Anda di halaman 1dari 11

lOMoARcPSD|16444168

kimia tanah PH EC EH

Kimia Tanah (Universitas Andalas)

Scan to open on Studocu

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA TANAH

“PH,EC,dan EH”

OLEH :

Nama : Hesty Apresa

No Bp : 2010232008

Kelas : Kimia Tanah D

Kelompok : Kelompok Dua

Dosen Pengampu Praktikum :

Dr. Mimien Harianti S.P, M.P.

Asisten :

M. Aknil Sefano 1810232008

Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian

Universitas Andalas

2022

BAB I

PENDAHULUAN

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

A. LATAR BELAKANG

Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan tanah,


yang dinyatakan sebagai –log[H+] dan –log[OH-]. Dapat dikatakan pH
adalah derajat keasaman, keasaman tanah dibedakan atas asam, netral, dan
basa. Ion H+ dihasilkan oleh kelompok organik yang dibedakan atas
kelompok karboksil dan kelompok fenol. Makin tinggi konsentrasi ion H,
makin rendah –log [H+] atau pH tanah, dan makin asam reaksi tanah.
Reaksi tanah yang masam menjadi masalah di Indonesia, kemasaman
tanah bagi keasaman aktif dan keasaman potensial. Kemasaman aktif
disebabkan oleh ion Al dan H pada kompleks jerapan. Nilai kemasaman
potensial dengan larutan 1 Na Cl (Hanafiah,2003).

Konduktivitas listrik (EC) digunakan untuk mengetahui tingkat kegaraman


yang ada dalam tanah. Konduktivitas Listrik (EC), adalah fenomena aliran
listrik berasal dari muatan partikel (ion, koloid) yang membentuk kekuatan
medan listrik (Syekhfani, 2014c). Komponen padatan dan cairan tanah,
yang terdiri dari senyawa dan unsur mengandung ion (kation, anion)
bermuatan positif (+) dan negatif (-); saat terjadi aliran listrik dari + ke –
melalui media cair, akan muncul daya medan listrik yang berpengaruh
terhadap mobilitas ion/koloid yang merupakan sumber unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman.

Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan kuantitas


elektron dalam suatu sistem (Syekhfani, 2014a). Oksidasi-reduksi
merupakan reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Donor elektron akan teroksidasi karena pelepasan elektron,
sedangkan aseptor elektron akan terduksi karena penambahan elektron.
Proses ini berlangsung secara simultan, sehingga sering disebut sebagai
reaksi redoks (Kyuma 2004a). Potenisial redoks juga dipengaruhi oleh
aktivitas mikro organisme, dimana menurut Yoshida (1978), aktivitas
mikro organisme tidak hanya mempengaruhi proses transformasi
senyawasenyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi
kemasaman dan potensial redoks tanah.

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui bagaimana
cara mencari pH, EC, dan EH didalam tanah, serta mengetahui bagaimana
cara penggunaan alat untuk mencari pH, EC, dan EH.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

Skala pengukuran pH menunjukkan tingkat kemasaman dan kebasaan. Larutan


tanah tidak sepenuhnya memiliki pH “netral”, dimana konsentrasi H + tidak
sepenuhnya nol, karena air memiliki sedikit ion-ion bermuatan.
Kemasaman tanah ditunjukkan dalam reaksi :

H2O ↔ H+ + OH–

Tanah-tanah di daerah basah dengan drainase baik cenderung bersifat


masam dan pH rendah. Tanah-tanah tegalan berdrainase baik biasanya
bersifat lebih masam daripada di dataran atau lembah karena pencucian
basa-basa lebih intensif (Syekhfani, 2014b).

pH tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk lima faktor


pembentuk tanah ditambah musim tanam, pola tanam, contoh tanah
horizon, kadar air data waktu pengambilan contoh tanah dan cara
penentuan pH. Vegetasi mempengaruhi pH tanah secara kompleks karena
vegetasi menghasilkan bahan organik dan mempengaruhi pencucian Troeh
dan Thompson (2005).

Bahan organik yang terdekomposisi akan menghasilkan asam organik yang


meningkatkan kapasitas tukar kation, namun menurunkan kejenuhan basa
dan pH. Basa-basa yang dihasilkan dari bahan organik dan dari pelapukan
mineral tanah akan diserap oleh akar dan kombinasi dasar kation lainnya
akan melepaskan ion H+ dari akar sehingga menurunkan pH di daerah
perakaran. Proses pencucian dapat pula menurunkan tingkat kemasaman
tanah yang dipengaruhi oleh pertumbuhan tanah dan iklim. Akar-akar
tanaman yang telah tumbuh besar akan meningkatkan porositas tanah dan
dengan adanya curah hujan yang tinggi akan mempercepat proses
pencucian. Proses pencucian terjadi dengan adanya basa-basa dalam tanah
yang hilang sehingga menurunkan pH tanah.

Reaksi tanah atau kemasaman tanah, dengan simbol pH, merupakan


logaritma negatif kepekatan ion-ion H+ dalam gram per liter. Bila
kepekatan ion H+ dinyatakan sebagai CH+, maka pH = -log10CH+.
Pada kepekatan H+ larutan 10-2 (1/100) gram ion per liter, nilai pH =
log10 10-2(1/100)=2. Air murni tidak masam ataupun alkalin mengandung
ion H+ dan OH– sama. Dalam larutan netral CH+ = COH+10-7; pH = 7.0.
Kelebihan H+ menandai tingkat kemasaman dan OH– tingkat kealkalian.
Dalam larutan air murni, kepekatan ion H+ dan OH– adalah 10-14.
Sebagai contoh COH– = 10-5, maka CH+ = 10-14/ 10-5 = 10-9 dan pH =
9.Tanah-tanah di daerah basah dengan drainase baik cenderung bersifat
masam dan pH rendah.

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

Electrical Conductivty (EC) adalah kemampuan untuk menghantarkan


listrik dari ion-ion yang terkandung di dalam tanah. EC merupakan
parameter yang menunjukkan konsentrasi ion- ion yang terlarut, jika ion
yang terlarut banyak maka semakin tinggi nilai EC. Tinggi rendahnya nilai
EC mempengaruhi metabolisme tanaman, aktivitas enzim dan potensi
penyerapan ion-ion larutan oleh akar tanaman.

Umumnya, tingkat kegaraman dalam tanah yang tinggi terjadi pada tanah
dalam wilayah arid dan seminaris, dimana curah hujan tahunan lebih
rendah daripada tingkat evapotranspirasi. Selain pada lahan arid dan
semiarid, praktek pengelolaan lahan dengan sistem irigasi juga memicu
terjadinya peningkatan kadar garam dalam tanah. Bohn, McNeal dan
O’Connor (2001) menjelaskan bahwa terdapat tiga sumberdaya alam yang
mempengaruhi kadar salinitas tanah, yaitu pelapukan bahan mineral, curah
hujan dan garam-garam dari fosil, selain itu aktivitas manusia yang
menambahkan garam melalui irigasi dan limbah industri di daerah salin
juga berkontribusi terhadap kadar salinitas tanah. Sumber garam dalam
tanah paling besar berasal dari batuan yang tersingkap dan kerak bumi,
dimana garam telah dilepaskan selama proses pelapukan kimiawi dan fisik.
Pada daerah humid, larutan garam dalam profil tanah dibawa ke lapisan
tanah bawah melalui proses perkolasi air hujan dan dialirkan ke lautan.
Pada daerah arid, pencucian terjadi secara lokal. Garam cenderung
menumpuk karena tingkat curah hujan yang rendah, laju evaporasi dan
transpirasi tanaman tinggi.

keseimbangan redoks biasanya dinyatakan dengan konsep potensial redoks


(Eh). Secara umum, reaksi sel-paruh dari suatu sistem oksidasi-reduksi
dapat digambarkan sebagai berikut:

Bentuk teroksidasi + ne - ↔ Bentuk tereduksi

Oksidasi-reduksi merupakan reaksi pemindahan elektron dari donor


elektron kepada aseptor elektron. Reaksi ini terjadi silih berganti antara
reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi Tanah (pH) adalah menunjukkan
sifat kemasaman atau alkalinitas tanah, banyaknya konsentrasi ion H+
dalam tanah. Selain H+, ada ion OH- dalam tanah dalam jumlah terbalik
dengan H+.Tanah masam mengandung H+ lebih tinggi dibandingkan
OHdan sebaliknya.(Cyio, 2008)
BAB III

METODOLOGI

A. WAKTU DAN TEMPAT

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

Praktikum mata kuliah kimia tanah dilaksanakan pada 14 Maret 2020 pada
jam 16.00 sampai dengan 17.00 WIB, dilaksanakan pada labor kimia
tanah,jurusan tanah, fakultas pertanian, universitas andalas.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
Alat :
• Botol film 3 buah
• Kertas label
• Ayakan
• Tabung ukur
• Gelas ukur
• Timbangan digital
• Mesin shaker  Elektrometrik Bahan :

• Tanah entisols,oxisols,histosol,inseptisols sebanyak 30 gr


• Aquades sebanyak 25ml, 40ml, 50ml

C. METODE
Metode yang diguanakan pada praktikum ini adalah metode
elektrometri, Metode analisis elektrometri meliputi hubungan antara reaksi
kimia dan energi listrik yang digunakan dalam analisis.

D. CARA KERJA
1. Siapkan tanah yang akan dianalisis tanah sebelumnya sudah diayak dan
dikering anginkan selama kuranng lebih 2x24 jam
2. Perbandingan yang digunakan adalah perbandingan ,1:2,5 1:4 1:5
3. Siapkan aquades sebanyak 25ml untuk perbandingan 1:25, 40ml untuk
perbandingan 1:4, 50ml untuk perbandingan 1:5.
4. Timbang tanah sebanyak 10gr untuk setiap perbandingan.
5. Campurkan 10gr tanah dengan aquades berdasarkan perbandingan tadi
6. Shake/kocok dengan mesin shake selama 30 menit dengan kecepatan
250 rpm.
7. Setelah selesai di shake dengan mesin shaker diamkan selama 15 menit
8. Ukur Ph,Ec,Eh suspensi menggunakan elektrometrik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

N JENIS pH Ec
TANAH
O 1: 1: 4 1:5 1:2,5 1:4 1:5

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

2,5
1 Entisol 1 5,84 6,28 6,35 26,4 34,5 31,8
2 Entisol 2 5,76 5,89 5,98 27,6 28,5 29,3
3 Oxisol 3 5,61 5,60 5,69 0 0 0
4 Oxisol 4 5,56 5,58 5,69 0 0 0
5 Histosol 5 6,07 6,10 6,10 30,8 31,3 31,4
6 Histosol 6 5,93 6,98 6,47 26,3 26,1 26,3
7 Inseptisol 5,26 - - 29,1 - -

DIAGRAM HASIL

B. PEMBAHASAN
Pada uji pH, Ec dan Eh praktikum ini didapatkan hasil bahwa tanah
entisol, oxisol, histosol, dan inseptisol memiliki pH yang asam
dimana pada semua ulangan pH tanah berada dalam rentang pH 5-6,
hal ini menunjukan bahwa semua tanah yang dianalisis memiliki
kepekaan ion hidrogen yang tinggi, biasanya tanah yang memiliki
pH asam disebabkan karena kekurangan Kalsium (CaO) dan
Magnesium (MgO) yang disebabkan oleh curah hujan tinggi, pupuk
pembentuk asam, drainase yang kurang baik adanya unsur yang
berlebihan seperti Al, Fe, dan Cu, serta poses dekomposisi bahan
organik.
Pada tanah entisol kelompok 2 didapatkan pH dengan data
perbandingan 1: 2,5= 5,76 1: 4=5,89 1:5=5,98 dan nilai Ec 1: 2,5=
27,6 1: 4=28,5 1:5=29,3. Hal ini menunjukan bahwa semakin
banyak pelarut/ Aquades yang dicampurkan kedalam tanah semakin
meningkat pH tanah tersebut karena H20 dapat mendeteksi asam
aktif didalam tanah. Hal ini juga berkaitan dengan Ec tanah yang
didapatkan Ec semakin meningkat karena semakin tinggi pH tanah

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

semakin kuat mengantarkan listrik jadi hubungan pH dan Ec yang


didapatkan dari data tanah Entisol adalah berbanding lurus
sedangkan dengan Eh semakin banyak elektron tanah tersebut
semakin bagus mengantarkan listrik (reduktif).

Sedangkan pada tanah Oxisol didaptkan kenaikan pH disetiap


penambahan aquades tetapi Ec yang didapatkan adalah 0 hal ini
terjadi karena tanah oxisol rendah terhadap kapasitas tukar kation.
Pada tanah Histosol didapatkan data bahwa pH cenderung
naik,sedangkan nilai Ec pada pada tanah Histosol tinggi, artinya
tanah histosol adalah tanah yang reduktif karena terasosiasi oleh
asam organik.

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah
1. pH tanah entisols,oxisol, histosol dan inseptisol adalah asam
2. Semakin banyak pelarut atau aquades yang diberikan semakin
meningkat pH di dalam tanah hal ini karena H20 mampu mendeteksi
asam aktif yang berada di dalam tanah.
3. Tanah Histosol memiliki Ec yang tinggi dibandingkan dengan tanah
lainnya, tanah histosol termasuk kedalam tanah yang reduktif karena
terasosiasi asam organik.
4. Pada Tanah entisol semakin tinggi pH semakin tinggi pula Ec yang
didapatkan
5. Pada Tanah Oxisol Ec yang didapatkan adalah 0 karena tanah Oxisol
rendah terhadap kadar kapasitas tukar kation.

B. SARAN
Saran dari praktikum ini adalah
1. Praktikan harus lebih hati hati dalam menganalisis
2. Pekerjaan harus dilakukan dengan serius
3. Alat yang digunakan sebaiknya dapat menampilkan semua data yang
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Bohn, H.L., McNeal, B.L., dan O’Connor, G.A. 2001. Soil Chemistry.
Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Cyio MB. 2008. Efaktivitas bahan orgnaik dan tinggi genangan terhadap
perubahan Eh,pH dan status Fe, P, Al terlarut pada tanah ultisol,J.
Agroland.15: 257-263.

Hanafiah, K.A. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Unsri : Diktat Kuliah


Jurusan Ilmu Tanah.

Kyuma, K. 2004a. Paddy Soil Science. Kyoto University Press and Trans
Pasific Press, Tokyo and Melbourne.

Syekhfani. 2013. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah. Leaflet. Jurusan


Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Diunduh dari :
http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/10/Kriteria-
SifatKesuburan-Tanah.pdf. Tanggal akses : 20 Maret 2022.

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)


lOMoARcPSD|16444168

Troeh, F.R. dan Thompson, L.M. 2005. Soils and Soil Fertility. Sixth
Edition. Blackwell Publishing. Iowa, USA.

Yoshida, T. 1978. Mictobial Metabolism In Rice Soil. In : E. A. Paul and


A.D Maclaen (eds). Soil and Rice. Los Banos, Laguna : The
Internasional Rice Institute. 445-465p.

Downloaded by Dhedhe komvecta (dhedhekomvecta@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai