LANDASAN TEORI
Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang
anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau
lingkungan yang baik. Menurut Novizan (2005:88) Pupuk didefenisikan sebagai material
yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi
ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan,
Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat
meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk
dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Maryam dkk.,
2008). Marsono (2011:103) menjelaskan bahwa pupuk anorganik adalah pupuk yang
dibuat oleh pabrik dengan meramu bahan – bahan kimia dan memiliki kandungan hara
yang tinggi.
Pupuk bagi tanaman sama seperti makanan pada manusia. Oleh tanaman, pupuk
digunakan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Jika dalam makanan manusia dikenal
ada istilah gizi maka dalam pupuk yang beredar saat ini terdiri dari bermacam-macam
jenis, bentuk, warna, dan merek. Namun, berdasarkan cara aplikasinya hanya ada dua jenis
pupuk akar dan pupuk daun. Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang
atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun,
secara lebih terinci manfaat pupuk ini dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang
berkaitan dengan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah (Marsono, 2011:104).
7
8
Pupuk diklasifikasikan menjadi dua yakni sisa-sisa atau seresah tanaman, limbah
atau kotoran hewan, demikian pula kompos, yang dapat diubah di dalam tanah menjadi
bahan-bahan organik tanah, lazim disebut pupuk alam atau pupuk organik. Sedangkan
pupuk yang dibuat di pabrik disebut pupuk buatan atau pupuk anorganik.
Pupuk organik sudah lama dikenal para petani, jauh sebelum Revolusi Hiaju
berlangsung di Indonesia pada tahun 1960-an. Sedangkan pupuk hayati dikenal para
petani sejak proyek intensifikasi kedelai pada tahun 1980-an. Namun sejak Revolusi Hijau
petani mulai banyak menggunakan pupuk buatan karena praktis penggunaannya dan
sebagian besar varientas unggul memang membutuhkan hara makro (NPK) yang tinggi
Musnawar (2004: 173) secara umum pupuk organik memiliki empat fungsi yang
sangat penting yaitu: (1) Pupuk organik dapat memperbaiki kesuburan tanah.
Adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik melalui pupuk organik
ke dalam tanah akan menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka
panjang. (2) Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah.
Akibatnya, sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki. Pemberian pupuk organik
pada tanah berpasir menyebabkan daya ikat tanah menjadi meningkat. Pemberian
pupuk organik pada tanah berlempung akan menyebabkan tanah menjadi ringan,
daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat, serta
drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki. Tata udara tanah yang baik dengan
kandungan air yang cukup akan menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta aliran
air dan aliran udara tanah lebih baik. (3) Pupuk organik dapat memperbaiki sifat
biologi tanah dan mekanisme jasad renik (mikroorganisme) yang ada menjadi
hidup. Pemberian pupuk organik akan meningkatkan populasi mikroorganisme
yang dapat menekan aktivitas saprofitik dari patogen tanaman. (4) penggunaan
pupuk organik dapat dijamin keamanannya. Pupuk organik tidak akan merugikan
kesehatan para petani ataupun mencemari lingkungan.
Menurut Bawolye dan Syam, (2006:125) Pupuk organik adalah nama kolektif
untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi
9
hara tersedia bagi tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan hewan yang telah
melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya ; nilai C-organik itulah
yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk
dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, maupun pupuk
kandang, siswa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas sabut, dan sabut kelapa),
limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota.
Pupuk organik/kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan
hasil perombakan oleh fungsi, aktinomesit, dan cacing tanah. Pupuk hijau/pupuk organik
merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa
batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan
ternak. Sebagai contoh pupuk hiaju ini adalah sisa-sisa tanaman, kacang-kacangan, dan
Pupuk kandang merupakan kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari
rumah potong berupa tulang-tulang, darah dan sebagainya. Limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbah
pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya.
Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman,
setelah dipisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik, kertas,
dan botol.
10
Menurut Novizan, (2007: 48) istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif
untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia
hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru
dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komensial pertaman
di dunia yaitu Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati dalam
buku ini dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang
berfungsi untuk menambah hara tertentu atau menfasilitasi tersediannya hara dalam tanah
bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui akses tanaman
terhadap hara misalnya oleh cendawan mikroza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut
Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan
pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh
kelompok organism perombak. Kelompok mikroba simbiosis ini terutama meliputi bakteri
bintil akar dan cendawan mikoriza. Penghambatan N2 secara simbiosis dengan tanaman
kehutanan yang bukan legume oleh aktinomisetes genus Frankia diluar cakupan buku ini.
Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan buku ini,
karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok
organism perombakan bahan organik tidak hanya mikrofauna tetapi ada juga makrofauna
limbah seperti limbah pertanian, limbah dapur, limbah pasar, limbah ternak, dan limbah
sebagai bioaktivator perombakan bahan organik. Sejumlah bakteri penyedia hara yang
11
hidup pada Rhizosfir akar (rhizobakteri) disebut rhizobakteria pemacu tanaman (plant
samping (1) menghambat N2, juga ; (2) menghasilkan hormon tubuh (seperti IAA,
geberilin, sitokinin, etilen, dan lain-lain); (3) menekan penyakit tanaman asal tanah
dengan memproduksi sederofor glukanse, kitinase, sianida; dan (4) melarutkan p dan hara
Sebenarnya tidak hanya kelompok ini yang memiliki peranan ganda (multifungsi)
tetapi juga kelompok mikroba lain seperti cendawan mikoriza. Cendawan mikoriza ini
selain dapat meningkatkan sarapan hara, juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman
menstabilkan agregat tanah, dan sebagainya, tetapi berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
ada peranan sebagai penyediaan hara lebih menonjol dari pada peranan-peranan lain.
Pertanyaan yang mungkin timbul ialah apakah multifungsi suatu mikroba tertentu apabila
digunakan sebagai inokulan dapat terjadi bersamaan, sehingga tanaman yang inokulan
misalnya pengaruh terhadap serapan hara pada suatu percobaan, dan pengaruh terhadap
toleransi kekeringan pada percobaan lain. Mungkin sekali fungsi-fungsi tersebut hanya
dimiliki spesies tertentu pada suatu kelompok fungsional tertentu, atau mungkin juga
fungsi-fungsi ini hanya dimiliki oleh strain atau strain-strain tertentu dalam suatu spesies,
atau kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. Pupuk organic. Subha Rao
(2002:192) menganggap sebenarnya pemakaian inokulan mikroba lebih tepat dari istilah
pupuk hayati. Ia sendiri mengidentifikasi pupuk hayati sebagai preparsi yang mengandung
sel-sel dari strain-strain efektif mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat atau selulolitik
yang digunakan pada biji, tanah atau tempat pengomposan dengan tujuan meningkatkan
12
jumlah mikroba tersebut dan mempercepat proses microbial tertentu untuk menambah
banyak ketersediaan hara dalam bentuk tersedia yang dapat diasimilasikan tanaman pupuk
organik.
Menurut jenisnya pupuk organik dapat dibedakan menjadi 5 yaitu pupuk organik
buatan, pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan humus (Sadikin, 2008; 67).
Menurut Sadikin, (2008:68) pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang
sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan
2. Pupuk Kandang
Menurut Sadikin, (2008; 71) pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari
kotoran hewan. Hewan yang kotoronnya sering untuk pupuk kandang adalah hewan yang
bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, ayam, dan kerbau.
Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari kencing
(urine) hewan. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang
padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro
13
yang terkandung dalam pupuk kandang antara lain ; kalsium, magnesium, belerang,
natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak
tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.
3. Pupuk Hijau
Menurut Sadikin, (2008:74) Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari
tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih
hijau atau setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa
panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti
sisa-sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang
dijadikan hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman
haranya menjadi lebih cepat. Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan
bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika,
kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas
4. Kompos
Menurut Sadikin, (2008: 76) Kompos merupakan sisa bahan organik yang
berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah memahami proses
dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos
diantaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang membusuk, sisa
tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak sering digunakan untuk kompos di
antaranya kotoran hewan ternak, urine, pakan ternak yang terbuang dan biogas.
5. Humus
Menurut Sadikin, (2008: 77) humus adalah material organik yang berasal dari
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan
kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting
pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industry,
kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingin kayu, endapan kotoran, sampah rumah
dengan tepat, kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi dengan perbandingan yang tepat,
dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik yaitu
hanya memiliki unsur hara makro, pemakaian yang berlebihan dapat merusak tanah bila
tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos, dan pemberian yang berlebihan
Pupuk kandang merupakan pupuk yang bahan bakunya berasal dari makhluk hidup
baik berupa tumbuhan maupun hewan. Biasanya yang dijadikan bahan baku adalah limbah
tumbuhan seperti daun kering, jerami, maupun tumbuhan lain dan limbah peternakan
seperti kotoran sapi, kotoran kerbau dan kotoran ternak lainnya. Dalam pembahasan
tinjauan ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran
Pupuk kandang merupakan produk yang berasal dari limbah usaha peternakan
dalam hal ini adalah kotoran ternak (Setiawan, 2010:121). Jenis ternak yang bisa
menghasilkan pupuk organik ini sangat beragam diantaranya sapi, kambing, domba, kuda,
kerbau, ayam dan babi. Adapun fungsi dari pupuk organik sebagai berikut: 1. Sebagai
operator, yaitu memperbaiki struktur tanah. 2. Sebagai penyedia sumber hara makro dan
15
tanah untuk menahan unsur-unsur hara (melepas hara sesuai kebutuhan tanah). 5. Sumber
Kualitas pupuk kandang sangat bervariasi, tergantung pada jenis ternak yang
menghasilkan kotoran, umur ternak, jenis pakan yang dikonsumsi, campuran bahan selain
golongan komponen, yaitu litter (kotoran/sampah), ekscreta padat (bahan keluaran padat)
dari binatang, dan ekscreta cair (urin). Sifat/keadaan dan konsentrasi relatif dari
terutama selulosa, dan rendah kandungan nitrogen maupun mineral. Nitrogen dan mineral
terkandung tinggi pada urin, dan kandungan karbohidratnya sangat kecil. Sedangkan
ekscreta padat memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga memberikan suatu
Pupuk kandang bisa digunakan untuk berbagai jenis tanaman, seperti tanaman
sayur, tanaman buah, tanaman palawija dan tanaman pangan. Secara aplikasi penggunaan
pupuk kandang dibedakan menjadi penggunaan di sawah dan penggunaan di lahan kering.
pupuk kandang cukup mudah. Sebenarnya dengan hanya membiarkan begitu saja
dikandang, dalam waktu tertentu, kotoran ternak akan berubah menjadi pupuk kandang.
Namun jika tidak ditangani dengan baik, hal ini akan menyebabkan pencemaran
lingkungan dan penyusutan unsur hara dalam kotoran tersebut, dengan demikian
16
diperlukan usaha untuk menanganinya. Cara yang sering dipergunakan untuk mengubah
kotoran ternak menjadi pupuk kandang ada dua macam, yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Pada sistem terbuka kotoran ternak ditimbun di tempat terbuka di permukaan
tanah. Tempat penyimpanan berupa tanah yang ditinggikan dan diberi atap. Kelebihan
sistem terbuka adalah kotoran ternak akan cepat matang, namun kelemahannya selama
proses penguraian, bau kotoran akan terbawa angin sehingga penyebarannya lebih jauh.
Pada sistem tertutup kotoran ternak ditimbun di dalam lubang yang diberi atap. Kelebihan
dari sistem tertutup adalah peyebaran bau kotoran ternak dapat dikurangi selama proses
membutuhkan waktu yang lebih lama dan pupuk yang terbentuk tidak kering.
berjalan dengan sendirinya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia
digunakan untuk pembuatan pupuk kandang secara konvensional ada beberapa macam,
diantaranya adalah sistem wind row, sistem aerated static pile, dan sistem in vessel.
Sistem wind row merupakan proses pembuatan pupuk kandang yang paling sederhana
dan paling murah. Dengan sistem ini, kotoran ternak hanya ditumpuk memanjang
Optimalisasi lebar, tinggi dan panjangnya tumpukan sangat dipengaruhi oleh keadaan
bahan baku, kelembapan, ruang pori, dan sirkulasi udara untuk mencapai bagian
tengah tumpukan bahan baku. Idealnya tumpukan bahan baku ini harus dapat
17
Sistem wind row ini merupakan sistem komposting yang baik yang telah berhasil
dilakukan di banyak tempat untuk memproses pupuk kandang, sampah kebun, lumpur
selokan, sampah kota, dan bahan lainnya. Untuk mengatur temperatur, kelembapan,
dan oksigen dilakukan proses pembalikan secara periodik. Pembalikan juga dapat
menghambat bau yang mungkin timbul. Pembalikan dapat dilakukan baik secara
mekanis maupun manual. Dengan hanya membalik bahan pupuk kandang secara
sehingga bisa menghemat biaya. Sementara kelemahan dari sistem ini adalah
Sistem pembuatan pupuk kandang lainnya yang lebih maju adalah sistem aeratic static
pile. Secara prinsip, proses pembuatan pupuk kandang ini hampir sama dengan sistem
wind row, namun pada proses pembuatan pupuk kandang dengan sistem ini
memerlukan pipa yang dilubangi untuk mengalirkan udara. Udara ditekan memakai
blower. Oleh karena ada sirkulasi udara maka tumpukan bahan baku yang sedang
diproses dapat lebih tinggi dari 1 m. Proses itu sendiri diatur dengan pengaliran
apabila temperatur turun, aliran oksigen ditambah. Untuk mencegah bau yang timbul,
pipa dilengkapi dengan exhaust fan. Dalam sistem ini tidak ada proses pembalikan
bahan. Oleh karenanya, kotoran ternak dan sisa pakan harus tercampur secara
homogen sejak awal. Dalam pencampuran harus ada rongga udara yang cukup.
Bahan-bahan yang terlalu besar dan panjang (terutama sisa pakan yang berupa
3. Sistem In Vessel.
Sistem ketiga yang biasa digunakan untuk membuat pupuk kandang adalah sistem in
vessel. Untuk membuat pupuk kandang dengan sistem ini diperlukan container
sebagai wadah dekomposisi. Wadah ini bisa berupa silo atau parit memanjang. Proses
sistem ini mampu mengurangi pengaruh bau yang tidak sedap dari kotoran ternak
selama proses pengomposan. Sistem ini juga mempergunakan pengaturan udara, sama
seperti sistem aerated static pile. Suhu dan konsentrasi oksigen perlu dikontrol selama
Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur
maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik.
Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang
Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap
sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara
dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih
menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup. Kotoran ayam memiliki
kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 2010:67).
Hasil analisis yang dilakukan oleh Suryani, dkk (2010:134), bakteri yang ditemukan pada
organik kotoran ayam mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara
Apabila kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan organik akan
banyak menghasilkan asam-asam organik. Anion dari asam organik dapat mendesak fosfat
yang terikat oleh Fe dan Al sehingga fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman.
Penambahan kotoran ayam berpengaruh positif pada tanah masam berkadar bahan organik
Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon
tanaman terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam yang
lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika
dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya ( Widiowati
dkk, 2005:44).
tanaman Solanaceae. Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin (8-
merupakan buah buni dengan bentuk garis lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging
20
buahnya berupa keping-keping tidak berair. Bijinya berjumlah banyak serta terletak di
Tanaman Cabai pada dasarnya terbagi atas dua golongan utama, yaitu cabai
besar (Capsicum annum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Cabai besar terbagi
menjadi dua golongan, yaitucabai pedas (hot pepper) dan cabai paprika (sweet pepper).
Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah
Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke
negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.Tanaman cabe
banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies
yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya
mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika
Menurut Setiadi, (2007: 152) cabai rawit atau Capsicum frutescens L adalah
tanaman yang sangat populer diseluruh dunia. Sebagai salah satu tanaman holtikultura,
cabai rawit merupakan komoditi tanaman buah semusim yang berbentuk perdu. Tanaman
dari famili solanaceae ini merupakan tanaman budidaya yang juga sering di tanam di
pekarang sebagai tanaman sayur. Di Indonesi tanaman cabai rawit ada berbagai macam
jenis. Cabai rawit mempunyai tiga varietas yaitu cabai rawit leutik atau cengek leutik,
Cabai rawit mempunyai banyak fungsi yang sangat banyak selain dijadikan
penyedap dalam masakan, cabai rawit juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
macam penyakit karena cabai rawit mempunyai kandungan gizi yang cukup baik. Cabai
rawit dapat ditanam di lahan mana saja seperti lahan sawah, tegalan, dan tempat yang
21
Tanaman cabai memiliki banyak nama populer di berbagai negara. Namun secara
umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. Nama pepper lebih umum
digunakan untuk menyebut berbagai jenis cabai besar, cabai manis, atau paprika.
Sedangkan chili, biasanya digunakan untuk menyebut cabai pedas, misalnya cabai rawit.
sering disebut dengan berbagai nama lain, misalnya, lombok, mengkreng, rawit, cengis,
Menurut Setiadi (2003: 59), “tanaman cabai rawit merupakan salah satu bentuk
tanaman perdu dan merupakan tanaman musiman, tinggi tanaman ini mencapai 50-100
cm, tanaman ini memiliki dahan dan ranting yang penuh ditumbuhi oleh buah dan bunga”.
1. Kingdom : Plantae
2. Subkingdom : Tracheobionta
3. Super Divisi : Spermatophyta
4. Divisi : Magnoliophyta
5. Kelas : Magnoliopsida
6. Sub Kelas : Asteridae
7. Ordo : Solanales
8. Famili : Solanaceae
9. Genus : Capsicum
10. Spesies : Capsicum frutescens L.
Tanaman cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-
1.250 m dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-
22
buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun
bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang
5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota
bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih
berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12
mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih
kehijauan, atau putih, buah yang masak berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat
pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas,
yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada
tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik,
buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar,
selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai
sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap. Cabai
Cabai rawit dikenal orang dengan nama bermacam-macam, misalnya: cabai rawit
cabai setan, lombok rawit, cengek, cabai cengek, cabai leutik, cengek boas, cengek
domba, ceplik, lombok jampling, lombok jemprit, dan lombok rawit. Cabai rawit termasuk
famili Solanaceae, terdapat di seluruh Indonesia, buahnya kecil rasanya lebih pedas
daripada cabai panjang, warna buah cabai rawit yang muda hijau, yang tua merah. Ketika
buah itu masih muda warnanya putih, setelah tua warna putih itu menjadi jingga. Ada pula
cabai rawit yang buahnya lebih besar dari cabai rawit biasa. Warnanya hijau bila buah itu
masih muda, kemudian menjadi merah bila buah itu masak. Cabai rawit berguna untuk
rempah-rempah dan juga untuk dijadikan sambal. Orang yang mendirita penyakit usus,
sakit mata, dan sakit kerongkongan janganlah makan cabai rawit. Cabai rawit ditanam dan
23
dipelihara orang di pekarangan rumah, di tegal dan di tanam di tanah bekas hutan. Cabai
rawit tumbuh di tempat yang kering dan di tempat yang banyak turun hujan (Atjung,
2004:87).
Tanaman cabai merupakan tanaman yang cocok tumbuh didaerah datarn rendah,
dataran menengah dan dataran tinggi sekitar 2.500 m dari permukaan laut, yang
memepunyai iklim tidak terlalu dingin dan terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk
pertumbuhan tanaman cabai adalah antarara 240 -270 C dan untuk pembentukan buah pada
kelembapan akan tinggi, sehingga menanam cabai pada musim ini akan menghadapi
resiko terkenan serangan cendawan. Sedangkan menurut Samadi (2001:21), curah hujan
pertumbuhannya.
bunga dan buah, serta pemasakan buah. Karena itu, lokasi penanaman yang dipilih harus
bebas dari tanaman-tanaman pelindung yang dapat menghalangi sinar (Wirayanta dalam
Eryani, 2005:145). Bila ditanam ditempat terlindung, tanaman akan mengalami etiolasi
dan pembentukan cabang-cabang terhambat (Eryani, 2005: 147). Cabai rawit termasuk
tanaman berhari netral, artinya dapat berbunga sepanjang tahun baik pada hari-hari pendek
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti allauvial,
podsolik, lotosol dan organosol asalkan syarat tumbuh yang dikehendaki dapat terpenuhi
Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil cabai yang baik, maka cabai menghendaki
tanah yang subur, gembur kaya akan bahan organik, tidak mudah becek atau menggenangi
air, bebas dari cacing atau nematoda atau penyakit ular tanah (Eryani, 2005: 150).
Menurut Rukmana (2002: 26), kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5,5-6,8,
karena pada pH dibawah 5,5 atau diatas 6,8 hanya akan mengahasilkan produksi yang
sedikit atau rendah. Bagi pH dibawah 5,5 dapat diperbaiki keadaanya dengan cara
Untuk menghindari menggenangnya air, menanam cabai rawit pada musim hujan
paling bagus dilakukan diokulasi atau lahan yang agak miring, tetapi tidak lebih dari 350.
Jika lahan yang akan di tanamani cabai terlalu datar, perlu dibuat saluran pembuangan air
Menurut (Hasan Basri Jumin, 2005: 20) Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman terdiri dari faktor dalam dan faktor luar sebagaimana dijelaskan berikut ini:
faktor gen dan hormon. Gen adalah sifat yang diwariskan dari generasi ke generasi atau
dengan kata lain gen adalah suatu sifat yang turun temurun. Sedangkan hormon
Hormon auksin yaitu zat yang dihasilkan oleh ujung tumbuhan dan yang berpengaruh
didalam ujung-ujung tanaman seperti, tunas, kucup bunga, dan pucuk daun serta ujung
tanaman sayuran dan dapat menyingkat waktu panen. Hormon sitokinin mempunyai
fungsi ssebagai hormon yang merangsang pembelahan sel, pembentukan tunas pada
Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, cahaya, unsur
1. Suhu
Tanaman dalam melagsungkan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu. Hal ini
karean proses fisiologi di dalam tubuh tanaman dikendalikan oleh suhu, dan selanjutnya
akan mengendalikan proses yang berhubungan pertumbuhan tanaman (Hasan Basri Jumin,
2005: 20).
2. Cahaya
Setiap jenis tanaman membutuhkan cahaya dalam batas-batas tertentu, dengan kata
lain cahaya yang diperoleh oleh tumbuhan tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang.
Apabila cahaya yang diperoleh oleh tumbuhan terlalu sedikit, maka akan menyebabkan
pertumbuhan yang tidak optimal dari tumbuhan tersebut (Hasan Basri Jumin, 2005: 25).
3. Air
Air merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman. Kekurangan air dapat
menyebabkan perubahan fisiologi dalam tanaman. Defisiensi air yang terus menerus akan
26
menyebabkan perubahan pada tanaman dan pada akhirnya dapat menyebabkan tanaman
4. Unsur hara
Kandungan unsur hara yang cukup sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh.
Dengan demikian kandungan unsur hara dalam tanah sangat berpengaruh bagi proses
pertumbuhan tanaman. Unsur Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang
relatif banyak dibutuhkan oleh tanaman mentinun untuk pertumbuhannya. Peranan utama
dari unsur Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman secara umum terutama
pada fase vegetatif. Nitrogen juga berperan dalam pembentukan klorofil, membentuk
lemak, protein dan persenyawaan lain. Jika tanaman kekurangan unsur nitrogen, maka
gejala yang akan ditimbulkan yaitu daun menguning lalu mengering, jaringan tanaman
mongering dan mati, buah mengecil kekuning-kuningan serta cepat matang (Marsono,
2005:13).
Selain Nitrogen, Fospor juga merupakan unsur hara makro yang esensial bagi
tanaman. Peran utama Forpor yaitu sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan
akar. Selain itu Fosfor juga berperan sebagai bahan dasar protein (ATP dan ADP),
membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta
pemasakan biji dan buah. Gejala yang ditimbulkan bila kekurangan fospor padaa tanaman
yaitu daun berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap kemerahan, tepi daun,
cabang, dan batang berwarna merah ungu lalu berubah menjadi kuning, serta buah
2.8. Peranan Pupuk untuk Kesuburan Tanah dan Peranan Unsur Hara bagi
Tanaman.
tanaman (Syarif, 2004:75). Selanjutnya Sudianto dkk (2005: 371) mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan pupuk semua bahan yang diberikan pada tanah. Sedangkan
menurut Sosrosedirjo (2002: 9) yang dimaksud dengan pupuk adalah semua bahan yang
langsung dapat menambah zat-zat makanan tanaman yang tersedia. Selanjutnya Sarief,
(2004: 75) menyatakan bahwa “pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah
atau disemprot pada tanaman dengan maksud untuk menambah unsur hara yang
diperlukan tanaman”.
Dengan demikian maka dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan
pupuk adalah bahan makanan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan ke dalam
tanaman dengan tujuan untuk menambah zat makanan tanaman dan untuk meningkatkan
kesuburan tanah secara keseluruhan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Menurut Sarief, (2004:77) fungsi humus (bunga tanah) humus ini untuk
mempertahankan struktur tanah sehingga tanah mudah diolah dan banyak berisi oksigen.
Dalam waktu yang cukup lama pupuk masih dapat memberikan hasil yang baik.
1) Sebagai sumber hara N,P, & K yang penting bagi pertumbuhan tanaman unsur-unsur
2) Mampu menaikan daya untuk menahan air, tanah akan lebih mampu menahan
banyak air. Sehingga air hujan tidak langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah
atau meresap ke dalam tanah dan akan memudahkan bulu-bulu akar tanaman
Tanah yang produktif kalau tidak di berikan pupuk akan menurun atau merosot
kadar bahan organik lebih dari 45% hal ini berakibat menurunnya produksi tanaman.
28
(Harjadi, 1998: 21) mengatakan bahwa pupuk adalah bahan organik dan an-organik baik
yang dihasilkan oleh alam lingkungan yang dapat bahan makanan bagi tumbuhan . Pupuk
berperan dalam meningkatkan bahan-bahan nutrien (unsur hara dalam tanah) sampai
dengan jumlah yang sesuai untuk tanaman tertentu atau organisme. Peran pupuk jelas
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengembalikan banhan organik tanah sehingga
mempunyai jaringan yang tersusun dari karbohidrat, protein dan lemak, serta enzim-enzim
yang berperan dalam berbagai reaksi biokimia. Dengan demikian tumbuhan memerlukan
sejumlah zat makanan untuk menyusun jaringan tersebut dari sekian banyak unsur hara
yaitu unsur hara dari udara, air dan tanah. Unsur karbon (C) dan oksigen (O) diperoleh
tanaman dari udara. Unsur hidrogen (H) di peroleh tanaman dari air. Selain dari unsur
tersebut, semua diperoleh tanaman dari tanah (termasuk unsur mikro). Pertumbuhan
tanaman tidak terhambat oleh unsur-unsur hara yang bersumber dari udara dan air, karena
unsur-unsur hara tersebut selalu tersedia bagi tanaman, asalkan terhindar dari kekeringan
udara dingin dan penyakit. Tetapi pertumbuhan tanaman sering terhambat oleh unsur-
unsur hara dari tanah, karena kurang tersedia ataupun tidak dalam bentuk tersedia bagi
tanaman. Oleh karena itu, unsur hara inilah yang perlu mendapat perhatian dalam usaha
Penggunaan unsur-unsur hara tanah oleh tanaman tidak sama jumlahnya, ada yang
digunakan dalam jumlah yang sedikit. Hal ini tergantung pada penggunaan dan fungsi dari
unsur-unsur hara (Dwijoeseputro, 2003: 30). Diantara sekian banyak unsur hara yang
terdapat dalam tanah, yang paling banyak diperlukan tanaman adalah unsur N,P,K unsur
unsur hara yang diserap dari udara dan unsur hara yang diserap dari tanah:
Menurut Sarief, (2004: 112) Unsur hara yang di serap dari udara adalah C, O, dan
S, yaitu berasal dari CO2 , O2, dan SO2. Senyawa CO2 diasimilasikan dengan proses
diserap dalam bentuk H2O dan direduksi menjadi H+ dan kemudian di transfer kedalam
merupakan senyawa penting bagi tanaman sebagai koenzim dasar dalam proses aksidasi
reduksi.
Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaaman dan diambil dari kompleks
jerapan tanah atau pun dari larutan tanah berupa kantion atau an-ion. Adapula yang dapat
diserap dalam bentuk khelat (khelation), yaitu ikatan kation logam dengan senyawa
organik. Dewasa ini kebanyakan unsur mikro diberikan lewat daun (foliar application).
dengan unsur P dan K karena nitrogen merupakan unsur pokok dalam sistematis protein
dan asam nukleat. Dengan demikian sebagai penyusun sitoplasma secara keseluruhan,
30
nitrogen tidak hanya berperan sebagai bahan baku dalam penyususnan protein dan asam
nukleat, tetapi juga berperan terhadap penyerapan unsur hara lainnya (Bukman dan Brady,
2001: 531).
Apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dari unsur lainnya, maka tanaman
dapat menggunakan nitrogen tersebut untuk mensinesis protein dalam jumlah yang
akan menunjukkan gejala-gejala tertentu, seperti tanaman tumbuh kerdil dan memiliki
sistem perakaran yang terbatas (Bukman dan Brady, 2001: 531). Selain itu kekurangan
nitrogen juga mengakibatkan daun tidak tampak hijau dan segar, melainkan agak
kekuning-kuningan dan apabila kekurangan terjadi secara terus menerus, daun bawah
Secara fisiologis keperluan tanaman akan unsur hara dalam jumlah yang optimum.
Pada keadaan ini tanaman akan menunjukkan respon yang baik. Apabila keadaan ini tidak
terpenuhi (kekurangan atau kelebihan), maka tanaman akan menunjukkan gejala yang
merugikan.
Dalam keadaan normal, udara mengandung 80% nitrogen, persediaan sebanyak itu
tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh tanaman, melainkan harus berada dalam
bentuk yang tersedia, yaitu bentuk ION. NO3 & NH4+, selain dari bentuk tersebut tidak
amonim,amin, dan sianida. Contoh: kalium nitrat (KN3), amonium posfat (NH4)3, urea
(NH2CONH2), dan kalsium sianida (CaCN2). Bentuk pupuk N ini berupa Kristal, prill,
Pupuk ini dikenal dengan nama zwavelzuure amoniak (ZA) dan sampai sekarang
masih banyak beredar di masyarakat, umumnya pupuk ini berupa Kristal putih dan
hampir seluruhnya larut air. Kadang-kadang pupuk tersebut diberi warna (misalnya
pink) kadar N sekitar 20%-21% dengan kemurnian sekitar 97%. Kadar asam
a. Larut air
Pupuk ini dianggap yang paing tinggi kadar N-nya (83%). Pupuk ini disimpan dalam
bentuk cair. Pengunaanya dilakukan dengan injeksi kedalam tanah atau dilarutkan
dalam air kemudian dipompa. Pupuk ini dapat juga dilarutkan dalam air pengairan,
akan tetapi ada resiko kehilangan N yang terbawa air pengairan dan penguapan
terutama pada tanah da air yang mempunyai reaksi alkalis. Jumlah yang hilang
tergantug pada tekstur tanah, reaksi, dan cara pemberiannya dalam injeksi tanah.
(Indranada, 2004:57).
Kadar N dalam ammonium klorida (ACl) sekitar 26%. Pada sebagian tanaman,
pengaruh pupuk ACl lebih baik daripada amonium sulfat (ZA), terutama untuk
tanaman yang memerlukan unsur Cl. Untuk tanaman yang di harapkan kadar
32
pembentukan protein.
Kadar N dalam pupuk amonium nitrat sekitar 32%-33,5% kalau dicampur dengan
Sama halnya dengan unsur nitrogen, posfat dapat di serap tanaman dalam bentuk
yang tersedia yaitu H2PO4. Unsur posfat memegang peranan penting dalam kehidupan
tanaman, terutama dalam pembentukan pospolipida dan nukleo protein selain itu juga
bepengaruh pada pembiakan generatif, yaitu pembentukan bunga, tangkai sari, kepala sari,
yang berlebihan, pada pelebaran daun terjadi bagian mati dan akhirnya rontok.
Kekurangan posfat juga menimbulkan warna hijau tua, keliatan mengkilap kemerahan.
2002:42).
1) Enkel superposfat
Sejak zaman Belanda, ES sudah popular digunakan sebagai pupuk P. Pupuk ini
sering disebut single superphosphate. Pupuk ini dibuat dengan dengan menggunakan
bahan baku bantuan posfat (apatit) dan diasamkan dengan asam sulfat untuk
mengubah P yang tidak tersedia menjadi tersedia untuk makanan. Pupuk ini
33
digunakan sebagai pupuk dasar sebelum ada tanaman agar pada saat tanaman mulai
tumbuh, unsur P sudah dapat diserap oleh akar tanaman. Pupuk ES masih
mengandung gips (CaSO4) cukup tinggi dan untuk berbagai jenis tanah sering
menyebabkan struktur tanah menjadi menggumpal seperti padas dan kedap air.
Berbeda dengan ES, pupuk ini dianggap tidak mengandung gipsum. Pembuatan
pupuk ini menggunakan asam posfat yang berfungsi sebagai pengasam dan untuk
meningkatkan kadaar P. Pupuk ini berwarna abu-abu cokelat muda, sabagian P larut
air, reaksi fisiologis, sedikit asam. Bahaya meracuni tanaman, sulfat relatif dan
sulfidanya yang berasal dari reduksi slfat juga rendah. Pupuk ini bekerja lambat dan
Sifat umum pupuk tripel super posfat (TSP), pembuatan pupuk TSP menggunakan
Pupuk ini tidak higroskopis, seingga mudah untuk disimpan. Karena tidak larut
dalam air, pupuk ini sebaiknya diberikan kedalam tanah sebagai pupuk dasar
Pupuk ini sebenarnya sama dengan ammonium monoposfat (AMP). Saat ini
perbandingan dan grade N dan P2O5 sangat beraneka untuk memenuhi keperluan
jenis tanaman yang memerlukan perbandingan tertentu dan untuk jenis tanah yag
berbeda-beda.
34
3. UnsurKalium (K)
Unsur hara makro tanah ketiga yang paling penting bagi tanaman adalah unsur (K).
Unsur ini juga diserap tanaman dalam bentu ION K. Adapun peran kalium bagi tanaman
fotosintesis Karena apabila terjadi kekurangan kalium dalam daun maka kecepatan
asimilasi CO2 akan menurun (Sarief, 2004:17). Jumlah dengan jenis pupuk yang khusus
mengandung kalium relatif sedikit. Umumnya, unsur kalium sudah dicampur dengan
pupuk atau unsur lain menjadi pupuk majemuk. Dengan demikian, pupuk tersebut sudah
mengandung kalium, nitrogen dan posfor (dua ata leih hara tanaman).
1) Muriate (KCL)
Pupuk ini dianggap memiliki kadar hara K tinggi. Nama muriate berasal dari asam
murit, sama dengan asam klorida, pupuk ini memiliki kadar K2O.
Pupuk ini memiliki kadar K2O berkisar 22%-23% dan kadar MgO berkisar 18-19%
5) Kainit
Kainit merupakan pupuk kalium hasil dari samping dari tempat penggaraman