Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN PH REDOKS,EC DAN EH TANAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

NAMA NIM

1. Lika Ambu 2321015


2. Evantry V. A. Bunga 2321026
3. Fritz Dao Raja 2321048
4. Glen M. J. N. Benyamin 2321047
5. Anjelina P. T. Appu 2321040
6. Andreas M. Kondanamu 2321038
7. Armin Lou Mada 2321036
8. Elvin L. U. Peka 2321043

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN WIRA WACANA SUMBA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena anugrahnya kami
dapat menyelsaikan laporan ini, kami juga sampaikan terimakasih kepada dosen pengampu
matakuliah Dasar Ilmu Tanah dan pada pihak tempat kami ambil refrensi

Laporan ini mebahas tentang penatapan PH,EC dan EH. Oleh karena itu kami berharap
laporan ini dapat bermanfaat kepada masyarakat luas dan bagi pelajar untuk menambah
pengetahuan dan referensi. Dalam pembahasan laporan ini kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk
penyempurnaan laporan ini.

.
DAFTAR ISI

COVER……………………………..................................................................................1

KATA PENGANTAR…………………….......................................................................2

DAFTAR ISI…………………………….........................................................................3

Bab I PENDAHULUAN…………...................................................................................4

1.1 Latar Belakang ………………....................................................................................4


1.2 Tujuan…………………………..................................................................................5

Bab II DASAR TEORI…………………..........................................................................7

Bab III METODE PRAKTIKUM………………………………………………………..9

3.1. Tempat dan waktu pelaksanaan……………………………………………………...9

3.2. Alat dan bahan……………………………………………………………………….9

3.3. Cara kerja…………………………………………………………………………….9

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………..10

4.1. Hasil……………………………………………………………………………..…...10

4.2. Pembahasan………………………………………………………………………..…10

Bab V Penutup…………………………………………………………………………….12

5.1. kesimpulan……………………………………………………………………………12

5.2. Saran…………………………………………………………………………………..12

DAFTAAR PUSTAKA………………………………………………………………....…13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tanah merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan penting
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai
media tumbuh tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan
tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Status kesuburan tanah merupakan
indikator awal yang ingin diketahui petani untuk menilai apakah tanah garapannnya termasuk
subur atau tidak. Status kesuburan tanah ini menjadi tolak ukur awal bagaimana mengetahui
keunggulan dan kelemahan tanah garapan. Indikator sederhana yang digunakan untuk
mengetahui status kesuburan tanah ini adalah dengan mengukur nilai potensial redoks (Eh),
dan kemasaman tanah (pH), tanah. Status Eh dan pH tanah mempengaruhi sifat perilaku
unsur hara dalam tanah. Sehingga ketiga indikator ini menjadi komponen dalam pengukuran
status hara secara cepat di lapangan. (Agustina, 2014) Salah satu sifat kimia tanah yang
terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman.

Tanah mengandung material yang terdiri dari fase gas, cair, dan padatan dan pada awal
pembentukan tanah khususnya tanah material, terjadi proses-proses perunahan material dalam
tanah (Musa, 2011) Akibatnya terjadi keragaman sifat tanah secara alami dari faktor dan
proses pembentukannya mulai dari bahan induk berkembang menjadi tanah pada berbagai
kondisi alam (Diwiganda, 1998) Dan secara umum sifat-sifat tanah dapat dibedakan atas sifat
fisik, sifat kimia dan sifat biologi dan di antaranya saling berkaitan satu sama lain.

Keasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan
ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua
pembentukkan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran
satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati keseimbangan dan
setelah itu baru diukur pH suspensi tanah (Poerwowidodo, 1991).

Kemasaman pH tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H dan dinyatakan


sebagai -log 10 (H'). Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau konsentrasi H ini berarti
setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari kemasaman atau
kebasaan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai H aktif
sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai 7,0. Sebagian besar tanah-
tanah produktif, mulai dari hutan humid dan sub humid hingga padang rumput di semiarid
mempunyai pH bervariasi antara 4,0 hingga 8,0. Nilai di atas atau di bawah variasi tersebut
disebabkan oleh garam Na dan Ca atau ion H dan Al" dalam larutan tanah (Brady, 1990).

Dalam tanah terdapat garam-garam terlarut yang dapat berfungsi sebagai penghantar
listrik. Jumlah da ya elektron sebanding dengan garam yang ada. Pengukur hantaran
(konduktivitas) listrik tersebut merupakan indikasi konsentrasi senyawa-senyawa yang
terionisasi dengan tingkat ketelitian tinggi. Penetapan DHL, tanah dilaksanakan berdasarkan
tahanan listrik antara elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan yang terletak diantara

elektrode bertindak sebagai penghantar listrik, dan hukum fisika yang berhubungan dengan
hambatan dapat diterapkan. Konduktivitas larutan dinyatakan dalam satuan mili atau mikro
per cm (ms cm-1 atau us em-1.

Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan kuantitas elektron dalam
suatu sistem (Syekhfani, 2014a). Oksidasi-reduksi merupakan reaksi pemindahan elektron
dari donor elektron kepada aseptor elektron. Donor elektron akan teroksidasi karena
pelepasan elektron, sedangkan aseptor elektron akan terduksi karena penambahan elektron.
Proses ini berlangsung secara simultan, sehingga sering disebut sebagai reaksi redoks
(Kyuma 2004a). Potenisial redoks juga dipengaruhi oleh aktivitas mikro organisme, dimana
menurut Yoshida (1978), aktivitas mikro organisme tidak hanya mempengaruhi proses
transformasi senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi
kemasaman dan potensial redoks tanah. Nilai Eh merupakan penciri paling penting dalam
evaluasi status unsur dalam tanah. Berdasar pada hubungan antara sifat-sifat tanah dan
pertumbuhan tanaman, maka status redoks dikelaskan ke dalam empat kategori: oksidasi,
reduksi lemah, reduksi sedang, dan reduksi kuat. Tanah PMK adalah tanah yang mempunyai
perkembangan profil, konsistensi teguh, bereaksi masam, dengan tingkat kejenuhan basa
rendah. Podsolik merupakan segolongan tanah yang mengalami perkembangn profil dengan
batas horizon yang jelas, berwarna merah hingga kuning dengan kedalaman satu hingga dua
meter. Tanah ini memiliki konsistensi yang teguh sampai gembur (makin ke bawah makin
teguh), permeabilitas lambat sampai sedang, struktur gumpal pada horizon B (makin
kebawah makin pejal), tekstur beragam dan agregat berselaput liat. Di samping itu sering
dijumpai konkresi besi dan kerikil kuarsa (Indrihastuti, 2004). Di Indonesia, tanah ini
umumnya berkembang dari bahan induk tua dan banyak ditemukan di daerah dengan bahan
induk batuan liat(Hardjowigeno, 1993).

1.2 Tujuan
Pembuatan laporan praktikum penetapan PH,EC dan EH bertujuan untuk mengetahui tingkat
PH,EC dan EH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah, serta mengetahui faktor – faktor
yang mempengaruhi reaksi tanah (PH),(EC) dan potensi redoks (EH).
BAB II

DASAR TEORI

PH tanah adalah ukuran keasaman atau kebasaan suatu tanah. PH tanah merupakan
karakteristik utama yang dapat digunakan untuk membuat analisis informatif baik secara
kualitatif maupun kuantitatif mengenai karakteristik tanah. pH didefinisikan sebagai
logaritma negatif dari aktivitas ion hidronium dalam suatu larutan.

Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan kuantitas elektron dalam suatu
sistem (Syekhfani, 2014a). Oksidasi-reduksi merupakan reaksi pemindahan elektron dari
donor elektron kepada aseptor elektron. Donor elektron akan teroksidasi karena pembukaan
elektron, sedangkan aseptor elektron akan terduksi karena penambahan elektron. Proses ini
berlangsung secara simultan, sehingga sering disebut sebagai reaksi redoks (Kyuma
2004a). Potensi redoks juga dipengaruhi oleh aktivitas mikro organisme, dimana menurut
Yoshida (1978), aktivitas mikro organisme tidak hanya mempengaruhi proses transformasi
senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensi
redoks tanah.

Potensial redoks (Eh) adalah potensial elektroda standar sel-paruh diukur terhadap suatu
elektroda penunjuk standar, yaitu elektroda hidrogen. Sedangkan E0 adalah suatu tetapan,
yang disebut potensial redoks baku dari sistem, dan RT/F=0.0592 pada 25o C. Jika aktivitas
dari spesies-spesies teroksidasi dan tereduksi sama dengan satu, rasio tersebut menjadi = 1,
dan nilai log-nya = 0, maka Eh = E0. Oleh karena itu, potensial redoks baku didefinisikan
sebagai potensial redoks dari sistem dengan aktivitas spesies teroksidasi dan tereduksi sama
dengan satu (Tan 1982). engukuran Eh pada tanah-tanah reduktif memiliki beberapa
keterbatasan. Sistem tanah sangat heterogen dan sulit untuk memperoleh potensial
keseimbangan yang tepat. Selain itu, beberapa pasangan redoks yang penting, seperti
NO3-/NH4+, SO42-/S2-, CO2/CH4, dan pasangan redoks organik, tidak bersifat elektroaktif,
tetapi dapat mengganggu pengukuran Eh dengan menghasilkan potensial campuran (Kyuma
2004a). Menurut Stumm dan Morgan (1970) dalam Kyuma (2004a), pengukuran Eh hanya
dapat dilakukan dengan tepat untuk pasangan Fe3+/Fe2+ dan Mn4+/Mn2+ dengan kadar
lebih tinggi dari 10-5 M dalam air alami. Menurut Lindsay (1979), elektroda platina biasa
digunakan untuk pengukuran potensial redoks dalam tanah. Akan tetapi, elektroda tersebut
tidak berfungsi dengan baik pada tanah yang berada pada kondisi oksidatif. Reaksi redoks
terjadi pada hampir semua tanah. Biasanya, reaksi oksidasi berkaitan dengan kondisi tanah
berdrainase baik, sedangkan proses reduksi berkaitan dengan kondisi tanah berdrainase buruk
atau apabila terdapat air berlebih. Kondisi redoks tanah mempengaruhi stabilitas senyawa-
senyawa besi dan mangan. Nilai Eh merupakan penciri paling penting dalam evaluasi status
unsur dalam tanah.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan praktikum ini pada hari selasa, 29 November 2022 pukul 09:00-
selesai. Tempat pelaksanaan praktikum di laboratorium Universitas Kristen Wira
Wacana Sumba

3.2. Alat dan Bahan

1. PH meter, untuk mengukur derajat kemasaman dan nilai EH


2. Gelas ukur 100 ml
3. Timbangan analitik
4. Tanah 10 gr
5. Aquades 20 ml
6. EC meter,untuk mengukur nilai EC.

3.3. Cara kerja

1. Siapkan contoh tanah kering yang sudah di saring dan aquades dengan perbandingan
volume per volume sebesar 1:2,

2. Timbang tanah 10 gr

3. Masukan tanah pada gelas ukur, tambahkan Aquades 20ml.

4. Kocok larutan tanah dengan cara di ayunkan menggunakan tangan sebanyak 15 kali

5. Ukur PH dan EH dengan menggunakna PH dan EH meter, sedangkan EC


menggunakan voltmeter. Celupkan electrode ke dalam larutan tanah dan tunggu sampai
alat menunjukkan nilai konstan dari pH,EH, dan EC.

6. catat hasil pengukuran pH,EH dan EC.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil pengukuran kami dapat di lihat pada table di bawah ini :

Kode tanah EH ( mV) PH EC ( mS)


3 35,4 7,76 361

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa contoh tanah nomor 3 memiliki nilai
potensial redoks 35,6 mV, tingkat kebasaan 7,76, dan konduktivitas listrik sebesar 361 mS.
Secara berurutan nilai potensial redoks, tingkat kebasaan, dan konduktivitas listrik termasuk
dalam kelas agak rendah (Liu, 1985 dalam Syekhfani, 2014a), netral, dan rendah (Syekhfani,
2013). Sehingga, status kesuburan dari contoh tanah yang diukur adalah baik.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan sampel tanah di laboratorium tanah bersifat masam. Hal ini
ditunjukkan dengan pH sampel tanah >7,0. Sampel tanah tersebut memiliki pH sebesar 7,76.

Tanah basa adalah tanah yang memiliki nilai lebih dari 7,0 baik berupa lahan kering maupun
lahan basah. Kebasaan tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hydrogen di tanah
tersebut. Bila kepekatan ion hydrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi
asam, sebaliknya bila kepekatan hydrogen terlalu rendah maka tanah akan bereaksi basa.

Tanah bereaksi basa (pH tinggi) adalah tanah yang kekurangan aluminium ( AI), sulfur (S)
dan proses dekomposisi bahan organik.

Berdasarkan hasil pengamatan sampel tanah di laboratorium, nilai Eh tanah bernilai positif
yaitu 35,6. Nilai redoks potensial positif menunjukkan terjadinya reaksi oksidasi.

Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan kuantitas elektron dalam suatu
sistem. Oksidasi-reduksi merupakan reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada
aseptor elektron. Donor elektron akan teroksidasi karena pelepasan elektron, sedangkan
aseptor elektron akan terduksi karena penambahan elektron.
Proses ini berlangsung secara simultan, sehingga sering disebut sebagai reaksi redoks.
Potenisial redoks juga dipengaruhi oleh aktivitas mikro organisme, dimana menurut Yoshida
(1978), aktivitas mikro organisme tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-
senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial redoks
tanah
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan sampel tanah di laboratorium tanah bersifat masam. Hal ini
ditunjukkan dengan pH sampel tanah yang lebih dari 7,0. Sampel tanah tersebut memiliki pH
sebesar 7,76. Dengan demikian, reaksi tanah (pH) sampel adalah basa.

Berdasarkan hasil pengamatan sampel tanah di laboratorium, nilai Eh tanah bernilai positif
yaitu 35,6. Nilai redoks potensial positif menunjukkan terjadinya reaksi oksidasi.

4.2. Saran

Seharusnya dalam praktikum PH redoks harus mempersiapkan alat-alat yang dalam


pengukurannya tidak terjadi kesalahan, supaya dapat menghitung nilai PH dengan benar dan
akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anisa Yohana Indriyani.eh – ph dan SISTEM TANAH – TANAMAN –


MIKROORGANISME.2008-2022. ResearchGate GmbH.

Widowati. L.R., D. Nursyasmi,j, sri Adiningsih 1997. Perubahan sifat kimia tanah dan
pertumbuhan tanaman padi pada lahan sawah bari di rumah kaca. Jurnal Tanah dan Iklim
15:50-60.

Anda mungkin juga menyukai