Anda di halaman 1dari 42

B.

Pembahasan
1. Sifat Kimia Tanah Latosol
a. Penetapan Ph
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit
tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Reaksi tanah dapat dirumuskan dengan pH = - Log
[H⁺]. Penetapan pH pada prsktikum kali ini menggunakan metode pH
meter atau menggunakan kertas lakmus.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh data bahwa nilai pH H 2 O 6,7 berharkat
netral, pH KCl 6,4 dengan harkat agak masam, dan pH NaF 10,6 yang
berharkat mengandung amorf dengan kadar sedang sampai cukup. Hal
ini dikarenakan lokasi pengambilan sampel tanah latosol ini
merupakan daerah dengan bahan induk tufa volkan yang mengalami
pelapukan yang belanjut sehingga menghasilkan tingkat keamorfan
tanah dengan kadar sedang hingga sukup. Selain itu, tingkat keamorfan
ini dan pelapukan yang terus berlanjut menyebabkan pH tanah yang
dihasilkan netral sedikit masam.
b. Penetapan Redoks Potensial
Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan
kuantitas elektron dalam suatu system. Oksidasi-reduksi merupakan
reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Penetapan redoks potensial pada praktikum ini menggunakan
alat Eh meter dalam penghitungannya.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai redoks potensial sebesar 221 m
Volt dengan harkat tereduksi sedang. Hal ini sesuai dengan teori
dikarenakan tanah Latosol memiliki tekstur lempung hingga geluh
serta memiliki struktur remah hingga gumpal Sehingga menyebabkan
tanah ini memiliki kemampuan dalam menyerap air yang sangat baik.
Dan mengakibatkan sistem drainase tanah ini menjadi kurang baik.
Karena drainase yang kurang baik mengakibatkan nilai Eh pada tanah
latosol menjadi rendah karena tanah ini mengalami reduksi.
c. Penetapan DHL
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat
dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Penetapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara
elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan
yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik,
dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat
diterapkan. Perhitungan pada praktikum penetapan daya hantar listrik
menggunakan alat yaitu Ec meter atau potensiometrik.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai DHL tsebesar 0,51456 dengan
harkat bebas garam. Hal ini dikarenakan tanah latosol memiliki
kandungan garam yang sangat sedikit, cepat hilangnya kandungan
garam yang ada didalam tanah, dan memiliki daya hantar listrik yang
tergolong rendah. Selain itu pH tanah latosol yaitu 6,7 atau mendekati
netral, sehingga pH tanah latosol menentukan nilai DHL nya.
d. Penetapan Bahan Organik
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi. Metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar bahan organik tanah di
laboratorium adalah metode Walkley and Black.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh kadar C-Organik tanah latosol sebesar
11,89 % dengan harkat sangat tinggi dan kadar bahan organik sebesar
19,1189 % dengan harkat tinggi. Hal ini dikarenakan tanah latosol
merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk yang berasal dari
bahan vulkanik yang telah mengalami pelapukan dan perkembangan
lebih lanjut sehingga memiliki kandungan liat tinggi yang didominasi
oleh fraksi liat kaolinit dengan tipe lempung 1:1, sehingga latosol
dapat mengikat air dan menyimpan bahan organik dalam tanah secara
efektif.
e. Penetapan N-Tersedia
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat
besar peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sumber utama nitrogen dalam tanah adalah bahan organik, air hujan,
hasil fiksasi N- simbiotik/non simbiotik, gunung berapi dan pupuk
buatan. Tanaman umumnya menyerap dalam bentuk senyawa
anorganik ( NH 4+ ¿¿, NO 2−¿ ¿, NO 3−¿ ¿). Metode yang digunakan pada
penetan N-tersedia yaitu metode kjeldahl.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol, diperoleh nilai persen N-tersedia sebesar
0,0016% dan termasuk harkat sangat rendah.. Hal ini dikarenakan
tanah latosol merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif dan
sangat mudah tercuci, sehingga terjadi pelindian kation-kation hara
dan bahan organik yang menjadikan tanah ini mempunyai kapasitas
tukar kation dan kandungan hara yang rendah.
f. Penetapan Phosfor
Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P
seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Kandungan P-tersedia
pada tanah latosol dapat diketahui dengan menggunakan metode Bray,
Birham, dan KPPT. Pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) menggunakan pengekstrak 0,1 N HCl dan 0,03 N H 4 F,
sedangkan pada metode Birham menggunakan pengekstrak air.
Pengekstrak yang bersifat asam menyebabkan metode Bray lebih
cocok untuk digunakan daripada metode Olsen karena metode Bray
lebih spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat
digunakan untuk tanah asam dan basa.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai kadar P-tersedia menggunakan
metode Bray yaitu sebesar 2,259 ppm dengan harkat sangat rendah,
menggunakan metode Birham yaitu sebesar 3,9497 ppm dengan harkat
sangat rendah pula, dan kemampuan penyematan P tanah (KPPT) yaitu
sebesar 12,4906 ppm dengan harkat rendah. Perbedaan dari ketiga
metode ini disebabkan karena pengaruh dari masing-masing
pengekstrak yang digunakan oleh setiap metode. Larutan pengekstrak
yang digunakan pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) sama, namun pada kedua metode tersebut menghasilkan
kadar P-tersedia dalam tanah latosol yang sangat berbeda. Hal tersebut
disebabkan karena konsentrasi larutan P standarnya berbeda. Pada
metode Bray, konsentrasi larutan P standar yang digunakan yaitu
sebesar 50 ppm dan 5 ppm. Sedangkan pada kemampuan penyematan
P tanah (KPPT), konsentrasi larutan P standar yang digunakan yaitu
sebesar 100 ppm dan 20 ppm.
Pengekstrak NH 4 F dan HCl serta larutan P standar yang
ditambahkan pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT) akan lebih
menaikkan pH tanah yang menyebabkan konsentrasi OH- (hidroksil)
juga naik dan bersaing dalam pertukaran ion. Kemampuan penyematan
P tanah (KPPT) dapat digunakan pada tanah masam dan basa,
sehingga ketiga bentuk ion fosfor yang siap untuk diambil tanaman
tersebut dapat terbaca. Sedangkan, pengekstrak NH4F dan HCl serta
larutan P standar yang ditambahkan pada metode Bray menyebabkan
pH tanah menurun dan kadar P-tersedia yang terbaca tidak sebesar
pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT). Hasil ini tidak dapat
dijadikan sebagai tolak ukur mengingat kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) lebih efektif dalam menentukan P-tersedia daripada
metode Olsen untuk sampel tanah ini. Pengaruh gangguan dari
parameter lain menyebabkan hasil dari ketiga metode belum bisa
dijadikan perbandingan efektivitas penentuan P-tersedia
g. Penetapan K Tersedia
Kalium (K) ialah salah satu unsur hara makro yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium mempunyai peran
sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman.
Ketersediaan K di dalam tanah tergantung kepada proses dan dinamika
kalium dalam tanah terutama proses jerapan dan pelepasan. Mineral-
mineral primer sebagai sumber utama kalium adalah mineral biotit¿,
muskovit H 2 KaI ¿ dan felspart KAl Si 3 O 8. Pada penetapan K tersedia
menggunakan metode Flame photometer. Cara kerja flame photometer
adalah sampel yang diinjeksikan mengalir melalui pipa kapiler
dinebulasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporasi,
dan atomisasi dalam nyala api.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai K tersedia sebesar 0,1416 me %
dengan harkat rendah. Hal ini dikarenakan tanah latosol merupakan
tanah yang mengalami pelapukan dan pencucian intensif serta tanah
latosol memiliki tekstur lempung berpasir ditambah dengan lokasi
pengambilan sampel yang terletak dikawasan gunung api
mengakibatkan adanya tambahan material baru berupa pasir yang
didominasi pori makro dengan luas permukaan yang kecil sehingga
daya jerapnya rendah sehingga KPK tergolong sedang yang
mengakiatkan K-tersedia rendah yang selain itu tanah latosol memilki
kadar bahan organik yang rendah dan sifat liat-hidro-oksida yang
mengakibatkan kapasitas tukar kation rendah sehingga ketersediaan
kalium rendah.
h. Penetapan Na
Natrium merupakan salah satu unsur hara mikro pembangun
(fakultatif) yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
dapat menjadi unsur penting untuk beberapa jenis tanaman tertentu.
Natrium diserap dalam bentuk ionNa+¿¿. Keberadaan Na dalam tanah
dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman, yaitu nilai osmosis akan meningkat sehingga dapat
menimbulkan efek plasmolisis. Metode yang digunakan pada
penetapan Na adalah metode Flame fotometer dengan filter Na.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai Na sebesar 0,949 me % dengan
harkat tinggi. Hal ini disebabkan karena tanah latosol memiliki tekstur
liat sehingga daya tahan air cukup baik dan mengandung unsur hara
dalam jumlah yang sedang hingga tinggi. Selain itu tanah latosol
adalah tanah yang mengalami pelapukan dan pencucian yang intensif
adanya diferensiasi horizon yang tidak jelas. Tanah latosol memiliki
tekstur liat sehingga daya tahan air cukup baik dan mengandung unsur
hara dalam jumlah yang sedang hingga tinggi. Selain itu, Na dapat
terlarut dalam air pH 6-7, sedangkan tanah latosol memiliki pH 6,7
yang mana nilai pH tersebut berada diantara interval nilai pH untuk
Na dapat terlarut dalam air, sehingga kadar Na tersedia tinggi.
i. Penetapan Ca dan Mg
Ca dan Mg merupakan unsur hara makro sekunder yang
dibutuhkan tanaman. Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion
Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan
struktur dan permeabilitas membran sel. Ca berasal dari pelapukan dari
sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar,
apatit, limestone, dan gypsum. Sedangkan magnesium merupakan
komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3 MgCO 3 ¿, sulfat potas magnesium, epsom salt
( MgSO ¿ ¿ 4 7 H 3 O)¿ kieserit, magnesia (MgO) serpentin ¿ ¿, magnesit
( MgCO 3), dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk penetapan Ca
dan Mg adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh kadar Ca tanah latosol sebesar1,0339
me % dengan harkat sangat rendah dan kadar Mg sebesar 0,0348 me
%dengan harkat sangat rendah. Hal ini dikarenakan tanah latosol
merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif dan sangat
mudah tercuci, sehingga terjadi pelindian kation-kation hara dan bahan
organik yang menjadikan tanah ini mempunyai kapasitas tukar kation
dan kandungan hara yang rendah. Selain itu tanah latosol memiliki
nilai pH rendah sehingga ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah juga
rendah karena Ca dan Mg tersedia pada pH netral.
j. Penetapan KPK
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange capacity
(CEC) yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Metode yang digunakan
pada praktikum penetapan kapasitas pertukaran kation adalah metode
daya jerap muatan positif dan negatif.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai KPK 6,6 % me dengan harkat
rendah. Hal ini dikarenakan tanah latosol didominasi fraksi lempung
kaolinit 1:1 dan merupakan tanah yang telah mengalami pencucian dan
pelapukan lanjut sehingga kandungan mineral primer dan unsur hara
rendah yang mengakibatkan kapasitas tukar kationnya juga rendah.
k. Penetapan H⁺ Tertukar
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan
Hidrogen Hdd adalah kadar hidrogen yang terkandung didalam tanah.
Metode yang digunakan pada analisis ini dilakukan devngan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan untuk mendeteksi tanah apakah tergolong
masam atau basa yang perannya sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai H⁺ sebesar 0,1452% dengan harkat
sangat kecil. Hal ini tidak sesuai teori dimana seharusnya harkat H⁺
tanah latosol tinggi karena tanah latosol merupakan tanah tua yang
telah mengalami pelindihan lanjut sehingga terdapat akumulasi Al dan
Fe yang menyebabkan tanah masam sehingga seharusnya H⁺ yang
terkandung pun tinggi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada lokasi
pengambialan sampel terdapat akumulasi bahan-bahan lain akibat
pelindian dari bagian atas.
l. Penetapan Aldd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat
masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al³⁺ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman
atau mengikat fosfor. Metode yang digunakan untuk menetapkan Al dd
adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai Al dd sebesar 0,17 me% dengan
harkat sangat rendah. Hal ini bertentangan dengan teori dimana tanah
latosol memilii kesuburan yang rendah sehingga banyak mengandung
alumunium dan zat besi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan penambahan
bahan humat dari dekomposisi bahan organik menyebabkan Al³⁺ yang
dapat dipertukarkan menjadi berkurang. Selain itu faktor curah hujan
yang rendah sehingga megakibatkan pencucian jarang terjadi.
m. Penetapan Fe
Besi (Fe) adalah unsur keempat yang terbanyak ditemukan di bumi
dan unsur yang terlibat dalam reaksi reduksi – oksidasi (redoks) di
tanah. Fe dapat terbentuk sebagai oksida, sulfida, karbonat dan sulfat.
Fe di tanah pada prinsipnya berada sebagai unsur yang berada dalam
dua kondisi bilangan oksidasi yaitu Ferri (Fe 3+¿ ¿) dan sebagai Ferro (F
e 2+¿ ¿) , hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Metode
yang digunakan pada penetapan Fe di laboratorium adalah metode
spektrofotometer dimana pewarnaan didapatkan dari reaksi antara Fe
dan Ortho phenantrolin.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai Fe sebesar 26,54% dan tergolong
dalam harkat tinggi. Hal ini sesuai dengan teori dimana tanah latosol
merupakan kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan
pelapukan lanjut, perbedaan horizon tidak jelas, dengan kandungan
mineral primer dan hara rendah. Pelindian yang intensif
mengakibatkan adanya residu berupa besi oksida dan aluminium
oksida sehingga kandungan Fe dalam tanah ini tinggi.
n. Penetapan Mn
Mangan merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Tanaman dapat menyerap
mangan (Mn) dalam bentuk ion Mn2+. Metode yang digunakan pada
praktikum penetapan Mn yaitu menggunakan metode spektrofotometer
dengan melakukan pengesktrakkan memakai NH4Oac maupun ekstrak
air.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Mn sebesar 48,5822 ppm dengan
harkat medium level. Hal ini dikarenakan tanah ini memiliki
kandungan bahan organik dan pH yang rendah sehingga
mengakibatkan kandungan unsur Mn menjadi tinggi. Selain itu, curah
hujan yang terjadi di wilayah Pathuk ini dapat mengakibatkan
terjadinya pencucian yang cukup tinggi yang menjadikan kandungan
unsur Mn pada tanah ini menjadi tinggi dibandingkan jenis tanah yang
lain.
o. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap
belerang dari tanah dalam bentuk SO42- (sulfat), tetapi sebagian
diserap melalui daun sebagai SO2. Sulfat akan direduksi didalam tanah
yang tergenang sehingga menjadi hidrogen sulfida (Gas H2S) dan
belerang unsur itu sendiri. Metode yang digunakan pada praktikum
penetapan SO₄ tersedia yaitu menggunakan metode spektrofotometer.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh kadar SO₄ sebesar 220,59 ppm dan
termasuk harkat yang sangat tinggi. Hal ini dikarebakan tanah latosol
merupakan tanah mengalami pencucian dan pelapukan yang intensif
serta tanah latosol memilik pH rendah atau asam sehingga banyak
mengandung sulfur.
2. Sifat Kimia Tanah Grumosol
a. Penetapan Ph
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit
tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Reaksi tanah dapat dirumuskan dengan pH = - Log
[H⁺]. Pada tanah rendzina didapati data pH H 2 O , pH KCL, serta pH
NaF secara berurutan sebesar 6,7; 6,4; 10,6. Dengan data yang
diperoleh pada Ph H 2 O dan pH KCL regosol bersifat netral
sedangkan pH NaF regosol bersifat alkalis. Penetapan pH pada
prsktikum kali ini menggunakan metode pH meter atau menggunakan
kertas lakmus.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel
tanah grumosol nilai pH H 2 O 8,1 berharkat agak alkalis, pH KCl 8
dengan harkat agak alkalis, dan pH NaF 9,1 yang berharkat tidak
mengandung amorf. Hal ini dikarenakan tanah grumusol ini
mengandung tipe lempung 2:1 mornmorilonit dan termasuk tanah
berkembang sehingga tidak mengandung amorf. Selain itu tanah
grumusol merupakan daerah dengan tanah yang berasal dari batuan
induk kapur dan tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga
tanah menghasilkan lokasi sampel pH yang relatif basa atau alkalis.
Pada pengujian dengan KCl yang merupakan larutan pendesak tanah
dengan pH lebih kecil dibandingkan dengan H 2 O . Teori pH aktual
dengan pH potensial ini sesuai penerapannya dimana pada pH aktual
dengan menggunakan larutan H 2 O pada saat masuk ke dalam tanah
mengalami pertukaran dengn ion H⁺. dalam tanah dan mengalami
pendesakan sehingga menghasilkan ion H 2 O kembali dengan pH yang
ada. Sedangkan pH potensial, tanah dengan menggunakan larutan KCl
melakukan pertukaran H⁺. pada tanah hingga terdesak keluar dan
menghasilkan HCl dengan pH yang dihasilkan lebih rendah
dibandingkan dengan pH H 2 O .
b. Penetapan Redoks Potensial
Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan
kuantitas elektron dalam suatu system. Oksidasi-reduksi merupakan
reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Penetapan redoks potensial pada praktikum ini menggunakan
alat Eh meter dalam penghitungannya.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah gumosol diperoleh nilai redoks poensial sebesar 252
mVolt dengan harkat tereduksi sedang. Hal ini dikarenakan tanah
grumosol merupakan tanah yang memiliki tipe lempung montmorilonit
(2:1) yang menyebabkan tanah ini memiliki sifat mengembang apabila
terkena air, mengkerut dan menjadi keras apabila kering, dan
menyebabkan tanah ini memiliki drainase yang buruk. Selain itu
dominasi liat pada tanah grumusol membuat kapasitas pertukaran
kation dan anion menjadi tinggi. sehingga terjadinya reaksi reduksi
pula antar ion dalam tanah.
c. Penetapan DHL
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat
dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Penetapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara
elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan
yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik,
dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat
diterapkan. Perhitungan pada praktikum penetapan daya hantar listrik
menggunakan alat yaitu Ec meter atau potensiometrik.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh nilai DHL sebesar 0,9504 dengan
harkat bebas garam. Hal ini dikarenakan tanah grumusol berasal dari
batuan induk vulkanik yang menyebabkan tanah grumusol memiliki
kadar garam yang rendah, sehingga tanah ini cocok untuk berbagai
macam tanaman.

d. Penetapan Bahan Organik


Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi. Metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar bahan organik tanah di
laboratorium adalah metode Walkley and Black.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh kadar C-Organik tanah grumusol
sebesar 0,4673 % dengan harkat sangat rendah dan kadar bahan
organik sebesar 11,9955 % dengan harkat tinggi. Hal ini tidak sesuai
dengan teori karena tanah grumosol merupakan tanah yang
mengandung liat yang tinggi yang didominasi oleh fraksi liat
montmorilonit dengan tipe lempung 2:1 yang bersifat mengembang
dalam kondisi basah, mengkerut dan keras dalam kondisi kering,
sehingga tanah grumusol mampu mengikat air dan menyimpan bahan
organik dalam tanah dengan baik hal ini bisa terjadi karena faktor
curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan pelindian (leaching)
bahan organik dan unsur hara dalam tanah sehinga kandungan C-
organik dan bahan organiknya rendah..
e. Penetapan N-Tersedia
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat
besar peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sumber utama nitrogen dalam tanah adalah bahan organik, air hujan,
hasil fiksasi N- simbiotik/non simbiotik, gunung berapi dan pupuk
buatan. Tanaman umumnya menyerap dalam bentuk senyawa
anorganik ( NH 4+ ¿¿, NO 2−¿ ¿, NO 3−¿ ¿). Metode yang digunakan pada
penetan N-tersedia yaitu metode kjeldahl.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol, diperoleh nilai persen N-tersedia sebesar
0,0010% dan termasuk harkat sangat rendah. Hal ini bertentangan
dengan teori karena tanah grumusol tergolong tanah yang kaya akan
unsur hara karena mempunyai kapasitas tukar kation dan kejenuhan
basa yang tinggi. Hal ini bisa terjadi karena tanah grumusol didominasi
oleh fraksi liat montmorillonit yang tersebar di setiap horisonnya dan
bahan organik pada tanah grumusol berkurang seiring bertambahnya
kedalaman tanah. Selain itu faktor pelindian karena sifat unsur N yang
mobil serta penguapan juga dapat menyebabkan rendahnya kadar N
dalam tanah.
f. Penetapan Phosfor
Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P
seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Kandungan P-tersedia
pada tanah latosol dapat diketahui dengan menggunakan metode Bray,
Birham, dan KPPT. Pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) menggunakan pengekstrak 0,1 N HCl dan 0,03 N H 4 F,
sedangkan pada metode Birham menggunakan pengekstrak air.
Pengekstrak yang bersifat asam menyebabkan metode Bray lebih
cocok untuk digunakan daripada metode Olsen karena metode Bray
lebih spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat
digunakan untuk tanah asam dan basa.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh kadar P-tersedia dalam tanah
grumusol pada ketiga metode tersebut memiliki harkat yang sangat
rendah, yaitu dengan metode Olsen sebesar 2,7701 ppm, dengan
metode Birham sebesar 4,9623 ppm, dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) sebesar 9,3245 ppm Perbedaan dari ketiga metode ini
yaitu disebabkan karena pengaruh dari masing-masing pengekstrak
yang digunakan oleh setiap metode. Pengekstrak NH4F dan HCl yang
ditambahkan pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT) akan lebih
menaikkan pH tanah. Naiknya pH tanah akan menyebabkan
konsentrasi OH- (hidroksil) juga naik dan bersaing dalam pertukaran
ion. Selain itu, dengan penambahan pengekstrak NH 4F dan HCl akan
menyebabkan terbentuknya Fe- atau Al-hidroksida, sehingga
mengakibatkan banyak fosfor (P) yang terlepas atau dibebaskan.
Kemampuan penyematan P tanah (KPPT) dapat digunakan pada tanah
masam dan basa, sehingga ketiga bentuk ion fosfor yang siap untuk
diambil tanaman tersebut dapat terbaca. Sedangkan, pengekstrak
NaHCO 3 pada metode Olsen menyebabkan pH tanah menurun dan
kadar P yang terbaca tidak sebesar pada kemampuan penyematan P
tanah (KPPT).
Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut, diperoleh bahwa
metode Olsen memiliki nilai terendah dibandingkan dengan metode
Birham dan kemampuan penyematan P tanah (KPPT). Hasil ini tidak
dapat dijadikan sebagai tolak ukur mengingat kemampuan penyematan
P tanah (KPPT) lebih efektif dalam menentukan P-tersedia daripada
metode Olsen untuk sampel tanah ini. Pengaruh gangguan dari
parameter lain menyebabkan hasil dari ketiga metode belum bisa
dijadikan perbandingan efektifitas penentuan P-tersedia
g. Penetapan K Tersedia
Kalium (K) ialah salah satu unsur hara makro yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium mempunyai peran
sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman.
Ketersediaan K di dalam tanah tergantung kepada proses dan dinamika
kalium dalam tanah terutama proses jerapan dan pelepasan. Mineral-
mineral primer sebagai sumber utama kalium adalah mineral biotit¿,
muskovit H 2 KaI ¿ dan felspart KAl Si 3 O 8. Pada penetapan K tersedia
menggunakan metode Flame photometer. Cara kerja flame photometer
adalah sampel yang diinjeksikan mengalir melalui pipa kapiler
dinebulasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporasi,
dan atomisasi dalam nyala api.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai K tersedia sebesar 0,1416 me %
dengan harkat rendah. Hal ini dikarenakan tanah latosol merupakan
tanah yang mengalami pelapukan dan pencucian intensif serta tanah
latosol memiliki tekstur lempung berpasir ditambah dengan lokasi
pengambilan sampel yang terletak dikawasan gunung api
mengakibatkan adanya tambahan material baru berupa pasir yang
didominasi pori makro dengan luas permukaan yang kecil sehingga
daya jerapnya rendah sehingga KPK tergolong sedang yang
mengakiatkan K-tersedia rendah yang selain itu tanah latosol memilki
kadar bahan organik yang rendah dan sifat liat-hidro-oksida yang
mengakibatkan kapasitas tukar kation rendah sehingga ketersediaan
kalium rendah.
h. Penetapan Na
Natrium merupakan salah satu unsur hara mikro pembangun
(fakultatif) yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
dapat menjadi unsur penting untuk beberapa jenis tanaman tertentu.
Natrium diserap dalam bentuk ionNa+¿¿. Keberadaan Na dalam tanah
dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman, yaitu nilai osmosis akan meningkat sehingga dapat
menimbulkan efek plasmolisis. Metode yang digunakan pada
penetapan Na adalah metode Flame fotometer dengan filter Na.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh nilai Na sebesar 0,4951 me %
dengan harkat sedang. Hal ini disebabkan karena tanah grumusol
merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk bertekstur halus
atau terdiri dari bahan-bahan yang sudah mengalami pelapukan seperti
batu kapur, napal, tuff, endapan aluvial dan abu vulkanik. Komposisi
tanah grumusol tergantung dari bahan batuan induknya serta beberapa
faktor luar yang dapat terjadi selama proses pembentukan. Selain itu,
Na dapat terlarut dalam air pH 6-7, sedangkan tanah grumusol
memiliki pH 8,1 yang mana pH melebihi batas maksimum Na dapat
terlarut dalam air, sehingga kadar Na tersedia tidak terlalu tinggi atau
berharkat sedang.
Karena kandungan Na yang sedang dan tidak terlalu rendah atau
tinggi menyebabkan grumusol dapat dijadikan sebagai lahan
persawahan. Pada musim penghujan dapat ditanami padi dan pada saat
musim kemarau biasanya ditanami tanaman palawija apabila tidak
mendapatkan irigasi yang cukup. Irigasi yang kurang menyebabkan
grumusol akan mengembang dan merekah yang kemudian dapat
merusak jaringan akar tanaman
i. Penetapan Ca dan Mg
Ca dan Mg merupakan unsur hara makro sekunder yang
dibutuhkan tanaman. Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion
Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan
struktur dan permeabilitas membran sel. Ca berasal dari pelapukan dari
sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar,
apatit, limestone, dan gypsum. Sedangkan magnesium merupakan
komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3 MgCO 3 ¿, sulfat potas magnesium, epsom salt
( MgSO ¿ ¿ 4 7 H 3 O)¿ kieserit, magnesia (MgO) serpentin ¿ ¿, magnesit
( MgCO 3), dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk penetapan Ca
dan Mg adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh kadar Ca tanah sebesar 2,1419 me %
dengan harkat rendah dan kadar Mg sebesar 0,1505 me % dengan
harkat sangat rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena tanah
grumusol tergolong tanah yang kaya akan unsur hara karena
mempunyai kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi.
Selain itu lokasi pengambialan sampel juga berada pada kondisi tanah
yang berasal dari bahan induk kapur sehingga seharusnya Ca dan Mg
yang tersedia tinggi. Hal ini bisa terjadi karena unsur Ca dan Mg yang
bersifat mobil sehingga karena faktor curah hujan yang tinggi dapat
mudah tercuci dan hilang yang menyebabkan kadar Ca dan Mg pada
tanah rendah.
j. Penetapan KPK
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange capacity
(CEC) yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Metode yang digunakan
pada praktikum penetapan kapasitas pertukaran kation adalah metode
daya jerap muatan positif dan negatif.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh nilai KPK sebesar 11,9955 % me
dengan harkat rendah. Hal ii dikarenakan tanah grumosol memiliki tipe
lempung monmorilonit 2:1 yang didominasi pori mikro sehingga
memiliki kemampuan menyimpan air yang baik. Rendahnya nilai KPK
pada tanah ini bisa disebabkan karena proses pencucian akibat curah
hujan yang tinggi sehingga kandungan bahan organiknya rendah.
k. Penetapan H⁺ Tertukar
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan
Hidrogen Hdd adalah kadar hidrogen yang terkandung didalam tanah.
Metode yang digunakan pada analisis ini dilakukan devngan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan untuk mendeteksi tanah apakah tergolong
masam atau basa yang perannya sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah latosol diperoleh nilai H⁺ sebesar 0,1452% dengan
harkat sangat kecil. Hal ini tidak sesuai teori dimana seharusnya harkat
H⁺ tanah latosol tinggi karena tanah latosol merupakan tanah tua yang
telah mengalami pelindihan lanjut sehingga terdapat akumulasi Al dan
Fe yang menyebabkan tanah masam sehingga seharusnya H⁺ yang
terkandung pun tinggi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada lokasi
pengambialan sampel terdapat akumulasi bahan-bahan lain akibat
pelindian dari bagian atas.
l. Penetapan Aldd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat
masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al³⁺ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman
atau mengikat fosfor. Metode yang digunakan untuk menetapkan Al dd
adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh nilai Al dd sebesar 0 me % dengan
harkat sangat rendah. Hal ini menunjukan bahwa tidak adanya Al³⁺
yang dapat dipertukarkan dalam tanah, kelarutan Al yang sangat
rendah ini, dapat menguntungkan tanaman, karena Al dalam jumlah
besar akan meracuni tanaman. Hal ini dikarenakan ranah grumusol
pada daerah tersebut merupakan tanah yang sudah mengalami
pelapukan lebih lanjut sehingga tanah ini memiliki dominasi pori
mikro dan bertekstur liat. Kondisi ini mengakibatkan tanah tidak
mudah tercuci. Selain itu pH tanah grumusol lebih tinggi dibandingkan
ketiga jenis tanah lainya, semakin tinggi nilai pH makan kejenuhan Al
semakin rendah dan Al³⁺ yang dipertukarkan dalam tanah semakin
kecil. Hal ini dikarenakan Al dalam tanah akan bereaksi pada pH
kurang dari 5 dan akan mengendap atau tidak bereaksi saat pH netral.
m. Penetapan Fe
Besi (Fe) adalah unsur keempat yang terbanyak ditemukan di bumi
dan unsur yang terlibat dalam reaksi reduksi – oksidasi (redoks) di
tanah. Fe dapat terbentuk sebagai oksida, sulfida, karbonat dan sulfat.
Fe di tanah pada prinsipnya berada sebagai unsur yang berada dalam
dua kondisi bilangan oksidasi yaitu Ferri (Fe 3+¿ ¿) dan sebagai Ferro (F
e 2+¿ ¿) , hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Metode
yang digunakan pada penetapan Fe di laboratorium adalah metode
spektrofotometer dimana pewarnaan didapatkan dari reaksi antara Fe
dan Ortho phenantrolin.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh nilai Fe sebesar 22,076% dan
tergolong dalam harkat tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik
tanah grumusol dimana tanah ini merupakan tanah yang berasal dari
pelapukan bahan induk kapur dan tuffa yang memungkinkan tanah ini
memiliki Ph netral sampai basa antara 7 – 8 dan memiliki sifat yang
kering dan mudah pecah. Namun, karena tanah grumusol terbentuk
melalui proses terakumulasinya mineral 2:1 (smektit) dan proses
mengembang dan mengerut yang terjadi secara periodic dan
membentuk slickenside atau relief miko gilgai sehingga
memungkinkan terjadi penggenangan dan akumulasi bahan lain yang
bisa menyebabkan kandungan Fe pada tanah ini menjadi tinggi.
n. Penetapan Mn
Mangan merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Tanaman dapat menyerap
mangan (Mn) dalam bentuk ion Mn2 +¿¿. Metode yang digunakan pada
praktikum penetapan Mn yaitu menggunakan metode spektrofotometer
dengan melakukan pengesktrakkan memakai N H 4Oac maupun ekstrak
air.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh nilai Mn sebesar 46,8099 ppm dan
berharkat medium level. Hal ini dikarenakan lokasi pengambialn
sampel tanah berada pada kondisi adalah tanah yang terbentuk dari
batuan induk kapur yang telah mengalami pelapukan lebih lanjut
sehingga menyebabkan tidak terdapat aktivitas organik di dalam tanah
ini. Rendahnya bahan organik mengakibatkan kandugan Mn menjadi
lebih tinggi. harkat medium level di akibatkan karena tanah ini
didominasi pori mikro dengan pH yang netral.

o. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO 4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap
belerang dari tanah dalam bentuk SO42- (sulfat), tetapi sebagian
diserap melalui daun sebagai SO2. Sulfat akan direduksi didalam tanah
yang tergenang sehingga menjadi hidrogen sulfida (Gas H2S) dan
belerang unsur itu sendiri. Metode yang digunakan pada praktikum
penetapan SO₄ tersedia yaitu menggunakan metode spektrofotometer.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah grumosol diperoleh kadar SO₄ sebesar 130,923 ppm
dengan harkat rendah. Hal ini dikarenakan kandungan bahan organik
tanah grumosol rendah sehinga kadar SO₄ juga rendah srlain itu tanah
ini juga termasuk pH yang masam.
3. Sifat Kimia Tanah Rendzina
a. Penetapan Ph
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit
tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Reaksi tanah dapat dirumuskan dengan pH = - Log
[H⁺]. Penetapan pH pada prsktikum kali ini menggunakan metode pH
meter atau menggunakan kertas lakmus.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel
tanah rendzina diperoleh nilai pH H 2 O 7 berharkat netral, pH KCl
6,23 dengan harkat agak masam, dan pH NaF 8 yang berharkat tidak
mengandung amorf. Hal ini dikarenakan lokasi pengambilan tanah
rendzina berada pada wilayah Tahura menyebabkan tanah yang
berbahan dasar karst (kandungan CaCO 3 tinggi) mengalami timbunan
bahan organik seperti seresah daun dari rontokan pepohonan sehingga
pH yang dihasilkan pun relatif netral.
Pada pengujian dengan KCl yang merupakan larutan pendesak tanah
dengan pH lebih kecil dibandingkan dengan H2O. Teori pH aktual
dengan pH potensial ini sesuai penerapannya dimana pada pH aktual
dengan menggunakan larutan H 2 O pada saat masuk ke dalam tanah
mengalami pertukaran dengn ion H⁺ dalam tanah dan mengalami
pendesakan sehingga menghasilkan ion H 2 O kembali dengan pH yang
ada. Sedangkan pH potensial, tanah dengan menggunakan larutan KCl
melakukan pertukaran H⁺ pada tanah hingga terdesak keluar dan
menghasilkan HCl dengan pH yang dihasilkan lebih rendah
dibandingkan dengan pH H 2 O .
a. Penetapan Redoks Potensial
Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan
kuantitas elektron dalam suatu system. Oksidasi-reduksi merupakan
reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Penetapan redoks potensial pada praktikum ini menggunakan
alat Eh meter dalam penghitungannya.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah Rendzina diperoleh nilai redoks poensial sebesar 246
mVolt dengan harkat tereduksi sedang. Hal ini dikarenakan tanah
rendzina berasal dari bahan induk kapur reduksi ion ion di dalam
tanah.
b. Penetapan DHL
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat
dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Penetapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara
elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan
yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik,
dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat
diterapkan. Perhitungan pada praktikum penetapan daya hantar listrik
menggunakan alat yaitu Ec meter atau potensiometrik.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai DHL sebesar 0,019 dengan
harkat bebas garam. Hal ini dikarenakan tanah rendzina berasal dari
bahan induk kapur sehingga memiliki kadar garam yang kecil. Selain
itu tanah rendzina berada pada daerah yang bertopografi bergelombang
yang mengakibatkan terjadinya pencucian garam sehingga daya hantar
listriknya kecil. Oleh Karena itu, tanah rendzina cocok untuk berbagai
macam tanaman tanpa terjadinya penghambatan pertumbuhan.
c. Penetapan Bahan Organik
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi. Metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar bahan organik tanah di
laboratorium adalah metode Walkley and Black.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh kadar C-Organik sebesar 0,2175 %
dengan harkat sangat rendah dan kadar bahan organik sebesar 0,375 %
dengan harkat sangat rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori
dikarenakan tanah rendzina berasal dari batuan kapur yang memiliki
kandungan liat yang tinggi dan didominasi oleh pori mikro sehingga
tanah dapat mengikat air dan bahan organik secara efektif, maka
seharusnya kadar bahan organik dalam tanah rendzina berharkat tinggi.
Hal ini bisa terjadi karena lokasi pengambilan tanah rendzina berada
pada daerah bertopografi bergelombang menyebabkan tanah mudah
mengalami pencucian oleh air hujan sehingga kandungan C-organik
dan bahan organik menjadi rendah. Selain itu adanya vegetasi penutup
yang mempengaruhi laju dekomposisi sehingga menyebabkan bahan
organiknya rendah.
d. Penetapan N-Tersedia
Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. Unsur hara nitrogen berperan sebagai penyusun
semua protein, klorofil dan asam - asam nukleat, serta berperan
penting dalam pembentukan koenzim Metode yang digunakan pada
penetan N-tersedia yaitu metode kjeldahl.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai persen N-tersedia sebesar
0,0086513% dan termasuk harkat sangat rendah. Hal ini sudah sesuai
teori karena tanah rendzina merupakan tanah yang dihasilkan dari
pelapukan bebatuan kapur yang miskin akan unsur hara juga peka
terhadap erosi. N berada di atas permukaan tanah sehingga mudah
tererosi. Selain itu nilai Eh yang rendah pada tanah ini menyebabkan
kondisi reduktif yang dimana berkaitan erat dengan stabilitas oleh
senyawa-senyawa besi dan mangan sehingga kadar N nya rendah.
Untuk meningkatkan kadar N dalam tanah dapat dilakukan dengan
cara pemupukan dengan pupuk N dan penambahan bahan organik.
e. Penetapan Phosfor
Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P
seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Kandungan P-tersedia
pada tanah latosol dapat diketahui dengan menggunakan metode Bray,
Birham, dan KPPT. Pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) menggunakan pengekstrak 0,1 N HCl dan 0,03 N H 4 F,
sedangkan pada metode Birham menggunakan pengekstrak air.
Pengekstrak yang bersifat asam menyebabkan metode Bray lebih
cocok untuk digunakan daripada metode Olsen karena metode Bray
lebih spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat
digunakan untuk tanah asam dan basa.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh kadar P-tersedia dalam tanah rendzina
menggunakan metode Olsen yaitu sebesar 3,0752 ppm dengan harkat
sangat rendah, menggunakan metode Birham yaitu sebesar 4,273 ppm
dengan harkat sangat rendah, dan kemampuan penyematan P tanah
(KPPT) yaitu sebesar 12,301 ppm dengan harkat rendah. Perbedaan
dari ketiga metode ini yaitu disebabkan karena pengaruh dari masing-
masing pengekstrak yang digunakan oleh setiap metode. Pengekstrak
NH 4F dan HCl yang ditambahkan pada kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) akan lebih menaikkan pH tanah. Naiknya pH tanah akan
menyebabkan konsentrasi OH −¿¿ (hidroksil) juga naik dan bersaing
dalam pertukaran ion. Selain itu, dengan penambahan pengekstrak
NH 4F dan HCl akan menyebabkan terbentuknya Fe−¿ ¿ atau Al-
hidroksida, sehingga mengakibatkan banyak fosfor (P) yang terlepas
atau dibebaskan.
Kemampuan penyematan P tanah (KPPT) dapat digunakan pada
tanah masam dan basa, sehingga ketiga bentuk ion fosfor yang siap
untuk diambil tanaman tersebut dapat terbaca. Sedangkan, pengekstrak
NaHCO 3F pada metode Olsen menyebabkan pH tanah menurun dan
kadar P yang terbaca tidak sebesar pada kemampuan penyematan P
tanah (KPPT). KPPT memiliki hubungan juga dengan kemampuan
pengambilan atau penyerapan P oleh tanaman. Karena semakin tinggi
KPPT yang dimiliki maka semakin tinggi juga kemampuan
penyerapan P oleh tanaman . Pengaruh gangguan dari parameter lain
menyebabkan hasil dari ketiga metode belum bisa dijadikan
perbandingan efektivitas penentuan P-tersedia.
f. Penetapan K Tersedia
Kalium (K) ialah salah satu unsur hara makro yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium mempunyai peran
sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman.
Ketersediaan K di dalam tanah tergantung kepada proses dan dinamika
kalium dalam tanah terutama proses jerapan dan pelepasan. Mineral-
mineral primer sebagai sumber utama kalium adalah mineral biotit¿,
muskovit H 2 KaI ¿ dan felspart KAl Si 3 O 8. Pada penetapan K tersedia
menggunakan metode Flame photometer. Cara kerja flame photometer
adalah sampel yang diinjeksikan mengalir melalui pipa kapiler
dinebulasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporasi,
dan atomisasi dalam nyala api.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai K tersedia sebesar 0,54 me %
dengan harkat sedang. Hal ini disebabkan karena tanah rendzina
bertekstur lempung sehingga pada saat terjadi pencucian tanah oleh
air, unsur K dapat ditahan oleh koloid tanah sehingga unsur K dalam
tanah tidak mudah hilang. Semakin banyak koloid maka semakin
banyak kation yang dapat diserap dan kapasitas tukar kation (KPK)
juga semakin besar, sehingga ketersediaan K dalam tanah juga
meningkat. Selain itu ketersedian K dapat juga dipengaruhi oleh
pemupukan dan keberadaan Ca dan Mg didalam tanah, yang dimana
jika unsur Ca dan Mg rendah maka unsur K akan menjadi tinggi begitu
juga sebaliknya.
g. Penetapan Na
Natrium merupakan salah satu unsur hara mikro pembangun
(fakultatif) yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
dapat menjadi unsur penting untuk beberapa jenis tanaman tertentu.
Natrium diserap dalam bentuk ionNa+¿¿. Keberadaan Na dalam tanah
dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman, yaitu nilai osmosis akan meningkat sehingga dapat
menimbulkan efek plasmolisis. Metode yang digunakan pada
penetapan Na adalah metode Flame fotometer dengan filter Na.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Na sebesar 0,33 me % dengan
harkat sedang. Hal ini disebabkan karena tanah rendzina merupakan
merupakan tanah organik di atas bahan kapur yang memiliki tekstur
lempung seperti vertisol sehingga kemampuan menahan air dan
mengikat air tinggi sehingga. Selain itu harkat Na yang sedang
dipengaruhi oleh proses evaporasi air yang dimana akan membuat
garam-garam didalam tanah tertinggal dan menyebabkan
meningkatnya Na di dalam tanah Tanah rendzina mengandung sedikit
unsur hara sehingga tanaman yang dapat tumbuh di tanah rendzina
adalah tanaman-tanaman keras semusim dan tanaman palawija.
h. Penetapan Ca dan Mg
Ca dan Mg merupakan unsur hara makro sekunder yang
dibutuhkan tanaman. Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion
Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan
struktur dan permeabilitas membran sel. Ca berasal dari pelapukan dari
sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar,
apatit, limestone, dan gypsum. Sedangkan magnesium merupakan
komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3 MgCO 3 ¿, sulfat potas magnesium, epsom salt
( MgSO ¿ ¿ 4 7 H 3 O)¿ kieserit, magnesia (MgO) serpentin ¿ ¿, magnesit
( MgCO 3), dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk penetapan Ca
dan Mg adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh kadar Ca sebesar 1,26 me % dengan
harkat sangat rendah dan kadar Mg sebesar 0,27 me % dengan harkat
sangat rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena tanah rendzina
merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan kapur sehingga
memiliki kandungan Ca dan Mg yang lebih tinggi dibandingkan tanah
masam. Selain itu tanah rendzina memiliki pH netral dan nilai KPK
tinggi yang menunjukkan bahwa Ca dan Mg dapat tersedia dalam
kadar yang tinggi. Namun, karena kondisi curah hujan yang tinggi
pada lokasi pengambilan sampel tanah mengakibatkan Mg menjadi
tercuci dan kadarnya dalam tanah menjadi berkurang. Ketersediaan K
yang tinggi juga mempengaruhi rendahnya kadar Ca pada tanah ini,
karena semakin tinggi unusur K maka semakin rendah unsur Ca begitu
pun sebaliknya.
i. Penetapan KPK
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange capacity
(CEC) yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Metode yang digunakan
pada praktikum penetapan kapasitas pertukaran kation adalah metode
daya jerap muatan positif dan negatif.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai KPK 1,45 % me dengan harkat
sangat rendah. Hal ini dikarenakan sampel tanah yang diambil berasal
dari lapisan yang dalam sehingga mengandung sedikit bahan organik
dan tanah berada pada topografi yang miring sehingga mudah
mengalami pencucian. Kandungan bahan organik di dalam tanah
mempengaruhi nilai KPK, semakin tinggi kandungan bahan organik
maka nilai KPK juga akan semakin tinggi.
j. Penetapan H⁺ Tertukar
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan
Hidrogen Hdd adalah kadar hidrogen yang terkandung didalam tanah.
Metode yang digunakan pada analisis ini dilakukan devngan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan untuk mendeteksi tanah apakah tergolong
masam atau basa yang perannya sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai H +¿¿ sebesar 1,158% dan
tergolong dalam harkat sangat kecil. Hal ini dikarenakan lokasi
pengambilan sampel berada di daerah lingkungan karst yang memiliki
kandungan CaCO 3 serta terdapat akumulasi bahan organik atau humus
di lokasi pengambilan sampel tanah menyebabkan tingkat kemasaman
tanah masih tergolong masih sangat kecil dan pH relatif mendekati
netral.

k. Penetapan Aldd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat
masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al³⁺ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman
atau mengikat fosfor. Metode yang digunakan untuk menetapkan Al dd
adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Al dd sebesar 0,0204 me %
dengan harkat sangat rendah. Hal ini dikarenakan tanah rendzina
memiliki nilai pH yang cenderung netral, dimana pada pH netral dapat
menyebabkan kadungan Al di dalam tanah rendah. Selain itu
penambahan bahan humat hasil dari dekomposisi bahan organik juga
mengakibatkan Al yang dapat dipertukarkan pada tanah rendah.
l. Penetapan Fe
Besi (Fe) adalah unsur keempat yang terbanyak ditemukan di bumi
dan unsur yang terlibat dalam reaksi reduksi – oksidasi (redoks) di
tanah. Fe dapat terbentuk sebagai oksida, sulfida, karbonat dan sulfat.
Fe di tanah pada prinsipnya berada sebagai unsur yang berada dalam
dua kondisi bilangan oksidasi yaitu Ferri (Fe 3+¿ ¿) dan sebagai Ferro (F
e 2+¿ ¿) , hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Metode
yang digunakan pada penetapan Fe di laboratorium adalah metode
spektrofotometer dimana pewarnaan didapatkan dari reaksi antara Fe
dan Ortho phenantrolin.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Fe sebesar 0,2875% dengan
harkat sangat rendah. Hal ini dikarenakan tanah rendzina berasal dari
pelapukan batuan kapur sehingga pH pada tanah ini yaitu basa dan
logam Fe tidak terakumulasi dengan baik pada tanah ini..
m. Penetapan Mn
Mangan merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Tanaman dapat menyerap
mangan (Mn) dalam bentuk ion Mn2 +¿¿. Metode yang digunakan pada
praktikum penetapan Mn yaitu menggunakan metode spektrofotometer
dengan melakukan pengesktrakkan memakai N H 4Oac maupun ekstrak
air.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh nilai Mn sebesar 41,314 ppm dan
memilki harkat berupa medium level. Hal ini dikarenakan tanah
rendzina memiliki kandungan bahan organik yang rendah karena
berasal dari bahan induk batuan kapur yang berpengaruh pada
keberadaan Mn pada tanah ini yang relatif lebih tinggi. Harkat mdeium
level pada tanah ini dikarenakan tanah ini didominasi tekstur lempung
sehingga kemampuan meloloskan airnya rendah dan proses pencucian
menjadi lebih sulit pada tanah ini.

n. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO 4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap

belerang dari tanah dalam bentukSO 42−¿¿, tetapi sebagian diserap


melalui daun sebagai SO 2 . Sulfat akan direduksi didalam tanah yang
tergenang sehingga menjadi hidrogen sulfida (Gas H 2 S ) dan belerang
unsur itu sendiri. Metode yang digunakan pada praktikum penetapan
SO₄ tersedia yaitu menggunakan metode spektrofotometer.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah rendzina diperoleh kadar SO₄ sebesar 117,4788 ppm
dengan harkat rendah. Rendahnya kadar SO₄ pada tanah ini bisa
disebabkan karena pH yang cenderung netral sehingga kadar SO₄
rendah. Selain itu tanah ini meiliki permukaan yang luas yang dapat
mempengaruhi kadar SO₄ nya. Selain itu pada sampel tanah terdapat
banyak muatan negatif sehingga tidak dapat mengikat sulfur.
4. Sifat Kimia Tanah Regosol
a. Penetapan Ph
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit
tanaman untuk tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung
toksik (racun). Reaksi tanah dapat dirumuskan dengan pH = - Log
[H⁺]. Penetapan pH pada prsktikum kali ini menggunakan metode pH
meter atau menggunakan kertas lakmus.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel
tanah rendzina diperoleh nilai pH H2O 7 berharkat netral, pH KCl 6,23
dengan harkat agak masam, dan pH NaF 8 yang berharkat tidak
mengandung amorf. Hal ini dikarenakan lokasi pengambilan tanah
rendzina berada pada wilayah Tahura menyebabkan tanah yang
berbahan dasar karst (kandungan CaCO3 tinggi) mengalami timbunan
bahan organik seperti seresah daun dari rontokan pepohonan sehingga
pH yang dihasilkan pun relatif netral.
Pada pengujian dengan KCl yang merupakan larutan pendesak tanah
dengan pH lebih kecil dibandingkan dengan H2O. Teori pH aktual
dengan pH potensial ini sesuai penerapannya dimana pada pH aktual
dengan menggunakan larutan H2O pada saat masuk ke dalam tanah
mengalami pertukaran dengn ion H+ dalam tanah dan mengalami
pendesakan sehingga menghasilkan ion H2O kembali dengan pH yang
ada. Sedangkan pH potensial, tanah dengan menggunakan larutan KCl
melakukan pertukaran H+ pada tanah hingga terdesak keluar dan
menghasilkan HCl dengan pH yang dihasilkan lebih rendah
dibandingkan dengan pH H2O.
b. Penetapan Redoks Potensial
Potensial redoks (Eh) merupakan indeks yang menyatakan
kuantitas elektron dalam suatu system. Oksidasi-reduksi merupakan
reaksi pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor
elektron. Penetapan redoks potensial pada praktikum ini menggunakan
alat Eh meter dalam penghitungannya.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai redoks potensial sebesar 221
mVolt dengan harkat tereduksi sedang. Hal ini dikarenakan tanah
rendzina memiliki porositas yang tinggi dikarenakan didominasi pori
makro sehingga aerasinya baik. Tanah yang aerasinya baik akan
mempunyai nilai redoks baik pula sehingga terjadi proses reduksi di
dalam tanah.
c. Penetapan DHL
DHL merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau suatu zat
dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Penetapan DHL tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara
elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan
perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan
yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik,
dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat
diterapkan. Perhitungan pada praktikum penetapan daya hantar listrik
menggunakan alat yaitu Ec meter atau potensiometrik.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai DHL sebesar 0,51456. Hal ini
dikarenakan tanah regosol memiliki pH 6,7 atau mendekati netral.
Selain itu tanah regosol berasal dari tanah alluvial serta memiliki
butiran yang cukup kasar hasil dari material erupsi gunung berapi
sehingga kandungan garam pada tanah ini cepat hilang. Selain itu
proses pelindian yang terus menerus mengakatkan penurunan nilai
salinitas yang artinya kandungan garam pada tanah regosol berkurang.
d. Penetapan Bahan Organik
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi. Metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar bahan organik tanah di
laboratorium adalah metode Walkley and Black.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh kadar C-organik sebesar 0,97 %
dengan harkat sangat rendah dan kadar bahan organik sebesar 1,67 %
dengan harkat sangat rendah. Hal ini sudah sesuai teori dikarenakan
tanah regosol bertekstur kasar yang didominasi fraksi pasir sehingga
memiliki banyak pori makro yang mengakibatkan kemampuan
mengikat air rendah dan proses dekomposisi dari sisa tumbuhan
maupun hewan menjadi terhambat serta lokasi pengambialn tanah
berada di sleman dimana kondisi tanahnya berasal dari bahan induk
abu vulkanik yang belum mengalami pelapukan dan perkembangan
lebih lanjut. Selain itu tanah regosol didominasi frkasi pasir sehingga
memungkinkan terjadinya proses penguraian senyawa organik menjadi
karbon dioksida dan air oleh bakteri yang dapat mengakibatkan
kandungan C-organik dan bahan organiknya dalam tanah menjadi
rendah.
e. Penetapan N-Tersedia
Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. Unsur hara nitrogen berperan sebagai penyusun
semua protein, klorofil dan asam - asam nukleat, serta berperan
penting dalam pembentukan koenzim Metode yang digunakan pada
penetan N-tersedia yaitu metode kjeldahl.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol, diperoleh nilai persen N-tersedia sebesar
0,0016% dan termasuk harkat sangat rendah.. Hal ini dikarenakan
tanah latosol merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif dan
sangat mudah tercuci, sehingga terjadi pelindian kation-kation hara
dan bahan organik yang menjadikan tanah ini mempunyai kapasitas
tukar kation dan kandungan hara yang rendah..
f. Penetapan Phosfor
Fosfor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P
seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Kandungan P-tersedia
pada tanah latosol dapat diketahui dengan menggunakan metode Bray,
Birham, dan KPPT. Pada metode Bray dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) menggunakan pengekstrak 0,1 N HCl dan 0,03 N H 4 F,
sedangkan pada metode Birham menggunakan pengekstrak air.
Pengekstrak yang bersifat asam menyebabkan metode Bray lebih
cocok untuk digunakan daripada metode Olsen karena metode Bray
lebih spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat
digunakan untuk tanah asam dan basa.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh kadar P-tersedia dalam tanah regosol
menggunakan metode Bray yaitu sebesar 1,986 ppm dengan harkat
sangat rendah, menggunakan metode Birham yaitu sebesar 3,2397 ppm
dengan harkat sangat rendah pula, dan kemampuan penyematan P
tanah (KPPT) yaitu sebesar 19,839 ppm dengan harkat sedang.
Perbedaan dari ketiga metode ini disebabkan karena pengaruh dari
masing-masing pengekstrak yang digunakan oleh setiap metode.
Larutan pengekstrak yang digunakan pada metode Bray dan
kemampuan penyematan P tanah (KPPT) sama, namun pada kedua
metode tersebut menghasilkan kadar P-tersedia dalam tanah regosol
yang sangat berbeda. Hal tersebut disebabkan karena konsentrasi
larutan P standarnya berbeda. Pada metode Bray, konsentrasi larutan P
standar yang digunakan yaitu sebesar 50 ppm dan 5 ppm. Sedangkan
pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT), konsentrasi larutan P
standar yang digunakan yaitu sebesar 100 ppm dan 20 ppm.
Pengekstrak NH 4 F dan HCl serta larutan P standar yang
ditambahkan pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT) akan lebih
menaikkan pH tanah yang menyebabkan konsentrasi OH- (hidroksil)
juga naik dan bersaing dalam pertukaran ion. Kemampuan penyematan
P tanah (KPPT) dapat digunakan pada tanah masam dan basa,
sehingga ketiga bentuk ion fosfor yang siap untuk diambil tanaman
tersebut dapat terbaca. Sedangkan, pengekstrak NH 4 F dan HCl serta
larutan P standar yang ditambahkan pada metode Bray menyebabkan
pH tanah menurun dan kadar P-tersedia yang terbaca tidak sebesar
pada kemampuan penyematan P tanah (KPPT).
g. Penetapan K Tersedia
Kalium (K) ialah salah satu unsur hara makro yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium mempunyai peran
sebagai aktivator beberapa enzim dalam metabolisme tanaman.
Ketersediaan K di dalam tanah tergantung kepada proses dan dinamika
kalium dalam tanah terutama proses jerapan dan pelepasan. Mineral-
mineral primer sebagai sumber utama kalium adalah mineral biotit¿,
muskovit H 2 KaI ¿ dan felspart KAl Si 3 O 8. Pada penetapan K tersedia
menggunakan metode Flame photometer. Cara kerja flame photometer
adalah sampel yang diinjeksikan mengalir melalui pipa kapiler
dinebulasi ke dalam ruang pembakar, mengalami desolvatasi, vaporasi,
dan atomisasi dalam nyala api.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai K tersedia sebesar 0,992 me %
dengan harkat tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena tanah
regosol memiliki kandungan pasir yang tinggi sehingga didominasi
oleh pori makro yang mudah terjadi pencucian dan mengakibatkan
ketersediaan K dalam tanah rendah. Namun, karena lokasi
pengambilan sampel tanah regosol berada di Wedomartani dengan
kondisi lahan yang sudah sering dilakukan pengolahan tanah sehingga
kondisi tanah dapat diatur sedemikian rupa agar tanah dapat digunakan
untuk kegiatan pertanian secara efektif. Tingginya ketersediaan K
dalam tanah akan membantu proses fotosintesis untuk pertumbuhan
tanaman.
h. Penetapan Na
Natrium merupakan salah satu unsur hara mikro pembangun
(fakultatif) yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
dapat menjadi unsur penting untuk beberapa jenis tanaman tertentu.
Natrium diserap dalam bentuk ionNa+¿¿. Keberadaan Na dalam tanah
dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman, yaitu nilai osmosis akan meningkat sehingga dapat
menimbulkan efek plasmolisis. Metode yang digunakan pada
penetapan Na adalah metode Flame fotometer dengan filter Na.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Na sebesar 0,993 me % dengan
harkat tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena tanah regosol
merupakan tanah hasil dari peristiwa vulkanisme gunung berapi yang
belum banyak mengalami perkembangan profilnya sehingga kadar Na
tersedia seharusnya berharkat sedang atau tidak tinggi. Akan tetapi,
tanah regosol yang digunakan untuk sampel berlokasi di Wedomartani
yang memiliki kondisi lahan sudah sering dilakukan pengolahan tanah
atau pernah terjadi penambahan Na dari proses pemupukan dan juga
karena tanah regosol memiliki pH 6,7 dimana pada pH 6-7 Na dapat
terlarut dalam air sehingga Na dapat diserap dalam tanah. Hal ini yang
menyebabkan nilai Na tersedia pada sampel tanah regosol menjadi
tinggi.
i. Penetapan Ca dan Mg
Ca dan Mg merupakan unsur hara makro sekunder yang
dibutuhkan tanaman. Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion
Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan
struktur dan permeabilitas membran sel. Ca berasal dari pelapukan dari
sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar,
apatit, limestone, dan gypsum. Sedangkan magnesium merupakan
komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3 MgCO 3 ¿, sulfat potas magnesium, epsom salt
( MgSO ¿ ¿ 4 7 H 3 O)¿ kieserit, magnesia (MgO) serpentin ¿ ¿, magnesit
( MgCO 3), dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk penetapan Ca
dan Mg adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh kadar Ca sebesar 0,237 me % dengan
harkat sangat rendah dan kadar Mg sebesar 0,158 me % dengan harkat
sangat rendah. Hal ini dikarenakan itu tanah regosol memiliki pH
kurang dari 7 menyebabkan kandungan Ca dan Mg sedikit tersedia,
karena Ca dan Mg akan tersedia tinggi pada pH 7-7,5. Tanah regosol
juga memiliki nilai kpk yang rendah sehingga kemampuan menjerap
kation-kation Ca dan Mg juga rendah. Selain itu lokasi pengambilan
sampel tanah regosol berlokasi di Wedomartani dengan kondisi lahan
berasal dari kegiatan vulkanik gunung berapi, sehingga memiliki kadar
kapur yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang berasal dari
pelapukan batuan kapur.
j. Penetapan KPK
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) atau Cation Exchange capacity
(CEC) yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid yang bermuatan negatif. Metode yang digunakan
pada praktikum penetapan kapasitas pertukaran kation adalah metode
daya jerap muatan positif dan negatif.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai KPK sebesar 0,269 % me dan
memiliki harkat sangat rendah. Hal ini dikarenakan tanah regosol
merupakan tanah pasir yang didmoniasi pori mikro yang
mengakibatkan kemampuan menahan airnya rendah sehingga tanah
mudah tercuci dan pertukaran kation di dalam tanah menjadi rendah.
Selain itu kandungan bahan organik tanah regosol rendah, semakin
rendah kandungan bahan organik, nilai KPK juga semakin rendah.

k. Penetapan H⁺ Tertukar
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan
Hidrogen Hdd adalah kadar hidrogen yang terkandung didalam tanah.
Metode yang digunakan pada analisis ini dilakukan devngan metode
titrasi. Titrasi ini dilakukan untuk mendeteksi tanah apakah tergolong
masam atau basa yang perannya sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai H +¿¿ 0,189 % yang tergolong
dalam harkat sangat kecil atau dalam arti memiliki tingkat kemasaman
yang rendah. Hal ini dikarenakan lokasi sampel berada di lingkungan
gunung api yang aktif akibatnya tanah selalu mengalami pembaruan
sehingga tanah tersebut belum mengalami pelindihan yang dapat
memicu H +¿¿ dalam tanah teroksidasi yang berakibat pada kemasaman
tanah.
Tanah dengan harkat ini memiliki keuntungan bagi tanaman karena
tergolong subur karena unsur yang dibutuhkan masih tersedia dan
belum teroksidasi atau mengalami pelindihan sehingga tanah ini perlu
dijaga agar tidak mengalami pelindihan yang berlebihan sehingga
kandungan H +¿¿ dalam tanah tidak mudah teroksidasi menjadi masam
yang dapat berpengaruh pada tanaman.
l. Penetapan Aldd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat
masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al³⁺ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman
atau mengikat fosfor. Metode yang digunakan untuk menetapkan Al dd
adalah metode titrasi.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Al dd sebesar 0 me % dengan
harkat sangat rendah. Hal ini bertentangan dengan teori, karena
pengambilan sampel tanah regosol berlokasi di Wedomartani yang
merupakan tanah yang berasal dari endapan gunung merapi yang
belum mengalami pelapukan lebih lanjut, sehingga tekstur yang
terbentuk masih kasar memiliki pori makro dan merupakan tanah
dengan dominasi pasir, hal ini menyebabkan tanah akan mudah
mengalami pencucian, sehingga kelarutan nilai aldd akan bertambah
seiring dengan bertambahnya kelarutan Al dalam tanah. Selain itu
tingginya curah hujan juga akan menambah aktivitas pencucian,
sehingga Al yang dapat dipertukarkan dalam tanah juga akan semakin
bertambah.
m. Penetapan Fe
Besi (Fe) adalah unsur keempat yang terbanyak ditemukan di bumi
dan unsur yang terlibat dalam reaksi reduksi – oksidasi (redoks) di
tanah. Fe dapat terbentuk sebagai oksida, sulfida, karbonat dan sulfat.
Fe di tanah pada prinsipnya berada sebagai unsur yang berada dalam
dua kondisi bilangan oksidasi yaitu Ferri (Fe 3+¿ ¿) dan sebagai Ferro (F
e 2+¿ ¿) , hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Metode
yang digunakan pada penetapan Fe di laboratorium adalah metode
spektrofotometer dimana pewarnaan didapatkan dari reaksi antara Fe
dan Ortho phenantrolin.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Fe sebesar 20,24% dengan harkat
tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana tanah regosol
merupakan tanah yang berasal dari kegiatan vulkanik sehingga tanah
ini memiliki Ph netral – basa yang memungkinkan sedikitnya
kandungan Fe pada tanah ini. Hal ini bisa terjadi karena tanah ini
memiliki tekstur kasar yang bisa menyebabkan unsur hara makro pada
tanah ini mudah tercuci sehingga kandungan Fe akan meningkat dan
mengikat kandungan hara makro. Selain itu, sampel tanah yang
diambil pada penelitian ini berasal dari Kebun Wedomartani, Sleman
yang dimana telah dilakukan pengolahan yang cukup intensif pada
lahannya. Dalam proses pengolahan, kegiatan penggenangan bisa
menyebabkan kandungan Fe meningkat seiring dengan menurunnya
nilai pH dan Eh karena terjadi proses reduksi dimana oksigen yang ada
di dalam pori tanah diisi dengan air.
n. Penetapan Mn
Mangan merupakan salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Tanaman dapat menyerap
mangan (Mn) dalam bentuk ion Mn2 +¿¿. Metode yang digunakan pada
praktikum penetapan Mn yaitu menggunakan metode spektrofotometer
dengan melakukan pengesktrakkan memakai N H 4Oac maupun ekstrak
air.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh nilai Mn sebesar 18,46 ppm dengan
harkat medium level. Hal ini dikarenakan sampel tanah regosol yang
digunakan berasal dari endapan oleh vulkanik pada gunung merapi dan
belum adanya pelapukan lebih lanjut sehingga didapati harkat yang
medium level pada kandungan Mn. Namun sebaliknya jika tanah telah
mengalami pelapukan yang lebih lanjut maka kandungan Mn di dalam
tanahnya akan semakin tinggi. Selain itu pengaruhi pengolahan tanah
yang terjadi secara intensif juga dapat mempengaruhi ketersedian Mn
didalam tanah.
Faktor Eh pada tanah regosol yang dimana menyebabkan tanah
menjadi tereduksi sedang, sehingga menyebabkan Mn aka n terlarut
menjadi Mn²⁺ dan jika berlangsung secara terus menerus akan
mengalami pengendapan yang menyebabkan tanah regosol memiliki
kadar Mn dengan harkat medium.
o. Penetapan SO 4
Sulfur didalam tanah berasal dari pelapukan mineral, gas belerang
di atmosfer, dan dekomposisi bahan organik. Sulfur tersedia bagi
tanaman dalam bentuk SO4 dan bersifat mobil. Tanaman menyerap

belerang dari tanah dalam bentukSO42−¿¿, tetapi sebagian diserap


melalui daun sebagai SO 2 . Sulfat akan direduksi didalam tanah yang
tergenang sehingga menjadi hidrogen sulfida (Gas H 2 S ) dan belerang
unsur itu sendiri. Metode yang digunakan pada praktikum penetapan
SO₄ tersedia yaitu menggunakan metode spektrofotometer.
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan pada
sampel tanah regosol diperoleh kadar SO₄ sebesar 163 ppm dengan
harkat sedang hingga tinggi. Tinginya kadar SO₄ ini disebabkan
sampel tanah regosol yang digunakan berasal dari endapan vulkanik
pada gunung Merapi yang belum mengalami pelapukan lebih lanjut
dan sudah mengalami pengolahan secara intensif atau terus-menerus
serta pengaruh pemupukan yang menggunakan pupuk dengan
kandungan sulfur. Selain itu tingginya kontribusi sulfur dari udara atau
atmosfer dan air hujan menyebabkan tingginya ketersedian sulfur
didalam tanah. Pengaruh tekstur pasiran oleh tanah regosol juga dapat
meningkatkan kandungan SO₄ didalam tanah. Oleh karena sulfur
yang dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk sulfatSO42−¿¿ dan
hanya sebagian kecil sulfur dalam bentuk gas SO, maka tanaman
menyerap langsung SO₄ dari tanah dan atmosfer.
5. Mengetahui Tingkat Kematangan Gambut
Gambut merupakan sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan
diuraikan oleh bakteri aerobik dan anaerobik. Berdasarkan tingkat
kematangan, gambut diklasifikasikan ke dalam 3 kelas yaitu fibrik atau
gambut mentah (dengan kandungan serat tinggi atau > 66 %), hemik atau
setengah matang dengan kandungan serat sedang (33-66 %), dan saprik
atau gambut matang dengan kandungan serat < 33 %. Metode yang
digunakan pada praktikum kematangan gambut yaitu menggunakan
metode von post, yang dimana prinsip kerjanya yaitu cengan cara
mengambil sampel tanah gambut dengan segenggam tangan kemudian
diperas dengan menggunakan telapak tangan, lalu serat gambut yang
tertinggal di telapak tangan kemudian diamati dan dikelompokkan
berdasarkan skala humifikasi von post. Dengan adanya metode von post,
dapat diketahui bahwa tingkat kematangan fibrik (mentah) yaitu jika
apabila kandungan liat yang tertinggal pada telapak tangan setelah
melakukan pemerasan lebih dari ¾. Tingkat kematangan hemik (setengah
matang) yaitu apabila serat yang tertinggal setelah melakukan pemerasan
kurang dari ¾ sampai dengan lebih dari ¾. Tingkat kematangan saprik
(matang) yaitu apabila kandungan serat tertinggal kurang dari ¼ .
Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa
tanah gambut eceng gondok memiliki tingkat kematangan gambut H-7
hemik, sedangkan gambut semak belukar memiliki tingkat kematangan H-
4 fibrik. Pada gambut eceng gondak memiliki tingkat kematangan lebih
matang daripada gambut semak belukar. Hal ini dikarenakan pada gambut
eceng gondak yang digunakan berasal dari Rawa Pening, yang dimana
pada daerah itu termasuk kaya akan nutrien sehingga mendukung
pertumbuhan mikroorganismenya. Jika diperhatikan secara geografis
daerah tersebut terdapat cekungan dan selalu tergenang oleh air sehingga
akan mempercepat proses dekomposisi bahan organiknya dan
memperlancar aktivitas mikroorganisme yang ada di dalamnya dalam
membantu pada perombakan bahan organiknya, sehingga menyebabkan
eceng gondok ini dapat mengandung lebih banyak hemiselulose daripada
selulose.
Namun sebaliknya pada gambut semak belukar justru malah lebih
cenderung banyak selulosenya daripada hemiselulose sehingga
menyebabkan gambut semak belukar tingkat kematangannya lebih rendah
dibandingkan dengan gambut eceng gondok. Pengaruh lainnya mengapa
gambut semak belukar leih rendah kemantangannya disebabkan oleh
gamut semak belukar diselimuti oleh banyak lignin yang mengakibatkan
perombakan tidak berjalan normal atau terjadi secara sempurna dan
perombakan yang dibutuhkan dalam jangka yang Panjang.

Anda mungkin juga menyukai