Anda di halaman 1dari 28

Pengaruh pupuk organik terhadap

produksi dan pertumbuhan


tanaman sawit

Kelompok 4 D
Fauzan Fachri 214110282
Mengapa harus pupuk organik?
● 95% lahan pertanian di Indonesia mengandung C-organik kurang dari 1%. (Batas
minimum bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian antara 4-5%).
● Penurunan pH pada lahan pertanian akibat pemakaian urea dan ZA terus menerus.
● Fakta di lapangan menunjukkan rekomendasi pemukan urea pada tahun 1970
berkisar 100-150 kg/ha. Saat ini berkisar 300-350 kg/ha.
● Penggunaan pupuk N-sintetik secara berlebihan juga menurunkan efesiensi P dan
K.
Sejarah pupuk organik
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal
pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau,
kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya,
jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan mudah diperoleh.
Kendala pemakaian pupuk organik

 Proses pematangannya cukup lama


 Biaya tenaga kerja tinggi
 Transportasi yang mahal
 OPT mungkin masih terbawa dalam Pupuk Organik
Konvensional
 Volume bahan terbatas
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dibagi menjadi dua
macam :
 Pupuk organik cair
Pupuk organik cair adalah larutan mudah larut berisi satu atau
lebih pembawa unsur yang di butuhkan tanaman. Adapun
kelebihan dari pupuk cair adalah dapat memberikan hara sesuai
kebutuhan tanaman.
 Pupuk organik padat
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang bersala dari sisa
tanaman, kotoran hewan dan kotoran manusia yang berbentuk
padat. Dari asalnya pupuk padat dibedakan menjadi 4 :
pupuk organik padat :
 Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang bahan dasarnya bersala dari kotoran dan
urine ternak. Umunya hampir semua kotoran hewan daot digunakan sebagai pupuk
kandanng. Pupuk kandang tidak hanya digunakan untuk membantu oertubuhan
tumbuhan, memperbaiki struktur tanah membantu penyerapan hara dan
mempertahankan suhu tanah. Ciri pupuk kandang yang siap digunaan adalah :
dingin, remah, wujud aslinya sudah berubah dan tidak begitu berbau.
 Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau
berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih
hijau atau setelah dikomposkan. Bagian yang sering digunakan untuk pupuk
hijau adalah daun, tangkai, dan batang yang masih muda. Jenis tanaman yang
bagus untuk pupuk hijau adalah tanaman yang bersimbiosis dengan
mikroorganisme pengikat nitogen (legum), seperti sisa–sisa tanaman,
kacang-kacangan, dan tanaman paku air (Azolla). Pupuk hijau diberikan guna
menngkatkan bahan organik tanah serta unsur hara khususnya nitrogen.
 Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan
limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis
tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman
pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Beberapa
kegunaan kompos adalah:
● Memperbaiki struktur tanah.
● Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
● Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
● Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.
● Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
 Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga
tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari daun
ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, humus
ter4bentuk secara alami dan sebagian besar terjadi di hutan .
 Pupuk Organik Buatan
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik
dengan menggunakan peralatan yang modern. Pada umumnya, pupuk organik
buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga
terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman
yang diberi pupuk organik tersebut. Beberapa manfaat dari pupuk organik buatan :
● Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
● Meningkatkan produktivitas tanaman.
● Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.
● Menggemburkan dan menyuburkan tanah.
Pupuk organik cair
 Pupuk kandang cair
pupuk kandang cair berasal dari kotoran hewan. Namun pupuk
kandang cair berasal dari urine ternak. Pupuk kandang cair umumnya bisa
digunakan bersama dengan kotoran padat atau pupuk hijau. Pemberian
pupuk cair paling baik diberikan pada tanaman yang sedang dalam masa
vegetatif dan masa perkembangbiakan.
 Biogas
Gabungan dari fermentasi bahan organik cair dengan bahan organik padat dikenal dengan istilah
biogas. Pada dasarnya penggunaan biogas memilki keuntungan ganda, yaitu gas metana yang
dihasilkan bisa berfungsi sebagai bahan bakar, sementara itu limbah cair dan limbah padat yang
dihasilkan sebagai residu bisa digunakan sebagai pupuk. Kelebihannya penggunaan rutin bogas
mampu meningkatkan produksi padi secara berkesinambungan serta pada biogas tidak ditemui adanya
residu biogas dalam sawah.
 Pupuk cair limbah organik
Pada dasarnya, limbah cair bahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk. Sama seperti limbah
padat organik, limbah cair banyak mengandung unsur hara (NPK) dan bahan organik lainnya.
Penggunaan pupuk dari limbah ini dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah. Dari
sebuah penelitian di China menunjukkan penggunaan limbah cair organik mampu meningkatkan
produksi pertanian 11 % lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahan organk lain.
Keunggulan Pupuk Organik

1. Menyehatkan Liingkungan
2. Revitalisasi Produktivitas Tanah
3. Menekan Baya Husaha Tani
4. Meningkatkan Kualitas Produk
Keunggulannya Pupuk Organik
 Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap
 Dapat memperbaiki Struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur.
 Memilki daya simpan air (water holding capasity yang tinggi).
 Lebih tahan terhadap serangan penyakit.
 Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.
 Memilki residual effects yang positif, sehingga tanaman yang ditanam
pada musim berikutnya tetap bagus pertubuhan dan produktivitasnya.
A. TINGGI TANAMAN
Hindersah dan Simarmata (2004) menyatakan bahwa unsur nitrogen
sangat penting pada saat pertumbuhan tanaman, karena unsur nitrogen
berperan dalam seluruh proses biokimia tanaman.
Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan tinggi tanaman, diduga
bahwa pupuk organik yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan bibit
kelapa sawit. Penelitian Christine (2013) menunjukkan bahwa aplikasi
pupuk organik terhadap tanaman cabai meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah cabang, bobot basah buah, dan jumlah buah. Selain itu,
pemberian pupuk NPK dan pupuk organik pada bibit kelapa sawit
umur 9 bulan di main nursery menghasilkan tinggi bibit yang lebih
tinggi dibanding dengan pertumbuhan tinggi bibit standar di main
nursery
B. JUMLAH PELAPAH
Lakitan (2004) menyatakan bahwa pada saat pertumbuhan daun,
diketahui tidak semua unsur hara diperlukan dan berperan langsung
terhadap pembentukan daun. Sutandi (1996) dalam Riwandi (2002)
menyatakan bahwa unsur hara N, P, dan K yang optimal di dalam
tanah untuk tanaman kelapa sawit adalah untuk N 0,51%, P 11 ppm,
0,6 me/100. Unsur hara tersebut memiliki
dan untuk K
status yang tinggi sehingga baik untuk pertumbuhan
tanaman. Lebih lanjut Sutedjo dan Kartasapoetra
(1991) menyatakan bahwa fungsi N antara lain untuk
meningkatkan pertumbuhan daun. Pertambahan daun
kelapa sawit dipengaruhi keadaan musim dan tingkat
kesuburan tanah (Pahan, 2007).
Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan jumlah pelepah, diduga
bahwa pupuk organik yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan
bibit kelapa sawit di main nursery. Fauzi (2002) menyatakan bahwa
jumlah pelepah, panjang pelepah, dan anak daun tergantung pada umur
tanaman. Jumlah pelepah berkaitan dengan tinggi tanaman, semakin
tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah pelepah yang terbentuk
karena daun keluar dari nodus–nodus yakni tempat kedudukan daun
yang ada pada batang (Harjadi, 1991). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan, selain jumlah pelepah meningkat
seiring umur tanaman, juga lebih banyak dibandingkan pertumbuhan
standar bibit kelapa sawit di main nursery (Tabel 2). Selain itu karena
sifat morfologi tanaman kelapa sawit menurut Fairhurst dan Harder
(2003), rata-rata pertumbuhan pelepah kelapa sawit antara 1–3 buah
per bulan. Lebih lanjut oleh Pahan (2007) menyatakan bahwa kondisi
lingkungan yang lebih sesuai umumnya dapat mempercepat laju
produksi daun sampai 24 daun selama 6 bulan di Papua Nugini.
C. DIAMETER BATANG
pupuk organik dapat meningkatkan jumlah diameter
batang, diduga bahwa kondisi pertumbuhan tanaman
yang sangat cepat cenderung mengakibatkan
tanaman menggunakan asimilat untuk pertumbuhan
vegetatifnya. Jumin (1987) menyatakan bahwa
batang merupakan daerah akumulasi pertumbuhan
tanaman khususnya tanaman muda, dengan adanya
unsur hara dapat mendorong laju fotosintesis dalam
menghasilkan fotosintat, sehingga membantu dalam
pembentukan bonggol batang.
Dari hasil penelitian diduga bahwa dengan penambahan pupuk organik
kebutuhan hara untuk pertumbuhan tanaman khususnya hasil
fotosintesis akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Djamaluddin (1983) menyatakan bahwa meningkatnya
diameter batang diakibatkan oleh pertumbuhan tanaman yang cukup
baik, karena unsur hara yang dibutuhkan cukup tersedia. Pertumbuhan
yang baik diindikasikan dengan kemampuan tanaman untuk
berfotosintesis lebih tinggi dan hasil fotosintesis lebih banyak.
Karbohidrat yang lebih banyak ditranslokasi lewat floem dan dapat
digunakan untuk memacu pertumbuhan sekunder yaitu perluasan sel
batang dan diindikasikan dengan diameter batang yang lebih lebar.
Loveless (1987) menambahkan bahwa pertambahan diameter batang
terkait oleh adanya pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan sel-
sel di daerah kambium dan pembentukan jaringan xilem dan floem
Efektivitas pemupukan
 Tepat Waktu Pemupukan
Waktu pemupukan merupakan syarat efektifnya aplikasi pupuk
pada tanaman. Menurut Pahan (2010) waktu dan frekuensi
pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat
fisik tanah, logistik serta adanya sifat sinergis dan antagonis
antar unsur hara. Curah hujan berperan sebagai parameter
dalam menentukan waktu aplikasi pemupukan.
PPKS (2005) menyatakan bahwa aplikasi pemupukan optimum
dilakukan pada saat curah hujan 100-250 mm bulan-1 sedangkan
curah hujan minimum adalah 60 mm bulan-1 dan maksimum 300 mm
bulan-1 . Waktu aplikasi pada bulan Februari dan Maret terdapat curah
hujan yang tinggi yaitu diatas 400 mm bulan-1 sedangkan aplikasi pada
bulan April dan Mei berada pada curah hujan 200-300 mm bulan-1 .
Aplikasi pupuk di Sekunyir Estate pada bulan Februari dan Maret
terjadi kehilangan pupuk akibat curah hujan yang tinggi. sedangkan
pada bulan April dan Mei pelaksanaan aplikasi pupuk sudah tepat
waktu berdasarkan curah hujan yang terjadi. Ketidaktepatan waktu
aplikasi ini disebabkan oleh pengaruh iklim yang tidak dapat diprediksi.
Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan
pemupukan tepat waktu disebabkan karena terjadinya curah hujan yang
sulit diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai
dengan persyaratan dalam aplikasi pupuk.
 Tepat Dosis Pemupukan
Kebutuhan jumlah hara yang tepat bagi tanaman akan mempengaruhi
produktivitas tanaman. Pemupukan anorganik harus sesuai dengan
dosis rekomendasi karena tanaman membutuhkan nutrisi yang cukup
untuk menghasilkan bobot TBS yang dihasilkan. Ketepatan dosis
aplikasi pemupukan organic.
- Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan tepat dosis pada
aplikasi pupuk organik. faktor tenaga kerja menentukan kualitas aplikasi
TKKS.
 Tepat Jenis Pemupukan
Poeloengan et al. (2003) menyatakan beberapa dasar
pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk
antara lain adalah umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi
lahan dan harga pupuk.
 Tepat Cara Pemupukan
Cara aplikasi dalam pemupukan yaitu terdiri dari di tabur, benam dan
semprot. Pemilihan cara aplikasi didasarkan antara lain jenis pupuk,
efisiensi, ketersediaan alat, kondisi lahan dan unsur tanaman (PPKS,
2005). konsep cara aplikasi dengan ditabur. Konsep ini dinilai lebih
efisien waktu dan biaya, tepat dilakukan pada kondisi lahan yang datar,
dan sesuai dengan jenis aplikasi pupuk organik.
TKKS adalah limbah dari hasil pengolahan TBS yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk untuk meningkatkan produktivitas kelapa
sawit. PPKS (2011) menyatakan bahwa aplikasi TKKS memiliki
pengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas sebesar 11.7%.
Pengaruh produktivitas kelapa sawit yang di aplikasikan TKKS
terhadap non aplikasi pada tahun 2007-2015 secara statistik tidak
berbeda nyata (Tabel 12). Banyak faktor yang mempengaruhi pengaruh
TKKS terhadap produktivitas kelapa sawit. Pihak manajemen kebun
mengungkapkan bahwa aplikasi TKKS bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas pada lahan yang marjinal atau kurang subur sehingga
produktivitas kelapa sawit pada lahan marjinal dapat meningkat. Jika
melihat data yang diperoleh bahwa hal ini berkorelasi positif terhadap
pengaruh kebijakan manajemen kebun. Manajemen pemupukan kelapa
sawit suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan kebutuhan hara
tanaman untuk meningkatkan produktivitas.
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam TKKS
sebagian besar mengandung unsur hara kalium.
Tajuddin (2006) menyatakan bahwa TKKS memiliki
kandungan kalium mencapai 1.46-2.41% sehingga
dengan penggunaan TKKS diharapkan dapat mampu
mengurangi penggunaan pupuk kalium sehingga
lebih efisien biaya. Analisis penggunaan dosis unsur
hara kalium diambil dari hasil rekomdendasi LSU
yang dikeluarkan oleh departemen riset MRC
Cara aplikasi TKKS disesuaikan dengan umur tanaman karena
dilihat dari perkembangan akar. Fase TBM pada aplikasi TKKS
dilakukan secara melingkar satu lapis sedangkan pada TM
aplikasi diletakan pada jarak antar tanaman satu lapis dan
menutupi permukaan tanah. Cara aplikasi yang tepat pada
TKKS dapat meningkatkan efektifitas pemupukan namun
apabila salah aplikasi dapat menimbulkan masalah yaitu
serangan hama Oryctes rhinoceros, itulah sebabnya aplikasi
dilakukan hanya satu lapis. Penentuan tepat cara dilakukan
dengan mengukur tinggi TKKS yang telah terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi dengan tinggi tidak boleh melebihi 40 cm.
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai