Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBIA TANAH

A. Tujuan
Mengetahui jumlah bakteri total dalam tanah

B. Tinjauan Pustaka
Tanah merupakan habitat bagi mikroba (meliputi bakteri, jamur,
actinomycetes, alga dan protozoa) dan fauna tanah (meliputi cacing, semut,
rayap dan lainnya). Organisme tanah tersebut berinteraksi satu sama lain,
dengan akar tumbuhan, dan dengan lingkungannya sehingga terbentuk rantai
makanan di tanah. Keanekaragaman organisme tanah diketahui sangat tinggi.
Kemelimpahan bakterimisalnya mencapai hingga jutaan species dalam satu
gram tanah. Mikroba menempati hampir seluruh habitat alami di bumi.
Mikroorganisme tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, actinomycetes,
jamur, alga dan protozoa (Sumarsih, 2003).
Menurut Saraswati dan Sumarno (2008) fungsi mikroba di dalam tanah
digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai penyedia unsur hara dalam tanah,
perombak bahan organik dan mineralisasi organik, memacu pertumbuhan
tanaman, dan sebagai agen hayati pengendali hama dan penyakit tanaman.
Dengan demikian peranan mikroba juga berpengaruh terhadap sifat kimia dan
fisik tanah serta pertumbuhan tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa mikrobia berperan atas perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tanah.
Peranan mikrobia dalam beberapa siklus unsur hara yang penting, seperti siklus
karbon, nitrogen, sulfur, ditunjukkan oleh Winogradsky dan Beijerinck.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun
penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas
mikroba. Mikroba dalam tanah memiliki kemampuan untuk mengembalikan
kesuburan tanah dan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan
sebagian besar tanaman (Astuti, 2016).
Bakteri tanah merupakan golongan mikroorganisme tanah yang
jumlahnya sangat berlimpah di dalam tanah. Beberapa spesis bakteri tanah
sangat berperan dalam memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai
unsur hara dalam tanah, selain itu juga dapat mensintesis dan mengubah
konsentrasi berbagai fitohormon yang memicu pertumbuhan tanaman. Jumlah
bakteri tanah dapat dihitung berdasarkan hasil isolasi bakteri tanah pada
metode plate count, maupun berdasarkan hasil isolasi total genom
mikroorganisme tanah. Kurva standar yang menyatakan korelasi antara jumlah
bakteri tanah dengan konsentrasi total genom bakteri tanah, dapat digunakan
untuk menduga jumlah mikroba tanah (Kloepper et al., 1991; Glick, 1995).
Menurut Budiyanto (2005) populasi mikroorganisme dalam tanah
pertanian yang subur adalah sebagai berikut: bakteri 2.5 109 , Actinomycetes 7
10 5 , jamur 4 10 5 , alga 5 10 4 dan protozoa 3 10 4 per gram tanah. Tanah
sebagai media tumbuh tanaman banyak mengandung mikroorganisme,
beberapa di antaranya cenderung berkoloni disekitar perakaran atau rizosfer
tanaman dan beraktivitas menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman baik
secara langsung maupun tidak langsung dan dapat berkontibusi menggantikan
input anorganik (Kafrawi dkk., 2015).
Ingham (2016) memaparkan berbagai kelompok bakteri dalam tanah
berdasarkan fungsinya yaitu sebagai dekomposer (pengurai materi organik),
mutualis (biasanya bersimbiosis dengan tumbuhan), patogen (dapat
menyebabkan penyakit pada tumbuhan atau hewan tanah) dan litotrof atau
kemoautotrof (dapat mendaur ulang nitrogen dan beberapa polutan). Analisis
populasi bakteri tanah dilakukan pada 1 gram sampel tanah yang diencerkan
1000 kali. Selanjutnya, 1 ml sampel tersebut diinokulasikan ke dalam cawan
petri, disusul dengan medium NA sebanyak 15-20 ml. Inkubasi dilakukan
selama 3x24 jam pada suhu kamar, kemudian dilakukan penghitungan koloni
bakteri dengan menggunakan metode SPC (Standard Plate Count).
Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu
perhitungan secara langsung dan perhitungan secara tidak langsung.
Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitung
secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup. Sedangkan perhitungan
jumlah mikroba secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba yang dihitung baik
yang mati atau yang hidup atau hanya menentukan jumlah mikroba yang hidup
saja (Volk, 1993).
Menurut Saraswati dkk (2007), faktor suhu dan pH pada media juga
ketersediaan oksigen (beberapa mikroorganisme bersifat anaerob)
menjadifaktor penentu bagi beberapa mikroorganisme. Selain itu sifat
mendominasi dari beberapa mikroorganisme menyebabkan mikroorgaanisme
lainnya tidak mampu bersaing untuk tumbuh dan memperoleh nutrisi pada
media tumbuh. Jumlah dan jenis mikroorganisme yang banyak di dalam tanah
dapat menjadi indikasi bahwa tanah tersebut subur, dengan indikator
ketersediaan bahan organik dalam tanah tersebut cukup, suhu yang sesuai,
ketersedian air yang cukup dan kondisi ekologi tanah yang mendukung. Untuk
mengetahui jumlah mikroorganisme tanah dapat dilakukan dua metode
pendekatan yaitu berdasarkan enumerasi dan isolasi total genom
mikroorganisme tanah (Irfan, 2014).
Menurut Wirajana dkk (2013) dalam metode isolasi DNA, sampel tanah
mengandung humus yang tinggi sehingga mempengaruhi kemurnian DNA
yang diisolasi, karena jika DNA mengalami kontaminasi oleh fenol atau
protein dan senyawa organik seperti asam humit, maka rasio A260/A280 akan
menjadi lebih besar dari 2,0 atau lebih kecil dari 1,8. Identifikasi makroskopik
dan mikroskopik dilakukan terhadap lima pertumbuhan koloni bakteri tanah.
Pada pengamatan makroskopik terlihat empat koloni bakteri berbentuk bulat
dan satu koloni berbentuk tidak teratur dengan keseluruhan warna koloni putih
susu dan permukaan koloni cembung. Hasil pengamatan mikroskopik
menunjukan terdapat dua cawan dengan koloni bakteri yang tergolong sebagai
gram positif dan tiga cawan dengan koloni bakteri tergolong sebagai gram
negatif. Salah satu dari sekian banyak bakteri tanah yang berbentuk basil dan
merupakan gram negatif adalah dari genus Azospirillum, dan yang bersifat
gram positif adalah genus Bacillus. Bakteri dengan sel berbentuk bulat, bersifat
gram negatif diantarannya adalah dari genus Aequorivita sesuai yang
tercantum dalam Bergey’s manual of determination bacteriology (Krieg et al,
2010).
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai
yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu
senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi
dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Proses pengenceran adalah
mencampurkan larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume air yang lebih besarPenghitungan jumlah
mikroba dianggap valid jika dalam satu cawan tumbuh koloni sebanyak 30-
300, sehingga jika pertumbuhan mikroba terlalu padat, maka harus dilakukan
pengenceran terlebih dahulu (Purba, 2006).

C. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Perhitungan Jumlah Bakteri Total dalam Tanah
No
Pengenceran Jumlah Koloni Jumlah Bakteri
.
1. 102 100 100 x 102 x 10 sel/g tanah
3
2. 10 80 80 x 103 x 10 sel/g tanah
3. 104 28 28 x 104 x 10 sel/g tanah
Sumber: Praktikum Biologi Tanah 2021
Keterangan perhitungan jumlah sel/g tanah :
102x = 100 x 102 x 10 = 100.000
103x = 80 x 103 x 10 = 800.000
104x = 28 x 104 x 10 = 2.800.000

D. Pembahasan
Tanah merupakan habitat bagi mikroba (meliputi bakteri, jamur,
actinomycetes, alga dan protozoa) dan fauna tanah (meliputi cacing, semut,
rayap dan lainnya). Organisme tanah tersebut berinteraksi satu sama lain,
dengan akar tumbuhan, dan dengan lingkunganya sehingga terbentuk rantai
makanan di tanah. Keanekaragaman organisme tanah diketahui sangat tinggi.
Kemelimpahan bakterimisalnya mencapai hingga jutaan species dalam satu
gram tanah.
Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu
perhitungan secara langsung dan perhitungan secara tidak langsung.
Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitung
secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup. Sedangkan perhitungan
jumlah mikroba secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba yang dihitung baik
yang mati atau yang hidup atau hanya menentukan jumlah mikroba yang hidup
saja.
Pada praktikum perhitungan jumlah mikrobia tanah dengan perhitungan
secara tidak langsung yang telah dilakukan dengan pengenceran 102 didapatkan
koloni sebanyak 100 dengan jumlah bakteri sebanyak 100 x 102 x 10 sel/g
tanah. Pada praktikum perhitungan jumlah mikrobia tanah dengan perhitungan
secara tidak langsung yang telah dilakukan dengan pengenceran 103 didapatkan
koloni sebanyak 80 dengan jumlah bakteri sebanyak 80 x 103 x 10 sel/g tanah.
Karena jumlah koloni pada pengenceran 103 didapatkan koloni sebanyak 80
maka hal tersebut memenuhi syarat perhitungan. Hal tersebut disebabkan
karena data yang memenuhi syarat untuk perhitungan adalah apabila jumlah
koloni tiap petridish berkisar antar 30 – 300. Prinsip dari metode ini adalah jika
sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan dalam media, maka mikroba
tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop (Omar, et al.,
1996).
Pada praktikum perhitungan jumlah mikrobia tanah dengan perhitungan
secara tidak langsung yang telah dilakukan dengan pengenceran 104 didapatkan
koloni sebanyak 28 dengan jumlah bakteri sebanyak 28 x 104 x 10 sel/g tanah.
Karena jumlah koloni pada 104 didapatkan koloni sebanyak 28 maka hal
tersebut tidak memenuhi syarat perhitungan yaitu koloni terlalu sedikit untuk
dihitung. Hal tersebut disebabkan karena data yang memenuhi syarat untuk
perhitungan adalah apabila jumlah koloni tiap petridish berkisar antar 30 – 300.
Berdasarkan data praktikum perhitungan jumlah mikrobia tanah dengan
perhitungan secara tidak langsung yang didapatkan, jumlah faktor pengenceran
akan mempengaruhi jumlah koloni mikrobia. Menurut Wasteson dan Hornes
(2009) dalam Yunita el al., (2015) tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu
memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang terdapat dalam cairan,
maka semakin banyak tingkat pengenceran akan menghasilkan koloni yang
sedikit sehingga akan meghasilkan mikroba yang semakin sedikit. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan penurunan jumlah mikrobia pada pengenceran 10 2
yang lebih banyak dibandingkan pada pengenceran 103 dan pengenceran 104.
Pengenceran 104 memiliki jumlah koloni paling sedikit dikarenakan
banyaknya pengenceran, sedangkan pada pengenceran 102 memiliki jumlah
koloni paling banyak karena semakin banyak jumlah koloni maka semakin
sedikit pengencerannya hal ini dikarenakan konsentrasi pengencerannya masih
pekat. Sedikitnya jumlah koloni pada media membuktikan bahwa terjadinya
persaingan yang ketat antar mikroba untuk memperebutkan dan mendapatkan
makanan. Pada pengenceran 104 memiliki jumlah koloni sedikit sehingga
jumlah sel bakteri banyak, dikarenakan sedikitnya persaingan untuk
mendapatkan makanan sehingga sel bakteri banyak yang hidup dan
berkembang.

E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum perhitungan jumlah mikrobia tanah dapat
disimpulkan bahwa pada penghitungan jumlah mikroba dianggap valid jika
dalam satu cawan tumbuh koloni sebanyak 30-300, sehingga jika pertumbuhan
mikroba terlalu padat, maka harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu.
Pengenceran 102 didapatkan koloni sebanyak 100 dengan jumlah bakteri
sebanyak 100 x 102 x 10 sel/g tanah. Pada pengenceran 103 didapatkan koloni
sebanyak 80 dengan jumlah bakteri sebanyak 80 x 103 x 10 sel/g tanah. Pada
pengenceran pengenceran 104 didapatkan koloni sebanyak 28 dengan jumlah
bakteri sebanyak 28 x 104 x 10 sel/g tanah.
Daftar Pustaka

Irfan, M., 2014, Isolasi dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut Di Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar. Kepala Leb.Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi
Fak.Pertanian dan Peternakan UIN Riau, Agroteknologi,5(1):1-8.
Kloepper, J.W., Mahaffee, J.A., Mcinroy, P.A., and Bacman. 1991, comparative
analysis of isolation methode for recovering root-colonizing bacteria from
roots, p.252-255. in C. keel, B. koller and G. Defagos (Eds.).
Krieg, N.R., Staley, J.T.., Brown, D.R., Hedlund, B.P., Paster, B.J., Ward, N.L.,
Ludwig, W., and Whitman, W.B. 2010, bergey‟s manual of systematic
bacteriology Volume four, 2nd Edition, Department of Microbiology 527,
Biological Sciences Building University of Georgia, USA.
Wirajana, IN., Yuliana, D.A., dan Ratnayani, K. 2013, Iolasi DNA Metagenomik
Dari Tanah Hutan Mangrove Pantai Suwung Bali, Kimia,7(1):19-24.
Saraswati, R., Husen, E., Simanungkalit R.D.M. 2007, Pengambilan Contoh
Tanah untuk Analisis Mikroba. In: Metode Analis Biologi Tanah.
Balitbang, Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Schlegel Hans G,. 1994. Mikrobiologi Umum. Penterjemah Tedjo Baskoro. Edisi
keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai