakan menjadi dua yaitu pupuk anorganik dan pupuk
organik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia aktif seperti
pestisida yang diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia yang beredar dipasaran. Sedangkan pupuk
organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang mengandung unsur haranya lebih
satu unsur. Dengan mengekstrak sampah organik tersebut dapat mengambil seluruh nutriens
yang terkandung pada sampah organik tersebut. Selain nutriens juga sekaligus menyerap
mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa dan nematodoa. Pupuk organik cair mengandung unsur
kalium yang berperan dalam setiap proses metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis asam
amino dan protein dari ion-ion ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan turgor
dengan baik sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin
kesinambungan pemanjangan sel (Hadisuwito, 2012).

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Salah satu pupuk
organik cair yang digunakan yaitu pupuk organik cair dari limbah bonggol pisang. Dalam
bonggol pisang juga berpotensi digunakan sebagai sumber mikroorganisme lokal karena
kandungan gizi dalam bonggol pisang dapat digunakan sebagai sumber makanan sehingga
mikroba berkembang dengan baik (Kusumaningwati, 2015).
Pupuk cair adalah larutan yang mengandung satu atau lebih pembawa unsur yang
dibutuhkan tanaman yang mudah larut. Kelebihan pupuk cair adalah pada kemampuannya untuk
memberikan unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pupuk organik cair mempunyai
beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun
sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara,
dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi,
meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal
buah (Febrianna et al., 2018).
Jalaluddin et al. (2016) melakukan pengolahan sampah organik buah-buahan menjadi
pupuk dengan menggunakan tambahan bioaktivator efektif mikoorganisme (EM4). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi dan semakin banyak volume
EM4 yang digunakan maka semakin tinggi nilai N, P dan K yang didapat. Nilai pH yang terbaik
diperoleh pada waktu fermentasi 9 hari dengan volume EM4 sebanyak 40 mL yaitu 6,89.
Konsentrasi N yang terbaik 2,80% pada volume EM4 sebanyak 70 mL dengan waktu fermentasi
15 hari. Konsentrasi K sebesar 0.64% pada volume EM4 sebanyak 70 mL dengan waktu
fermentasi 15 hari. Konsentrasi P sebesar 1.16% pada volume EM4 70 mL dengan waktu
fermentasi 18 hari.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat


Adapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu bahan segar berupa limbah
sayur,kotoran ayam 40 kg, EM4 ,Gula merah 200 g dan air.

 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parang/pisau, talenan, ember 100
L dua buah dan thermometer 2 buah.

3.2 Metode Pelaksanaan


Adapun metode pelaksanaan pada praktikum ini yaitu :

1. Menyincang semua bahan-bahan hijauan, tujuannya adalah mempercepat prosess


fermentasi.
2. Memasukkan semua bahan organik (30 kg hijauan dan 20 kg kotoran ayam) ke dalam
ember dengan komposisi 2 bagian bahan organik berbanding 1 bagian air.
3. Mengaduk-aduk hingga merata.
4. Larutkan 50 ml bioaktivator EM4 dan 100 g gula merah dalam 5 liter air aduk hingga
merata.
5. Menambahkan larutan bioaktivator ke dalam ember yang berisi bahan baku pupuk.
6. Menutup ember dengan rapat (tidak boleh ada celah)
7. Membuka dan aduk sebentar setiap dua hari untuk mengeluarkan gas selama proses
fermentasi agar suhu terjaga konstan (cara ideal adalah menggunakan selang aerator).
Tutup kembali sampai rapat.
8. Setelah 10 hari saring larutan pupuk. Bagian cair dapat digunakan sebagai POC dan
bagian yang kasar bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.

Cara aplikasi POC :

1. Ambil 1liter larutan dan encerkan dengan 1 liter air.


2. Larutan ini bisa disemprotkan pada tanaman atau disiramkan pada pangkal batang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Adapun hasil dari praktikum ini yaitu :

Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai pembuatan pupuk organic cair (POC). Pembuatan Pupuk Organik
Cair (POC) dilakukan di Laboratorium Agronomi Universitas Bengkulu. Bahan-bahan dan alat yang
digunakan untuk membuat pupuk organic cair yaitu EM4, bahan segar yaitu sisa sayur yang ada dipasar,
ember, air. Sayur yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan pencacahan dengan ukuran sekecil mungkin..
Bahan yang kecil akan cepat didekomposisi karena peningkatan luas permukaan untuk aktivitas
organisme perombak. Dimana semakin kecil ukuran partikel bahan maka semakin cepat pula
waktu pelapukannya (Gaur, 2010).
Setelah proses pencacahan selanjutnya bahan-bahan dimasukkan kedalam ember besar yang akan
ditambahkan larutan EM4 dan gula merah yang telah dilarutkan dengan air secukupnya. Penggunaan EM4
ini adalah sebagai biokatalisator pada mikroorganisme yang hidup. Sehingga mikroorganisme tersebut dapat
berkembang biak dengan cepat dan dapat menguraikan bahan organic dengan cepat (Chen, 2012). Serta
bioreactor yang menyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan
tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian
gula merah juga digunakan sebagai media penumbuhan mikroba dan makanan bagi mikroba.
Pemberian molases (gula merah yang telah dicairkan), pemberian ini sekitar 200ml, diberikan
kedalam larutan pertama. Fungsi dari larutan molases ini sebagai makanan awal bagi mikroba yang
akan bekerja menguraikan bahan-bahan yang akan dibuat pupuk organik cair. Bahan-bahan yang
dibuat pupuk kemudian direndam kedalam larutan tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat Parnata
& Ayub.S, (2014), bahwa kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin.
Sebagai contoh, rasio C/N yang optimum adalah 25-35:1.
Tahapan selanjutnya yaitu menutup tutup secara erat tanpa ada celah masuk oksigen
(anaerob). Pengomposan anaerob akan menghasilkan gas metan (CH4),karbondioksida (CO2),
dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionat,
asam butirat,asam lakat,dan asam suksinat. Gas metan bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar
alternatif (biogas) mikroorganisme. Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan
dan cairan. Bagian padat ini yang disebut kompos padat dan yang cair disebut kompos cair.
Pada pembuatan pupuk organik umumnya melalui proses penguraian. Penguraian suatu
senyawa ditentukan oleh susunan bahan, dimana pada umumnya senyawa organik mempunyai
sifat yang cepat diuraikan, sedangkan senyawa anorganik mempunyai sifat sukar diuraikan.
Penguraian bahan organik akan berlangsung melalui proses yang sudah dikenal, yang secara
keseluruhan disebut dengan proses fermentasi. Bahan organik tersebut pada tahap awal akan
diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti gula, gliserol, asam lemak dan asam
amino. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan proses lain baik secara aerobik maupun anaerob
(Fitria, 2013).
Selama proses dekomposisi dilakukan pengadukan pupuk selama 2 hari sekali. Pengadukan
ini bertujuan mengeluarkan gas selama proses fermentasi agar suhu terjaga konstan.
Mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan juga memerlukan oksigen. Hasil
pengamatan yang dilakukan, ciri pupuk organik berwarna hitam dan memiliki bau yang tidak
sedap. Hal ini menandakan bahwasanya pupuk organik cair yang dibuat tidak berhasil.
Berdasarkan referensi yang didapat, Ciri fisik pupuk organik cair yang telah matang dengan
sempurna adalah berwarna kuning kecoklatan dan berbau bahan pembentuknya sudah membusuk
serta adanya bercak-bercak putih (semaking banyak semakin bagus). Kisaran pH yang baik
untuk pupuk organik adalah sekitar 6,5 – 7,5 (netral).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu pada pembuatan pupuk
organik cair dengan metode fermentasi dilakukan secara anaerob (tanpa udara) yaitu ditutup
dengan rapat dengan menggunakan bahan-bahan dari sisa-sisa sayuran yang sudah di cacah
dengan memberikan EM-4 kemudian diaduk merata keseluruh cacahan bahan-bahan. Hasil
pengamatan yang dilakukan, ciri pupuk organik berwarna hitam dan memiliki bau yang tidak
sedap. Hal ini menandakan bahwasanya pupuk organik cair yang dibuat tidak berhasil

5.2 Saran
Pencacahan bahan-bahan sebaiknya dibuat sedemikian kecil sehingga mempercepat
proses dekomposisi pupuk organic cair tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Febrianna, M., Prijono, S., Kusumarini, N. (2018). Pemanfaatan Pupuk Organik Cair untuk
Meningkatkan Serapan Nitrogen serta Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica
juncea L.) pada Tanah Berpasir. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.5 (2): 1009-
1018.

Chen,L. A., Moore M. E., de Haro-Murti. 2012. On-Farm Composting Management. University
of Idaho Extension.Djaja, W., 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari
Kotoran Ternak dan Sampah. Yogyakarta : Andi Offset
Fitria, Yulya. 2013.Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan
Menggunakan Asam Asetat dan EM4 (Effective microorganisme 4). Pp 72. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Gaur, W., 2010. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Hardisuwito, S. 2012. Membuat pupuk Organik Cair. Agromedia pustaka, Jakarta.
Huda, M.K. (2013). Pembuatan Pupuk Organik Cair Dai Urin Sapi Dengan Aditif Tetes
(Molasse) Metode Fermentasi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Jalaludin, Nasrul Z.A., dan Rizki, S. (2016). Pengolahan Sampah Organik Buah-buahan menjadi
Pupuk dengan Menggunakan Efektif Mikroorganisme. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal, 5-(1): 17-29.
Kesumaningwati, R. (2015). Penggunaan MOL Bonggol Pisang (Musa paradisiaca) sebagai
Dekomposer untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa. Journal ziraa’ah 40 (1).
Munar, A., I. H. Bangun, dan E Lubis. 2018. Pertumbuhan Sawi Pakchoi (Brassica rapa L.)
Pada Pemberian Pupuk Bokashi Kulit Buah Kakao Dan Poc Kulit Pisang Kepok.
Agrium Vol 21(3): 24-49.
Nugroho, P. 2012. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
Parnata, Ayub.S. 2014. Pupuk Organik Cair. Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18.

Subin, E. D. (2016). Pengaruh pemberian konsentrasi pupuk organik cair daun lamtoro
(Leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi
caisim (Brassica juncea L.). Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakart
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai