Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN TEKNIK PEMUPUKAN


“Pembuatan Pupuk Organik Cair”

Oleh:
Kelompok IV:

1. Andika P. Mabrun (D1B117042) 7. Nur jaya (D1B117186)


2. Muhammad An (D1B117176) 8. Rahmatika (D1B117095)
3. Ahmad Asharul (D1B117130) 9. Mega Setiawati (D1B117076)
4. Delfin (D1B117144) 10. Nur Hidayah (D1B117091)
5. Nawir (D1B117085) 11. Eis Sukmawati P (D1B117148)
6. Yodi (D1B117125)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk organik ramah terhadap lingkungan,mengandung bahan penting

yang dibutuhkan untuk (menciptakan kesuburan tanah baik fisik, kimia dan

biologi. Pupuk organik pun dapat berfungsi sebagai pemantap agregat tanah

disamping sebagai sumber hara penting bagi tanah dan tanaman. Penggunaan

pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

dapat mencegah degradasi lahan sehingga penggunaannya dapat membantu upaya

konservasi tanah yang lebih baik (Puspadewi et al., 2016).

Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan – bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pupuk cair organik umumnya

tidak merusak tanah dan tanaman maupun digunakan sesering mungkin. Pupuk

cair merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan – bahan organik

dan berwujud cair selain berfungsi sebagai pupuk, pupuk cair juga dapat

dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos (Monica et al., 2017).

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah

dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan

binakar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan

fotosintestanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor

tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan meningkatkan daya tahan tanaman

terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangpatogen penyebab penyakit,

merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga


dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. (Erlina,

2011).

Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara yang dikandungnya lebih

cepat tersedia dan mudah diserap akar tanaman. Pupuk organik mempunyai fungsi

antara lain adalah memperbaiki struktur tanah, karena bahan organik dapat

mengikat partikel tanah menjadi agregat yang mantap, memperbaiki distribusi

ukuran pori tanah sehingga daya pegang air tanah meningkat dan pergerakan

udara (aerasi) di dalam tanah menjadi lebih baik (Erita et al., 2012).

Pupuk organik cair memiliki kandungan hara yang lengkap, bahkan juga

terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti

asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain. Unsur tersebut

sangat dibutuhkan mendorong pertumbuhan dan kesehatan tanaman yang

optimal dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan hasil panen.

Pemakaian pupuk organik cair dapat bermanfaat untuk memperbaiki struktur

tanah yang rusak akibat pemakaian pupuk kimia bertahun- tahun (Melgo et al.,

2017).

Menurut Nurhidayat dalam Atikah et al. (2014) pemberian pupuk organik

cair juga harus memperhatikan dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman.

Mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman. Umumnya bahan

organik yang segar mempunyai rasio C/N tinggi, seperti jerami padi sebesar 50-

70 %. Prinsip pembuatan pupuk adalah menurunkan rasio C/N bahan organik,

sehingga sama dengan rasio C/N tanah (< 20). Semakin tinggi rasio C/N bahan

maka proses pembuatan pupuk akan semakin lama karena rasio C/N harus
diturunkan. Rasio C/N merupakan perbandingan dari pasokan energi mikroba

yang digunakan terhadap nitrogen untuk sintesis protein. Standar kualitas pupuk

di Indonesia yaitu memiliki rasio C/N berkisar 10-20 % (Sundari, 2012).

Proses pembuatan pupuk organik cair yaitu dengan memperkenalkan alat-

alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu 30 kg kotoran ternak (kotoran yang

baik kotoran ternak sapi), 1 tabung cairan mempercepat fermentasi Aktivator M4,

5 kg sampah organik (daun lapuk atau buah-buahan yang sudah busuk yang baik

dijadikan pupuk), air satu ember, digester alat fermentasi pupuk organik cair tipe

tabung/reaktor floating atau digester tipe fiberglass, mesin pencacah,tempat

penampungan sementara, tempat keluar pupuk organik cair dan drum penampung

pupuk organik cair. Setelah itu sampah organik di cacah di mesin pencacah hingga

sedikit halus (Deffy, 2012).

Limbah lendi dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang dapat

digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan

praktikum tentang pembuatan pupuk organik cair.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum ini yaitu:

1. untuk mengetahui teknik pembuatan pupuk cair organik dari beberapa bahan

organik.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu:

1. agar dapat mengetahui teknik pembuatan pupuk cair organik dari beberapa

bahan organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi

pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan. Namun kelemahan pupuk organik

pada umumnya adalah kandungan unsur hara yang rendah dan lambat tersedia

bagi tanaman (Sari, 2016).

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik

dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik

pada umumnya rendah dan sangat bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), fosfor

(P), dan kalium (K) tetapi juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Pupuk

organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya

retakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembapan tanah

(Roidah, 2013).

Pupuk organik ramah terhadap lingkungan,mengandung bahan penting

yang dibutuhkan untuk menciptakan kesuburan tanah baikfisik, kimia dan biologi.

Pupuk organik pun dapat berfungsi sebagai pemantap agregat tanah disamping

sebagai sumber hara penting bagi tanah dan tanaman. Penggunaan pupuk organic

dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat

mencegah degradasi lahan sehingga penggunaannya dapat membantu upaya

konservasi tanah yang lebih baik (Dewi, 2010).

Pupuk cair adalah suatu bahan hara berbentuk cairan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Proses pembuatan pupuk pada

umumnya dilakukan secara anaerob (tanpa oksigen). Manfaat pupuk cair yaitu

lebih mudah terserap oleh tanamn karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai.
Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya

kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak

hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di atas daun-daun (Pratama, 2011).

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukkan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair

ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam

pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan

dengan pupuk cair dari bahan anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak

merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu,

pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan

ke permukaan tanah bisa digunakan tanaman secara langsung. Diantara jenis

pupuk organik cair adalah pupuk kandang cair, sisa padatan dan cairan pembuatan

biogas, serta pupuk cair dari sampah/limbah organik (Thoyib, 2016).

Penggunaan pupuk organik dan anorganik digunakan dengan dosis yang

sesuai agar kebutuhan hara untuk tanaman dapat terpenuhi. Hal yang lebih

diharapkanadalah penggunaan pupuk organik dapat menekan atau meminimalkan

penggunaan pupuk anorganik (Fitria, 2008).

Penggunaan Effective Microorganisme (EM4) dalam mempercepat

pembuatan pupuk cair dianggap sebagai teknologi karena bertujuan untuk

mempercepat proses fermentasi. Effective Microorganisme merupakan kultur

campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik,

bakteri asam laktat, ragi aktinomisetes dan jamur fermentasi) yang dapat
meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM4 dapat memperbaiki

pertumbuhan dan hasil tanaman (Siboro, 2013).

Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair. Kelebihan pupuk

organik cair adalah unsur hara yang dikandungnya lebih cepat tersedia dan mudah

diserap akar tanaman. Selain dengan cara disiramkan pupuk cair dapat digunakan

langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman (Marlinda,

2015).

Pupuk cair merupakan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.

Pupuk cair memegang peranan penting dalam metabolisme dan penentu kualitas

nutrisi tanaman. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang

banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui

daun dapat memberikan kebutuhan nutrisi pada tanaman antara lain unsur hara

makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (B, Mo, Cu, Fe, Mn) zat pengatur tumbuh

serta mikroorganisme tanah yang sangat diperlukan oleh berbagai jenis tanaman

(Nur, 2016).

Penggunaan pupuk organik cair aplikasinya lebih praktis. Pupuk ini cukup

dicampurkan dengan air dan disiramkan langsung ke tanah. Alasan inilah yang

membuat masyarakat lebih memilih menggunakan pupuk organik cair

dibandingkan dengan pupuk organik padat. Padahal penggunaan pupuk organik

cair belum tentu dapat memperbaiki struktur tanah sebaik pupuk organik padat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pupuk organik

padat, organik cair dan kombinasinya terhadap porositas tanah dan pertumbuhan
tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) dan mengetahui pupuk yang paling

efektif untuk diaplikasikan (Manifatul, 2014).

Dalam proses pengomposan, mikroorganisme dapat berasal dari sampah

yang membusuk. Kandungan karbohidrat yang terdapat di dalam air cucian beras

dapat dijadikan sebagai sumber pemasok makanan bagi mikroorganisme,

sedangkan pemberian EM-4 adalah untuk menambahkan pasukan mikroorganisme

dalam proses pengomposan. Dari berbagai penjelasan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengamati pengaruh penambahan EM-4 dan air cucian beras dalam

mempercepat proses pengomposan (Wandhira et al., 2013).

Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik cair (POC)

menjadikan tanah lebih gembur dan tidak muda terkikis aliran air. Struktur tanah

menjadi lebih kompak dengan adanya penambahan bahan-bahan organik dan lebih

tahan menyimpan air di banding dengan tanah yang tidak dipupuk bahan organik.

Pada tanah yang miskin bahan organik, air muda mengalir dengan membawa

tanah. Beberapa kelebihan dalam penerapan pertanian organik yaitu meningkatkan

aktivitas organisme yang menguntukan bagi tanaman, meningkatkan cita rasa dan

kandungan gizi. Meningkatkan ketahanan dari serangan organisme pengganggu,

memperpanjang unsur simpan dan memperbaiki struktur, membantu mengurangi

erosi (Rahman, 2015).

Sampah sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan bahan buangan yang

biasanya dibuang secara open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga

akan meninggalkan gangguan lingkungan dan bau tidak sedap. Limbah sayuran

dan buah-buahan mempunyai kandungan gizi rendah, yaitu protein kasar sebesar
1-15% dan serat kasar 5-38%. Penggunaan Effective Microorganisme 4 (EM4)

dalam mempercepat pembuatan pupuk cair dianggap sebagai teknologi karena

bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi (Jalaluddin et al., 2016).

Sumarno et al., 2009 menyatakan bahwa kacang tanah membutuhkan

unsur hara N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup, sehingga membutuhkan

pemberian kapur dan pemupukan baik organik maupun anorganik. (Kari et al.,

2011) menambahkan bahwa penambahan bahan organik dapat meningkatkan

efisiensi penyerapan unsur fosfor (P), yang dapat meningkatkan agregasi tanah

sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan sangat menguntungkan untuk

pertumbuhan ginofor.

Pupuk organik dibuat dalam bentuk cairan dengan tujuan agar dapat

mempermudah tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di

dalamnya dibandingkan dengan pupuk yang berbentuk padat. Pemberian

pupuk organik cair dapat dilakukan melalui tanah yang kemudian diserap oleh

akar tanaman, dan dapat pula melalui daun tanaman guna mendukung

penyerapan unsur hara secara optimal. Pemberian pupuk organik cair pada

tanaman tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesuburan, pertumbuhan,

dan hasil mutu tumbuhan yang lebih baik (Leovini, 2012).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum ini di laksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari pada hari Sabtu, 10 November 2018

pukul 03.30 WITA sampai selesai..

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ember dan tutupnya, tong

cat ukuran 20 kg dan tutupnya, pengaduk, pisau/parang, botol penyimpanan dan

tutupnya dan saringan (dari kain atau kawat kasa).

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 5 liter air lendi (air

sampah), 1 kg buah nenas, 10 liter air beras, ½ gula pasir dan EM4.

3.3. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum ini yaitu sebagai berikut :


1. Menyiapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.

2. Mencacah atau memotong-motong buah nenas.

3. Memasukkan air beras kedalam ember dan air lendi (air sampah) lalu aduk

hingga merata.

4. Setelah merata maka kemudian memasukkan bahan yang telah dicacah tersebut

kedalam ember lalu kemudian diaduk lagi hingga merata.

5. Kemudian masukkan gula dan EM4 kedalam ember.

6. Kemudian menutup dengan rapat lalu simpan ditempat yang aman dari

gangguan atau terik matahari.


7. Mendiamkan beberapa minggu guna untuk membiakkan bakteri namun aduk

selama 3 kali dalam seminggu agar proses pembiakan bakteri berlangsung

dengan baik dan merata.

8. Setelah beberapa minggu dan bakteri berhasil berkembang biak dalam

mengurai bahan organik tersebut maka kemudian lalukan penyaringan dengan

menggunakan saringan.

9. Kemudian hasil saringan disimpan dalam wadah atau botol sebelum di

aplikasikan ketanaman.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pupuk Cair
Variabel pengamatan
No. Jenis Pupuk Pengamatan ke-
Warna Aroma
Pertama Coklat tua Tidak beraroma
Bahan dengan
1. Kedua Coklat tua Bau/alkohol
air lindi
Ketiga Coklat muda Bau/alkohol
Pertama Coklat tua Bau tidak menyengat
Bahan dengan
2. Kedua Coklat tua Bau/menyengat
sisa sayuran
Ketiga Coklat muda Bau/menyengat

Gambar A Gambar B
4.2. Pembahasan

Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair. Kelebihan pupuk

organik cair adalah unsur hara yang dikandungnya lebih cepat tersedia dan mudah

diserap akar tanaman. Selain dengan cara disiramkan pupuk cair dapat digunakan

langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman. Pupuk

organik cair adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik

dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses fermentasi yang

memiliki manfaat bagi tanaman yaitu untuk menyuburkan tanaman, untuk

menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, untuk mengurangi dampak sampah

organik di lingkungan sekitar, untuk membantu revitalisasi produktivitas tanah

juga meningkatkan kualitas produk.

Pupuk cair merupakan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.

Pupuk cair memegang peranan penting dalam metabolisme dan penentu kualitas

nutrisi tanaman. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang

banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui

daun dapat memberikan kebutuhan nutrisi pada tanaman antara lain unsur hara

makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (B,Mo, Cu, Fe, Mn) zat pengatur tumbuh

serta mikroorganisme tanah yang sangat diperlukan oleh berbagai jenis tanaman.

Pupuk organik cair sangat baik jika langsung disemprotkan pada batang,

daun, bunga dan buah. Ini berbeda dengan pupuk organik padat yang ditaruh

dalam tanah secara langsung. Pupuk organik cair juga sebagai alternatif dari

mahalnya berbagai pupuk kimia. Tanaman sayuran yang menggunakan pupuk

organik cair sangat sehat untuk dikonsumsi, berbeda dengan penggunaan pupuk
kimia. Manfaat dari pupuk cair organik sendiri ialah yaitu dapat mendorong dan

meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada

tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman

dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga

tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang

pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal

buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

Pada pembuatan pertama saat proses pencampuran bahan-bahan seperti

buah nenas, gula, air beras, air lendi dan pemberian EM-4 pada campuran air lendi

yang akan dijadikan pupuk maka bakteri-bakteri yang terdapat didalam cairan

EM-4 tersebut akan membantu proses fermentasi atau penguraian pada pembutan

pupuk tersebut. Kemudian setelah didiamkan beberapa hari, hasil yang diperoleh

dimana pupuk tersebut menimbulkan bau yang menyengat, warna yang lebih

gelap dan setelah pengadukan juga penyaringan memiliki warna kecoklat-

coklatan.

Pada pembuatan Pupuk Organik Cair ini beberapa hal yang dapat

mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk cair diantaranya

adalah Suhu, kelembaban, intensitas cahaya, ukuran bahan, komposisi media

dan waktu pembuatan. Proses pembuatan pupuk cair bahan yang digunakan

sebaiknya tidak busuk, hal ini dikarenakan pada bahan yang busuk kemungkinan

terjadinnya kontaminasi dari mikroba lain (mikroba merugikan) sangat besar, hal

ini dikarenakan pada bahan yang telah busuk sudah dapat dipastikan ada
penyebabnya, hal ini tidak boleh terjadi, karena berdampak pada tingkat

keberhasilan dalam proses pembuatan pupuk cair yang akan dibuat. Pada intinya

di dalam bahan yang sudah mengalami pembusukan akan menghambat proses

fermentasi yang dilakukan mikoorganisme yang menjadi starter yang telah di

siapkan, sehingga proses fermentasi akan terhambat dan akhirnya tingkat

keberhasilan bisa dapat dipastikan akan kecil. Ciri-ciri dari pembuatan pupuk cair

yang tidak jadi adalah dari bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk dan

menyengat pupuk itu dinyatakan gagal, hal ini mungkin disebabkan juga karena

bahan yang digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat proses

fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya mengalami kompetisi dan pada

akhirnya sama-sama mengalami kematian. Adapun faktor-faktor yang dapat

menyebabkan gagal dalam pembuatan pupuk cair yaitu kurang tertutupnya drum

pengomposan sehingga air dan udara masih dapat masuk, drum pengomposan

terkena sinar matahari langsung sehingga proses fermentasi menjadi terganggu

dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan pupuk organik di antaranya menyehatkan

lingkungan, memperbaiki struktur tanah, menekan biaya produksi, dan

meningkatkan produktivitas tanaman. Berikut ini kami jelaskan secaran lengkap

manfaat dan keunggulan pupuk organik. Menyehatkan Lingkungan, Revitalisasi

Produktivitas Tanah dan Menekan Biaya, Meningkatkan Kualitas Produk

Keunggulannya Pupuk Organik yaitu Mengandung unsur hara makro dan mikro

lengkap, tetapi jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga

tanah menjadi gembur, memiliki daya simpan air (water holding capasity) yang
tinggi, beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan

terhadap serangan penyakit dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah

yang menguntungkan. Memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman

yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan

produktivitasnya
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pupuk cair merupakan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.

Pupuk cair memegang peranan penting dalam metabolisme dan penentu kualitas

nutrisi tanaman. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang

banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui

daun dapat memberikan kebutuhan nutrisi pada tanaman antara lain unsur hara

makro (N, P, K, S, Ca, Mg) dan mikro (B,Mo, Cu, Fe, Mn) zat pengatur tumbuh

serta mikroorganisme tanah yang sangat diperlukan oleh berbagai jenis tanaman.

Pada pembuatan Pupuk Organik Cair ini beberapa hal yang dapat mempengaruhi

tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk cair diantaranya adalah Suhu,

kelembaban, intensitas cahaya, ukuran bahan, komposisi media dan waktu

pembuatan. Keunggulannya Pupuk Organik yaitu Mengandung unsur hara makro

dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah,

sehingga tanah menjadi gembur, memiliki daya simpan air (water holding

capasity) yang tinggi, beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik

lebih tahan terhadap serangan penyakit dan meningkatkan aktivitas

mikroorganisme tanah yang menguntungkan.

5.2. Saran

Saran saya dalam praktikum ini sebaiknya kita lebih memperhatikan hal-

hal yang dapat menyebabkan pembuatan pupuk organik cair gagal, sehingga

pupuk organik cair yang akan kita buat dapat berhasil.


DAFTAR PUSTAKA

Atikah R., M. Izzati dan Sarjana M., 2014. Pengaruh pupuk organik cair berbahan
dasar limbah sawi putih (Brassica Chinensis L.) terhadap pertumbuhan
tanaman jagung manis (Zea Mays L. Var. Saccharata). Jurnal anatomi
dan fisiologi. 13(1): 65-71.

Deffy S., 2012. Simulasi aplikatif pembuatan pupuk organik cair dan kompos
pada bplh majalengka. Jurnal Infotech, 5(12): 1-15.

Dewi, P. R. 2010. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Kotoran Hewan (Sapi).
Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Erita H., T. mahmud dan Riza F., 2012. Pengaruh jenis pupuk organik dan
varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum
Annum L.) Jurnal Floratek. 7(2): 45-62.

Erlina, 2011. Aplikasi pupuk organik dan nitrogen pada jagung manis. Jurnal
Agritek. 17(6): 1119-1132.
Fitria, Y, Ibrahim, B. dan Desniar. 2008. Pembuatan pupuk organik cair dari
limbah cair industry perikanan menggunakan asam asetat dan EM4.
Jurnal Sumberdaya Perairan. Volume 1 : 25.

Gusti A.P., 2013. Kualitas pupuk organik cair dari limbah buah jambubiji
(psidium guajava l.), pisang mas (Musa Paradisiaca L. var. mas) dan
pepaya (Carica Papaya L.). Jurnal Ilmu Pertanian, 9(1): 101-112.

Jalaluddin, Nasrul ZA dan Rizki Syafrina. 2016. Pengolahan Sampah Organik


Buah- Buahan Menjadi Pupuk dengan Menggunakan Effektive
Mikroorganisme. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 5(1): 17-29.

Leovini dan Helena. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Pada Budidaya
Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Marlinda. 2015. Pengaruh penambahan biaktivator EM4 dan promi dalam


pembuatan pupuk cair organik dari sampah organik rumah tangga.
Jurnal Agrinimal. 4 (2) : 4-7

Monica F., S. Prijono, 2017. Pemanfaatan pupuk organik cair untuk meningkatkan
serapan nitrogen serta pertumbuhan dan produksi sawi (Brassica
Juncea L.) pada tanah berpasir. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. 5(2): 109-118.
Munifatul Izatti, Imelda A. dan Sri Widodo AS. 2014. Pengaruh Pemberian
Kombinasi Pupuk Organik Padat dan Organik Cair Terhadap Porositas
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amarantus tricolor L.).
Jurnal Biologi, 3(2): 1-10.

Nur, T, Noor, A. R. dan Elma, M. 2016. Pembuatan pupuk organik cair dari
sampah organik rumah tangga dengan penambahan bioaktivator EM4.
Jurnal Konverse. 5 (2) : 6-10
Pratama, B. J. 2011. Pengaruh dosis pemupukan npk majemuk susulan yang
diaplikasikan saat awal berbunga (r1) pada pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai (glycine max Merill). Fakultas Pertanian.

Puspa S., W. Sutari dan Kusumiyati, 2016. Pengaruh konsentrasi pupuk organik
cair (poc) dan dosis pupuk N, P, K terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis (Zea Mays L. var. rugosa bonaf) kultivar talenta.
Jurnal Kultivasi. 15(3): 208-219.

Rahman Hairuddin. 2015. Efektifitas Pupuk Organik Air Cucian Beras terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi hijau (Brassica juncea L.). Jurnal perbal,
3(3): 65-75.
Roidah, I.S. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, 1(1) : 32-42.

Sari, M. P. 2016. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Cair dari Limbah Kulit
Pisang Kepok terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus
tricolor L.). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Lampung.

Siboro Erickson S, Edu Surya dan Netti Herlina. 2013. Pembuatan Pupuk Cair
dan Biogas dari Campuran Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia
USU, 2(3): 40-43.

Sumarno, Hartati S. dan Widjianto H. 2009. Kajian macam pupuk organik dan
dosis pupuk P terhadap hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di
tanah latosol. Jurnal Sains Tanah, 1(1): 1-6.

Sundari E., Sari dan Rinaldo R., 2012. Pembuatan pupuk organik cair
menggunakan bioaktivator biosca dan EM4. Fakultas teknologi industri
universitas bung hatta. Palembang.
Thoyib Nur, Ahmad Rizali N dan Muthia Elma. 2013. Pembuatan Pupuk Organik
Cair Dari Sampah Organik Rumah Tangga dengan Penambahan
Bioaktivator EM4 (Effective Microorganisms). Jurnal Konversi, 5(2):
5-12.

Wandhira AA dan Surahma Asti M. 2013. Gambaran Percobaan Penambahan


Em-4 dan Air Cucian Beras terhadap Kecepatan Proses Pengomposan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2): 101-112.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai