Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Agronomi

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

Nama : Resni Ani Yusup


Nim : G021221041
Kelas : Dasar-Dasar Agronomi D
Kelompok : 14 (Empat Belas)
Asisten : 1. Sulaeman Kadir
2. Masrinda Oktavia

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pupuk terbagi atas dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
Kelemahan pupuk anorganik jika pemberiannya diberikan secara terus menerus
atau berlebih akan berdampak buruk pada tanah, tanaman maupun lingkungan.
Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus menjadi tidak efisien dan dapat
mengganggu keseimbangan sifat tanah baik secara fisik, kimia dan biologi sehingga
menurunkan produktivitas lahan, mempengaruhi produksi tanaman serta
meninggalkan residu yang dapat merusak lingkungan oleh karena itu dalam usaha
pertanian saat ini lebih dianjurkan pemberian pupuk anorganik diimbangi dengan
penggunaan pupuk organik (Puspadewi et al., 2016).
Pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode untuk mengkonversikan
bahan-bahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dengan menggunakan
aktivitas mikroba. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada kondisi aerobik
dan anaerobik. Pengomposan aerobik adalah dekomposisi bahan organik dengan
kehadiran oksigen, produk utama dari metabolis biologi aerobic adalah
karbodioksida, air dan panas. Pengomposan anaerobik adalah dekomposisi bahan
organik tanpa menggunakan oksigen bebas produk akhir metabolis anaerobik
metana, karbondioksida dan senyawa tertentu (Nur et al., 2014).
Pupuk organik cair pada umumnya terdiri dari bahan organik yang bersumber
dari tanaman dan juga berasal dari hewan yang telah melalui proses rekayasa dan
berbentuk cair yang kemudian dapat bermanfaat untuk mensuplai bahan organik
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi pada tanah. karena adanya
kandungan alami pada pupuk cair sesuai dengan karakteristik tanah dan tanaman
maka penggunaan pupuk cair pada tanaman menyebabkan tanaman lebih mudah
untuk menyerap nutrisi sehingga dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Pupuk
cair juga mengandung berbagai mineral dan zat-zat esensial serta hormon
pertumbuhan pada tanaman (Asriadi et al., 2021).
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh MOL
terhadap proses pembuatan pupuk organik cair dari berbagai limbah rumah tangga,
pasar, dan pertanian.
Kegunaan diharapkan setiap peserta praktikan dapat memahami pembuatan
pupuk organik cair yang berguna sebagai sumber hara alternatif dalam budidaya
tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik Cair Secara Umum


2.1.1 Pengertian Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah hasil dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang memiliki
kandungan unsur hara lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini
adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika
dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah meskipun sudah sering digunakan. Selain itu, pupuk ini juga
memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan
tanah dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012).
Kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah dapat dengan cepat mengatasi
defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan juga mampu
menyediakan hara secara cepat. Penggunaan pupuk organik cair juga dapat
memberikan nilai tambah seperti, hasil produk pertanian dengan menggunakan
pupuk organik cair mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibanding dengan
pertanian anorganik yaitu pertanian yang menggunakan pupuk kimia hasil buatan
pabrik atau sering disebut pupuk anorganik (Harahap et al., 2020).
Pupuk organik cair diterapkan pada daun atau disebut pupuk cair daun, yang
mengandung unsur hara makro dan mikro esensial, serta kemampuan untuk
meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara,
membuat tanaman lebih kuat dan tahan terhadap kekeringan, stres cuaca, dan
serangan penyebab penyakit, resistensi terhadap pertumbuhan, merangsang
pertumbuhan cabang yang produktif, mendorong pembentukan bunga dan bakal
biji, serta mengurangi kerontokan daun dan bunga (Marpaung, 2017).
2.1.2 Manfaat Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat
mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil
akar pada tanaman leguminosae, sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis
tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman,
sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap kekeringan, cekaman cuaca, dan serangan patogen penyebab penyakit,
merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan
bunga dan bakal buah (Sudjianto dan Kristiani, 2015).
Selain fungsinya sebagai pupuk, pupuk organik cair dapat juga digunakan
sebagai bahan activator untuk membuat kompos. Pupuk cair lebih mudah
dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai dan
tidak dalam jumlah yang terlalu banyak. Pemanfaatan pupuk organik cair
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas lahan, meskipun
kandungan hara dari bahan organik umunya lebih rendah dibandingkan pupuk
kimia. Sebagai contoh unsur hara makro dari sisa tanaman berkisar antara 0,7-2%
nitrogen 0,007-0,2% fosfor dan 0,9-1,9 persen kalium (Sufianto, 2014).
Teknologi unggulan dan penggunaan pupuk organik cair yang berkualitas
tinggi merupakan hasil ekstraksi dari berbagai bahan organik, diproses dengan
bioteknologi canggih dan mengandung banyak unsur makro dan mikro. Untuk
mencapai tujuan pemupukan, pemupukan harus diterapkan dengan benar. Ada
beberapa pertimbangan penting dalam pemupukan, seperti jenis tanaman yang
akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan, dan waktu pemupukan. Bila
ketiganya diselaraskan, maka efisiensi dan efektivitas pemupukan dapat
diperoleh. Pupuk yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman agar tanaman
dapat tumbuh dengan maksimal (Barus et al., 2014).
2.2 Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
Kandungan unsur hara pupuk organik cair lebih dari satu unsur. Pupuk
organik cair mengandung beberapa keutamaan seperti kadar unsur hara tinggi,
daya higroskopisitasnya atau kemampuan menyerap dan melepaskan serta mudah
larut dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman. Sifat tersebut pupuk
organik memiliki beberapa keistimewaan. Beberapa keistimewaan tersebut di
antaranya sedikit pemakaiannya, praktis dan hemat dalam pengangkutan
komposisi unsur hara, efek kerjanya cepat sehingga pengaruh pada tanaman dapat
dilihat hasil yang lebih baik (Harahap et al., 2020).
Pupuk organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang
sangat bervariasi, dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam
mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah. Nisbah karbon nitrogen
tanah harus selalu dipertahankan setiap waktu karena nisbah kedua unsur tersebut
merupakan salah satu kunci penilaian kesuburan tanah. Nisbah C/N kebanyakan
tanah subur berkisar satu sampai dua. Penambahan bahan organik dengan nisbah
C/N tinggi mengakibatkan tanah mengalami perubahan imbangan C dan N dengan
cepat, karena mikroorganisme tanah menyerang sisa pertanaman dan terjadi
perkembangbiakan secara cepat (Sufianto, 2014).
Penggunaan bahan berupa limbah sayur, buah, limbah produksi, limbah
kertas, maupun kotoran ternak di sekitar dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
Pemanfaatan limbah nilam untuk pupuk cair organik dengan proses fermentasi
diperoleh hasil terbaik untuk kandungan N, P dan K pupuk cair pada hari ke 14
saat fermentasi. Pemanfaatan lindi sampah sebagai pupuk cair didapatkan hasil
bahwa bahan-bahan berupa lindi sampah, batok kelapa, daun lamtoro dan bunga
dapat digunakan sebagai pupuk cair karena dapat meningkatkan unsur N, P, C dan
K yang dibutuhkan oleh tumbuhan (Riansyah, 2014).
2.3 Kandungan Mikroba Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair juga biasanya banyak mengandung mikroba yang
berfungsi menambat N dan pelarut P dan K, meningkatkan kadar unsur hara makro
dan mikro secara alami dengan cepat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan
lingkungan, serta memacu percepatan proses keluarnya akar, pertumbuhan,
pembungaan dan pembuahan. Selain itu pemberian pupuk organik cair pada
tanaman tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman untuk
kesehatan pada manusia (Kurniawati et al., 2015).
Pupuk organik cair yang mengandung alkohol dapat membantu proses
sterilisasi pada tumbuhan yaitu dengan mengurangi dan menghentikan
pertumbuhan mikroba pengganggu pada tumbuhan terutama pada daun dan
batang, seperti bercak daun. Alkohol alifatis yang sering digolongkan sebagai
zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi metabolisme tanaman yaitu dengan
jalan meningkatkan laju fotosintesis melalui peningkatan kandungan klorofil
daun dan mengontrol gerak stomata (Rahmah, 2014).
Mikroorganisme lokal yang dikenal di pasaran adalah EM4 (Effective
Microorganism4) bokhasi buatan Jepang. EM4 ini mengandung
mikroorganisme fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus dan
mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima
golongan yang pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp.,
Saccharomyces sp., Actino-mycetes sp, dan Jamur fermentasi (Yuniwati, 2015).
2.4 Keberhasilan Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur. pupuk organik cair merupakan hasil fermentasi dari
berbagai bahan organik yang mengandung berbagai macam asam amino,
fitohormon, dan vitamin yang berperan dalam meningkatkan dan merangsang
pertumbuhan mikroba maupun rhizosfir tanah (Kurniawati et al., 2015).
Pembuatan pupuk organik cair dapat dilihat dari sifat fisik yang dimiliki
seperti dari segi warnanya yang coklat keruh, dengan pH 6,5 dan suhu 30⁰ C.
Warna cairan yang dihasilkan dari pupuk organik cair pada proses pemeraman
bahan pertama adalah coklat muda. Indikator keberhasilan pupuk organik cair
adalah pupuk organik cair berwarna coklat kekuningan dan tidak memiliki bau
yang menyengat disertai adanya jamur putih yang ada di permukaan larutan
molase. Hal ini menandakan bahwa bakteri yang berkembang pada suhu tertentu
dari jenis bakteri meso (Purwendro, 2017).
Suhu mempunyai pengaruh baik karena mampu menurunkan mikrob yang
berbahaya. Jika suhu dalam proses pembuatan pupuk cair hanya berkisar kurang
dari 20⁰ C maka pupuk organik cair dinyatakan gagal, sehingga perlu diulang
kembali. Pupuk cair dikatakan baik dan siap diaplikasikan jika tingkat
kematangannya sempurna. Fermentasi berjalan dengan baik diketahui dari
keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya
bercak-bercak putih pada klorofil dan membantu fotosintesis (Purwendro, 2017).
2.5 Kegagalan Pupuk Organik Cair
Aerasi timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan, apabila terlalu
anaerob mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati
atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk
ke dalam timbunan bahan yang dikomposkan umumnya menyebabkan hilangnya
nitrogen relatif banyak karena menguap berupa NH3 (Hadisuwito, 2012).
Peletakan tempat pembuatan pupuk cair, dalam pembuatan pupuk cair jika
peletakannya ditempat yang tidak teduh bakteri EM4 akan terkena sinar matahari
langsung, apabila bakteri EM4 terkena sinar matahari langsung, maka bakteri
tersebut akan mati akibat sinar inframerah dari matahari. Untuk penyimpanan
bahan yang telah dibuat sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh agar suhu dan
temperatur dari pupuk cair yang dibuat dapat sesuai dengan lingkungan yang cocok
untuk pertumbuhan bakteri EM4 (Hadisuwito, 2012).
Ketiadaan makroorganisme yang dapat mengganggu proses fermentasi
merupakan salah satu tanda bahwa proses fermentasi sempurna. Hal ini dikarenakan
jika makroorganisme masuk kedalam POC dan bertelur dan akhirnya terdapat lava
maka hal tersebut dapat mengganggu proses fermentasi. Kegagalan ini dapat
disebabkan karena pada waktu pembuatan POC saat menutup penutup ember
kurang sabun yang dioleskan pada sisi permukaan atas ember dan bisa juga karena
cara menutup yang tidak rapat sehingga ada celah makroorganisme untuk masuk
kedalam ember pembuatan POC (Purwendro, 2017).
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tempat Dan Waktu


Percobaan dilaksanakan di Pre-nursery Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, hari kamis, 22 September 2022 pukul 16.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: pisau, gunting, selang
akuarium, ember dengan penutup, thermometer, jerigen, karung, trashbag, corong,
saringan tahu, penggaris dan botol air.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: kulit pisang kapok (limbah
pisang epek/penggorengan) yang telah dihaluskan, buah busuk yang telah
dihaluskan (pepaya), cacahan limbah sayur-sayuran, cacahan keladi, cacahan daun
gamal, cacahan chromolaena, air kelapa, larutan gula merah, air cucian beras, air
biasa, EM4, terasi, sabun colek, lakban hitam, dan tali rafiah.
3.3 Prosedur Kerja
1. Membersihkan ember yang akan digunakan
2. Memasukkan air kelapa, larutan gula merah dan air biasa ke dalam ember
3. Mengaduk larutan yang telah dimasukkan ke dalam ember
4. Mencampurkan EM4 sebanyak 2-3 tutup botol
5. Melubangi bagian bawah karung dengan cara ditusuk menggunakan pisau
atau gunting.
6. Memasukkan kulit pisang yang telah dihaluskan dengan cara diblender, bisa
dengan cara mencincang kulit pisang menjadi potongan yang sangat kecil
kedalam karun
7. Memasukkan buah yang telah dihaluskan ke dalam karung
8. Memasukkan cacahan limbah sayuran ke dalam karung
9. Memasukkan cacahan keladi kedalam karung
10. Memasukkan cacahan daun gamal dan chromolaena
11. Mengaduk seluruh bahan yang berada dalam karung
12. Mengikat karung
13. Mengoles bagian atas dan penutup ember dengan sabun colek
14. Menambahkan air ke dalam botol hingga batas leher botol
15. Menutup botol dengan rapat dan setelah itu melubangi tutup botol sesuai
ukuran selang
16. Melubangi penutup ember sesuai dengan ukuran selang
17. Memasukkan selang ke dalam botol dan ember
18. Menutup ember menggunakan penutup ember lalu dioleskan Kembali dengan
sabun colek pada bagian samping ember dan bagian lubang selang
19. Menutup bekas sabun colek menggunakan lakban
20. Menyimpan ember pada tempat yang teduh
PENGAMATAN
1. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali sebanyak 3x pada hari ke 2, 4, dan
6.
2. Buka penutup ember
3. Amati pupuk sesuai dengan parameter pengamatan
4. Aduk larutan pupuk dengan menggunakan pengaduk yang bersih
5. Tutup kembali ember sesuai tahap 3
PEMANENAN
1. Buka penutup ember
2. Keluarkan karung dalam ember
3. Lakukan pengadukan pupuk organik cair
4. Siapkan jerigen, corong, dan saringan
5. Masukkan pupuk organik cair melalui corong dan saringan ke dalam jerigen
6. Tutup jerigen
7. Pupuk organic cair telah siap digunakan
3.4 Parameter Pengamatan
1. Kecepatan proses perombakan limbah pertanian menjadi pupuk organik (2x
sehari) diamati setiap melakukan pembalikan bahan organik
2. Tekstur (kasar/halus)
3. Warna (coklat muda/coklat tua)
4. Bau (bau khas/menyengat)
5. Volu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 3. Hasil Pengamatan POC
Pengamatan ke- Warna Aroma Adanya bercak
putih
1 Coklat Muda Kurang Berbau Ada
2 Coklat Muda Aroma Ada
Fermentasi
3 Coklat Muda Aroma Ada
Fermentasi
4 Kuning Kecoklatan Aroma Ada
Fermentasi
5 Kuning Kecoklatan Aroma Ada
Fermentasi Tape
6 Kuning Kecoklatan Aroma Ada
Fermentasi Tape
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil diatas dapat dijelaskan bahwa pengamatan pupuk
organik cair pada pengamatan pertama yaitu pupuk organik cair berwarna kuning
kecoklatan dengan aroma yang kurang berbau, pada pengamatan kedua terjadi
perubahan aroma dengan warna yang masih sama yaitu coklat muda dengan aroma
fermentasi, pada pengamatan keempat hingga panen pupuk organik cair berubah
warna menjadi kuning kecoklatan dan aromanya yaitu aroma fermentasi tape.
Keberhasilan pupuk organik cair dapat dilihat dari perubahan warna dan
perkembangan baunya. Apabila aroma fermentasi telah tercium pada pupuk organik
cair maka bisa dikatakan bahwa pupuk tersebut telah berhasil. Hal ini sesuai dengan
pendapat Aldhita (2013), bahwa aroma pada pupuk cair lebih kuat dibandingkan
dengan aroma pupuk kandang. Sesuai dengan aroma keberhasilan pada pupuk
organik cair yang khas yaitu berbau fermentasi atau berbau seperti tape. Jika dilihat
dari literatur tersebut makan dapat dikatakan pupuk organik cair yang dibuat
termasuk dalam kriteria berhasil.
Adanya perubahan warna maupun aroma pada pupuk organik cair dari minggu
ke minggu sampai pada pemanenan disebabkan karena adanya mikroorganisme
pengurai, yang dalam pembuatan pupuk organik cair ini digunakan bioaktivator
berupa EM4. Bioaktivator ini mempunyai fungsi mempercepat proses penguraian
bahan-bahan pembuatan pupuk. Hasil pengamatan warna pada pupuk organik cair
menunjukkan bahwa pupuk organik cair yang dihasilkan berkualitas baik dilihat
dari warna pupuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Endah et al (2015) bahwa
pembuatan POC dengan proses fermentasi keberhasilannya ditandai dengan adanya
lapisan putih pada permukaan, bau yang khas, dan pupuk yang dihasilkan berwarna
kuning kecoklatan. Ketika disesuaikan antara teori tersebut dengan hasil daripada
praktikum pembuatan pupuk organik cair, maka bisa dikatakan pupuk organik cair
yang telah dibuat tersebut telah berhasil karena sudah memenuhi kriteria.
Berdasarkan hasil pengamatan suhu pada pembuatan POC, suhu berada pada
rata-rata 30˚C. Suhu ini merupakan kriteria dari adanya keberhasilan POC. Suhu
yang relatif tinggi menyebabkan mikroorganisme akan mati, sedangkan jika suhu
relatif rendah maka mikroorganisme tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nurlaila et al (2017), bahwa bila suhu atau temperatur terlalu tinggi maka
mikroorganisme akan mati. Bila suhu atau temperatur relatif lebih rendah maka
mikroorganisme belum dapat bekerja atau masih dalam keadaan dorman. Aktifitas
mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk organik umumnya menghasilkan
panas sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal sering dilakukan pembalikan atau
pengoptimal pupuk organik cair sekitar 30˚C–50˚C.
Mulai dari pengamatan pertama hingga pada pamanenan, terdapat bercak-
bercak putih di atas permukaan pupuk organik cair. Hal ini merupakan salah satu
kriteria keberhasilan pupuk organik cair. Bercak putih ini adalah hasil dari proses
fermentasi yang dilakukan pada pupuk organik cair yang telah matang atau
berhasil. Bercak putih pada POC merupakan actinomycetes, yaitu jenis jamur
tumbuh setelah terbentuknya pupuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Junaidi dan
Muljanto (2019), bahwa pengomposan yang matang bisa diketahui dengan
memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, proses berhasil apabila ditandai dengan
adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari
proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dengan bau fermentasi atau bau tape.
DAFTAR PUSTAKA

Aldhita, T, R. 2013. Persepsi Petani Peternak terhadap Penggunaan Pupuk Organik


Cair dari Urin Sapi Potong di Desa Pattallasang Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin:
Makassar
Asriadi, A.A., Firmansyah, Husain, N. 2021. Sosialisasi dan Aplikasi Pembuatan
Pupuk Organik di Desa Bentang Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten
Takalar. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5(1): 494-498.
Barus, W.A., Khair, H., Siregar, M.A. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus L.) Akibat Penggunaan Pupuk Organik Cair dan
Pupuk TSP. Jurnal Agrium, 19(1): 1-11.
Endah, A.S., Suyadi, A., Budi, G.P. 2015. Pengujian Beberapa Metode Pembuatan
Bioaktivator Guna Peningkatan Kualitas Pupuk Organik Cair. Jurnal
Agritech, 17(2): 122-128.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Harahap, R., Gusmeizal, Pane, E. 2020. Efektifikatas Kombinasi Pupuk Kompos
Kubis-Kubisan (Brassicaceae) dan Pupuk Organik Cair Bonggol Pisang
Terhadap Produksi Kacang Panjang (Vigna senensis. L). Jurnal Ilmiah
Pertanian, 2(2): 135-143.
Junaidi, Moeljanto, B.D. 2019. Usaha Peningkatan Produksi Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill) dengan Pupuk Organik Cair (POC),
Jurnal Agrinika, 3(1): 29-43.
Kurniawati, H.Y., Karyanto, A., Rugayah. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik Cair dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Mentimun. Jurnal Agroteknologi, 3(1): 30-35.
Marpaung, A.E. 2017. Pemanfaatan Jenis dan Pupuk Organik Cair (POC) untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Kubis. Jurnal
Agroteknosains, 1(2): 117-123.
Nur, T., Noor, A.R., Elma, M. 2014. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah
Organik Rumah Tangga dengan Bioaktivator EM4. Jurnal Konversi., 5(2):
44-51).
Nurlaila, Maesaroh. S., Novitasari. 2017. Degradasi Kandungan Nitrogen pada
Pupuk Organik Cair Selama dalam Penyimpanan. Jurnal Buletin Loupe,
14(2): 13-18.
Purwendro, D. dan Nurhidayat T. 2017. Pembuatan Pupuk Cair. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Puspadewi, S., Sutari, W., Kusumiyati. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik
Cair (POC) dan Dosis Pupuk N,P,K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung Manis (Zea mays L, Var Rugosa Bonaf) Kultivar Talenta.
Jurnal Kultivasi, 15(3): 208-223.
Rahmah, N. 2014. Studi Pemanfaatan Limbah air Tahu untuk Pupuk Cair Tanaman
(Studi Kasus Pabrik Tahu Kenjeran). Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Surabaya: Surabaya
Riansyah Erwin. 2014. Pemanfaatan Lindi Sampah Sebagai Pupuk Cair. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan, 4(1): 14 -17.
Sudjianto, U dan Kristiani. 2015. Studi Pemulsaan dan Dosis NPK pada hasil buah
melon. Jurnal Sains dan Teknologi, 2(2): 1-7.
Sufianto. 2014. Analisis Mikroba pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik
dan Aplikasinya Terhadap Tanaman Pakcoy (Brassia Chinensis L). Jurnal
Gamma, 9(2): 77-94.
Yuniwati, M. 2015. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos dari Sampah
Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal Teknologi,
5(2): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai