DISUSUNOLEH :
KELOMPOK V
KELAS A
Kata kunci : Pupuk organik, konsentrasi EM4, suhu, kadar air, pH.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Teori
Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di lapangan.
Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan
penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat.
Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang
dan pupuk kompos.
a. Pupuk Hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik
tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil
hijauannya. Tanaman yang biasa digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari
jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini
dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang tinggi serta
cepat terurai dalam tanah.
Pengaplikasian pupuk hijau bisa langsung dibenamkan kedalam tanah atau
melalui proses pengomposan. Di lahan tegalan atau lahan kering, para petani biasa
menanam leguminos, seperti ki hujan, sebagai pagar kebun. Di saat-saat tertentu
tanaman pagar tersebut dipangkas untuk diambil hijauannya. Hijauan dari
tanaman leguminosa bisa langsung diaplikasikan pada tanah sebagai
pupuk. Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa menggunakan azola
sebagai pupuk hijau. Azola merupakan tanaman pakis air yang banyak tumbuh
secara liar di sawah. Tanaman ini hidup di lahan yang banyak mengandung air.
Azola bisa langsung digunakan sebagai pupuk dengan cara dibenamkan kedalam
tanah pada saat pengolahan lahan.
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti
unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan
berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan tidak kencing. Contoh hewan yang
kencing adalah sapi, kambing dan kerbau. Hewan yang tidak kencing kebanyakan
dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek.
Karateristik kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif
lebih lama, kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan kalium.
Pupuk kandang jenis ini cocok digunakan pada tanaman yang diambil buah atau
bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan, dan tanaman buah. Sedangkan
karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu penguraiannya lebih cepat,
kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya fospor dan kalium. Pupuk
kandang jenis ini cocok diterapkan untuk tanaman sayur daun seperti selada,
bayam dan kangkung.
Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman karena
ketersediaannya yang melimpah dan proses pembuatannya gampang. Pupuk
kandang tidak memerlukan proses pembuatan yang panjang seperti kompos.
Kotoran hewan cukup didiamkan sampai keadaannya kering dan matang sebelum
diaplikasikan ke lahan.
c. Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan
organik melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme
pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme.
Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau kapang. Sedangkan
makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing tanah. Dilihat
dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk kompos yaitu proses
aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak melibatkan udara).
Dewasa ini teknologi pengomposan sudah berkembang pesat. Berbagai varian
dekomposer beserta metode pembuatannya banyak ditemukan. Sehingga pupuk
kompos yang dihasilkan banyak ragamnya, misalnya pupuk bokashi,
vermikompos, pupuk organik cair dan pupuk organik tablet. Pupuk kompos bisa
dibuat dengan mudah, silahkan baca cara membuat kompos. Bahkan beberapa tipe
pupuk kompos bisa dibuat sendiri dari limbah rumah tangga, seperti pupuk
bokashi dan pupuk kompos takakura.
d. Pupuk hayati organik
Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup yang
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan
nutrisi penting bagi tanaman. Dalam Peraturan Menteri Pertanian pupuk hayati
tidak digolongkan sebagai pupuk organik melainkan sebagai pembenah tanah,
lihat penjelasannya dalam pengertian pupuk hayati. Namun dalam penerapannya
di lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik.
Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa langsung
meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman.
Pupuk ini secara alami menyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan cara
memfikasi unsur N dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis zat-zat lain
yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk hayati siklus penyuburan tanah
akan berlangsung terus menerus dan secara berkelanjutan.
Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri-bakteri tertentu
seperti Azotobacter choococum yang berfungsi mengikat unsur unusr N, Bacillus
megaterium bakteri yang bisa melarutkan unsur P dan Bacillus mucilaginous yang
bisa melarutkan unsur K. Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di tanah-tanah
hutan, pegunungan atau sumber-sumber lain.
1.1.4 Manfaat pupuk organik
Seperti juga humus, pupuk organik berperan untuk menyediakan nutrisi bagi
tanaman. Setidaknya ada empat manfaat, yakni sebagai sumber nutrisi,
memperbaiki struktur fisik tanah, memperbaiki kimia tanah, meningkatkan daya
simpan air dan meningkatkan aktivitas biologi tanah.
Sumber nutrisi tanaman lengkap. Pupuk organik mengandung berbagai
nutrisi penting yang dibutuhkan tanaman, baik yang sifatnya makro maupun
mikro. Unsur makro yang dibutuhkan tanaman antara lain nitrogen (N), fosfor (P),
kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur
mikro adalah besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (CI), boron (B),
molybdenum (Mo) dan Almunium (AI). Pupuk organik yang dibuat dengan bahan
baku yang lengkap bisa mengandung semua kebutuhan unsur hara tersebut.
Memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik merupakan material yang
mempunyai sifat unik. Bisa menggemburkan tanah lempung yang solid, namun
disisi lain juga bisa merekatkan tanah berpasir yang gembur. Karena sifatnya ini,
pupuk organik bisa memperbaiki tanah pasir maupun lempung. Pupuk organik
dapat merekatkan butiran-butiran halus pasir sehingga tanah menjadi lebih solid.
Sehingga tanah berpasir bisa menyimpan air. Sedangkan pada tanah liat yang
didominasi oleh lempung, pupuk organik bisa memberikan pori-pori, sehingga
tanah tersebut menjadi gembur.
Meningkatkan kapasitas tukar kation. Dilihat dari sifat kimiawi, pupuk
organik mempunyai kemampuan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kapasitas
tukar kation adalah kemampuan tanah untuk meningkatkan interaksi antar ion-ion
yang ada dalam tanah. Tanah yang memiliki kapaitas kation tinggi lebih mampu
menyediakan unsur hara bagi tanaman dibanding tanah dengan kapasitas ion
rendah. Kandungan material organik yang tinggi akan meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah.
Meningkatkan daya simpan air. Struktur kompos sangat menyerap air
(higroskopis). Air yang datang disimpan dalam pori-pori dan dikeluarkan saat
tanaman membutuhkannya melalui akar. Keberadaan air ini mempertahankan
kelembaban tanah sehingga tanaman dapat terhindar dari kekeringan.
Meningkatkan aktivitas biologi tanah. Pupuk kompos mengandung
mikroorganisme dekompomoser didalamnya. Mikroorganisme ini akan
menambah mikroorganisme yang terdapat dalam tanah. Karena sifatnya yang
melembabkan, suhu tanah menjadi ideal bagi tumbuh dan berkembang biota
tanah. Aktivitas biota tanah ini yang menghasilkan sejumlah nutrisi penting agar
bisa diserap tanaman secara efektif.
1.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
1. Rasio C/N
Rasio C/N (Karbon dan Nitrogen) yang efektif untuk proses pengomposan
berkisar antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C (Karbon) sebagai
sumber energi dan menggunakan N (Nitrogen) untuk sintesis protein. Pada rasio
C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup karbon tunkuk energi dan
nitrogen untuk sintesis protein.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan
area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan
proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan
besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondosi yang cukup oksigen
(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara uang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kelembaban. Apabila
aerasi terhambat, akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang
tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
Porositas adalah ruang di antara partukel di dalam tumpukan kompos.
Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen
untuk proses pengomposan.
5. Kelembaban
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses
metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen.
Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik
tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40-60% adalah kisaran optimum untuk
metabilisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan apabila di atas 60% maka volume udara akan
berkurang dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak
sedap.
6. Temperatur/Suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas (fermentasi) mikroba (yang menghasilkan
energi berupa kalor/panas). Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu
dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur, semakin banyak konsumsi
oksigen dan semakin cepat pula proses dekomposisi. Temperatur yang berkisar
antara 30-60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat.
7. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar.Tingkat
keasaman (pH) yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5
sampai 7,5. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati normal.
8. Kandungan Hara
Kandungan P (Phosphor) dan K (Kalium) juga penting dalam proses
pengomposan dan biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan.
Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pembentukan kompos.
9. Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan yang berbahaya
bagi kehidupan mikroba. Logam-logam seperti Mg, Cu, Zn, Ni, Cr adalah
beberapa bahan yang termasuk dalam kategori ini. Logam-logam berat akan
mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
10. Lama Pengomposan
Lama waktu pengomposan bergantung pada karakteristik bahan yang
dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa
penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan
berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun.
1.2 Tujuan
1. Pembuatan pupuk padat dari amaps tebu.
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi bioaktivator pada proses pengomposan.
3. Mengukur pH dan mengukur kadar air.
4. Menghitung Rendemen.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada pembuatan pupuk padat adalah :
1. Gelas Ukur
2. Labu ukur
3. Timbangan
4. Cawan
5. Plastik atau polibag sebagai wadah fermentasi
6. Termometer
7. Indikator pH
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan pupuk padat adalah :
1. Ampas Tebu
2. Sekam Padi
3. Kotoran Ternak
4. EM4 2%
2.3 Prosedur Percobaan
2.3.1 Pembuatan Arang Ampas Tebu
1. Ampas tebu yang didapat dikeringkan terlebih dahulu agar mempermudah
proses pengarangan.
2. Kemudian ampas tebu yang telah dikeringkan lalu dipotong kecil dengan
ukuran 2-3 cm dan dibakar untuk mendapatkan arang.
2.3.2 Pembuatan Kompos
1. Wadah disiapkan untuk melakukan proses pengomposan.
2. Arang ampas tebu dicampur dengan sekam dan kotoran kambing secara
merata dengan perbandingan 3:1:1 (Ampas tebu 500 gr : sekam 166,67 gr :
kotoran sapi 166,67 gr ).
3. Ditambahkan EM4 2% sebanyak 100 ml.
4. Kemudian campuran tersebut diaduk hingga semua bahan tercampur rata.
5. Kompos ditutup menggunakan plastik hitam.
6. Kompos dicek suhunya selama 4 hari berturut-turut dengan menggunakan
termometer.
7. Setelah 4 hari pertama, kompos di cek selama 3 hari sekali dan dilakukan
pembalikan setiap 1 minggu sekali sampai kompos tidak berbau dan
berwarna coklat kehitaman serta mudah dihancurkan seperti tanah biasa,
maka kompos dapat digunakan.
8. Kompos dilakukan pengujian kadar air, sebelum fermentasi dan setelah
fermentasi.
9. Kemudian dilakukan juga pengecakan pH, pada awal fermentasi,
pertengahan fermentasi, dan akhir fermentasi.
2.3.3 Proses Pembuatan Larutan EM4 2%
1. Larutan EM4 100% diambil dan dimasukan kedalam gelas ukur sebanyak
2 ml.
2. Kemudian dimasukan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan
aquades sampai tanda batas.
3. Labu ukur dihomogenkan hingga larut.
2.3.4 Kadar Air
1. Cawan dibersihkan dan dioven selama 15 menit dan didinginkan dalam
desikator. Kemudian ditimbang berat cawan kosong dan dicatat sebagai
berat W.
2. Sampel pupuk organik padat ditimbang sebanyak 10 gr didalam cawan
yang telah dikeringkan dan dicatat sebagai berat W1.
3. Kemudian sampel yang didalam cawan dipanaskan dalam oven pada
temperatur 105 0C selama 1 jamdan dimasukan dalam desikator lalu
ditimbang sampai mendapat berat konstan dan dicatat sebagai berat W2.
4. Dihitung kadar air pupuk organik padat dengan rumus :
𝑊1−𝑊2
Kadar Air = 𝑊1−𝑊 X 100%
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
32
31
30
Suhu (0C)
29
28 2%
27
5%
26
25
24
1 2 3 4 7 10 13 15
Waktu Pengomposan (Hari)
5
2%
4
3 5%
2
1
0
32 30 30 28 30 28 27 27
Suhu (0C)
Mutu pupuk organik padat pada umumnya sudah mendekati sifat fisik
bahan kompos. Hal ini ditunjukan dengan bau kompos yang seperti tanah, karena
materi yang dikandungnya sudah menyerupai tanah dan berwarna coklat
kehitaman yang terbentuk akibat pengaruh bahan organik yang sudah stabil.
Karakteristik kompos matang yang diuji berupa pH, kadar air, dan suhu dapat
dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Karakteristik hasil uji pupuk organik padat
Variasi EM4 pH Suhu (0C) Kadar Air
2% 7 30 34,1 %
5% 6 32 31,6 %
SNI 19-7030-
6,8 – 7,49 30 - 37 Max 50%
2004
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sebaiknya sebelum ampas tebu dijadikan arang, ampas tebu dijemur dahulu
sampai benar-benar kering agar kadar air yang diperoleh semakin sedikit.
Kemudian pupuk yang sudah dihasilkan sebaiknya disimpan dalam suhu ruang,
agar pada saat pengukuran suhu tidak terjadi kesalahan, dan suhu yang dihasilkan
juga lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Farida A., Muhammad E. Dan Aga K. 2008. Pembuatan Kompos Dari Ampas
Tahu Dengan Activator Stardec. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya Indonesia
PERHITUNGAN
N1 x V1 = N2 x V2
100 x V1 = 2 x 100 ml
200
V1 = 100= 2 ml
= 42,7 %
Kadar Air Akhir
Berat cawan + sampel sebelum di oven = 70,40 gr
Berat cawan kosong = 60,12 gr
Berat cawan + sampel setelah di oven = 67,12 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 X 100 %
70,40−67,12
= 70,40−60,12 X 100 %
= 31,6 %
2. Konsentrasi 2 %
Kadar Air Awal
Berat cawan + sampel sebelum di oven = 72,21 gr
Berat cawan kosong = 65,18 gr
Berat cawan + sampel setelah di oven = 56,20 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 X 100 %
72,21−65,18
= 72,21−56,20 X 100 %
= 43,9 %
= 34,1 %
LAPORAN SEMENTARA
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT DARI LIMBAH
AMPAS TEBU
= 42,7 %
Kadar Air Akhir
Berat cawan + sampel sebelum di oven = 70,40 gr
Berat cawan kosong = 60,12 gr
Berat cawan + sampel setelah di oven = 67,12 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 X 100 %
70,40−67,12
= 70,40−60,12 X 100 %
= 31,6 %
2. Konsentrasi 2 %
Kadar Air Awal
Berat cawan + sampel sebelum di oven = 72,21 gr
Berat cawan kosong = 65,18 gr
Berat cawan + sampel setelah di oven = 56,20 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 X 100 %
77,10−73,29
= 77,10−65,95 X 100 %
= 34,1
Kadar Air Akhir
Berat cawan + sampel sebelum di oven = 77,10 gr
Berat cawan kosong = 65,95 gr
Berat cawan + sampel setelah di oven = 73,29 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛 X 100 %
77,10−73,29
= 77,10−65,95 X 100 %
= 34,1
Grafik hubungan pH dengan Suhu
10
8
6
pH
4 2%
2 5%
0
32 30 30 28 30 28 27 27
Suhu (0C)
33
32
31
Suhu (0C)
30
29
28 2%
27
26 5%
25
24
1 2 3 4 7 10 13 15
Waktu Pengomposan (Hari)
Sari Wahyuni