Dasar-dasar Agronomi
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil diatas dapat dijelaskan bahwa pengamatan pupuk
organik cair pada pengamatan pertama yaitu pupuk organik cair berwarna kuning
kecoklatan dengan aroma yang kurang berbau, pada pengamatan kedua terjadi
perubahan aroma dengan warna yang masih sama yaitu kuni kecoklatan dengan
aroma fermentasi, pada pengamatan ketiga pupuk organik cair tetap berwarna
kuning kecoklatan dan aromanya tetap yaitu aroma fermentasi, dan pada
pengamatan selanjutnya warna POC berubah menjadi coklat pekat dan berbau
fermentasi. Keberhasilan pupuk organik cair dapat dilihat dari perubahan warna dan
perkembangan baunya. Apabila aroma fermentasi telah tercium pada pupuk organik
cair maka bisa dikatakan bahwa pupuk tersebut telah berhasil. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suriadikarta (2014), yang menyatakan bahwa keberhasilan pupuk organik
cair ditandai dengan adanya bercak-bercak putih, pupuk berwarna kuning
kecoklatan, serta menimbulkan aroma atau bau yang khas seperti bau pada tapai
(fermentasi).
Adanya perubahan warna maupun aroma pada pupuk organik cair dari minggu
ke minggu sampai pada pemanenan disebabkan karena adanya mikroorganisme
pengurai, yang dalam pembuatan pupuk organik cair ini digunakan bioaktivator
berupa EM4. Bioaktivator ini mempunyai fungsi mempercepat proses penguraian
bahan-bahan pembuatan pupuk. Bioaktivator yang digunakan terdiri dari beberapa
jenis-jenis mikroba, baik yang berasal dari cendawan, maupun yang berasal dari
bakteri. Menurut Aldhita (2013) bau pupuk cair lebih kuat di bandingkan pupuk
kandang yang padat. Ketika disesuaikan antara teori tersebut dengan hasil daripada
praktikum pembuatan pupuk organik cair kami, maka bisa dikatakan pupuk organik
cair yang telah dibuat tersebut telah berhasil karena sudah memenuhi kriteria.
DAFTAR PUSTAKA