Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

A. Tujuan
1. Mengetahui contoh tanah untuk keperluan analisis fisika tanah
2. Mempraktikan cara pengambilan contoh tanah

B. Tinjauan Pustaka
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi
akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010). Menurut Lugito
(2012), tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang
berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan
padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin dan sinar matahari.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap penting untuk penetapan sifat-
sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik tanah harus
dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di lapangan.
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu pengambilan contoh tanah
secarautuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Lugito, 2012).
Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah
disesuaikan dengan contoh tanah dalam keadaan agregat utuh sifat–sifatnya. Ada 3
macam pengambilan contoh tanah yaitu pertama contoh tanah utuh yang diperlukan
untuk analisis penetapan berat isi, ukuran pori, dan permeabilitas. Kedua, contoh
tanah dalam keadaan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan
kemantapan agregat ukuran. Dan terakhir, contoh tanah terganggu, yang diperlukan
untuk penetapan kadar lengas, tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung,
kadar air, pH tanah, kandungan bahan organik, dan juga kandungan unsur hara
tanah seperti P–tersedia, total N, dan lain–lain (Maryenti, 2012).

C. Hasil Pengamatan
Terlampir

D. Pembahasan (ACC)
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap penting untuk penetapan sifat-
sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik tanah harus
dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di lapangan. .
Ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu pertama contoh tanah utuh yang
diperlukan untuk analisis penetapan berat isi, ukuran pori, dan permeabilitas. Kedua,
contoh tanah dalam keadaan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan
kemantapan agregat ukuran. Dan terakhir, contoh tanah terganggu, yang diperlukan
untuk penetapan kadar lengas, tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung,
kadar air, pH tanah, kandungan bahan organik, dan juga kandungan unsur hara
tanah seperti P–tersedia, total N, dan lain–lain.
Alat dan bahan yang digunakan pada pengambilan contoh tanah terusik
berupa toples, cetok, dan tanah yang akan diambil nantinya. Pengambilan tanah
terusik dilakukan dengan cara memasukkan tanah yang sudah mengalami
pengolahan ke dalam toples hingga terisi penuh, yang kemudian ditutup kembali.
Tujuan dari menutup toples yaitu agar ketika dibawa pergi contoh tanah yang di
ambil tidak tumpah ataupun terjatuh.
Pengambilan tanah tidak terusik dilakukan dengan cara menggunakan dua
buah ring sampler, salah satu ring sampler memiliki ujung yang runcing pada bagian
bawahnya kemudian dibenamkan ke dalam tanah yang belum mengalami
pengolahan. Jika kedua buah ring sampler sudah masuk ke dalam tanah, selanjutnya
dilakukan dengan cara menggali tanah secara hati-hati menggunakan cetok disekitar
area ring sampler yang ditanamkan tadi. Kemudiann, sampel tanah yang akan
digunakan pada praktikum Acara 2 dengan menggunakan contoh tanah yang terdapat
pada ring sampler pertama yang dibenamkan paling dalam. Karena tanah pada
lapisan paling dalam/bawah belum mengalami pengolahan tanah oleh manusia dan
struktur tanahnya sangat bagus.
Kemudian alat dan bahan yang digunakan pada pengambilan tanah dengan
agregat tidak terusik digunakan alat dan bahan yaitu toples dan tanah dengan agregat
tidak terusik. Contoh pengambilan tanah dengan agregat tidak terusik dilakukan
dengan cara mengambil bongkahan tanah yang kemudian dimasukkan ke dalam
toples hingga terisi penuh, dan ketika sudah terisi penuh ditutup kembali
menggunakan tutup toples sehingga tanah tidak tumpah maupun jatuh.

E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.Untuk mengetahui sifat fisik tanah, dapat digunakan pengambilan contoh tanah
dengan 3 cara yaitu pengambilan sampel tanah tidak terusik, pengambilan sampel
tanah agregat tidak terusik dan pengambilan sampel tanah terusik.
2.Pengambilan contoh tanah tidak terusik dilakukan dengan menggunakan ring
sampler yang dibenamkan kedalam tanah. Pengambilan contoh tanah terusik
dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah yang kemudian diisikan pada toples
hingga terisi penuh. Dan terakhir pengambilan contoh tanah agregat tidak terusik
dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah agregat tidak terusik yang kemudian
diisikan pada toples hingga terisi penuh.
BAB II
HUBUNGAN VOLUME DAN MASSA TANAH

A. Tujuan
Mengetahui fase-fase tanah dengan menentukan massa dan volumenya
B. Tinjauan Pustaka
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk
tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai
pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri
atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan
mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh
tanah tersebut (Hanafiah 2014).
Tanah merupakan sistem 3 fase, yaitu padat, cair dan gas yang selalu
mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari sisi pedologi, tanah
adalah suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan
pertumbuhan tanaman. Tanah yang dipelajari dalam hubungannya dengan
pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.( Mustafa 2012)
Komponen penyusun tanah antara lain :
1. Kerapatan Masa Tanah (BV) : Kerapatan Masa Tanah menyatakan berat tanah,
dimana seluruh ruang tanah diduduki butir padat dan pori yang masuk dalam
perhitungan. Berat volume dinyatakan dalam masa suatu kesatuan volume tanah
kering. Volume yang dimaksudkan adalah menyangkut benda padat dan pori
yang terkandung di dalam tanah.
2. Kerapatan Butir Tanah (BJ) : Kerapatan Butir Tanah menyatakan berat butir-
butir padat tanah yang terkandung di dalam tanah. Menghitung kerapatan butir
tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya
diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap
tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang
partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata–rata sekitar
2, 6 gram/cm3.
3. Porositas Tanah : Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) tang
terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara,
sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Porositas dapat
ditentukan melalui 2 cara, yaitu menghitung selisih bobot tanah jenuh dengan
bobot tanah kering dan menghitung ukuran volume tanah yang ditempati bahan
padat. Komposisi pori-pori tanah ideal terbentuk dari kombinasi fraksi debu,
pasir, dan lempung. Porositas itu sendiri mencerminkan tingkat kesarangan
untuk dilalui aliran masa air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan
aliran air untuk melewati masa tanah (perkolasi, waktu per jarak). Kedua
indikator ini ditentukan oleh semacam pipa berukuran non kapiler (yang
terbentuk dari pori-pori makro dan meso yang berhubungan secara kontinu) di
dalam tanah.
Hubungan antara penyusun bahan tanah seperti Bulk Density dapat
dipengaruhi oleh tektur, struktur dan juga kandungan bahan organik yang ada pada
tanah. Tekstur tanah yang memiliki tekstur halus seperti lempung memiliki pori yang
besar. Pori yang besar akan mempengaruhi infiltrasi air pada tanah. Struktur tanah
juga mempengaruhi dimana struktur yang sangat halus akan dapat membuat pori
semaiki besar. Bahan organik tanah juga akan mempengaruhi Bulk Density dimana
tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi akan memiliki nilai Bulk
Density yang rendah begitu sebaliknya (Irawan dkk., 2016).

C. Hasil pengamatan
Tabel 2.1 Parameter Jenis Tanah
Jenis tanah
Parameter Latosol Vertisol Mediteran
Berat jenis 2,65 2,65 2,65
Berat Volume 1,10 1,28 1,29
Total Berat Volume 1,66 1,79 1,79
Volume Jenis 0,90 0,78 0,78
Porositas 0,58 0,52 0,51
Nisbah Ruang 1,40 1,07 1,04
Porositas Ruang Udara 0,02 0,004 0,01
Kelembapan Tanah
a)Massa 0,51 0,40 0,39
b)Volume 0,56 0,51 0,50
Nisbah Volume Air 1,35 1,06 1,02
Derajat Kejenuhan 0,96 0,99 0,98
Kadar Lengas 51,08% 40,08% 38,65%
Sumber : Praktikum Fisika Tanah 2020
D. Pembahasan (ACC)
Kerapatan Masa Tanah(BV) merupakan rasio antara berat dan volume
total contoh tanah, termasuk volume ruang pori yang ada didalamnya BV
menyatakan berat tanah, dimana seluruh ruang tanah diduduki butir padat dan
pori yang masuk dalam perhitungan. Berat volume dinyatakan dalam masa
suatu kesatuan volume tanah kering. Volume yang dimaksudkan adalah
menyangkut benda padat dan pori yang terkandung di dalam tanah. Berat
jenis (BJ) tanah adalah rasio antara berat total partikel-partikel padat tanah
dengan volume total partikel-partikel tersebut, tidak termasuk volume ruang
pori yang ada diantara parikel. BJ tanah menyatakan berat butir-butir padat
tanah yang terkandung di dalam tanah. Porositas adalah proporsi ruang pori
total (ruang kosong) tang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat
ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase
dan aerasi tanah. Porositas dapat ditentukan melalui 2 cara, yaitu menghitung
selisih bobot tanah jenuh dengan bobot tanah kering dan menghitung ukuran
volume tanah yang ditempati bahan padat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan,
tanah latosol mendapat nilai berat jenis sebesar 2,65 g/cm3, berat volume
sebesar 1,10 g/cm3, total berat volume sebesar 1,66 g/cm3, porositas sebesar
0,58, nisbah ruang sebesar 1,40, porositas ruang udara s0,02, kelembapan
massa tanah sebesar 0,51, kelembapan volume tanah sebesar 0,56, nisbah
volume air sebesar 1,35, dan derajat kejenuhan sebesar 0,96. Selanjutnya
tanah vertisol mendapat nilai berat jenis sebesar 2.65 g/cm3, berat volume
sebesar 1,28 g/cm3, total berat volume sebesar 1,80 g/cm3, porositas sebesar
0,52, nisbah ruang sebesar 1,07, porositas ruang udara sebesar 0,004,
kelembapan massa tanah sebesar 0,40, kelembapan volume tanah sebesar
0,51, nisbah volume air sebesar 1,06, dan derajat kejenuhan sebesar 0,99.
Kemudian tanah mediteran mendapat nilai berat jenis sebesar 2,65 g/cm3,
berat volume sebesar 1,29 g/cm3, total berat volume sebesar 1,79 g/cm3,
porositas sebesar 0,51, nisbah ruang sebesar 1,04, porositas ruang udara
sebesar 0,01, kelembapan massa tanah sebesar 0,39, kelembapan volume
tanah sebesar 0,5, nisbah volume air sebesar 1,02, dan derajat kejenuhan
sebesar 0,9.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan,
dapat kita lihat bahwa nilai berat jenis ketiga sampel tanah bernilai sama yaitu
sebesar 2,65. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana ketiga tanah tesebut
termasuk mineral lempung. Kemudian nilai berat volume, nilai berat volume
yang paling tinggi terdapat pada tanah mediteran. Hal ini dikarenakan tanah
mediteran berasal dari pelapukan batuan kapur keras yang telah mengalami
banyak pencucian sehingga bahan organiknya rendah. Bahan organik yang
rendah mengakibatkan porositasnya juga rendah sehingga nilai berat
volumenya tinggi. Sedangkan nilai berat volume yang paling rendah yaitu
tanah latosol, hal ini dikarenakan tanah latosol memiliki kandungan bahan
organik yang tinggi dengan konsistensi mantap sehingga porositasnya tinggi.
Semakin tinggi porositas maka semakin rendah berat volume.
Pada total berat volume, nilai paling tinggi diperoleh oleh tanah
vertisol. Hal ini disebabkan karena tanah vertisol didominasi jenis lempung
montmorillonit. Tanah mediteran juga memiliki nilai total berat volume yang
sama tinggi dikarenakan tanah ini memiliki kandungan organik yang rendah.
Kemudian yang paling rendah adalah tanh latosol. Hal ini dikarenakan tanah
latosol mengandung bahan organik yang tinggi dan bertekstur lempung.
Selanjutnya Pada volume jenis, data yang diperoleh menunjukan nilai
tertinggi terdapat pada tanah latosol. hal ini dikarenakan tanah latosol
mengandung bahan organik yang tinggi dengan tekstur lempung sehingga
nilai volume jenisnya tinggi. Sedangkan nilai terendah yaitu pada tanah
vertisol dan mediteran karena nilainya sama. Hal ini dikarenakan kedua tanah
ini sama-sama memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
Pada nilai porositas, data yang diperoleh menunjukan nilai paling
tinggi yaitu pada tanah latosol. Hal ini dikarenakan tanah latosol tergolong
dalam mineral kecil sehingga memiliki kandungan bahan organik tinggi
akibatnya tanah ini memiliki porositas yang tinggi.sedangkan nilai porositas
paling rendah yaitu pada tanah mediteran setelah itu vertisol. Hal ini
disebabkan kedua jenis tanah memiliki kandungan bahan organik yang
rendah. Untuk nilai porositas ruang udara, tanah latosol memiliki nilai paling
tinggi. Hal ini dikarenakan strukturnya yang gembur dengan bentuk butiran.
Sedangkan nilai terendah yaitu pada tanah vertisol. Hal ini dikarenakan tanah
vertisol memiliki tekstur lempung dan berstruktur gumpal sehingga porositas
ruang udaranya kecil.
Pada pengamatan kelembaban masa, kelembaban volume dan nisbah
air tanah menunjukan nilai tertinggi yaitu pada tanah latosol. hal ini
dikarenakan tanah latosol bertekstur lempung dengan struktur yang gembur
sehingga mempunyai daya serap air yang baik dan infiltrasi yang cenderung
cepat. Sedangkan yang paling rendah yaitu pada tanah mediteran. Hal ini
dikarenakan tanah ini sudah mengalami banyak pencucian sehingga
kandungan bahan organiknya rendah, akibatnya daya serap airnya juga
rendah.
Untuk selanjutnya adalah nilai derajat kejenuhan. Dari data yang
diperoleh dapat kita lihat bahwa, nilai tertinggi yaitu pada tanah vertisol. Hal
ini dikarenakan vertisol didominasi oleh fraksi lempung montmorilonit
sehingga tanah ini sangat keras pada waktu kering (musim kemarau) dan
sangat plastis dan lengket ketika basah. Tanah ini juga memiliki porositas
yang rendah karena kandungan bahan organik yang rendah. Sedangkan nilai
paling rendah yaitu pada tanah latosol. hal ini dikarenakan tanah latosol
memiliki tekstur lempung dengan struktur yang remah dan konsistensi
gembur, selain itu kandungan bahan organiknya tinggi sehingga daya serap
airnya baik.
E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan,
dapat kita simpulkan bahwa nilai berat jenis pada ketiga jenis tanah sama
yaitu sebesar 2,65. Tanah mediteran memiliki nilai berat volume paling
tinggi. Kemudian tanah vertisol memiliki nilai berat volume, dan derajat
kejenuhan paling tinggi. Selanjutnya tanah latosol memiliki nilai volume
jenis, porositas, nisbah ruang, porositas ruang udara, kelembaban massa,
kelembaban volume nisbah volume ai dan kadar lengas yang paling tinggi.
Dari berbagai data yang diperoleh kita dapat mengetahui hubungan
komponen-komponen tanah. Tekstur tanah yang memiliki tekstur halus
seperti lempung memiliki pori yang besar sehingga porositasnya tinggi.
Porositas berbanding terbalik dengan nilai nisbah ruang. Semakin tinggi
porositas maka semakin rendah nilai nisbah ruang. Semakin tinggi
kelembaban volume maka semakin tinggi juga derajat kejenuhannya.
Sedangkan nilai berat volume berbanding terbalik dengan nilai berat jenis.
BAB III
KENAIKAN KAPILER AIR DI DALAM TANAH KERING

A. Tujuan
Menentukan tinggi kenaikan kapiler dengan diameter tanah lolos 2 mm dari berbagai
macam tanah
B. Tinjauan Pustaka
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih
kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampur lebih besar daripada adhesi antara cairan dan udara (Hamid.2010).
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada dasarnya tegangan permukaan
suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor suhu dan dan zat terlarut. Dimana
keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan
permukaan. Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut juga akan meningkatkan viskositas
larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar (Maulina, 2013).
Metode penentuan tegangan muka dibagi dua, yakni metode statis dan
metode dinamis. Untuk metode statis, ada beberapa cara yakni metode kenaikan
kapiler, metode sessile drop, metode pendant drop, metode drop weight (lambat),
metode maximum bubble pressure, dan metode Wilhelmy plate. Sementara itu,
untuk metode dinamis ada metode gelombang kapilaritas, metode unstable jets,
metode DuNoug ring, metode drop weight (cepat), metode Wilhelmy plate, dan
metode spinning drop (Stephen 2010).
Metode pipa kapiler, yaitu mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut
kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa
dicelupkan kedalam permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan
naik sampai ketinggian tertentu.
Kapilaritas adalah daya serap air terhadap tanah yang digunakan tumbuhan
untuk proses fisiologis tanaman. Pola kapilaritas air tanah dipengaruhi oleh besarnya
pengembangan tegangan dan daya hantar pori-pori dalam tanah. Kemampuan tanah
menahanair dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Keadaan lapang tanah (field
capacity) yaitu keadaan air yang terikat oleh tanah. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuantanah dalam mengikat air dan gerak kapilaritas air pada
bermacam tekstur tanah.
Kapilaritas pada tanah bepasir lebih tinggi daripada tanah lempung. Hal ini
disebabkan karena kapilaritas dipengaruhi oleh teksteur dan kandungan mineral yang
larut pada tanah itu sendiri. Pasir memiliki porositas yang tinggi dan kandungan
mineral dalam tanah pasir lebih sedikit daripada tanah lempung sehingga kapilaritas
pada tanah pasir lebih tinggi daripada tanah lempung.

C. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Kapilaritas Air
Menit Ketinggian Air
Latosol Vertisol Mediteran
1 4,5 0 1
2 5,5 0 1,3
3 6,5 0 1,5
4 7 0 1,8
5 7,5 0 2,1
6 8 0 2,7
7 8,5 0 3
8 9 0 3,2
9 9,5 0 3,5
10 9,7 0 3,7
15 11 0 4,8
20 12 0 5,5
30 14 0 6,6
40 15 0 7,8
50 16,1 1,4 8,6
60 16,8 1,7 9,3
Hari 1 36,5 5,3 32,5
Hari 2 43,2 5,8 45
Hari 3 47,2 6 46
Hari 4 50,5 6,3 49,5
Hari 5 52,5 6,3 51
Hari 6 53 6,3 52,5
Hari 7 56,5 6,5 53,5
Sumber: Praktikum Fisika Tanah 2020
Table 3.2 Kapilaritas Alkohol
Menit Kenaikan Alkohol
Latosol Vertisol Mediteran
1 3,5 3,5 1,5
2 4,7 3,7 2,3
3 5 3,9 2,9
4 5,5 4 3,4
5 6 5,6 3,6
6 6,5 6,3 3,7
7 7 6,5 4
8 7 6,9 4,3
9 7,5 7 4,4
10 8 7,2 4,6
15 9,5 7,5 5,5
20 10,5 7,5 6
30 12,5 8,9 6,9
40 13,8 9,7 7,9
50 14,7 10,3 8,4
60 15,7 10,7 9,9
Hari 1 38 26,1 25,5
Sumber : Praktikum fisika Tanah 2020

D. Pembahasan
Kapilaritas adalah daya serap air terhadap tanah yang digunakan tumbuhan
untuk proses fisiologis tanaman. Pola kapilaritas air tanah dipengaruhi oleh besarnya
pengembangan tegangan dan daya hantar pori-pori dalam tanah. Kemampuan tanah
menahanair dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Keadaan lapang tanah (field
capacity) yaitu keadaan air yang terikat oleh tanah. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuantanah dalam mengikat air dan gerak kapilaritas air pada
bermacam tekstur tanah. Faktor yang mempengaruhi kapilaritas yaitu tegangan
permukaan, diameter pipa kapiler, gaya tarik antara partikel, sudut kontak, dan
massa jenis fluida.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan,
diperoleh data tinggi kenaikan kapiler air dan kenaikan kapiler alkohol pada tanah
latosol, vertisol dan mediteran. Pengamatan yang dilakukan yaitu selama 7 hari pada
kenaikan kapiler air dan 1 hari pada kenaikan kapiler alkohol. Pengamatan kenaikan
kapiler air tertinggi dilakukan pada hari terakhir kenaikan kapiler air dan kapiler
alkohol.
Pada hasil data pengamatan dapat kita ketahui bahwa, kenaikan air tertinggi
terjadi pada sampel tanah latosol diikuti tanah mediteran kemudian yang paling
rendah yaitu pada sampel tanah vertisol. Tanah latosol memiliki nilai kapilaritas air
yang paling tinggi disebabkan karena struktur tanah latosol yang remah dan
konsistensinya gembur, dan juga tanah latososol memiliki tekstur yang halus
sehingga aerasinya baik. Sedangkan tinggi kenaikan kapiler terendah terjadi pada
tanah vertisol, hal ini dikarenakan tekstur tanah vertisol didominasi lempung
montmorillonite dan Ketika basah, tanah menjadi sangat lekat dan plastis serta kedap
air. Tanah vertisol juga memiliki konsistensi keras dan infiltrasi yang rendah
sehingga kenaikan kapilernya paling rendah daripada tanah latosol dam mediteran.
Kemudian data hasil pengamatan pada kenaikan kapiler alkohol
menunjukan kenaikan tertinggi terjadi pada tanah latosol diikuti tanah vertisol dan
yang paling rendah yaitu tanah mediteran. Tanah latosol memiliki tekstur tanah yang
didominasi lempung serta porositasnya tinggi sehingga kenaikan alkoholnya paling
tinggi dibandingkan tanah vertisol dan mediteran. Sedangkan yang paling renadah
yaitu tanah mediteran, hal ini dikarenakan tanah mediteran memiliki struktur
gumpal bersudut dengan permeabilitas yang sedang, sehingga kenaikan kapilernya
paling rendah dibandingkan latosol dan vertisol walaupun bertekstur lempung.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, dapat
kita lihat bahwa kenaikan kapiler alkohol lebih cepat dibandingkan kenaikan kapiler
air. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut kontak antara air dan alkohol,
dimana alkohol meiliki sudut kontak nol derajat dengan gaya adhesi zat cair dan zat
padat yang lebih kuat daripada gaya kohesi alkohol. Selain itu tegangan permukaan
pada air lebih besar dibandingkan tegangan permukaan alkohol sehingga kenaikan
kapiler alkohol lebih cepat daripada kenaikan kapiler air.

E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, dapat
kita lihat bahwa kenaikan kapiler tertinggi terjadi pada tanah latosol(56,5), kemudian
tanah mediteran(53,5), dan yang paling rendah yaitu tanah vertisol(6,5). Selanjutnya
pada kenaikan kapiler alokohol, kenaikan tertinggi terjadi pada tanah latosol(38),
kemudian tanah vertisol(26,1) dan yang paling rendah yaitu tanah mediteran(25,5).
BAB IV
PENETAPAN SUDUT SINGGUNG ANTARA BAHAN CAIR DAN PADAT TANAH

A. Tujuan
Menetapkan nilai sudut singgung pada berbagai macam tanah

B. Tinjauan Pustaka
Pada saat cairan diteteskan di atas permukaan suatu padatan, maka dalam
beberapa saat cairan akan setimbang. Keadaan setimbang tersebut menyebabkan
terbentuknya sebuah sudut θ, yang disebut sebagai sudut kontak. Sudut kontak
adalah sudut yang terbentuk dari dua garis, dimana garis pertama adalah garis batas
antara udara dan zat cair yang diteteskan dan garis kedua merupakan batas yang
terbentuk antara zat cair dan zat padat yang ditetesi. Sudut kontak dapat ditentukan
melalui berbagai cara; penentuan sudut tetesan (sessile drop) melalui teleskop
goniometer, captive bubble method, tilting plate method, wilhelmy balance method,
dan metode pipa kapiler (Yuan dan Lee, 2013).
Sudut kontak berkaitan dengan tegangan permukaan dari gas, cairan, dan
padatan, sehingga hubungan antara ketiganya diperlihatkan melalui persamaan
Young:
𝛾𝐿𝑉cos 𝜃 = 𝛾𝑆𝑉 − 𝛾𝑆𝐿
dimana (γSV) tegangan antarmuka antara padatan-udara (disebut juga energi bebas
permukaan padatan), (γLV) tegangan antarmuka cairan-udara (disebut juga tegangan
permukaan), (γSL) tegangan antarmuka padatan-cairan, dan θ adalah sudut kontak
(Wong and Yu, 2013).
Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama
(gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi). Gaya
kohesi dan adhesi berperan dalam menentukan bentuk-bentuk permukaan zat cair.
Setetes air yang jatuh di permukaan kaca mendatar akan meluas permukaannya. Hal
ini disebabkan adhesi air-kaca lebih besar daripada kohesi air. Setetes air raksa yang
jatuh dipermukaan kaca mendatar akan mengumpul membentuk bola karena adhesi
raksa-kaca lebih kecil dibandingkan kohesi air raksa. Permukaan zat cair di dalam
tabung tidak mendatar, tetapi sedikit melengkung. Gejala melengkungnya
permukaan zat cair di dalam tabung disebut miniskus.
Sudut kontak kurang dari 90° menunjukkan bahwa pembasahan permukaan
menguntungkan, dan cairan akan tersebar di besar area pada permukaan; sementara
kontak sudut lebih besar dari 90° umumnya berarti membasahi permukaan kurang
baik sehingga cairan akan meminimalkan kontak dengan permukaan dan membentuk
tetesan cairan kompak. Misalnya, pembasahan lengkap terjadi ketika sudut kontak
adalah 0°, seperti tetesan berubah menjadi genangan datar. Untuk permukaan
superhidrofobik, sudut kontak air biasanya lebih besar dari 150°, menunjukkan
hampir tidak ada kontak antara tetesan cairan dan permukaan, yang mana dapat
dikatakan sebagai "efek lotus" (Yuan dan Lee, 2013).
Para peneliti mengklasifikasikan permukaan material dengan kuantitas sudut
kontak yaitu permukaan material sangat basah (hidrofilik) bila sudut kontak cairan
pada permukaannya lebih kecil dari 30°.Bila sudut kontak antara 30° sampai dengan
89°, permukaan material disebut basah sebagian (partially wetted).Sudut kontak
lebih dari 90° disebut hidrofobik atau bersifat menolak air (Syakur dkk, 2010).

C. Hasil pengamatan
Tabel 4.1 Sudut Kontak
Jenis tanah Sudut kontak
Latosol 69,975°
Vertisol 85,48°
Mediteran 60,66°
Sumber: Praktikum Fisika Tanah 2020

D. Pembahasan (ACC)
Sudut kontak adalah sudut yang terbentuk dari dua garis, dimana garis
pertama adalah garis batas antara udara dan zat cair yang diteteskan dan garis kedua
merupakan batas yang terbentuk antara zat cair dan zat padat yang ditetesi. Sudut
kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan
gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi). Sudut kontak kurang
dari 90° menunjukkan bahwa pembasahan permukaan menguntungkan, dan cairan
akan tersebar di besar area pada permukaan; sementara kontak sudut lebih besar dari
90° umumnya berarti membasahi permukaan kurang baik sehingga cairan akan
meminimalkan kontak dengan permukaan dan membentuk tetesan cairan kompak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data yang
menunjukan besar nilai sudut kontak ketiga jenis tanah. Tanah latosol mendapat nilai
sudut kontak sebesar 69,975°, tanah vertisol sebesar 85,48°, selanjutnya tanah
mediteran yaitu sebesar 60,66°.
Berdasarkan data yang di peroleh, dapat kita lihat bahwa nilai sudut kontak
paling besar ada pada tanah vertisol. Hal ini dikarenakan tanah vertisol didominasi
fraksi lempung montmorillonite dimana ketika basah, tanah menjadi sangat lekat
dan plastis serta kedap air sehingga kapilaritas airnya rendah. Semakin rendah
kapilaritas airnya maka sudut kontaknya semakin besar. Sedangkan nilai sudut
kontak yang terendah yaitu tanah mediteran. Hal ini dikarenakan tanah mediteran
memiliki struktur gumpal bersudut dan jug a tanah ini memiliki permeabilitas yang
kurang baik sehingga nilai sudut kontaknya kecil.
Pada pengamatan suduk kontak ketiga jenis tanah tersebut, dapat diketahui
bahwa nilai sudut kontak ketiga jenis tanah tersebut masih dibawah 90°, yang artinya
pembasahan permukaan menguntungkan, dan cairan akan tersebar di besar area pada
permukaan. Selain itu ketiga jenis itu termasuk permukaan material basah sebagian
(partially wetted) karena sudut kontaknya antara 30° sampai dengan 89°.

E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang teah dilakukan, dapat kita simpulkan bahwa
niali sudut kontak tanah latosol sebesar 69,975°, tanah vertisol sebesar 85,48°, dan
tanah mediteran yaitu sebesar 60,66°. Ketiga jenis tanah tersebut termasuk
permukaan material Sebagian basah dimana pembasahan permukaan
menguntungkan dan cairan akan tersebar di besar area pada permukaan.
BAB V
KEMANTAPAN AGREGAT

A. Tujuan
Menentukan kemantapan agregat dengan pengayakan dan perbandingan alkohol dan
air
B. Tinjauan Pustaka
Agregat merupakan kumpulan kumpulan partikel organik seperti sel-sel
mikroba, kumpulan pasir, pasir halus, serta tanah liat. Berbagai bahan tersebut
menggumpal karena adanya metabolit yang melalui proses disekresi oleh mikroba.
Agregat tanah yang telah terbentuk ditentukan oleh iklim, aktivitas biologi
lingkungan, serta batuan induk yang menyusunnya. Agregat dapat diukur dengan
menyatakan tingkat stabilitas, dimulai dari yang paling stabil hingga agregat tanah
yang paling tidak stabil (Arabia dkk., 2015).
Kemantapan agregat adalah daya tahan rata – rata setiap agregat tanah
melawan benturan air hujan yang mengenai atau karena adanya penggenangan air.
Kemantapan agregat bergantung pada bagaimana daya tahan tanah dalam
kekuatannya menahan pengikatan atau sementasi. Terdapat berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi kemantapan agregat, antara lain, bahan-bahan induk penyusun
agregat tanah, tingkat agregas, penggunaan pupuk serta pemupukan dan bentuk atau
ukuran agregat (Mawardiana, 2013).
Penetapan kemantapan agregat secara kuantitatif di laboratorium dilakukan
dengan cara pengayakan kering dan basah menurut metode yang dikemukakan oleh
De Leenheer dan De Boodt (1959). Metode ini dimaksudkan mencari perbedaan
rata-rata diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan pengayakan basah.
Pengayakan kering dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah dilapangan
kemudian dikeringudarakan dan dimasukan kedalam ayakan, di ayak sebanyak 5 kali
kemudian agregat ditimabang dan dikonversikan kedalam persen. Selanjutnya
pengayakan basah dilakukan dengan cara agregat hasil pengayakan kering ditimbang
dan dimasukan kedalam cawan nikelkemudian ditambahkan air sampai kapisitas
lapang, simpan pada incubator selama satu malam kemudian pindahkan kedalam
ayakan dan diayak selama 5 menit kemudian pindahkan kedalam cawan
menggunakan corong, buang kelebihan air lalu keringkan. Setelah kering ankat dan
biarkan sampai kering udara lalu ditimbang.
Penentuan kemantapan agregat menggunakan metode pengayakan
dikembangkan pertama kali oleh Yoder (1936). Satu set ayakan, yang terdiri atas
enam ayakan, dipasang pada suatu dudukan, kemudian dimasukkan ke dalam
kontainer berisi air. Alat dilengkapi dengan motor penggerak yang dihubungkan
kedudukan ayakan. Motor ini berfungsi untuk menaik-turunkan ayakan di dalam air.
Tanah yang tertahan pada masing-masing ayakan setelah pengayakan dilakukan,
kemudian dikeringkan dan ditimbang. Kemantapan agregat dihitung menggunakan
berat diameter rata-rata.
Bentukan suatu lahan dapat dijadikan sebagai indikator kondisi suatu relief
bumi. Saat ini kajian perihal detail mengenai pemetaan stabilitas agregat tanah
belum banyak ditemukan. Karena metode yag digunakan merupakan metode yang
perlu kecermatan karena menggunakan kombinasi dari dua faktor lingkungan. Peta
stabilitas agregat tanah juga dapat digunakan sebagai indikator kualitas lahan.
Agregat memiliki peranan yang cukup vital bagi ekosistem yang terdapat di dalam
tanah. Khususnya bagi mikroorganisme, terutama protozoa da bakteri. Adanya
agregat tanah juga berperan sebagai penunjang kebutuhan akan unsur hara yang
dibutuhkan makhluk hidup. Beberapa jenis mikroorganisme tanah yang mampu
membantu pembentukan agregat dengan baik. Penambahan beberapa contoh
mikroorganisme tersebut berperan sebagai pembantu penstabil tekstur yang dapat
menjadikan agregat menjadi lebih kuat dan utuh (Widyati, 2013).
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar
tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air.

C. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pengayakan Kemantapan Agregat
Jenis RBD Kering RBD Basah Mediteran Harkat
Tanah
Latosol 4,469 1,33772 31,93% Tidak Mantap
Vertisol 4,59658 1,76187 35,28% Tidak Mantap
Mediteran 4,90454 0,85905 24,72% Tidak Mantap
Sumber : Praktikum Fisika Tanah 2020
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Agregat Campuran Air dan Alkohol
Jenis %Agregat Harkat
Tanah Tidak Terurai
Latosol 85,23% Kuat
Vertisol 46,67% Sedang
Mediteran 38,63% Sedang
Sumber : Praktikum Fisika Tanah 2020

D. Pembahasan
Agregat merupakan kumpulan kumpulan partikel organik seperti sel-sel
mikroba, kumpulan pasir, pasir halus, serta tanah liat. Kemantapan agregat adalah
daya tahan rata – rata setiap agregat tanah melawan benturan air hujan yang
mengenai atau karena adanya penggenangan air. Penetapan kemantapan agregat
secara kuantitatif di laboratorium dilakukan dengan cara pengayakan kering dan
basah. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemantapan agregat,
antara lain, bahan-bahan induk penyusun agregat tanah, tingkat agregas, penggunaan
pupuk serta pemupukan dan bentuk atau ukuran agregat.
Berdasarkan data yang dioeroleh dari praktikum yang telah dolakukan, dapat
kita lihat bahwa nilai RBD kering yaitu pada tanah latosol sebesar 4,47, tanah
vertisol 4,60,dan tanah mediteran 4,90. Sedangkan nilai RBD Basah yaitu pada
tanah latosol sebesar 1,34, tanah vertisol 1,76, dan tanah mediteran 0,86. Selanjutnya
untuk kemantapan agregat tanah latosol sebesar 31,95%, tanah vertisol 35,28 dan
tanah mediteran sebesar 24,72%. Tanah vertisol memiliki nilai kemantapan tertinggi.
Tanah vertisol mempunyai kemantapan agregat tertinggi dikarenakan mempunyai
lempung montmorillonite, konsistensi yang kuat dan memiliki struktur tanah yang
kurang baik. Untuk kemantapan agregat terendah adalah tanah mediteran
dikarenakan.Hal ini dikarenakan tanah mediteran berasal dari pelapukan batuan-
batuan kapur yang telah banyak mengalami pencucian mineral lempung, selain itu
tanah ini juga memiliki kemampuan menahan air yang rendah dikarenakan kandugan
bahan organik yang rendah dan struktur yang menggumpal.
Selanjutnya pada pengamatan kemantapan agregat campuran air dan
alkohol, dapat kita lihat bahwa diperoleh data persen agregat tidak terurai dan harkat
dari ketiga jenis tanah. Tanah latosol mendapat persen agregat tidak terurai sebesar
85,23% dengan harkat kuat. Selanjutnya tanah vertisol mendapat persen agregat
tanah sebesar 46,67% dengan harkat sedang dan tanah mediteran mendapat persen
agregat tanah sebesar 38,63% dengan harkat sedang. Tanah yang memiliki persen
agregat tanah tertimggi yaitu pada tanah latosol. Hal ini dikarenakan tanah latosol
didominasi pori mikro, bertekstur lempung dan memiliki struktur yang remah
dengan konsitensi gembur sehingga kemampuan menahan airnya baik. Sedangkan
persen agregat tidak terurai yang paling rendah yaitu pada tanah mediteran. Hal ini
dikarenakan tanah mediteran didominasi pori makro dan juga tanah ini memiliki
kandungan bahan organic yang rendah sehingga kemampuan menahan airnya
rendah.

E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, dapat
kita simpulkan bahwa pada penentuan nilai kemantapan agregat menggunakan
metode pengayakan tanah vertisol memiliki nilai yang paling tinggi. Sedangkan
menggunakan metode campuran air dan alkohol, nilai kemantapan agregat tertinggi
adalah tanah latosol.
BAB VI
PERMEABILITAS

A. Tujuan
Mengetahui kecepatan lewatnya air pada berbagai macam tanah

B. Tinjauan Pustaka
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan
aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori.
Pori-pori tanah saling berhubungan antara satu dengan lainnya, sehingga air dapat
mengalir dari titik dengan tinggi energi ke titik dengan dengan tinggi energi yang
lebih rendah. Untuk tanah, permeabilitas digambarkan sebaga sifat tanah yang
mengalirkan air melalui rongga pori tanah. (Hardiyatmo, Hary Christady. 2012)
Permeabilitas timbul karena adanya pori kapiler yang saling bersambungan
satu dengan yang lainnya. Secara kuantitatif permeabilitas dapat dinyatakan sebagai
kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh.
Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media
poros. Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien
permeabilitas. Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas di antaranya
tekstur tanah, bahan organik tanah, kerapatan massa tanah (bulk density), kerapatan
partikel tanah (particle density), porositas tanah, dan kedalaman efektif tanah
(Hanafiah, 2015)
Untuk menentukan koefisien permeabilitas, bisa menggunakan 2 metode
yaitu metode dengan constant head dan falling head.
1. Pengujian contsan head
Metode ini hanya digunakan pada tanah dengan permeabilitas tinggi.
Oleh karena itu, pada percobaan yang akan dilakukan perlu ditambahkan pasir
untuk memodifikasi ditambahkan pasir untuk memodifikasi permeabilitas tanah
lempung yang sangat kecil.
2. Pengujian falling head
Uji permeabilitas dengan tinggi energi turun (falling head) cock digunakan
untuk tanah berbutir halus, prinsip uji permeabilitas dengan metode falling head
tersebut yaitu, tanah benda uji dimasukkan kedalam tabung, pipa pengukur
didirikan diatas benda uji. Air dituangkan melalui pipa pengukur dan dibirakan
mengalir melewati benda uji.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah.
Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan
makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar
yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan
pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya
berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas
untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar
dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).(Hengki,H.2012)
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat permeabilitas tanah, terutama
tekstur, struktur, stabilitas agregat, porositas, distribusi ukuran pori, kekontinyuan
pori dan kandungan bahan organic. Permeabilitas tanah meningkat bila (a) agregasi
butir-butir tanah menjadi remah, (b) adanya saluran bekas lubang akar tanaman yang
terdekomposisi, (c)adanya bahan organik, dan (d) porositas tanah yang tinggi.
Pengukuran permeabilitas tanah sangat penting untuk beberapa kepentingan
di bidang pertanian, misalnya masuknya air ke dalam tanah, gerak air ke akar
tanaman,aliran air drainase, evaporasi air pada permukaan tanah, kesemuanya itu
dapat dipengaruhi oleh permeabilitas tanah yang mana berkaitan pula dengan
peranan kondektifitas Hidroliknya.

C. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Permeabilitas Tanah Terusik
Jenis Tanah Nilai Permeabilitas
Latosol 2,36 cm/jam
Vertisol 2,21 cm/jam
Mediteran 1,42 cm/jam
Sumber: Praktikum Fisika Tanah 2020
Tabel 6.2 Permeabilitas Tanah Tidak Terusik
Jenis Tanah Nilai Permeabilitas
Latosol 4,45 cm/jam
Vertisol 4,31 cm/jam
Mediteran 1,59 cm/jam
Sumber: Praktikum Fisika Tanah 2020
D. Pembahasan
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan
aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori.
Pori-pori tanah saling berhubungan antara satu dengan lainnya, sehingga air dapat
mengalir dari titik dengan tinggi energi ke titik dengan dengan tinggi energi yang
lebih rendah. faktor yang mempengaruhi permeabilitas di antaranya tekstur tanah,
bahan organik tanah, kerapatan massa tanah (bulk density), kerapatan partikel tanah
(particle density), porositas tanah, dan kedalaman efektif tanah. Untuk menentukan
koefisien permeabilitas, bisa menggunakan 2 metode yaitu metode dengan constant
head dan falling head.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data nilai
permeabilitas tanah terusik dan tanah tidak terusik. Pada pengamatan permeabilitas
tanah terusik dapat kita lihat bahwa nilai permeabilitas tertinggi yaitu pada tanah
latosol. Hal ini dikarenakan tanah latosol mepunyai kandungan lempung dengan
pori-pori tanah yang besar yang menyebabkan air mengalir tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat (sedang). Sedangkan nilai permeabilitas terendah yaitu ada pada
tanah mediteran. Hal ini dikarenakan tanah mediteran bertekstur geluh hingga
lempung dengan ruang pori yang kecil dan sedikit yang menyebabkan peresapan
airnya rendah sehingga permeabilitasnya agak lambat.
Selanjutnya untuk pengamatan permeabilitas tanah tidak terusik, diperoleh
data yaitu nilai permeabilitas tertinggi ada pada tanah latosol. Hal ini dikarenakan
tanah latosol pada umumnya memiliki struktur yang remah sehingga lebih mudah
ditembus oleh air. Selain itu tanah tanah latosol memiliki pori-pori tanah yang besar
sehingga nilai permeabilitasnya lebih tinggi dibandingkan tanah vertisol dan tanah
mediteran. Sedankan nilai permeabilitas terendah yaitu pada tanah mediteran. Hal ini
dikarenakan tanah latosl bertekstur lempung dan memiliki ruang antar struktur yang
sedikit sehingga permeabilitasnya agak lambat.

E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, dapat
kita simpulkan bahwa pada pengamatan permeabilitas tanah terusik, nilai tertinggi
ada pada tanah latosol yaitu 2,36 cm/jam, disusul tanah vertisol 2,21 cm/jam,
kemudian yang terendah tanah mediteran yaitu 1,42 cm/jam. Selanjutnya untuk
pengamatan permeabilitas tanah tidak terusik,nilai tertinggi ada pada tanah latosol
yaitu 4,45 cm/jam, disusul 4,31 cm/jam, dan yang terendah ada pada tanah
mediteran yaitu 1,59 cm/jam.
BAB VII
TEKSTUR

A. Tujuan
1. Menentukan sebaran besar butir tanah
2. Membandingkan sebaran besar butir macam-macam tanah.

B. Tinjauan Pustaka
Pembagian komposisi partikel yang menyusun tanah disebut dengan tekstur
tanah. Komposisi penyusun tanah terdiri atas fraksi debu, pasir, dan lempung. Ketiga
fraksi tersebut menggunakan proporsi persentase (%). Tekstur tanah merupakan
kadar butir atau sifat halus tanah. Setiap fraksi tanah memiliki kadar tinggi
rendahnya dalam tingkat kekasaran. Urutan tingkat kekasaran tanah dari mulai yang
memiliki tingkat kekasaran tinggi hingga rendah adalah pasir, debu, dan lempung
(Lane, 2018).
Tanah memiliki beberapa ukuran fraksi tanah Menurut Sistem Departemen
Pertanian Amerika Serikat (USDA), yaitu:
· Pasir sangat kasar (Very coarse sand) dengan diameter 2,00 – 1,00 mm
· Pasir kasar (Coarse sand), diameter fraksi 1,00 – 0,50 mm
· Pasir sedang (medium sand), diameter fraksi 0,50 – 0,25 mm
· Pasir halus (fine sand),diameter fraksi 0,25 – 0,10 mm
· Pasir sangat halus (very fine sand),diameter fraksi 0,10 – 0,05 mm
· Debu (silt), diameter fraksi 0,05 – 0,002 mm
· Liat (Clay), diameter fraksi Kurang dari 0,002 mm
Penetapan tekstur di laboratorium dapat dilakukan dengan analisa mekanis.
Adapun 2 metode yang sering digunakan untuk menentukan tekstur yaitu, (1)
metode pipet dan (2) metode hydrometer. Dengan cara ini yaitu metode pipet atau
metode hidrometer, keduanya didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya
partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya
partikel yang memiliki kerapatan (density) sama dalam suatu larutan akan meningkat
secara linear apabila radius partikel bertambah secara secara kuadratik. Proses ini
terdiri atas pendispersian agregat tanah menjadi butir-butir tunggal dan kemudian
diikuti dengan sedimentasi atau pengendapan.
Tekstur tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi tekstur tanah adalah curah hujan. Pengaruh curah hujan pada keadaan
tekstur tanah adalah sebagai pengangkut maupun pelarut tanah yang merubah
komposisi mineral penyusun tanah. Selain itu, topografi juga mempengaruhi tekstur
tanah, karena perbedaan topografi mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk pada
setiap perbedaan bentukan alamnya. Kedua faktor tersebut merupakan salah dua dari
berbagai faktor yag mampu mempengaruhi tekstur tanah, karena selain kedua faktor
tersebut terdapat pula konsistensi, kadar air, organisme, serta perakaran yang mampu
mempengaruhi keadaan tekstur tanah. Penentuan tekstur tanah dapat dilihat dari
seberapa besar, rapat dan banyak pori yang ada dalam tanah yagn sering kita sebut
yaitu porositas tanah. Tanah berpasir memiliki berat isi tinggi sehinggga tanah ini
memliki porositas yang rendah. Tanah lempung memiliki keterbalikan mengenai
porositas dan berai isi dengan tanah berpasir. Tanah lempung memiliki berat isi yang
rendah sehingga memiliki tingkat porositas yang tinggi daripada tanah berpasir
(Chaudari et al, 2013).
Tekstur tanah dapat berfungsi menentukan tata air di dalam tanah yaitu
berupa penetrasi, kecepatan infiltrasi, serta kemampuan mengikat air. Tekstur tanah
sangat menentukan reaksi fisik dan kimia di dalam tanah, karena ukuran partikel
tanah bisa menjadi faktor penentu luas permukaan tanah. Tekstur tanah juga
dilakukan untuk mengetahui teknik-teknik pertanaman yang sesuai untuk dilakukan
seperti teknik pemeliharaan dan pemupukan yang akan digunakan (Sinaga dkk.,
2014).

C. Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Tekstur Tanah
Jenis Tanah Debu(%) Pasir(%) Lempung(%) Kelas Tekstur

Latosol 6,52 78,24 15,24 Geluh Pasiran


Vertisol 4,72 84,60 10,68 Pasir
Lempungan
Mediteran 9,64 70,96 19,40 Geluh Pasiran
Sumber: Praktikum Fisika Tanah 2020
D. Pembahasan
Tekstur tanah merupakan kadar butir atau sifat halus tanah. Setiap
fraksi tanah memiliki kadar tinggi rendahnya dalam tingkat kekasaran. Urutan
tingkat kekasaran tanah dari mulai yang memiliki tingkat kekasaran tinggi
hingga rendah adalah pasir, debu, dan lempung. faktor yang mempengaruhi
tekstur tanah yaitu curah hujan, topografi, konsistensi, kadar air, organisme,
serta perakaran. Penetapan tekstur di laboratorium dapat dilakukan dengan
analisa mekanis. Adapun 2 metode yang sering digunakan untuk menentukan
tekstur yaitu, (1) metode pipet dan (2) metode hydrometer.
Berdasarkan tabel pengamatan pada tekstur tanah, dapat kita lihat
bahwa pada tanah latosol diperoleh % debu sebesar 6,52%, % pasir sebesar
78,24%, % lempung sebesar 15,24% dan termasuk kelas geluh pasiran.
Kemudian tanah vertisol memperoleh % debu sebesar 4,72%, % pasir sebesar
84,60%, % lempung sebesar 10,68% dan termasuk kelas geluh lempungan.
Selanjutnya untuk tanah mediteran memperoleh % debu sebesar 9,64%, %
pasir sebesar 70,96% , % lempung sebesar 19,40% dan termasuk kelas geluh
pasiran.
Tanah latosol memiliki kandungan fraksi debu sebesar 6,52 %, fraksi
pasir sebesar 78,24 % dan fraksi lempung 15,24 % termasuk ke dalam kelas
tekstur geluh pasiran. Hal ini dikarenakan tanah latosol terbentuk dari
pelapukan batuan sedimen dan metamorf yang mengalami pelapukan lanjut
dan pencucian yang intensif.
Tanah vertisol memiliki kandungan fraksi debu sebesar 4,72 %, fraksi
pasir sebesar 84,60 % dan fraksi lempung 10,68 % termasuk ke dalam kelas
pasir lempungan. Hal ini dikarenakan bahan induk tanah vertisol terdiri atas
alluvium napal, peridotit, batu kapur, volkan andesitik, dan dasitik. Bahan-
bahan tersebut tergolong pada bahan mudah lapuk. Tanah ini juga terbentuk
pada iklim kering dan batuan tanah yang kaya terhadap kation dengan
topografi berupa dataran antar perbukitan yang tertutup.
Tanah mediteran memiliki kandungan fraksi debu sebesar 9,64 %,
fraksi pasir sebesar 70,96 % dan fraksi lempung 19,40 % termasuk ke dalam
kelas tekstur geluh pasiran. Hal ini dikarenakan berasal dari pelapukan batuan
kapur keras (limestone) dan tuff vulkanis bersifat basa. kandungan unsur hara
dalam tanah ini tergolong sedikit dan kurang subur. Tanah ini berada di
daerah beriklim sub humid dan bulan kering dengan curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, berada pada daerah pegunungan lipatan. Topografi Karst dan
lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m

E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan, dapat
kita simpulkan bahwa sebaran besar butir tanah pada latosol dengan
kandungan debu 6,52%, pasir 78,24 %, dan lempung 15,24% termasuk ke
dalam kelas geluh pasiran. Pada vertisol diperoleh kandungan debu 4,72%,
pasir 84,6%, dan lempung 10,68% termasuk ke dalam kelas pasir lempungan.
Pada tanah mediteran diperoleh kandungan debu 9,64, pasir 70,96%, dan
lempung 19,4% termasuk ke dalam kelas geluh pasiran.
BAB VIII
KURVA pF (METODE GANTUNG DAN BBW)

A. Tujuan
. Menentukan kurva pF

B. Tinjauan Pustaka
Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap dan/atau
menahan air di dalam pori-pori tanah, atau melepaskannya dari dalam pori-
pori tanah. Kondisi ini sangat tergantung pada tekstur tanah, pori-pori tanah,
drainase dan iklim (suhu dan curah hujan). Retensi air tanah sangat berguna
dalam perencanaan pertanian terutama dalam mengkuantifikasi kebutuhan air,
mengoptimalkan, dan meningkatkan efisiensi penggunaan air untuk irigasi.
Retensi air biasanya ditampilkan dalam bentuk kurva yang dikenal dengan
kurva pF (Utomo, 2016).
Kurva retensi air adalah hubungan antara kadar air , θ, dan potensi air
tanah, ψ. Kurva ini merupakan karakteristik untuk berbagai jenis tanah, dan
disebut juga karakteristik kelembaban tanah . Ini digunakan untuk
memprediksi penyimpanan air tanah, pasokan air ke tanaman ( kapasitas
lapang ) dan stabilitas agregat tanah . Karena efek histeris air yang mengisi
dan mengeringkan pori-pori, kurva pembasahan dan pengeringan yang
berbeda dapat dibedakan.
Dari kurva ini dapat diketahui apakah tanah tersebut lebih cepat
meloloskan air atau dapat menahan air dalam waktu yang lebih lama.
Semakin curam kurva pF, semakin cepat tanah tersebut meloloskan air, dan
semakin landai kurva pF semakin bagus tanah tersebut menahan air. Kurva
pF ini dapat dibuat dengan cara memplot data kadar air tanah pada saat
kapasitas lapangan dan titik layu permanen (sumbu X) terhadap masing-
masing tegangan matriknya yang dicerminkan oleh nilai minus logaritma dari
hisapan matrik (pF) pada kondisi kapasitas lapangan (pF 2,54) dan titik layu
permanen (pF 4,2) (sumbu Y). Dengan demikian data kadar air tersebut
sangat diperlukan untuk menilai kemampuan tanah memegang air
(Abdurachman, 2010).
Metode yang digunakan untuk menentukan kemampuan mengikat air
adalah kurva pF dengan alat pressure membrane apparatus dan hanging water
column mengikuti cara-cara yang dirintis oleh Richards dan Fireman.
Pressure plate apparatus digunakan untuk pengujian kadar air tanah pada
tegangan 0,33 atm (pF 2,54) dan 15 atm (pF 4,2), sedangkan hanging water
column digunakan untuk pengujian 0,1 atm (pF2,0) (Tutkey, 2018).

C. Hasil Pengamatan
Tabel 8.1 Penetapan Nilai pF Metode Gantung
Jenis Tanah Kadar Lengas%

Latosol 16,77
Vertisol 36,54
Mediteran 10,48
Sumber: Praktikum Fisika Tanah 2020
Tabel 8.2 Penetapan Nilai pF Metode BBW
Menit Kadar Lengas%

Latosol 25
Vertisol 35,52
Mediteran 21,5
Sumber: Praktikum Fisika Tanah 2020
D. Pembahasan
Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap dan/atau
menahan air di dalam pori-pori tanah, atau melepaskannya dari dalam pori-
pori tanah. Kurva retensi air adalah hubungan antara kadar air , θ, dan potensi
air tanah, ψ. Kurva ini merupakan karakteristik untuk berbagai jenis tanah,
dan disebut juga karakteristik kelembaban tanah . Ini digunakan untuk
memprediksi penyimpanan air tanah, pasokan air ke tanaman ( kapasitas
lapang ) dan stabilitas agregat tanah. Metode yang digunakan untuk
menentukan kemampuan mengikat air adalah kurva pF dengan alat pressure
membrane apparatus dan hanging water column mengikuti cara-cara yang
dirintis oleh Richards dan Fireman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pada penetapan nilai pF


menggunakan metode gantung dan BBW diperoleh data bahwa nilai pF
tertinggi yaitu pada tanah vertisol. Hal ini dikarenakan tanah vertisol
bertekstur lempung yang didominasi jenis montmorillonit yang menyebabkan
tanah ini dapat mengembang dan mengerut secara intensif. Pengembangan
tanah menyebabkan tanah mudah terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat
sehingga mempengaruhi kandungan air tanah.

Selanjutnya untuk nilai pF terendah yaitu ada pada tnah mediteran. hal
ini dikarenakan tanah mediteran berasal dari bahan induk batuan kapur
sehingga memiliki kandungan liat yang lebih sedikit ketimbang latosol dan
tanah vertisol. Selain itu tanah mediteran memilii stuktur gumpal bersudut
serta Jumlah ruang pori pada tanah ini sedikit dan kecil dan permeabilitasnya
yang lambat sehingga berpengaruh terhadap nilai Pf.

Pada metode gantung semakin tinggi kadar lengas yang terkandung di


dalam tanah menyebabkan tanah tersebut memiliki kapasitas lapang yang
besar sehingga berdampak terhadap daya ikat air kuat. Pada penetapan niali
pF menggunakan metode BBW kadar lengas yang terkandung dalam tanah
menyebabkan tanah memiliki titik layu permanen yang semakin kecil,
semakin kecil titik layu permanen menyebabkan potensi tanaman mengalami
titik layu juga kecil hal ini dikarenakan tanah memiliki kapasitas lapang yang
besar.

E. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan,
dapat kita simpulkan bahwa penentuan kurva pF menggunakan metode
gantung dan metode BBW. Pada metode gantung diperoleh nilai kadar lengas
pada latosol 16,77%, vertisol 36,54%, dan tanah mediteran 10,48%. Pada
metode BBW diperoleh niali kadar lengas pada latosol 25%, vertisol 35,52%,
dan tanah mediteran 21,05%.

Anda mungkin juga menyukai