Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGARUH PUPUK ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH


DAN APLIKASINYA DI BIDANG PERIKANAN

Disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemupukan


yang dibina oleh : Dr. Ir. Asus Maizar, S.H., MS.

Disusun oleh :

Kelompok 1

Kelas M02

Arif Rifaldi 165080100111007


Fadhil Mushofi 165080100111008
Imam Adi Rahcmat 165080100111025

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kegiatan budidaya perikanan atau juga sering disebut budidaya perairan
merupakan kegiatan yang melakukan produksi pada biota perairan atau ikan
secara umum dalam wadah atau kondisi yang terkontrol atau dapat dikendalikan.
Kegiatan budidaya perikanan memiliki dua tujuan yaitu tujuan komersil yang
mengarah pada menghasilkan keuntungan secara ekonomi dan tujuan
konservasi yang mengarah pada memproduksi biota agar tidak punah. Hal yang
perlu diperhatikan dalam budidaya ikan adalah persiapan kolam. Kolam
disiapkan untuk wadah budidaya hingga nantinya didapatkan lingkungan yang
ideal bagi kehidupan ikan. Tujuan akhirnya yaitu agar ikan dapat hidup dan
tumbuh dengan maksimal. Persiapan kolam pada umumnya meliputi
pengeringan, pengolahan dasar kolam, pengangkatan lumpur hitam, perbaikan
pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam.
Pemupukan berguna untuk menyediakan media tempat tumbuh pakan alami dan
unsur hara bagi plankton yang menjadi pakan bagi organisme budidaya.
Penduduk Indonesia telah mengenal pupuk sejak diterapkannya Revolusi
Hijau di tahun 1950-an. Honcamp (1931) menyatakan bahwa setelah revolusi
hijau, para petani terbiasa menggunakan pupuk buatan yang mana berdampak
pada kualitas tanah menjadi menurun. Tumbuhnya kesadaran para petani akan
dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya
terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih ke pupuk organik. Menurut
Sutanto (2002), pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk
organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Beberapa sifat kimia tanah yang penting untuk
diketahui dan dipahami, meliputi: (1) pH tanah, (2) kandungan karbon organik,
(3) kandungan nitrogen, (4) rasio karbon dan nitrogen (C/N), (5) kandungan
fosfor tanah, terdiri dari: P-tersedia dan P-total tanah, (6) kandungan kation basa
dapat dipertukarkan.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar
haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah). Untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan
maka pengembangan di bagian perikanan memerlukan perencanaan yang
cermat dan teliti, penerapan teknologi yang sesuai, dan pengelolaan yang tepat.
Pemupukan diharapkan dapat meningkatkan kesuburan tanah budidaya untuk
pertumbuhan pakan alami. Pupuk yang umum digunakan dalam pemupukan
tanah dasar kolam adalah pupuk organik padat Humic acid (HA), organic
agrobost (cair), Urea, NPK dan sebagainya. Clifford (1985), menyatakan bahwa
sasaran pemupukan adalah untuk menumbuhkan fitoplnkton sebagai sumber
makanan zooplankton yang akan dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber
makanan alami. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengaruh pupuk
organik terhadap sifat kimia tanah serta aplikasinya di bidang perikanan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pupuk organik ?
2. Bagaimana pengaruh pupuk organik terhadap kesuburan kimia tanah ?
3. Bagaimana peran pupuk organik terhadap keberadaan tanaman ?
4. Bagaimana contoh aplikasi pupuk organik di bidang perikanan ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka didapatkan tujuan sebagai
berikut :
1. Mengetahui definisi pupuk organik.
2. Mengetahui pengaruh pupuk organik terhadap kesuburan kimia tanah
3. Mengetahui peran pupuk organik terhadap keberadaan tanaman
4. Mengetahui contoh aplikasi pupuk organik di bidang perikanan
2. PEMBAHASAN

2.1 Pupuk Organik


Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk
hidup yang telah mati.. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap, karena
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur mikro
(Irawati dan Nawangsih, 2017). Pupuk organik mencakup semua pupuk yang
dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan (Prayogo, et
al, 2016). Pupuk organik adalah pupuk yang diperkaya dengan bahan mineral
alami atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah,
dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sahwan, et al, 2011).
Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil),
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan
air, yang oleh karenanya kesuburan tanah menjadi meningkat (Samekto, 2008).
Penggunaan pupuk organik memberikan manfaat meningkatkan ketersediaan
anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat
dan klorida, meningkatkan ketersediaan hara dan mikro untuk kebutuhan
tanaman, dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah (Yuliarti, 2009).
Selain itu, manfaat pupuk organik secara kimia berperan dapat meningkatkan
kapasitas pertukaran kation terhadap ketersediaan hara dalam tanah dan
meningkatkan pH tanah apabila bahan organik yang ditambahkan telah
terdekomposisi secara sempurna (Muchsin et al., 2018)

2.2 Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah


Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Adapun fungsi kimia dari bahan
organik adalah sebagai berikut :
 Merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah
 Penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah
 Menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K
Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu
upaya pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses
untuk memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan
kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Pengaruh pupuk pada
kesuburan kimia tanah antara lain:
 Meningkatkan hara,
 Menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal dari senyawa
sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi,
 Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation.
 Kation yang mudah dipertukarkan meningkat.
 Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro
organisme,sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.

2.3 Peran pupuk organik terhadap keberadaan tanaman


Pemupukan adalah upaya pemberian nutrien kepada tanaman guna
menunjang kelangsungan hidupnya (Sutejo, 2002). Pemberian pupuk dalam
tanaman/biota air juga berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan yang terjadi
dalam tumbuhan. Tanaman yang diberi pupuk dengan tanaman yang tidak diberi
pupuk tentunya memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Adapun Peran pupuk
organik terhadap keberadaan beberapa contoh tanaman/biota sebagai berikut :
a. Rumput Laut
Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya laut yang memiliki
manfaat yang sangat banyak. Pada kota Tarakan, kontinuitas dan
produktivitas hasil budidaya rumput laut (Eucheuma cottoni) saat ini masih
mengandalkan nutrien alami di perairan terutama penyerapan nitrat dan
fosfat, kondisi kualitas perairan dan hidro oceanografi (Cahyadi dan Noor,
2009). Menurut Sutejo (2002), Dalam larutan pupuk hayati tersedia sebanyak
21 unsur-unsur hara (makro dan mikro) yang mana unsur-unsur tersebut
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Menurut Cahyadi dan Gusman (2014), Bobot tertinggi pada perlakuan
rumput laut C diduga penyerapan senyawa bioaktif dan unsur-unsur esensial
seperti (C organic, Mn, B, pH, Cu, CO, Fe, Zn, Mo) yang terkandung dalam
larutan chitosan lebih efektif pada pemberian chitosan 5 ml pada tahap awal
pertumbuhan di 5 (lima) hari. Dilihat pada pertumbuhan hari ke-10 yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan dengan bobot tertinggi masih pada
perlakuan C dengan nilai rata-rata (1371.33 gr), diikuti perlakuan B dan D
dengan nilai rata-rata yang sama (1348.33 gr), dan nilai rata-rata
pertumbuhan berat terendah pada perlakuan A (1187.67 gr).
b. Kelimpahan Fitoplankton
Fitoplankton hidup bebas di berbagai perairan, baik perairan tawar, payau
maupun laut dan mampu berkembang biak secara cepat. Keberadaan
fitoplankton di kolam dapat dipacu pertumbuhannya dengan pemupukan.
Pupuk yang dapat digunakan diantaranya adalah pupuk organik. Menurut
Sutejo (2002), pupuk organik juga dapat memperbesar populasi jasad renik di
perairan. Dari beberapa penelitian mengenai kultur plankton yang telah
dilakukan, pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang
seperti; pupuk kotoran kambing (Pamukas, 2004) dan kotoran burung puyuh
(Pamukas, 2006). Penggunaan pupuk kandang tersebut ternyata dapat
meningkatkan pertumbuhan fitoplankton.
Menurut Pamukas (2011), sedikitnya kelimpahan fitoplankton pada media
budidaya, disebabkan oleh kandungan unsur haranya (N, P dan K) yang
rendah. Hal tersebut memberikan dampak negatif terhadap beberapa
parameter kualitas air seperti; terjadinya peningkatan kekeruhan, kandungan
CO2 bebas dan peningkatan suhu pada proses penguraiannya. Untuk
mengatasi hal tersebut pupuk kandang dapat diganti dengan pupuk organik
cair yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil (hanya 1 l/ha pada
tambak-tambak udang), sehingga relatif tidak memberikan dampak negatif
terhadap kualitas air. Berdasarkan penelitian Isnansetyo dan Kurniastuti
(1995), menyatakan bahwa pada kultur plankton sangat dibutuhkan berbagai
macam senyawa an organik baik sebagai hara makro (N, P, K, S, Na, Si dan
Ca) maupun hara mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, Co, B dan lain-lain).
Adapun jenis dan kelimpahan fitoplankton pada masing-masing perlakuan
selama penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

(Pamukas,2011)
2.4 Contoh pengaplikasian pupuk organik di bidang perikanan
Salah satu contoh pengaplikasian pupuk organik di bidang perikanan yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Limbong, et al (2017), untuk mengetahui
pengaruh pupuk organik terhadap sifat kimia tanah, kami mengambil contoh
penelitian yang dilakukan di kolam tanah gambut dengan jumlah sebanyak 3
kolam (luas masing-masing kolam adalah 10 m x 5 m x 2 m). Tiap kolam dibagi
menjadi 4 wadah dan dibatasi oleh sekat sehingga tiap wadah memiliki luas 12,5
m2 (2,5m x 5m x2m). Taraf perlakuan adalah sebagai berikut :

Proses pembuatan biofertilizer dilakukan selama 1 bulan atau sampai terjadi


perubahan bau seperti bau alkanol dan perubahan fisik (Widiyawati et al.,2014)
bakteri Azotobacter sp. di dalam peti. Kemudian setiap biofertilizer (biofertilizer
ayam, sapi dan manusia) ditebar secara merata pada satu kolam yang telah
dibagi menjadi empat unit untuk setiap perlakuan, Setelah itu kolam diisi air
hingga mencapai kedalaman 1 – 1,5m dengan volume ± 12500 L.
2.4.1 pH Tanah
Rata-rata nilai pH tanah selama penelitian adalah :

Pada P0 (tanpa pemberian biofertilizer) pH tanah mengalami sedikit


perubahan dan tergolong masam, pada P1 dan P2 pH tanah tergolong agak
masam, dan P3 pH tanah tergolong netral. Berdasarkan hasil uji ANAVA
penambahan jenis biofertilizer pada kolam memberikan pengaruh nyata terhadap
pH tanah gambut. Peningkatan pH tanah terjadi disebabkan karena dilakukannya
proses pengapuran pada tanah dasar kolam dan mengalami ionisasi di dalam
tanah. Dahlan et al., (2008), menyatakan bahwa peningkatan pemberian pupuk
kandang menyebabkan peningkatan pH tanah. Menurut Manurung et al., (2014),
bahwa peningkatan pH tanah akan terjadi apabila bahan organik yang kita
tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang
telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa.
Penurunan pH tanah disebabkan karena mikroorganisme mengonsumsi unsur
hara dalam jumlah yang banyak untuk pertumbuhannya dan mengeluarkan CO2
sehingga kadar CO2 bertambah di dalam tanah yang dapat menimbulkan
penurunan pH. Adanya kecenderungan penurunan pH pada tanah setelah
perlakuan pupuk organik dikarenakan terjadi dekomposisi bahan organik yang
mengeluarkan senyawa asam organik (Hartatik et al., 2006).
2.4.2 N Total

N total tanah pada setiap perlakuan selama penelitian tergolong sangat


tinggi, namun pada P0 (tanpa pemberian biofertilizer) tergolong sedang.
Peningkatan kandungan N total pada tanah dapat disebabkan karena adanya
penyerapan nilai kuantitas N-total pada pupuk oleh tanah.
Peningkatan kandungan nitrat juga disebabkan oleh perubahan
ammonium menjadi nitrit dan nitrat (nitrifikasi) sesuai dengan pendapat Hakim et
al. (1986) yang menyatakan ammonium merupakan bentuk N yang pertama yang
diperoleh dari penguraian protein melalui proses enzimatik yang dibantu oleh
jasad heterotrofik seperti bakteri, fungi dan actinomycetes. Hal ini disebabkan
karena telah dimanfaatkannya senyawa nitrat oleh organisme yang berbeda
didalam wadah penelitian dan tejadinya penguapan nitrogen ke udara.
Penurunan kandungan N total tanah gambut dapat disebabkan karena terjadinya
immobilisasi nitrogen yaitu mikroorganisme (fungi atau bakteri) yang
memanfaatkan N untuk menguraikan protein dan terjadinya penguapan nitrogen
ke udara bebas.
2.4.3 P Total

Dapat dilihat pada tabel bahwa P total pada P0 (tanpa pemberian


biofertilizer) semakin menurun selama penelitian sehingga kandungan P Total
pada P0 ini tergolong rendah. Hal tersebut bertolak belakang dengan kandungan
P pada P1, P2, dan P3 yang tergolong sangat tinggi. Berkurangnya kadar P total
dapat disebabkan oleh fitoplankton yang menyerap kadar fosfor untuk
pertumbuhan dan proses metabolisme sebagai mana peranan fosfor yang
sangat penting bagi fitoplankton maupun tumbuhan autotrof lainnya. Sedangkan
peningkatan kadar fosfor pada tanah disebabkan oleh mikroorganisme yang aktif
dalam melakukan perombakan bahan organik. Mikroorganisme akan mengambil
P anorganik dari dalam tanah (HPO42-) atau (H2PO4-) yang kemudian akan diubah
menjadi P organik.
Menurut Bushron (2018), Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar, sedangkan jumlah P
dalam tanah relatif sedikit dibandingkan unsur hara esensial lainnya, termasuk
nitrogen (N). Unsur P bersifat mobil atau mudah bergerak sehingga mudah
mengalami fiksasi. Proses fiksasi dapat mengakibatkan pemupukan menjadi
tidak maksimal diserap tanaman. Forfor seringkali terfiksasi dalam tanah yang
kondisinya masam dan alkalis. Fosfor dalam tanah merupakan hara yang lambat
reaksi, dikarenakan sebagian terikat oleh partikel. Pemberian pupuk kandang
sangat nyata meningkatkan ketersediaan fosfor. Hal ini disebabkan karena asam-
asam organik terutama asam humat dan asam fulvat hasil dari dekomposisi akan
membentuk senyawa komplek (khelat) dengan Al dan Fe sehingga membantu
melepaskan fosfat (P).
2.4.4 C/N Rasio

Dapat dilihat pada tabel bahwa C/N Rasio selama penelitian mengalami
fluktuasi. C/N Rasio pada P0, P1, P2, maupun P3 mengalami penurunan pada
hari ke 14 penelitian dan mengalami peningkatan pada hari ke 28 penelitian.
Berdasarkan nilai rata-rata C/N Rasio, pada perlakuan P0 (tanpa pemberian
biofertilizer) dan perlakuan P2 sangat tinggi, sedangkan pada perlakuan P1 dan
P3 C/N Rasio tinggi. Penurunan C/N Rasio dapat disebabkan karena terjadinya
proses immobilisasi hara yang terdapat di dalam tanah berasal dari biofertilizer
yang telah ditambahkan. Semakin banyak bahan organik yang tersedia di dalam
tanah, maka semakin banyak pula populasi mikroba yang akan menyerang,
sehingga mengakibatkan semakin banyaknya unsur hara yang mengalami
immobilisasi.
Menurut Kaerani (2018), pupuk kandang dari kotoran kambing
berpotensi untuk menambah kandungan organik dalam tanah. Nilai rasio C/N
pupuk kandang kotoran kambing umumnya masih diatas 30. Pupuk kandang
yang baik harus mempunyai rasio C/N <20. Kecepatan bahan organik
melepaskan unsur hara tergantung dari nilai C/N ratio. Sesuai dengan pernataan
Maulidin et al. (2019), semakin rendah nilai C/N ratio maka akan semakin mudah
untuk melepaskan unsur hara.
3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari semua referensi dan disertai studi kasus tentang
pengaruh pupuk organik terhadap sifat kimia tanah dan aplikasinya di bidang
perikanan adalah sebagai berikut :
 Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau
makhluk hidup yang telah mati.. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk
lengkap, karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur dan
mengandung unsur mikro
 pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya pemanfaatan
tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk
memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan
kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Pengaruh
pupuk pada kesuburan kimia tanah antara lain : meningkatkan hara,
menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal dari senyawa
sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi,
meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation, unsur N,P,S diikat
dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro organisme,sehingga
terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Aqmal,A., A. Tuwo dan Haryati. 2016. Analisis Hubungan antara Keberadaan


Alga Filamen Kompetitor Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan
Karaginan Rumput Laut Kappaphycus sp. di Provinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Rumput Laut Indonesia. 1(2):94-102.

Bushron, R. 2018. Pengaruh pemberian mikroriza dan pupuk kandang sapi


terhadap sifat kimia, residu P tanah, dan produksi tanaman jagung
(Zea Mays L) pada entisol sampang. Skripsi. 1 – 62.

Cahyadi, J dan Noor, M. A, 2009. Kajian Potensi Budidaya Rumput Laut di


Perairan Pulau Bunyu Melalui Pendekatan Hidro-oceanografi dan
Sistem Informasi Geografi.

Cahyadi., J dan E. Gusman. 2014. Efisiensi pemanfaatan pupuk hayati dalam


produktivitas budidaya rumput laut (eucheuma sp) Kota Tarakan.
Jurnal Harpodon Borneo. 7(2):120-134.

Cliford,H.C. 1985. The marine and fresh water plankton. Michigan state university
press, Michigan. 562 pp.

Dahlan, M., Mulyati dan Ni Wayan Swiani Dulur. 2008. Studi Aplikasi Pupuk
Organik dan Anorganik terhadap Perubahan Beberapa Sifat Tanah
Entisol. Jurnal Agroteksos. 18 (1): 20-26.

Firmansyah, I dan N. Sumarni. 2013.Pengaruh Dosis Pupuk N dan Varietas


Terhadap pH Tanah, Ntotal Tanah, Serapan N, dan Hasil Umbi
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) padaTanah Entisols-Brebes
Jawa Hari ke 14. J.Hort. 23 (4) : 358- 364.

Honcamp, F. 1931. Historisches über die Entwicklung der


Pflanzenernährungslehre, Düngung und Düngemittel. In F. Honcamp
(Ed.). Handbuch der Pflanzenernährung und Düngelehre, Bd. I und II.
Springer, Berlin.

Irawati, R. N dan Nawangsih. 2017. Pengaruh Green Marketing dan Green


Product Terhadap Keputusan Pembelian Pupuk Organik di Kios Tani
Mulyo Kedungrejo Kabupaten Lumajang. Jurnal Ilmu Management
Advantage. 1(1) : 52 – 63.

Kaerani, A. 2018. Pengaruh waktu pemberian pupuk kandang terhadap peranan


Bacillus subtilis dalam pengendalian TuMV (Turnip Mosaic Visrus),
pertumbuhan, dan produksi tanaman sawi. (Brassica juncea L.).
Skripsi. 1 – 57.
Lal, R., Fausey, N. R. and Eckert, D. J. 1995. Land use and soil management
effects on emission of radiatively active gasses from two soils in Ohio.
In Lal, R., Kimble, J., Levine, E. and Stewart, B. A. (eds.) Soil
Management and the Greenhouse Effect. Lewis/CRC Publ., Boca
Raton, FL. pp. 41–59.

Limbong, E.O.B., Syafriadiman dan S.Hasibuan.2017. influence of biofertilizer


different on some parameters of chemistry in ground peat pond.
Jurnal Online Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 4 (2) : 1-17.

Manurung, R.H., LMusa, dan Fauzi. 2014. Pengaruh Pemberian Kompos Kulit
Durian pada Typic Hydraquent, Umbrik Dystrudept, dan Typic
Kandiudult Terhadap Beberapa Aspek Kesuburan Tanah (pH, C
Organik, dan N Total Serta Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Jurnal Online Agroteknologi. Universitas Sumatera Utara, Medan. 2
(3):1014-1-21 hlm.

Maulidin, F., A. Sholihah dan A. Sugianto. 2019. Pemanfaatan sisa tanaman padi
gogo periode pertama sebagai media tanam periode kedua (Oryza
sativa L). Agronisma. 7 (1) : 21 – 33.
Moeljanto. 1982. Penanganan Ikan Segar. Swadaya. Jakarta.

Muhsin, Idrawati dan H. Ane. 2018. Produktivitas serasah tumbuhan kuma


(Palaquium luzoniense vid.) berdasarkan persentase penutupan tajuk
75%-100% di kawasan hutan lindung Nanga-Nanga Papalia Provinsi
Sulawesi Tenggara. Biowallacea. 5 (1) : 667 – 672.

Pamukas, N. A. 2004. Perkembangan Jenis dan Kelimpahan Plankton dengan


Pemberian Dosis Pupuk Kotoran Kambing Yang Berbeda. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 103.

Pamukas, N.A. 2006. Perkembangan Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton dengan


Pemberian Dosis Pupuk Kotoran Puyuh yang Berbeda dalam Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 11(2) : 109-118.

Pamukas,N.A. 2011. Perkembangan kelimpahan fitoplankton dengan pemberian


pupuk organik cair. Berkala Perikanan Terubuk. 39(1): 79-90.

Pancapalaga, Wehandaka. 2011. Pengaruh Rasio Penggunaan Limbah Ternak


dan Hijauan terhadap Kualitas Pupuk Cair. Universitas Muhammadiyah
Malang. GAMMA, Vol.7, No.1 : 61-68.

Peraturan Menteri Pertanian. 2011. Permentan No. 70/pert/SR.140/10/2011.


Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah tanah. Jakarta.

Prayogo, A. S., Minwal dan N. Amir. 2016. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan
Sistem Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L.). Klorofil. 11(1) : 51 – 55.

Rizqiani, N.F., E.Ambarwati dan N.W.Yuwono. 2007. Pengaruh dosis dan


frekuensi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan
hasil buncis ( phaseolus vulgaris l.) Dataran rendah. Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan. 7(1): 43-53.

Sahwan, L. F., S. Wahyono dan F. Suryanto. 2011. Evaluasi Populasi Mikroba


Fungsional pada Pupuk Organik Kompos (POK) Murni dan Pupuk
Organik Granul (POG) yang diperkaya dengan Pupuk Hayati. Jurnal
Teknik Lingkungan. 12(2) : 187-196.

Samekto, R. 2008. Pemupukan. Yogyakarta : PT. Aji Cipta Pertama.


Sundari,I., W.F.Maruf dan E.N.Dewi. 2014. Pengaruh penggunaan bioaktivator
em4 dan penambahan tepung ikan terhadap spesifikasi pupuk organik
cair rumput laut Gracilaria sp. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan. 3(3): 88-94.

Sutanto, Rachman. (2002). Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan


Berkelanjutan. Jakarta : Kanisius.

Sutejo,M., M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suwandi dan N, Nurtika, 1987. Pengaruh pupuk biokimia “Sari Humus” pada
tanaman kubis. Buletin Penelitian Hortikultura. 15(20):213-218.

Syafriadiman, Hs. Saberina dan N. A. Pamukas. 2016. Pengaruh Kombinasi


Pupuk Organik (Sampah Sayuran), Urea dan TSP Terhadap
Kelimpahan Zooplankton dalam Media Rawa Gambut. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 21 (2) : 46 – 54.

Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Yogyakarta : Lyli


Publiser.

Anda mungkin juga menyukai