Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS TANAH, JARINGAN TANAMAN DAN PUPUK

“Penetapan N, P, dan K pada Jaringan Tanaman dan Pupuk”

OLEH :

HASNITA
D1B116210

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah sebagai salah satu unsur habitat perlu diketahui kapasitas


kemampuannya jika kita hendak melakukan pertanian pada tanah itu. Pada
umumnya tanaman untuk melangsungkan pertumbuhan membutuhkan unsur hara
yang pokok atau yang paling utama dibutuhkan tanaman yaitu N, P dan K. untuk
mengetahui kandungan unsur N, P dan K dalam tanah dapat dilakukan dengan
cara analisis tanah. Salah satu pupuk majemuk yang banyak digunakan adalah
pupuk N, P, dan K. Kelebihan pupuk N, P, dan K yaitu dengan satu kali
pemberian pupuk dapat menambahkan beberapa unsur hara sehingga lebih efisien
dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Penggunaan pupuk
N, P, dan K diharapkan meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di
dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.
Upaya untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah dapat
dilakukan dengan memperbaiki kondisi tanah atau melalui pemupukan, pupuk
adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk
menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman dari tanah. Jadi memupuk
berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun).
Pupuk diberikan ke lahan sebagai sumber hara tanaman untuk memenuhi
kebutuhan tanaman yang tidak mampu dicukupi oleh hara yang secara alamiah
terdapat dalam tanah. Sebagian besar pupuk yang diberikan ke dalam tanah hilang
dari sistem pencucian, aliran permukaan, denitrifikasi dan penguapan serta
sebagai bahan yang mengotori tanah, air, udara dan sumber-sumber alam penting
lainnya.
Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu
memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Struktur tanah yang amat
lepas, seperti tanah berpasir juga dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk,
terutama pupuk organik. Manfaat lain pemberian pupuk adalah mengurangi erosi
pada permukaan tanah. Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah adalah
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Selain menyediakan
unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang
cepat hilang, seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga
dapat memperbaiki keasaman tanah. Atas dasar kandungan unsur hara yang
dikandungnya pupuk terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P
atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih
dari satu unsur hara tanaman, seperti gabungan antara N dan P, N dan K atau N
dan P dan K. Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita lakukan penetapan N, P,
dan K pada pupuk.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, Rumusan dari masalah pada praktikum kali ini yaitu
bagaimana cara penetapan N, P, dan K pada pupuk ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah mahasiswa dapat mengetahui penetapan


N, P, dan K pada pupuk dibuat untuk menstandarisasi pembuatan instruksi kerja
yang berlaku di linkungan laboratorium jurusan ilmu tanah.
Kegunaan dari penelitian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
penetapan N, P, dan K pada pupuk dibuat untuk menstandarisasi pembuatan
instruksi kerja yang berlaku di linkungan laboratorium jurusan ilmu tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Upaya untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah dapat


dilakukan dengan memperbaiki kondisi tanah atau melalui pemupukan. Pupuk
adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk
menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman dari tanah. Jadi memupuk
berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun).
(Hakim et all, 2010).
Manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang
kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Namun secara lebih terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua
macam, yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah.
Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu
memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Struktur tanah yang amat
lepas, seperti tanah berpasir juga dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk,
terutama pupuk organik. Manfaat lain pemberian pupuk adalah mengurangi erosi
pada permukaan tanah (Marsono, 2012).
Selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah
kehilangan unsur hara yang cepat hilang, seperti N, P, dan K yang mudah hilang
oleh penguapan. Pupuk juga dapat memperbaiki keasaman tanah. Atas dasar
kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari pupuk tunggal dan
pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara
tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk
yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman, seperti gabungan antara N
dan P, N dan K atau N dan P dan K (Sabiham et all, 2010).
Kandungan Nitrogen total (N-Total). Terdapat perbedaan nilainya tidak
nyata antara yang tidak diolah dengan yang diolah. Perbedaan nyata terjadi pada
lapisan lahan paling atas (0-20 cm) dan lapisan 40-80 cm, sedangkan pada lapisan
20-40 cm. Berdasarkan uji beda tidak ada perbedaan nyata pada lahan yang tidak
diolah di antara yang di olah. Jumlah nitrogen totl adalah jumlah dari nitrogen
organik. Amonia (NH3 ), dan amonium (NH4 -) dalam analisis kimia tanah, air,
atau air limbah. Untuk menghitung nitrogen total, konsentrsi N-nitrat dan N-nitrit
di tentukan dan ditambahkan ke N-Total. N-Total ditentukan dengan cara yang
sama seperti nitrogen organik (Alhaddad, 2012).
Sumber utama nitrogen untuk tanaman adalah gas nitrogen bebas dari
udara (N2). nitrogen bentuk unsur tidak dapar digunakan oleh tanaman. Ia harus
mengalami beberapa proses dekomposisi hingga akhirnya mampu dimanfaatkan
oleh tanaman. Mikroorganisme tanah seperti Rhizobium, dapat hidup bebas dan
melakukan simbiosis dengan tanaman sehingga membantu ketersediaan, nitrogen
ogen organik seperti asam amino, protein dan, nitrogen anorganik seperti, NH4 +,
NO3 - , NO2 - , N2O, NO, dan N2 (Hardjowigeno, 2011).
Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya
menjadi faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Nitrogen
merupakan bagian utuh dari struktur khlorofil, warna hijau pucat atau kekuningan
disebabkan kekahatan Nitrogen, sebagai bahan dasar DNA dan RNA. Bentuk
NH3 (amoniak) diserap oleh daun dari udara atau dilepas dari daun ke udara,
jumlahnya tergantung kosentrasi di udara. (Ditoapriyanto, 2012).
Penentuan jumlah protein seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari
protein saja yang ditentukan. Akan tetapi teknik ini sangat sulit sekali dilakukan
mengingan kandungan senyawa N lain selain protein dalam bahan juga terikut
dalam analisis ini. Jumlah senyawa ini biasanya sangat kecil yang meliputi urea,
asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin dan pirimidin,
oleh karena itu penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan untuk mewakili
jumlah protein yang ada. Kadar protein yang ditentukan dengan cara ini biasa
disebut sebagai protein kasar atau crade protein. Analisa protein cara Kjeldahl
pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahap yaitu proses destruksi, destilasi dan titrasi
(Hanafiah, 2011).
Fosfor merupakan unsur hara esensiil bagi tanaman. Tidak ada unsur lain
yang dapat menggantikan fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus
mendapatkan unsur hara P secara cukup untuk pertumbuhannya. Fungsi penting
fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan
penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses yang
lainnya. Ketersediaan P dalam tanah bagi tanaman dipengaruhi oleh kemasaman
tanah. Ketersediaan optimum dari unsur hara ini bagi tanaman diperoleh pada Ph
5,5 -7,0. Bentuk ion P yang terdapat dalam tanah tergantung dari pH larutan
tanah, bila tanah bereaksi basa ion HPO42- merupakan ion P yang dominan,
dengan menurunnya pH tanah, bentuk H2PO4- dan HPO42- akan dijumpai dalam
larutan tanah, sedangkan apabila keadaan kemasaman bertambah H2PO4- akan
semakin dominan. Tanaman mengambil fosfor dari dalam larutan tanah dalam
bentuk ortho fosfat primer (H2PO4), mekanismenya melalui proses difusi.
Kecepatan penyediaannya dari tanah ke akar dipengaruhi oleh koefisien difusi,
kosentrasi hara fosfor dalam larutan tanah, dan kapasitas penyangga tanah
(Sudaryono, 2010).
Fosfor merupakan hara makro esensial yang memegang peranan penting
dalam berbagai proses, seperti fotosintesis, asimilasi, dan respirasi. Fosfor
merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa molekul pentransfer
energi ADP, ATP, NAD, NADH, serta senyawa sistem informasi genetik DNA
dan RNA. P berperan dalam pertumbuhan tanaman (batang, akar, ranting, dan
daun). Fosfat dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan sel pada jaringan akar
dan tunas yang sedang tumbuh serta memperkuat batang, sehingga tidak mudah
rebah pada ekosistem alami (Liferdi, 2010).
Ketersediaan fosfor merupakan unsur fosfor yang terdapat di dalam tanah
dalam bentuk tersedia bagi tanaman serta dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk
proses metabolisme. Bentuk P yang terdapat di dalam bahan induk tanah sebelum
pertumbuhan tanaman dan pembentukan tanah pada umumnya sukar tersedia bagi
tanaman. Nilai P tersedia dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat
diekstraksi oleh air dan asam sitrat (Manurung et all., 2015).
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Pospor. Unsur
hara Kalium diserap oleh tanaman dalam jumlah mendekat atau bahkan kadang-
kadang melebihi jumlah Nitrogen. Kalium yang tersedia dalam tanah menempati
1 - 2 % dari seluruh Kalium yang ada. Ketersediaan K diartikan sebagai
ketersediaan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap oleh tanaman.
Dengan demikian Ketersediaan K dalam tanah sangat tergantung pada adanya
penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari
Kaliumnya sendiri (Manurung et all., 2015).
Secara umum kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+, dan
dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk
yang tersedia bagi tanaman biasanya terdapat dalam jumlah yang kecil. Dalam
tanah unsur kalium dapat berasal dari mineral-mineral primer tanah seperti
feldspar, mika dan lain-lainnya serta pupuk buatan (KCl). K biasanya ditemukan
dalam jumlah yang banyak di dalam tanah, tetapi hanya sebagian kecil yang
digunakan oleh tanaman yaitu yang larut dalam air atau yang dapat dipertukarkan
(dalam koloid tanah) (Tufaila et all., 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Alhaddad, M,. 2012. Perubahan Unsur Hara Nitrogen (N) Dan Phospor (P) Tanah
Gambut Di Tanah Gambut Yang Dipengaruhui Lama Pengelolahan Lahan.
Jurnal pedon tripika edisi. Vol, 1 (1) : 1-9.

Ali Hanafiah., Kemas. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Ditoapriyanto.2012.Mengenal Pupuk Tunggal. http://ditoaprianto.blogspot.com/


2012/10/mengenal-pupuk-tunggal-dan-cara.html. Diakses pada September
2014.

Hakim, N., M. Yusuf, A.M. Lubis, S. Gani, Nugroho, M.R. Saul, M. Amin, G.B.
Hong dan H.H. Bailey. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung.

Hardjowigeno., S. 2011. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika


Pressindo : Jakarta.

Liferdi L. 2010. Efek Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Status Hara
pada Bibit Manggis. J. Hort. 20(1):18-26.

Manurung R, Gunawan J, Hazriani R, Suharmoko J. 2015. Pemetaan Status Unsur


Hara N, P Dan K Tanah Pada Perkebunan Kelapa Sawit Di Lahan Gambut.
Jurnal Pedon Tropika. 3(1): 89-96.

Marsono dan Sigit. 2012. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Sabiham S, Supardi G. dan Djokodudardjo S. 2010. Pupuk dan Pemupukan.


Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambangan
Batubara Sangatta. Kalimantan Timur.

Tufaila M, Syamsu A. 2014. Karakteristik Tanah Dan Evaluasi Lahan Untuk


Pengembangan Tanaman Padi Sawah Di Kecamatan Oheo Kabupaten
Konawe Utara. Agriplus, 24(1): 184-194.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas


Pertanian Universitas Halu Oleo pada hari Selasa, 14 Mei 2019 pukul 13:00
WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu neraca analitik,


spektrofotometer UV-Vis, tabung digestion atau blok digestion, Erlenmeyer 50
ml, tabung reaksi, hot plate, pipet volume 10 ml dan 5 ml, pipet volume, SSA,
lemari asap, filter, aluminium foil, wadah, botol gelap alat tulis menulis dan
kamera.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah jaringan tanaman,
pupuk kotoran ayam, larutan asam sulfat pekat (H2SO4) 95-97%, campuran selen
p.a, larutan standar pokok 1.000 ppm N, larutan standar 20 ppm N, deret standar
0-20 ppm N, Larutan na-fenat, larutan sangga tartrat, natrium hipoklorit (NaOCL)
5% dan H2O.

3.3 Prosedur Praktikum

Prosedur kerja pada penelitian ini terbagi menjadi dua cara yaitu cara
destruksi dan cara spektofotometri seperti berikut ini:
3.3.1 Destruksi
3.3.1.1. Menimbang sampel jaringan tanaman sebanyak 0,25 g
3.3.1.2. Memasukkan ke dalam erlenmeyer
3.3.1.3. Menambahkan 3 ml asam sulfat pekat, didestruksi hingga suhu 350oC (3-
4 jam) kemudian menambahkan asam sulfat pekat sebanyak 3 kali
berturut turut kemudian di destruksi kembali hingga ekstrak menjadi
jernih
3.3.1.4. Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar
4 jam)
3.3.1.5. Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan
air bebas ion hingga tepat 50 ml
3.3.1.6. Kocok sampai homogen, biarkan semalam agar partikel mengendap
3.3.1.7. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi atau cara
kolorimetri.
Pengukuran N dengan cara destilasi:
Pindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih
(gunakan air bebas ion dan labu semprot). Tambahkan sedikit serbuk batu didih
dan aquades hingga setengah volume labu. Disiapkan penampung untuk NH3yang
dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% yang ditambah tiga
tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkandengan alat destilasi.
Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih
yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. Didestilasi hingga volume penampung
mencapai 50–75 ml (berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,050 N
hingga warna merah muda. Catat volume titarcontoh (Vc) dan blanko (Vb).

3.3.2 Penetapan N Jaringan Tanaman Dengan Spektrofotometer


3.3.2.1. Pipet ke dalam tabung reaksi masing-masing 2 ml ekstrak dan deret
standar
3.3.2.2. Tambahkan berturut-turut larutan sangga tartrat dan na-fenat masing
masing sebanyak 4 ml, kocok dan biarkan 10 menit
3.3.2.3. Tambahkan 4 ml NaOCl5 %, kocok dan diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 636 nm setelah 10 menit sejak pemberian
pereaksi ini.
Catatan: Warna biru indofenol yang terbentuk kurang stabil. Upayakan agar
diperoleh waktu yang sama antara pemberian pereaksi dan pengukuran
untuk setiap deret standar dan contoh.
Dengan rumus:
Kadar Nitrogen (%)
= ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100/mg contoh xfp x fk
= ppm kurva x 50/1.000 x 100/500 x fp x fk
= ppm kurva x 0,01 x fp x fk
Keterangan:
ppm kurva= kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara
kadarderet standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko
100=konversi ke %
fp=faktor pengenceran (bila ada)
fk=faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air).

3.3.3 Prosedur Penetapan P dan K Jaringan Tanaman


Prosedur penetapan P dan K jaringan tanaman yaitu sebagai berikut:
3.3.3.1. Timbang 0,25 g jaringan tanaman
3.3.3.2. Memasukkan kedalam erlenmeyer
3.3.3.3. Menambahkan laruran asam sulfat pekat lalu kocok dengan mesin kocok
selama 5 jam
3.3.3.4. Masukan ke dalam tabung reaksi dibiarkan semalam
3.3.3.5. Pipet 0,5 ml ekstrak jernih contoh ke dalam tabung reaksi
3.3.3.6. Tambahkan 9,5 ml air bebas ion (pengenceran 20 x) dan dikocok
3.3.3.7. Pipet 2 ml ekstrak contoh encer dan deret standar masing-masing
dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml larutan
pereaksi pewarna P dan dikocok
3.3.3.8. Dibiarkan selama 30 menit, lalu ukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm
3.3.3.9. Untuk kalium, ekstrak contoh encer dan deret standar K diukur langsung
dengan alat SSA secara Emisi.
Dengan Rumus :
Kadar P potensial (mg P2O5100 g-1)
= ppm kurva x (ml ekstrak/1.000 ml) x 100 g (g contoh)-1x fp x (142/190)
xfk
= ppm kurva x 10/1.000 x 100/2 x 20 x 142/190 x fk
= ppm kurva x 10 x 142/190 x fk
Kadar K potensial (mg K2O 100 g-1)
= ppm kurva x 10 x 94/78 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadarderet
standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
fk= faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
fp= faktor pengenceran (20)
142/190= faktor konversi bentuk PO4 menjadi P2O5
94/78= faktor konversi bentuk K menjadi K2O.

3.3.4 Prosedur Penetapan N pada Pupuk Organik Kotoran Kambing


3.3.4.1. Menimbang pupuk sebanyak 0,50 gram
3.3.4.2. Memasukkan kedalam Erlenmeyer
3.3.4.3. Menimbang campuran selen sebanyak 1 gram kemudian dicampurkan
kedalam Erlenmeyer
3.3.4.4. Menambahkan larutan asam sulfat pekat sebanyak 2,5 ml dalam
Erlenmeyer
3.3.4.5. Mendekstruksi larutan tersebut sampai larutan menjadi jernih
3.3.4.6. Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar
4 jam)
3.3.4.7. Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan
air bebas ion hingga tepat 50 ml
3.3.4.8. Kocok sampai homogen, biarkan semalam agar partikel mengendap
3.3.4.9. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi atau cara
kolorimetri
3.3.4.10. Tambahkan 50 ml air bebas ion (pengenceran 20 x) dan dikocok
3.3.4.11. Pipet 2 ml ekstrak contoh encer dan deret standar masing-masing
dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml larutan
pereaksi pewarna P dan dikocok
3.3.4.12. Dibiarkan selama 30 menit, lalu ukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm
3.3.4.13. Untuk penetapan N, ekstrak contoh encer dan deret standar K diukur
langsung dengan alat SSA secara Emisi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1. Hasil penetapan N, P dan K pada jaringan tanaman
No Sampel Tanaman Kadar N-total Kadar P-total Kadar K-total
(%) (%) (%)
1 I B (paku-pakuan) 6.794 0.233 0.468
2 II B (komba-komba) 4.554 0.291 0.757
3 III B (paku-pakuan) 10.107 0.223 0.653
4 IV B (komba-komba) 5.014 0.274 1.397
5 V B (spermatophyte) 15.605 0.025 1.595

Tabel 2. Hasil penetapan N pada pupuk organik kotoran ayam


No Sampel Kadar N-total Kadar P-total Kadar K-total
Pupuk (%) (%) (%)
1 Kotoran Kambing 0.84 - -

4.2 Pembahasan

Pada umumnya tanaman untuk melangsungkan pertumbuhan


membutuhkan unsur hara yang pokok atau yang paling utama dibutuhkan tanaman
yaitu N, P dan K. untuk mengetahui kandungan unsur N, P dan K dalam tanah
dapat dilakukan dengan cara analisis tanah. Salah satu pupuk majemuk yang
banyak digunakan adalah pupuk N, P, dan K. Kelebihan pupuk N, P, dan K yaitu
dengan satu kali pemberian pupuk dapat menambahkan beberapa unsur hara
sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk
tunggal. Penggunaan pupuk N, P, dan K diharapkan meningkatkan kandungan
unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung
oleh tanaman.
Upaya untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah dapat
dilakukan dengan memperbaiki kondisi tanah atau melalui pemupukan. Pupuk
adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk
menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman dari tanah. Jadi memupuk
berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun).
Berdasarkan pada tabel 1. di atas hasil penetapan N, P dan K pada
jaringan tanaman terdapat lima sampel tanaman. Sampel pertama yaitu I B (paku-
pakuan) memiliki kadar N-total yaitu 6.794 (%), kadar P-total yaitu 0.233 (%),
kadar K-total yaitu 0.468 (%). Sampel kedua yaitu II B (komba-komba) memiliki
kadar N-total yaitu 4.554 (%), kadar P-total yaitu 0.291 (%), kadar K-total yaitu
0.757 (%). Sampel ketiga yaitu III B (paku-pakuan) memiliki kadar N-total yaitu
10.107 (%), kadar P-total yaitu 0.223 (%), kadar K-total yaitu 0.653 (%). Sampel
keempat IV B (komba-komba) memiliki kadar N-total yaitu 5.014 (%), kadar P-
total yaitu 0.274 (%), kadar K-total yaitu 1.397 (%). Serta sampel kelima V B
(spermatophyte) memiliki kadar N-total yaitu 15.605 (%), kadar P-total yaitu
0.025 (%), kadar K-total yaitu 1.595 (%). Pada tabel 2. Hasil penetapan N pada
pupuk organik kotoran ayam, memiliki kadar N-total yaitu 10.84 (%), kadar P-
total dan kadar K-total tidak dapat terbaca.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N dalam tanah adalah
iklim dan vegetasi, topografi, dan mineral adalah kegiatan jasad renik, baik yang
hidup bebas maupun yang bersimbiosis dengan tanaman. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan fosfor dalam tanah) adalah : a. Tipe liat Fiksasi P
akan lebih kuat pada liat tipe 1: 1 daripada tipe 2 : 1. Tipe liat 1 : 1 yang banyak
mengandung kaolinit lebih kuat mengikat P. Disamping itu oksida hidrous dari Al
dan Fe pada tipe liat 1 : 1 juga ikut menjerap P. b. Reaksi tanah Ketersediaandan
bentuk-bentuk P di dalam tanah sangat erat hubungannnya dengan kemasaman
(pH) tanah. Faktor dalam yang mempengaruhi kerja kalium adalah kapasitas tukar
kation, dan jenis tanaman. Kapasitas tukar kation yang makin besar meningkatkan
kemampuan tanah untuk menahan K, dengan demikian larutan tanah lambat
melepaskan K dan menurunkan potensi pencucian. Proses tukar kation terjadi di
dalam tanaman, yang merupakan proses pertukaran ion K+, apakah terjadi secara
lambat atau cepat, akan mempengaruhi kerja kalium.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada umumnya tanaman untuk melangsungkan pertumbuhan


membutuhkan unsur hara yang pokok atau yang paling utama dibutuhkan tanaman
yaitu N, P dan K. untuk mengetahui kandungan unsur N, P dan K dalam tanah
dapat dilakukan dengan cara analisis tanah. Berdasarkan pada tabel 1. di atas hasil
penetapan N, P dan K pada jaringan tanaman terdapat lima sampel tanaman.
Sampel pertama yaitu I B (paku-pakuan) memiliki kadar N-total yaitu 6.794 (%),
kadar P-total yaitu 0.233 (%), kadar K-total yaitu 0.468 (%). Sampel kedua yaitu
II B (komba-komba) memiliki kadar N-total yaitu 4.554 (%), kadar P-total yaitu
0.291 (%), kadar K-total yaitu 0.757 (%). Sampel ketiga yaitu III B (paku-pakuan)
memiliki kadar N-total yaitu 10.107 (%), kadar P-total yaitu 0.223 (%), kadar K-
total yaitu 0.653 (%). Sampel keempat IV B (komba-komba) memiliki kadar N-
total yaitu 5.014 (%), kadar P-total yaitu 0.274 (%), kadar K-total yaitu 1.397 (%).
Serta sampel kelima V B (spermatophyte) memiliki kadar N-total yaitu 15.605
(%), kadar P-total yaitu 0.025 (%), kadar K-total yaitu 1.595 (%). Pada tabel 2.
Hasil penetapan N pada pupuk organik kotoran ayam, memiliki kadar N-total
yaitu 10.84 (%), kadar P-total dan kadar K-total tidak dapat terbaca.

2.1 Saran

Saran saya pada praktikum ini yaitu pada saat praktikum berlangsung
diharapkan praktikan dapat lebih memahami lagi materi praktikum yang sedang
berlangsung sehingga tidak terjadi kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai