Pembahasan
1. Sifat Kimia Tanah Latosol
a. Penetapan Ph
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit
tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Reaksi tanah dapat dirumuskan dengan pH = - Log
[H⁺]. Penetapan pH pada prsktikum kali ini menggunakan metode pH
meter atau menggunakan kertas lakmus.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh data bahwa nilai pH H 2 O 6,7 berharkat
netral, pH KCl 6,4 dengan harkat agak masam, dan pH NaF 10,6 yang
berharkat mengandung amorf dengan kadar sedang sampai cukup. Hal
ini dikarenakan lokasi pengambilan sampel tanah latosol ini
merupakan daerah dengan bahan induk tufa volkan yang mengalami
pelapukan yang belanjut sehingga menghasilkan tingkat keamorfan
tanah dengan kadar sedang hingga sukup. Selain itu, tingkat keamorfan
ini dan pelapukan yang terus berlanjut menyebabkan pH tanah yang
dihasilkan netral sedikit masam.
b. Penetapan Redoks Potensial
Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan
kuantitas elektron dalam suatu system. Oksidasi-reduksi merupakan
reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Penetapan redoks potensial pada praktikum ini menggunakan
alat Eh meter dalam penghitungannya.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai redoks potensial sebesar 221 m
Volt dengan harkat tereduksi sedang. Hal ini sesuai dengan teori
dikarenakan tanah Latosol memiliki tekstur lempung hingga geluh
serta memiliki struktur remah hingga gumpal Sehingga menyebabkan
tanah ini memiliki kemampuan dalam menyerap air yang sangat baik.
Dan mengakibatkan sistem drainase tanah ini menjadi kurang baik.
Karena drainase yang kurang baik mengakibatkan nilai Eh pada tanah
latosol menjadi rendah karena tanah ini mengalami reduksi.
c. Penetapan DHL
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat
dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Penetapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara
elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan
yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik,
dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat
diterapkan. Perhitungan pada praktikum penetapan daya hantar listrik
menggunakan alat yaitu Ec meter atau potensiometrik.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai DHL tsebesar 0,51456 dengan
harkat bebas garam. Hal ini dikarenakan tanah latosol memiliki
kandungan garam yang sangat sedikit, cepat hilangnya kandungan
garam yang ada didalam tanah, dan memiliki daya hantar listrik yang
tergolong rendah. Selain itu pH tanah latosol yaitu 6,7 atau mendekati
netral, sehingga pH tanah latosol menentukan nilai DHL nya.
d. Penetapan Bahan Organik
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi. Metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar bahan organik tanah di
laboratorium adalah metode Walkley and Black.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh kadar C-Organik tanah latosol sebesar
11,89 % dengan harkat sangat tinggi dan kadar bahan organik sebesar
19,1189 % dengan harkat tinggi. Hal ini dikarenakan tanah latosol
merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk yang berasal dari
bahan vulkanik yang telah mengalami pelapukan dan perkembangan
lebih lanjut sehingga memiliki kandungan liat tinggi yang didominasi
oleh fraksi liat kaolinit dengan tipe lempung 1:1, sehingga latosol
dapat mengikat air dan menyimpan bahan organik dalam tanah secara
efektif.
e. Penetapan N-Tersedia
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat
besar peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sumber utama nitrogen dalam tanah adalah bahan organik, air hujan,
hasil fiksasi N- simbiotik/non simbiotik, gunung berapi dan pupuk
buatan. Tanaman umumnya menyerap dalam bentuk senyawa
anorganik ( NH 4+ ¿¿, NO 2−¿ ¿, NO 3−¿ ¿). Metode yang digunakan pada
penetan N-tersedia yaitu metode kjeldahl.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol, diperoleh nilai persen N-tersedia sebesar
0,0016% dan termasuk harkat sangat rendah.. Hal ini dikarenakan
tanah latosol merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif dan
sangat mudah tercuci, sehingga terjadi pelindian kation-kation hara
dan bahan organik yang menjadikan tanah ini mempunyai kapasitas
tukar kation dan kandungan hara yang rendah.
f. Penetapan Phosfor
Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P
seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Kandungan P-tersedia
pada tanah latosol dapat diketahui dengan menggunakan metode Bray,
Birham, dan KPPT. Pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) menggunakan pengekstrak 0,1 N HCl dan 0,03 N H 4 F,
sedangkan pada metode Birham menggunakan pengekstrak air.
Pengekstrak yang bersifat asam menyebabkan metode Bray lebih
cocok untuk digunakan daripada metode Olsen karena metode Bray
lebih spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat
digunakan untuk tanah asam dan basa.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai kadar P-tersedia menggunakan
metode Bray yaitu sebesar 2,259 ppm dengan harkat sangat rendah,
menggunakan metode Birham yaitu sebesar 3,9497 ppm dengan harkat
sangat rendah pula, dan kemampuan penyematan P tanah (KPPT) yaitu
sebesar 12,4906 ppm dengan harkat rendah. Perbedaan dari ketiga
metode ini disebabkan karena pengaruh dari masing-masing
pengekstrak yang digunakan oleh setiap metode. Larutan pengekstrak
yang digunakan pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) sama, namun pada kedua metode tersebut menghasilkan
kadar P-tersedia dalam tanah latosol yang sangat berbeda. Hal tersebut
disebabkan karena konsentrasi larutan P standarnya berbeda. Pada
metode Bray, konsentrasi larutan P standar yang digunakan yaitu
sebesar 50 ppm dan 5 ppm. Sedangkan pada kemampuan penyematan
P tanah (KPPT), konsentrasi larutan P standar yang digunakan yaitu
sebesar 100 ppm dan 20 ppm.
Pengekstrak NH 4 F dan HCl serta larutan P standar yang
ditambahkan pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT) akan lebih
menaikkan pH tanah yang menyebabkan konsentrasi OH- (hidroksil)
juga naik dan bersaing dalam pertukaran ion. Kemampuan penyematan
P tanah (KPPT) dapat digunakan pada tanah masam dan basa,
sehingga ketiga bentuk ion fosfor yang siap untuk diambil tanaman
tersebut dapat terbaca. Sedangkan, pengekstrak NH4F dan HCl serta
larutan P standar yang ditambahkan pada metode Bray menyebabkan
pH tanah menurun dan kadar P-tersedia yang terbaca tidak sebesar
pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT). Hasil ini tidak dapat
dijadikan sebagai tolak ukur mengingat kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) lebih efektif dalam menentukan P-tersedia daripada
metode Olsen untuk sampel tanah ini. Pengaruh gangguan dari
parameter lain menyebabkan hasil dari ketiga metode belum bisa
dijadikan perbandingan efektivitas penentuan P-tersedia
g. Penetapan K Tersedia
Kalium (K) ialah salah satu unsur hara makro yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium mempunyai peran
sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman.
Ketersediaan K di dalam tanah tergantung kepada proses dan dinamika
kalium dalam tanah terutama proses jerapan dan pelepasan. Mineral-
mineral primer sebagai sumber utama kalium adalah mineral biotit¿,
muskovit H 2 KaI ¿ dan felspart KAl Si 3 O 8. Pada penetapan K tersedia
menggunakan metode Flame photometer. Cara kerja flame photometer
adalah sampel yang diinjeksikan mengalir melalui pipa kapiler
dinebulasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporasi,
dan atomisasi dalam nyala api.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai K tersedia sebesar 0,1416 me %
dengan harkat rendah. Hal ini dikarenakan tanah latosol merupakan
tanah yang mengalami pelapukan dan pencucian intensif serta tanah
latosol memiliki tekstur lempung berpasir ditambah dengan lokasi
pengambilan sampel yang terletak dikawasan gunung api
mengakibatkan adanya tambahan material baru berupa pasir yang
didominasi pori makro dengan luas permukaan yang kecil sehingga
daya jerapnya rendah sehingga KPK tergolong sedang yang
mengakiatkan K-tersedia rendah yang selain itu tanah latosol memilki
kadar bahan organik yang rendah dan sifat liat-hidro-oksida yang
mengakibatkan kapasitas tukar kation rendah sehingga ketersediaan
kalium rendah.
h. Penetapan Na
Natrium merupakan salah satu unsur hara mikro pembangun
(fakultatif) yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
dapat menjadi unsur penting untuk beberapa jenis tanaman tertentu.
Natrium diserap dalam bentuk ionNa+¿¿. Keberadaan Na dalam tanah
dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman, yaitu nilai osmosis akan meningkat sehingga dapat
menimbulkan efek plasmolisis. Metode yang digunakan pada
penetapan Na adalah metode Flame fotometer dengan filter Na.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai Na sebesar 0,949 me % dengan
harkat tinggi. Hal ini disebabkan karena tanah latosol memiliki tekstur
liat sehingga daya tahan air cukup baik dan mengandung unsur hara
dalam jumlah yang sedang hingga tinggi. Selain itu tanah latosol
adalah tanah yang mengalami pelapukan dan pencucian yang intensif
adanya diferensiasi horizon yang tidak jelas. Tanah latosol memiliki
tekstur liat sehingga daya tahan air cukup baik dan mengandung unsur
hara dalam jumlah yang sedang hingga tinggi. Selain itu, Na dapat
terlarut dalam air pH 6-7, sedangkan tanah latosol memiliki pH 6,7
yang mana nilai pH tersebut berada diantara interval nilai pH untuk
Na dapat terlarut dalam air, sehingga kadar Na tersedia tinggi.
i. Penetapan Ca dan Mg
Ca dan Mg merupakan unsur hara makro sekunder yang
dibutuhkan tanaman. Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion
Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan
struktur dan permeabilitas membran sel. Ca berasal dari pelapukan dari
sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar,
apatit, limestone, dan gypsum. Sedangkan magnesium merupakan
komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3 MgCO 3 ¿, sulfat potas magnesium, epsom salt
( MgSO ¿ ¿ 4 7 H 3 O)¿ kieserit, magnesia (MgO) serpentin ¿ ¿, magnesit
( MgCO 3), dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk penetapan Ca
dan Mg adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh kadar Ca tanah latosol sebesar1,0339
me % dengan harkat sangat rendah dan kadar Mg sebesar 0,0348 me
%dengan harkat sangat rendah. Hal ini dikarenakan tanah latosol
merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif dan sangat
mudah tercuci, sehingga terjadi pelindian kation-kation hara dan bahan
organik yang menjadikan tanah ini mempunyai kapasitas tukar kation
dan kandungan hara yang rendah. Selain itu tanah latosol memiliki
nilai pH rendah sehingga ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah juga
rendah karena Ca dan Mg tersedia pada pH netral.
j. Penetapan KPK
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange capacity
(CEC) yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Metode yang digunakan
pada praktikum penetapan kapasitas pertukaran kation adalah metode
daya jerap muatan positif dan negatif.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai KPK 6,6 % me dengan harkat
rendah. Hal ini dikarenakan tanah latosol didominasi fraksi lempung
kaolinit 1:1 dan merupakan tanah yang telah mengalami pencucian dan
pelapukan lanjut sehingga kandungan mineral primer dan unsur hara
rendah yang mengakibatkan kapasitas tukar kationnya juga rendah.
k. Penetapan H⁺ Tertukar
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan
Hidrogen Hdd adalah kadar hidrogen yang terkandung didalam tanah.
Metode yang digunakan pada analisis ini dilakukan devngan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan untuk mendeteksi tanah apakah tergolong
masam atau basa yang perannya sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai H⁺ sebesar 0,1452% dengan harkat
sangat kecil. Hal ini tidak sesuai teori dimana seharusnya harkat H⁺
tanah latosol tinggi karena tanah latosol merupakan tanah tua yang
telah mengalami pelindihan lanjut sehingga terdapat akumulasi Al dan
Fe yang menyebabkan tanah masam sehingga seharusnya H⁺ yang
terkandung pun tinggi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada lokasi
pengambialan sampel terdapat akumulasi bahan-bahan lain akibat
pelindian dari bagian atas.
l. Penetapan Aldd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat
masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al³⁺ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman
atau mengikat fosfor. Metode yang digunakan untuk menetapkan Al dd
adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai Al dd sebesar 0,17 me% dengan
harkat sangat rendah. Hal ini bertentangan dengan teori dimana tanah
latosol memilii kesuburan yang rendah sehingga banyak mengandung
alumunium dan zat besi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan penambahan
bahan humat dari dekomposisi bahan organik menyebabkan Al³⁺ yang
dapat dipertukarkan menjadi berkurang. Selain itu faktor curah hujan
yang rendah sehingga megakibatkan pencucian jarang terjadi.
m. Penetapan Fe
Besi (Fe) adalah unsur keempat yang terbanyak ditemukan di bumi
dan unsur yang terlibat dalam reaksi reduksi – oksidasi (redoks) di
tanah. Fe dapat terbentuk sebagai oksida, sulfida, karbonat dan sulfat.
Fe di tanah pada prinsipnya berada sebagai unsur yang berada dalam
dua kondisi bilangan oksidasi yaitu Ferri (Fe 3+¿ ¿) dan sebagai Ferro (F
e 2+¿ ¿) , hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Metode
yang digunakan pada penetapan Fe di laboratorium adalah metode
spektrofotometer dimana pewarnaan didapatkan dari reaksi antara Fe
dan Ortho phenantrolin.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai Fe sebesar 26,54% dan tergolong
dalam harkat tinggi. Hal ini sesuai dengan teori dimana tanah latosol
merupakan kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan
pelapukan lanjut, perbedaan horizon tidak jelas, dengan kandungan
mineral primer dan hara rendah. Pelindian yang intensif
mengakibatkan adanya residu berupa besi oksida dan aluminium
oksida sehingga kandungan Fe dalam tanah ini tinggi.
n. Penetapan Mn
Mangan merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Tanaman dapat menyerap
mangan (Mn) dalam bentuk ion Mn2+. Metode yang digunakan pada
praktikum penetapan Mn yaitu menggunakan metode spektrofotometer
dengan melakukan pengesktrakkan memakai NH4Oac maupun ekstrak
air.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Mn sebesar 48,5822 ppm dengan
harkat medium level. Hal ini dikarenakan tanah ini memiliki
kandungan bahan organik dan pH yang rendah sehingga
mengakibatkan kandungan unsur Mn menjadi tinggi. Selain itu, curah
hujan yang terjadi di wilayah Pathuk ini dapat mengakibatkan
terjadinya pencucian yang cukup tinggi yang menjadikan kandungan
unsur Mn pada tanah ini menjadi tinggi dibandingkan jenis tanah yang
lain.
o. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap
belerang dari tanah dalam bentuk SO42- (sulfat), tetapi sebagian
diserap melalui daun sebagai SO2. Sulfat akan direduksi didalam tanah
yang tergenang sehingga menjadi hidrogen sulfida (Gas H2S) dan
belerang unsur itu sendiri. Metode yang digunakan pada praktikum
penetapan SO₄ tersedia yaitu menggunakan metode spektrofotometer.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh kadar SO₄ sebesar 220,59 ppm dan
termasuk harkat yang sangat tinggi. Hal ini dikarebakan tanah latosol
merupakan tanah mengalami pencucian dan pelapukan yang intensif
serta tanah latosol memilik pH rendah atau asam sehingga banyak
mengandung sulfur.
2. Sifat Kimia Tanah Grumosol
a. Penetapan Ph
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit
tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Reaksi tanah dapat dirumuskan dengan pH = - Log
[H⁺]. Pada tanah rendzina didapati data pH H 2 O , pH KCL, serta pH
NaF secara berurutan sebesar 6,7; 6,4; 10,6. Dengan data yang
diperoleh pada Ph H 2 O dan pH KCL regosol bersifat netral
sedangkan pH NaF regosol bersifat alkalis. Penetapan pH pada
prsktikum kali ini menggunakan metode pH meter atau menggunakan
kertas lakmus.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel
tanah grumosol nilai pH H 2 O 8,1 berharkat agak alkalis, pH KCl 8
dengan harkat agak alkalis, dan pH NaF 9,1 yang berharkat tidak
mengandung amorf. Hal ini dikarenakan tanah grumusol ini
mengandung tipe lempung 2:1 mornmorilonit dan termasuk tanah
berkembang sehingga tidak mengandung amorf. Selain itu tanah
grumusol merupakan daerah dengan tanah yang berasal dari batuan
induk kapur dan tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga
tanah menghasilkan lokasi sampel pH yang relatif basa atau alkalis.
Pada pengujian dengan KCl yang merupakan larutan pendesak tanah
dengan pH lebih kecil dibandingkan dengan H 2 O . Teori pH aktual
dengan pH potensial ini sesuai penerapannya dimana pada pH aktual
dengan menggunakan larutan H 2 O pada saat masuk ke dalam tanah
mengalami pertukaran dengn ion H⁺. dalam tanah dan mengalami
pendesakan sehingga menghasilkan ion H 2 O kembali dengan pH yang
ada. Sedangkan pH potensial, tanah dengan menggunakan larutan KCl
melakukan pertukaran H⁺. pada tanah hingga terdesak keluar dan
menghasilkan HCl dengan pH yang dihasilkan lebih rendah
dibandingkan dengan pH H 2 O .
b. Penetapan Redoks Potensial
Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan
kuantitas elektron dalam suatu system. Oksidasi-reduksi merupakan
reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Penetapan redoks potensial pada praktikum ini menggunakan
alat Eh meter dalam penghitungannya.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah gumosol diperoleh nilai redoks poensial sebesar 252
mVolt dengan harkat tereduksi sedang. Hal ini dikarenakan tanah
grumosol merupakan tanah yang memiliki tipe lempung montmorilonit
(2:1) yang menyebabkan tanah ini memiliki sifat mengembang apabila
terkena air, mengkerut dan menjadi keras apabila kering, dan
menyebabkan tanah ini memiliki drainase yang buruk. Selain itu
dominasi liat pada tanah grumusol membuat kapasitas pertukaran
kation dan anion menjadi tinggi. sehingga terjadinya reaksi reduksi
pula antar ion dalam tanah.
c. Penetapan DHL
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat
dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Penetapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara
elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan
yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik,
dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat
diterapkan. Perhitungan pada praktikum penetapan daya hantar listrik
menggunakan alat yaitu Ec meter atau potensiometrik.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh nilai DHL sebesar 0,9504 dengan
harkat bebas garam. Hal ini dikarenakan tanah grumusol berasal dari
batuan induk vulkanik yang menyebabkan tanah grumusol memiliki
kadar garam yang rendah, sehingga tanah ini cocok untuk berbagai
macam tanaman.
o. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO 4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap
belerang dari tanah dalam bentuk SO42- (sulfat), tetapi sebagian
diserap melalui daun sebagai SO2. Sulfat akan direduksi didalam tanah
yang tergenang sehingga menjadi hidrogen sulfida (Gas H2S) dan
belerang unsur itu sendiri. Metode yang digunakan pada praktikum
penetapan SO₄ tersedia yaitu menggunakan metode spektrofotometer.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh kadar SO₄ sebesar 130,923 ppm
dengan harkat rendah. Hal ini dikarenakan kandungan bahan organik
tanah grumosol rendah sehinga kadar SO₄ juga rendah srlain itu tanah
ini juga termasuk pH yang masam.
3. Sifat Kimia Tanah Rendzina
a. Penetapan Ph
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit
tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Reaksi tanah dapat dirumuskan dengan pH = - Log
[H⁺]. Penetapan pH pada prsktikum kali ini menggunakan metode pH
meter atau menggunakan kertas lakmus.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel
tanah rendzina diperoleh nilai pH H 2 O 7 berharkat netral, pH KCl
6,23 dengan harkat agak masam, dan pH NaF 8 yang berharkat tidak
mengandung amorf. Hal ini dikarenakan lokasi pengambilan tanah
rendzina berada pada wilayah Tahura menyebabkan tanah yang
berbahan dasar karst (kandungan CaCO 3 tinggi) mengalami timbunan
bahan organik seperti seresah daun dari rontokan pepohonan sehingga
pH yang dihasilkan pun relatif netral.
Pada pengujian dengan KCl yang merupakan larutan pendesak tanah
dengan pH lebih kecil dibandingkan dengan H2O. Teori pH aktual
dengan pH potensial ini sesuai penerapannya dimana pada pH aktual
dengan menggunakan larutan H 2 O pada saat masuk ke dalam tanah
mengalami pertukaran dengn ion H⁺ dalam tanah dan mengalami
pendesakan sehingga menghasilkan ion H 2 O kembali dengan pH yang
ada. Sedangkan pH potensial, tanah dengan menggunakan larutan KCl
melakukan pertukaran H⁺ pada tanah hingga terdesak keluar dan
menghasilkan HCl dengan pH yang dihasilkan lebih rendah
dibandingkan dengan pH H 2 O .
a. Penetapan Redoks Potensial
Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan
kuantitas elektron dalam suatu system. Oksidasi-reduksi merupakan
reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Penetapan redoks potensial pada praktikum ini menggunakan
alat Eh meter dalam penghitungannya.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah Rendzina diperoleh nilai redoks poensial sebesar 246
mVolt dengan harkat tereduksi sedang. Hal ini dikarenakan tanah
rendzina berasal dari bahan induk kapur reduksi ion ion di dalam
tanah.
b. Penetapan DHL
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat
dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Penetapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara
elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan
yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik,
dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat
diterapkan. Perhitungan pada praktikum penetapan daya hantar listrik
menggunakan alat yaitu Ec meter atau potensiometrik.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai DHL sebesar 0,019 dengan
harkat bebas garam. Hal ini dikarenakan tanah rendzina berasal dari
bahan induk kapur sehingga memiliki kadar garam yang kecil. Selain
itu tanah rendzina berada pada daerah yang bertopografi bergelombang
yang mengakibatkan terjadinya pencucian garam sehingga daya hantar
listriknya kecil. Oleh Karena itu, tanah rendzina cocok untuk berbagai
macam tanaman tanpa terjadinya penghambatan pertumbuhan.
c. Penetapan Bahan Organik
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi. Metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar bahan organik tanah di
laboratorium adalah metode Walkley and Black.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh kadar C-Organik sebesar 0,2175 %
dengan harkat sangat rendah dan kadar bahan organik sebesar 0,375 %
dengan harkat sangat rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori
dikarenakan tanah rendzina berasal dari batuan kapur yang memiliki
kandungan liat yang tinggi dan didominasi oleh pori mikro sehingga
tanah dapat mengikat air dan bahan organik secara efektif, maka
seharusnya kadar bahan organik dalam tanah rendzina berharkat tinggi.
Hal ini bisa terjadi karena lokasi pengambilan tanah rendzina berada
pada daerah bertopografi bergelombang menyebabkan tanah mudah
mengalami pencucian oleh air hujan sehingga kandungan C-organik
dan bahan organik menjadi rendah. Selain itu adanya vegetasi penutup
yang mempengaruhi laju dekomposisi sehingga menyebabkan bahan
organiknya rendah.
d. Penetapan N-Tersedia
Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. Unsur hara nitrogen berperan sebagai penyusun
semua protein, klorofil dan asam - asam nukleat, serta berperan
penting dalam pembentukan koenzim Metode yang digunakan pada
penetan N-tersedia yaitu metode kjeldahl.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai persen N-tersedia sebesar
0,0086513% dan termasuk harkat sangat rendah. Hal ini sudah sesuai
teori karena tanah rendzina merupakan tanah yang dihasilkan dari
pelapukan bebatuan kapur yang miskin akan unsur hara juga peka
terhadap erosi. N berada di atas permukaan tanah sehingga mudah
tererosi. Selain itu nilai Eh yang rendah pada tanah ini menyebabkan
kondisi reduktif yang dimana berkaitan erat dengan stabilitas oleh
senyawa-senyawa besi dan mangan sehingga kadar N nya rendah.
Untuk meningkatkan kadar N dalam tanah dapat dilakukan dengan
cara pemupukan dengan pupuk N dan penambahan bahan organik.
e. Penetapan Phosfor
Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P
seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Kandungan P-tersedia
pada tanah latosol dapat diketahui dengan menggunakan metode Bray,
Birham, dan KPPT. Pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) menggunakan pengekstrak 0,1 N HCl dan 0,03 N H 4 F,
sedangkan pada metode Birham menggunakan pengekstrak air.
Pengekstrak yang bersifat asam menyebabkan metode Bray lebih
cocok untuk digunakan daripada metode Olsen karena metode Bray
lebih spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat
digunakan untuk tanah asam dan basa.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh kadar P-tersedia dalam tanah rendzina
menggunakan metode Olsen yaitu sebesar 3,0752 ppm dengan harkat
sangat rendah, menggunakan metode Birham yaitu sebesar 4,273 ppm
dengan harkat sangat rendah, dan kemampuan penyematan P tanah
(KPPT) yaitu sebesar 12,301 ppm dengan harkat rendah. Perbedaan
dari ketiga metode ini yaitu disebabkan karena pengaruh dari masing-
masing pengekstrak yang digunakan oleh setiap metode. Pengekstrak
NH 4F dan HCl yang ditambahkan pada kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) akan lebih menaikkan pH tanah. Naiknya pH tanah akan
menyebabkan konsentrasi OH −¿¿ (hidroksil) juga naik dan bersaing
dalam pertukaran ion. Selain itu, dengan penambahan pengekstrak
NH 4F dan HCl akan menyebabkan terbentuknya Fe−¿ ¿ atau Al-
hidroksida, sehingga mengakibatkan banyak fosfor (P) yang terlepas
atau dibebaskan.
Kemampuan penyematan P tanah (KPPT) dapat digunakan pada
tanah masam dan basa, sehingga ketiga bentuk ion fosfor yang siap
untuk diambil tanaman tersebut dapat terbaca. Sedangkan, pengekstrak
NaHCO 3F pada metode Olsen menyebabkan pH tanah menurun dan
kadar P yang terbaca tidak sebesar pada kemampuan penyematan P
tanah (KPPT). KPPT memiliki hubungan juga dengan kemampuan
pengambilan atau penyerapan P oleh tanaman. Karena semakin tinggi
KPPT yang dimiliki maka semakin tinggi juga kemampuan
penyerapan P oleh tanaman . Pengaruh gangguan dari parameter lain
menyebabkan hasil dari ketiga metode belum bisa dijadikan
perbandingan efektivitas penentuan P-tersedia.
f. Penetapan K Tersedia
Kalium (K) ialah salah satu unsur hara makro yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium mempunyai peran
sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman.
Ketersediaan K di dalam tanah tergantung kepada proses dan dinamika
kalium dalam tanah terutama proses jerapan dan pelepasan. Mineral-
mineral primer sebagai sumber utama kalium adalah mineral biotit¿,
muskovit H 2 KaI ¿ dan felspart KAl Si 3 O 8. Pada penetapan K tersedia
menggunakan metode Flame photometer. Cara kerja flame photometer
adalah sampel yang diinjeksikan mengalir melalui pipa kapiler
dinebulasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporasi,
dan atomisasi dalam nyala api.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai K tersedia sebesar 0,54 me %
dengan harkat sedang. Hal ini disebabkan karena tanah rendzina
bertekstur lempung sehingga pada saat terjadi pencucian tanah oleh
air, unsur K dapat ditahan oleh koloid tanah sehingga unsur K dalam
tanah tidak mudah hilang. Semakin banyak koloid maka semakin
banyak kation yang dapat diserap dan kapasitas tukar kation (KPK)
juga semakin besar, sehingga ketersediaan K dalam tanah juga
meningkat. Selain itu ketersedian K dapat juga dipengaruhi oleh
pemupukan dan keberadaan Ca dan Mg didalam tanah, yang dimana
jika unsur Ca dan Mg rendah maka unsur K akan menjadi tinggi begitu
juga sebaliknya.
g. Penetapan Na
Natrium merupakan salah satu unsur hara mikro pembangun
(fakultatif) yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
dapat menjadi unsur penting untuk beberapa jenis tanaman tertentu.
Natrium diserap dalam bentuk ionNa+¿¿. Keberadaan Na dalam tanah
dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman, yaitu nilai osmosis akan meningkat sehingga dapat
menimbulkan efek plasmolisis. Metode yang digunakan pada
penetapan Na adalah metode Flame fotometer dengan filter Na.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Na sebesar 0,33 me % dengan
harkat sedang. Hal ini disebabkan karena tanah rendzina merupakan
merupakan tanah organik di atas bahan kapur yang memiliki tekstur
lempung seperti vertisol sehingga kemampuan menahan air dan
mengikat air tinggi sehingga. Selain itu harkat Na yang sedang
dipengaruhi oleh proses evaporasi air yang dimana akan membuat
garam-garam didalam tanah tertinggal dan menyebabkan
meningkatnya Na di dalam tanah Tanah rendzina mengandung sedikit
unsur hara sehingga tanaman yang dapat tumbuh di tanah rendzina
adalah tanaman-tanaman keras semusim dan tanaman palawija.
h. Penetapan Ca dan Mg
Ca dan Mg merupakan unsur hara makro sekunder yang
dibutuhkan tanaman. Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion
Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan
struktur dan permeabilitas membran sel. Ca berasal dari pelapukan dari
sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar,
apatit, limestone, dan gypsum. Sedangkan magnesium merupakan
komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3 MgCO 3 ¿, sulfat potas magnesium, epsom salt
( MgSO ¿ ¿ 4 7 H 3 O)¿ kieserit, magnesia (MgO) serpentin ¿ ¿, magnesit
( MgCO 3), dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk penetapan Ca
dan Mg adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh kadar Ca sebesar 1,26 me % dengan
harkat sangat rendah dan kadar Mg sebesar 0,27 me % dengan harkat
sangat rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena tanah rendzina
merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan kapur sehingga
memiliki kandungan Ca dan Mg yang lebih tinggi dibandingkan tanah
masam. Selain itu tanah rendzina memiliki pH netral dan nilai KPK
tinggi yang menunjukkan bahwa Ca dan Mg dapat tersedia dalam
kadar yang tinggi. Namun, karena kondisi curah hujan yang tinggi
pada lokasi pengambilan sampel tanah mengakibatkan Mg menjadi
tercuci dan kadarnya dalam tanah menjadi berkurang. Ketersediaan K
yang tinggi juga mempengaruhi rendahnya kadar Ca pada tanah ini,
karena semakin tinggi unusur K maka semakin rendah unsur Ca begitu
pun sebaliknya.
i. Penetapan KPK
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange capacity
(CEC) yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Metode yang digunakan
pada praktikum penetapan kapasitas pertukaran kation adalah metode
daya jerap muatan positif dan negatif.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai KPK 1,45 % me dengan harkat
sangat rendah. Hal ini dikarenakan sampel tanah yang diambil berasal
dari lapisan yang dalam sehingga mengandung sedikit bahan organik
dan tanah berada pada topografi yang miring sehingga mudah
mengalami pencucian. Kandungan bahan organik di dalam tanah
mempengaruhi nilai KPK, semakin tinggi kandungan bahan organik
maka nilai KPK juga akan semakin tinggi.
j. Penetapan H⁺ Tertukar
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan
Hidrogen Hdd adalah kadar hidrogen yang terkandung didalam tanah.
Metode yang digunakan pada analisis ini dilakukan devngan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan untuk mendeteksi tanah apakah tergolong
masam atau basa yang perannya sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai H +¿¿ sebesar 1,158% dan
tergolong dalam harkat sangat kecil. Hal ini dikarenakan lokasi
pengambilan sampel berada di daerah lingkungan karst yang memiliki
kandungan CaCO 3 serta terdapat akumulasi bahan organik atau humus
di lokasi pengambilan sampel tanah menyebabkan tingkat kemasaman
tanah masih tergolong masih sangat kecil dan pH relatif mendekati
netral.
k. Penetapan Aldd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat
masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al³⁺ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman
atau mengikat fosfor. Metode yang digunakan untuk menetapkan Al dd
adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Al dd sebesar 0,0204 me %
dengan harkat sangat rendah. Hal ini dikarenakan tanah rendzina
memiliki nilai pH yang cenderung netral, dimana pada pH netral dapat
menyebabkan kadungan Al di dalam tanah rendah. Selain itu
penambahan bahan humat hasil dari dekomposisi bahan organik juga
mengakibatkan Al yang dapat dipertukarkan pada tanah rendah.
l. Penetapan Fe
Besi (Fe) adalah unsur keempat yang terbanyak ditemukan di bumi
dan unsur yang terlibat dalam reaksi reduksi – oksidasi (redoks) di
tanah. Fe dapat terbentuk sebagai oksida, sulfida, karbonat dan sulfat.
Fe di tanah pada prinsipnya berada sebagai unsur yang berada dalam
dua kondisi bilangan oksidasi yaitu Ferri (Fe 3+¿ ¿) dan sebagai Ferro (F
e 2+¿ ¿) , hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Metode
yang digunakan pada penetapan Fe di laboratorium adalah metode
spektrofotometer dimana pewarnaan didapatkan dari reaksi antara Fe
dan Ortho phenantrolin.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Fe sebesar 0,2875% dengan
harkat sangat rendah. Hal ini dikarenakan tanah rendzina berasal dari
pelapukan batuan kapur sehingga pH pada tanah ini yaitu basa dan
logam Fe tidak terakumulasi dengan baik pada tanah ini..
m. Penetapan Mn
Mangan merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Tanaman dapat menyerap
mangan (Mn) dalam bentuk ion Mn2 +¿¿. Metode yang digunakan pada
praktikum penetapan Mn yaitu menggunakan metode spektrofotometer
dengan melakukan pengesktrakkan memakai N H 4Oac maupun ekstrak
air.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Mn sebesar 41,314 ppm dan
memilki harkat berupa medium level. Hal ini dikarenakan tanah
rendzina memiliki kandungan bahan organik yang rendah karena
berasal dari bahan induk batuan kapur yang berpengaruh pada
keberadaan Mn pada tanah ini yang relatif lebih tinggi. Harkat mdeium
level pada tanah ini dikarenakan tanah ini didominasi tekstur lempung
sehingga kemampuan meloloskan airnya rendah dan proses pencucian
menjadi lebih sulit pada tanah ini.
n. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO 4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap
k. Penetapan H⁺ Tertukar
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan
Hidrogen Hdd adalah kadar hidrogen yang terkandung didalam tanah.
Metode yang digunakan pada analisis ini dilakukan devngan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan untuk mendeteksi tanah apakah tergolong
masam atau basa yang perannya sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai H +¿¿ 0,189 % yang tergolong
dalam harkat sangat kecil atau dalam arti memiliki tingkat kemasaman
yang rendah. Hal ini dikarenakan lokasi sampel berada di lingkungan
gunung api yang aktif akibatnya tanah selalu mengalami pembaruan
sehingga tanah tersebut belum mengalami pelindihan yang dapat
memicu H +¿¿ dalam tanah teroksidasi yang berakibat pada kemasaman
tanah.
Tanah dengan harkat ini memiliki keuntungan bagi tanaman karena
tergolong subur karena unsur yang dibutuhkan masih tersedia dan
belum teroksidasi atau mengalami pelindihan sehingga tanah ini perlu
dijaga agar tidak mengalami pelindihan yang berlebihan sehingga
kandungan H +¿¿ dalam tanah tidak mudah teroksidasi menjadi masam
yang dapat berpengaruh pada tanaman.
l. Penetapan Aldd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat
masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al³⁺ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman
atau mengikat fosfor. Metode yang digunakan untuk menetapkan Al dd
adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Al dd sebesar 0 me % dengan
harkat sangat rendah. Hal ini bertentangan dengan teori, karena
pengambilan sampel tanah regosol berlokasi di Wedomartani yang
merupakan tanah yang berasal dari endapan gunung merapi yang
belum mengalami pelapukan lebih lanjut, sehingga tekstur yang
terbentuk masih kasar memiliki pori makro dan merupakan tanah
dengan dominasi pasir, hal ini menyebabkan tanah akan mudah
mengalami pencucian, sehingga kelarutan nilai aldd akan bertambah
seiring dengan bertambahnya kelarutan Al dalam tanah. Selain itu
tingginya curah hujan juga akan menambah aktivitas pencucian,
sehingga Al yang dapat dipertukarkan dalam tanah juga akan semakin
bertambah.
m. Penetapan Fe
Besi (Fe) adalah unsur keempat yang terbanyak ditemukan di bumi
dan unsur yang terlibat dalam reaksi reduksi – oksidasi (redoks) di
tanah. Fe dapat terbentuk sebagai oksida, sulfida, karbonat dan sulfat.
Fe di tanah pada prinsipnya berada sebagai unsur yang berada dalam
dua kondisi bilangan oksidasi yaitu Ferri (Fe 3+¿ ¿) dan sebagai Ferro (F
e 2+¿ ¿) , hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Metode
yang digunakan pada penetapan Fe di laboratorium adalah metode
spektrofotometer dimana pewarnaan didapatkan dari reaksi antara Fe
dan Ortho phenantrolin.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Fe sebesar 20,24% dengan harkat
tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana tanah regosol
merupakan tanah yang berasal dari kegiatan vulkanik sehingga tanah
ini memiliki Ph netral – basa yang memungkinkan sedikitnya
kandungan Fe pada tanah ini. Hal ini bisa terjadi karena tanah ini
memiliki tekstur kasar yang bisa menyebabkan unsur hara makro pada
tanah ini mudah tercuci sehingga kandungan Fe akan meningkat dan
mengikat kandungan hara makro. Selain itu, sampel tanah yang
diambil pada penelitian ini berasal dari Kebun Wedomartani, Sleman
yang dimana telah dilakukan pengolahan yang cukup intensif pada
lahannya. Dalam proses pengolahan, kegiatan penggenangan bisa
menyebabkan kandungan Fe meningkat seiring dengan menurunnya
nilai pH dan Eh karena terjadi proses reduksi dimana oksigen yang ada
di dalam pori tanah diisi dengan air.
n. Penetapan Mn
Mangan merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Tanaman dapat menyerap
mangan (Mn) dalam bentuk ion Mn2 +¿¿. Metode yang digunakan pada
praktikum penetapan Mn yaitu menggunakan metode spektrofotometer
dengan melakukan pengesktrakkan memakai N H 4Oac maupun ekstrak
air.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Mn sebesar 18,46 ppm dengan
harkat medium level. Hal ini dikarenakan sampel tanah regosol yang
digunakan berasal dari endapan oleh vulkanik pada gunung merapi dan
belum adanya pelapukan lebih lanjut sehingga didapati harkat yang
medium level pada kandungan Mn. Namun sebaliknya jika tanah telah
mengalami pelapukan yang lebih lanjut maka kandungan Mn di dalam
tanahnya akan semakin tinggi. Selain itu pengaruhi pengolahan tanah
yang terjadi secara intensif juga dapat mempengaruhi ketersedian Mn
didalam tanah.
Faktor Eh pada tanah regosol yang dimana menyebabkan tanah
menjadi tereduksi sedang, sehingga menyebabkan Mn aka n terlarut
menjadi Mn²⁺ dan jika berlangsung secara terus menerus akan
mengalami pengendapan yang menyebabkan tanah regosol memiliki
kadar Mn dengan harkat medium.
o. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap