Anda di halaman 1dari 21

PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE PIPET

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DAN KIMIA TANAH

PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE PIPET

Disusun Oleh:
Sofiatun Khasanah
A1H013011

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir (sand), debu

(silt), dan liat (clay). Tekstur tanah penting untuk kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga

fraksi penyusun tanah tersebut akan menentuhkan sifat fisik, sifat fisika-kimia dan sifat kimia

tanah. Sifat-sifat seperti plastibitas, permeabilitas, kekerasan, pertukaran ion dan sebagian sangat

ditentuhkan oleh tekstur tanah.

Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari lapisan lapisan tanah ada juga

yang mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah. Perkiraan atau penentuan tekstur tanah

diperlukan pada saat menyelidiki tanah tanah dilapangan. Dalam menentukan tekstur tanah dapat

digunakan beberapa metode. Metode yang digunakan dilapangan untuk menentukan tekstur

tanah yaitu metode feeling, selain itu juga terdapat metode pipet dan metode hydrometer.

B. Tujuan

1. Mengetahui batas cair tanah (BC)

2. Mengetahui batas lekat tanah (BL)

3. Mengetahui batas gulung tanah (BG)

4. Mengetahui batas berubah warna (BBW)

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tekstur suatu tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah berlainan, dengan

struktur dan konsistensi. Namun kadang-kadang didapati perubahan dalam lapisan itu sendiri

karena dipindahkannya lapisan permukaan atau perkembangan lapisan permukaan yang baru.

Karena sifatnya yang relative tetap untuk jangka waktu tertentuh maka tekstur tanah sudah lama

menjadi dasar klasifikasi tanah serta struktur yang turut menentkan tata air dalam tanah yang

berupa kecepatan fitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah

(Darmawijaya,1990).

Tekstur tanah dapat pula ditetapkan secara kualitatif dilapangn dengan menggunakan

perasaan. Tanah yang bisa diletakkan diantara ibu jari dengan jari telunjuk dan kemudian saling

ditekan dan dirasakan. Terdapatnya tekstur profil tanah terkadang dapat memberi keuntungan

namun dapat pula memberikan kerugian. Kerugian dan keuntungan adanya tekstur tanah

dipengaruhi oleh tingkatan perkembangan tanah sampai batas batas tertentu.

Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat

kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir,

debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir

mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002

mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.

Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah, tekstur tanah merupakan

perbandingan antara butir butir pasir debu dan liat. Teksur tanah dibedakan berdasarkan

presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno, 2002). Pembagian tekstur berdasarkan

kelas tekstur ada 12,hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh, ( Hanafiah, 2005).

1. Pasir (sandy)

Pasir mempunyai ukuran >2mm dan bersifat kasar dan tidak


2. Pasir berlempung (loam sandy)

Tanah pasir berlempung ini memiliki berlempung tidak kuat.

3. Lempung berpasir (Sandy loam)

Rasa kasar pada tanah lempung berpasir akan terasa agak jelas dan juga akan membentuk bola

yang agak keras tetapi akan mudah hancur.

4. Lempung (Loam)

Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh

dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat

melekat.

5. Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam)

Lempung liat berpasir terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan juga

dapat membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan akan mudah hancur serta dapat melekat.

6. Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam)

Lempung liat berdebu memiliki rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola teguh dan gulungan

yang mengkilat serta dapat melekat.

7. Lempung berliat (clay loam)

Lempung berliat akan terasa agak kasar. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan

membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur

8. Lempung berdebu (Silty Loam)

Lempung berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat

melekat.

9. Debu (Silt)
Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh dan dapat sedikit digulung

dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak lekat.

10. Liat berpasir (Sandy-clay)

Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering.

Akan sukar untuk dipijit tetapi mudah digulung serta memilliki daya lekat yang tinggi (melekat

sekali).

11. Liat berdebu (Silty-clay)

Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar

dipijit tetapi mudah digulung serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).

12. Liat (clay)

Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta memiliki daya lekat yang tinggi

(melekat sekali).

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Gelas piala

2. Gelas beker 1000 ml

3. Gelas ukur

4. Pipet 25 ml
5. Kompor

6. Kertas lakmus biru

7. Oven

8. Stopwatch

9. Timbangan analitis

10. Ayakan dan cawan porselin

11. Tanah halus kering udara

12. Larutan H2O2 30%

13. Larutan HCl 15 ml

14. Termometer

15. Larutan NaOH 10 ml

16. Akuades

B. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

2. Memanaskan tanah yang sudah direndam pada larutan H2O2 selama 24 jam (oleh asiste) dan

menambahkan H2O2 sebanyak 75 ml sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai mendidih.

3. Mendinginkan larutan yang telah terbentuk dan menambah 15 ml HCl sambil diaduk.

4. Melakukan pencucian pada larutan dengan menggunakan akuades hingga larutan netral.

Kemudian menambahkan 10 ml NaOH dan diaduk jika masih asam tambahkan lagi akuades

sampai netral.

5. Memasukan larutan dalam gelas beker 1000 ml. Pasir akan mengendap lalu memasukkan air

yang berada diatas endapan pasir dalam gelas piala (jangan sampai pasir terbawa masuk).
6. Menuang endapan pasir pada gelas ukur sebanyak 25 ml, kemudian memasukkannya dalam

cawan porselin yang telah diisi dalam oven dengan suhu 105 0 C selama 24 jam.

7. Mengukur suhu larutan dalam gelas piala, kemudian mencocokkannya dengan tabel hubungan

antara antara suhu cairan dengan kecepatan jatuh partikel, maka akan waktu senggang.

8. Pemipetan ke 2, menempatkan pipet sedalam 20 cm dari volume 1000 ml larutan, mengambil 25

larutan kemudian memasukkannya dalam cawan porselin ke 2 dan mengoven dengan suhu 105 0

C selama 24 jam.

9. Pemipetan ke 3, menempatkan pipet sedalam 5 cm dari volume 1000 ml kedalam oven dengan

suhu 105 0C selama 24 jam.

10. Setelah 24 jam, menimbang cawan 1,2,3 yang telah dioven dan telah dihilangkan uapnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Nama Cawan Berat Cawan kosong (gr) (a) Berat cawan+isi setelah dioven (b)

A (Pasir) 40,50 42,52

B (Debu) 36,86 36,98

C (Liat) 42,61 42,73

1. Gram pasir (P) = b-a gram

= 42,52 – 40,50

= 2,02 gram

2. Gram debu+liat (D+L) = b-a gram


= 36,98 – 36,86

= 0,16 gram

3. Gram liat (L) = (b-a) gram

= 42,37 – 42,61

= 0,12 gram

4. Gram debu (D+L) – L

= 0,16 – 0,12

= 2,18 gram

5. ∑ pasir + debu + liat = 2,02 + 0,04 + 0,12 = 2,18 gram

6. % Pasir = gram pasir x 100%

∑PDL

= 2,02 x 100%

2,18

= 92,66 %

7. % Debu = gram debu x 100%

∑PDL

= 0,04 x 100%

2,18

= 1,85 %

8. % Liat = gram pasir x 100%

∑PDL

= 0,12 x 100%

2,18
= 5,50 %

B. Pembahasan

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir (sand), debu

(silt), dan liat (clay). Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah

keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi

kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi

tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan

ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.

Pengertian tentang tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut

ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah. Tekstur tanah adalah

kasar atau halusnya tanah dari fraksi tanah halus 2mm, berdasarkan perbandingan banyaknya

butir butir pasir, debu dan liat (Hardjowigeno, 2003). Tekstur tanah menunjukkan kasar dan

halusnya tanah, tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir butir pasir debu dan liat.

Teksur tanah dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno,

2002).

Faktor factor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah sebagai berikut:

1. Iklim

Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode, dan

seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka pendek misalnya harian,

mingguan, bulanan dan masimal semusim atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai

pelarut dan pengankut maka air hujan akan mempengarugi: (1) komposisi kimiawi mineral

penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah, (3) sifat fsik tanah. Pengaruh
temperatureSetiap kenaikan temperatur C akan meningkatkan penigkatannya laju reaksi kimiawi

menjadi 2x lipat. Meningkatkan pembentukan dan pelapukan dan pembentukan liat terjadi

seiring dengan peningkatannya temperature. Hubungan antara temperature dan pertumbuhan

tanaman serta akumulasi bahan organic cukup kompleks. Kandungan bahan organic tanah adalah

jumlah antara hasil penambha bahan organik + laju mineralisasi bahan organic + kapasitas tanah

melidungi bahan organic dari mineralisasi (liat amorf) (Hanafiah, 2005).

2. Topografi

Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan

tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. pada daerah lereng infiltras. Sedangkan

pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk

proses genesis tanah.

a. Pengaruh slope/lereng

Kemiringan dan pandang lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng

makin besar runcff dan eros tanah. Hal yang mengakibatkan terhambatnya genesis tanah oleh

karena pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebh kecil,

pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian

dan eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah

lereng.

b. Pengaruh tinggi muka air dan drainase

Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan

tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di permukaan tanah

yang menyebabkan terjadinya kondisi anerobik dan reduksi. Tanah yang bedrainase buruk

mempunyai horison A biasanya berwarna gelap olh karena tingginya bahan organik, tapi horison
bawah pemukaannya cenderung kelabu (gray). Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A

yang warnanya lebih terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap.(Hanafiah, 2005)

3. Organisme Hidup

Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan

menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam

organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus

membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-

lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi

dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa

membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.(Hanafiah, 2005)

3. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan

dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus.

Mineral yang banyak mengandung unsure hara telah habis mengalami pelapukan sehingga

tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus

berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan

tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil

pembentukan horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil

pencucian yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam. Perlu

diketahui bahwa tingkat perkebangan tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah.

Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah,

sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah

(Hardjowigeno, 2003).
4. Bahan Induk

Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses

disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan tersebut. Bahan

induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur, tanah terbentuk dari sisa-sisa bahan yang

tidak larut setelah kalsium dan magnesium karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang

dapat d temui pada batu kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk

yang di turunkan dari sedimen dibawah oleh air angin. Sedimen koluvial terjadi pada lereng

terjal dimana gravitasi adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan

sedimentasi.sedimen koluvial adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit.

Sedimen alluvial biasa ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai.

Contoh: kebanyakan tanah-tanah pertanian di California terbentuk di lembahdiman alluvial

adalah bahan induk yang dominan. Pengaruh bahan induk terhadap genesis tanah, Perkembangan

horison terutama horison B tergantung pada translokasi partikel halus oleh air. Bahan induk yang

tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan partikel koloid. Bahan induk

yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan horison bahasa daerah (humid). Bahan

induk yang tersusun atas partikel inter media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah.

Tekstur dan struktur tanah akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi.

Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan organik dan

ketebalan solum (horison A+B). (Foth,H.D. 1990).

Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat

kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir,

debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir

mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu pasir 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 –
0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm. Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh

terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas

dan lain-lain. Maka pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada

kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan

pasir, liat dan lempung sama banyaknya. Perbandingan tersebut akan mudah terlihat pada grafik

segi tiga sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik segi tiga fraksi tanah.

Setiap kaki segitiga menggambarkan suatu fraksi ukuran butir-butir tanah:

1. Pasir berukuran 2 mm - 20 mµ

2. Lempung berukuran 20 mµ - 2 mµ

3. Liat kurang dari 2 mµ.

Sesuai dengan klasifikasi USDA (The United States Department of Agriculture) butiran

atau partikel tanah dikelompokan dalam:

1. Sand : > 0.05 mm

2. Silt : 0.002 - 0.05 mm

3. Clay: < 0.002 mm

Tabel nama butiran atau partikel tanah

Name of soil separate Diameter limits (mm) (USDA classification)

Clay less than 0.002

Silt 0.002–0.05

Very fine sand 0.05–0.10

Fine sand 0.10–0.25


Medium sand 0.25–0.50

Coarse sand 0.50–1.00

Very coarse sand 1.00–2.00

Menurut tempatnya dalam segitiga ini dapat dibaca teksturnya. Maka tekstur berarti

perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir, yang dalam garis besarnya lebih dari:

1. 30% liat adalah tanah liat

2. 35% lempung adalah tanah lempung

3. 60% pasir adalah tanah pasir

Dari ketiga bagian liat, lempung dan pasir jika hanya satu bagian saja belum dapat

mencerminkan jenis tanah. Lazimnya disebut dua bagian tanah yang terpenting. misalnya :

tekstur liat berpasir, pasir berlempung dan seterusnya. dimana bagian yang terbanyak disebut

lebih dahulu.

Pada segitiga tidak menyebutkan kandungan pasir dan bahan organik, walaupun kapur

dan bahan organik sangat ikut menentukan sifat-sifat tanah. Jika kandungan ini besar maka perlu

disebut juga, misalnya tanah mengandung 20% liat dan 10-30% kapur; selanjutnya disebut tanah

liat berkapur.

Bila setiap bagian merupakan perbandingan yang merata, disebut tanah yang baik.

Umpamanya saja mengandung 50-70% pasir (halus dan kasar), 10-15% lempung, 5-10% liat, 1-

5% kapur, 3-5% bahan organik. Tekstur tanah merupakan dasar dari kebanyakan sifat-sifat

tanah. Susunan menurut besarnya butir-butir suatu jenis tanah biasanya dilihat pada grafik

segitiga. Menurut besarnya tersusun dari butir-butir pasir 60%, lempung 15% dan liat 25%.

Metode yang dapat di gunakan dalam penetapan tekstur tanah adalah:


1. Metode pipet merupakan metode langsung pengambilan contoh partikel tanah dari dalam

suspensi dengan menggunakan pipet pada kedalam h dan waktu t tersebut partikel dengan

diameter > X sudah berada pada kedalaman > h. Bahan organik dioksidasi dengan H2O2 dan

garam garam yang mudah larut dihilangkan dari tanah dengan HCl sambil dipanaskan. Bahan

yang tersisa adalah mineral yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Pasir dapat dipisahkan dengan

cara pengayakan basah, sedangkan debu dan liat dipisahkan dengan cara pengendapan yang

didasarkan pada hukum Stoke.

Rumus yang digunakan pada perhitungan metode pipet sebagai berikut:

fraksi pasir = A g

fraksi debu = 25 (B - C) g

fraksi liat = 25 (C - 0,0095) g

Jumlah fraksi = A + 25 (B - 0,0095) g

Pasir (%) = A / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100

Debu (%) = {25(B - C)} / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100

Liat (%) = {25 (C - 0,0095)} / {A + 25 (B - 0,0095)} x 100

2. Metode hidrometer

Penetapan tekstur cara hidrometer berdasarkan pengukuran berat jenis (BJ)suspensi tanah. Kadar

butiran tanah dapat diketahui dari selisih BJ suspensi dengan BJ cairan media. Hidrometer yang

digunakan dibuat khusus untuk pengukuran BJ suspensi tanah. Hidrometer tipe 152 H memiliki

pembagian skala yang dibuat langsung dalam satuan kadar partikel g l -1.

Selain koreksi kadar air, bahan organik dalam contoh perlu dikoreksi supaya

fraksi pasir yang dihitung lebih mendekati kebenaran. Dari hasil pengukuran pada pembacaan 1

diperoleh fraksi campuran debu - liat = A g/l dan blanko = a g/l, sedangkan pada Pembacaan 2
diperoleh fraksi liat = B g/l dan blankonya = b g/l. Diketahui bahwa persen bahan organik = C (% C-

organik x 1,724) dan faktor koreksi kelembapan (faktor koreksi kadar air) = fk.

Fungsi dari penambahan bahan larutan yang digunakan pada pengukuran tekstur dengan

metode pipet adalah sebagai berikut :

1. Penambahan larutan H2O2 bertujuan agar tanah terhindar dari mikroba-mikroba negatif atau

mensterilkan tanah kering udara yang akan digunakan.

2. Penambahan larutan HCl bertujuan agar tanah bersifat basa atau mengendapkan tanah pada

larutan tanah dan air.

3. Penambahan larutan NaOH bertuan untuk menambahkan larutan asam agar tanah bersifat netral.

Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai –

log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan

dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan elektrode selektif khusus H +, hingga

memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+. Potensial

yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya

digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan elektrode gelas

(elektrode kombinasi). Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif

(aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji mengenai penetapan tekstur tanah dengan

menggunakan metode pipet. Hasil yang diperoleh dari acara praktikum kali ini adalah berat pasir

0,16 gram, berat debu dalam 2,8 gram dan berat liat 0,12 gram. Selain berat, praktikan juga

memperoleh data persen dari masing-masing unsur tanah yaitu pasir 92,66 %, debu 1,85 % dan liat

5,50 %. Bila mengaju pada teori segitiga fraksi tanah dapat disimpulkan tanah tersebut bertekstur

pasir, karena pada tanah tersebut kandungan pasir memiliki porsi paling banyak yaitu 92,66 %,

secara teoritis apabila pasir mencapai 60% maka tanah tersebut termasuk tanah berpasir, apabila
unsur liat mencapai 30 % maka tanah tersebut termasuk tanah liat, apabila unsur lempung mencapai

35% maka tanah tersebut termasuk tanah lempung.

Pada praktikum kali ini kami mengalami beberapa kendala seperti kompor yang sulit

menyala, peralatan yang terbatas dan waktu praktikum yang cukup lama. Terbatasnya alat praktikum

membuat penjelasan tentang praktikum kurang mudah untuk di pahami dan tidak semua praktikan

dapat melakukan praktikum. Waktu praktikum yang lama membuat beberapa praktikan tidak dapat

mengikuti praktikum dengan baik, karena jeda praktikum dengan pengamatan yang relatif lama

membuat beberapa praktikan tidak mengikuti pengamatan hasil praktikum.

V. KESIMPUTAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:

1. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir (sand), debu (silt),

dan liat (clay).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain adalah iklim, topografi, waktu,

organisme hidup dll.

3. Metode yang dapat di gunakan dalam penetapan tekstur tanah adalah metode pipet dan metode

hidrometer.

4. Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah.

B. Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar, namun peralatan yang digunakan masih terlalu

sedikit. Sebaiknya praktikum dilakukan pada pagi hari mengingat jeda praktikum dan penilitian

yang tidak sebentar.

DAFTAR PUSTAKA

Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Darmawijaya, M.Isa,1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University press. Yogyakarta.

Foth, H.D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. UNILA : Lampung.

Hardjowigono, H.S. 2002. Ilmu Tanah. AkademikaPressindo, Jakarta.

Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Kartasapoetra. 2002. PengantarIlmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd.: Bombay.

Madjid, Abdul. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian: Yogyakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia.. PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta.

Penetapan Tekstur Tanah di Laboratorium

January 11, 2016 336 Views

Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran
lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu pada waktu dianalisa
dihilangkan terelebih dahulu, demikian juga dengan bahan organik yang ada dalam tanah,
sehingga yang tersisa adalah fraksi-fraksi tanah yang berukuran kurang dari 2 mm. Bagian butir
tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah.

Bahan halus tanah dibedakan menjadi:


o Pasir (sand), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
o Debu (silt), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
o Liat (clay), yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.

Penetapan tekstur di laboratorium dapat dilakukan dengan analisa mekanis. Adapun 2 metode
yang sering digunakan untuk menentukan tekstur yaitu, (1) metode pipet dan (2) metode
hydrometer. Dengan cara ini yaitu metode pipet atau metode hidrometer, keduanya didasarkan
pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa
kecepatan jatuhnya partikel yang memiliki kerapatan (density) sama dalam suatu larutan akan
meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara secara kuadratik.

Proses ini terdiri atas pendispersian agregat tanah menjadi butir-butir tunggal dan kemudian
diikuti dengan sedimentasi atau pengendapan. Asumsi ini diformulasikan oleh Stokes sebagai
berikut:

Dimana :
v : kecepatan jatuhnya partikel (cm/detik)
g : percepatan gravitasi (cm/detik)
dp: kerapatan partikel
d : kerapatan larutan (g/cm3)
r : radius partikel (cm)
n : viskositas absolut larutan (dyne detik/cm2)

Melalui metode hidrometer fraksi-fraksi tanah dibedakan berdasarkan waktu kecepatan jatuh,
yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Fraksi pasir merupakan partikel yang turun ke dasar suspensi dalam waktu kurang dari 40
detik,
b. Fraksi debu turun antara 40 detik hingga hampir dua jam, dan
c. Sisanya yang masih tersuspensi merupakan fraksi liat.
Gambar 1.7. Penentuan Tekstur Tanah dengan Metode Hidrometer

Persentasi hasil penetapan masing-masing fraksi tanah ini kemudian dicocokkan dengan pada
segitiga tekstur, Gambar 1.7. Misalkan suatu tanah setelah dilakukan analisa dengan cara
hydrometer ternyata mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat. Untuk menentukan jenis
tekstur tanah tersebut dapat dilakukan dengan mencocokkan data hasil analisa ketiga fraksi tanah
tersebut pada gambar segi tiga tekstur. Adapun cara menentukan klas tekstur tanah adalah
sebagai berikut : 

 Dari gambar segitiga tekstur dapat dilihat bahwa pada sudut kanan bawah segitiga
menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik 50% pasir pada sisi dasar
segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kanan segitiga (ke kiri atas). 
 Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi kanan segitiga. Dari titik ini tarik garis sejajar dengan
sisi kiri segitiga, sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama. 
 Kemudian temukan titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga
sehingga memotong dua garis sebelumnya.

Dari perpotongan ketiga garis ini, ditemukan bahwa tanah ini mempunyai kelas tekstur lempung
liat berpasir.
Ad 1. Menurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan Geologis)
Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).

Ad 2. Menurut Ahli Ilmu Alam Murni (berdasarkan pendekatan Pedologi)


Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak
dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.

Ad 3. Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi)


Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.

Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai berikut:
"Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air
dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K,
Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang
turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang
ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman
hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai