Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

NAMA : RAHMAT NUR

NIM : G111 15501

KELAS : DDIT – F

KELOMPOK : 15

ASISTEN : NUR SYAHIRA BINTI TAHIR

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam menentukan suatu jenis tanah, diperlukan adanya sebuah deskripsi terhadap
tanah dengan mengamati sifat-sifat tanah serta didukung oleh hasil analisa. Contoh
tanah di laboratorium yang diambil dari tiap lapisan di dalam profil, sehingga dapat
ditentukan jenis tanahnya.
Setiap jenis dan tipe-tipe tanah memiliki ciri yang khas yang dipandang dari
sifat-sifat fisis, kimia, maupun biologinya. Dalam hal ini menyangkut tanah yang
memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya suatu kegiatan bahan-bahan organik
yang ada di dalam tanah.
Tanah adalah suatu produk dari kegiatan iklim, organisme, dan topografi yang
mempengaruhi bahan induk mengalami proses pemecahan atau penghancuran
menjadi berkeping-keping atau halus dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk menjadi bahan induk
tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang
dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada
tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan
biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut horizon tanah yang terbentuk dari
mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah.
Dengan kata lain, Profil tanah adalah penampang atau irisan vertikal tanah
yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk di bawah tanah.
Tanah yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang
berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara fisis maupun kima
yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat
komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah.
Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan
induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang
berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam
perkembangan profil tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan
profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.
I.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum profil tanah ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisika tanah,
dan mengetahui sifat-sifat kimia tanah. Kegunaan praktikum profil tanah ini adalah
sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan
praktikum yang dilakukan di lapangan.
Sedangkan tujuan dari analisa tekstur tanah yaitu untuk mengetahui perbandingan
antara fraksi pasir, debu dan liat. Kegunaannya yaitu sebagai bahan informasi dalam
proses perbandingan antara materi kuliah dan praktikum.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Profil Tanah


Menurut Kemas A.H. (2007), tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana
dan unsur-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-
lain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi  tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman
pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Profil tanah  merupakan suatu  iris dan melintang pada tubuh  tanah, dibuat
dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalaman
tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian.  Menurut Hakim dkk
(1982), Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena
gaya-gaya alam  (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral, serta
pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid.
Hasil pelapukan  batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari
organisme yang hidup diatasnya.  Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam
tanah.  Menurut Hardjowigeno (1985), air dalam tanah berasal dari air hujan yang
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ketempat lain, disamping pencampuran
bahan organik didalam proses pembentukan  tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan 
tanah,

Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi
tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih
tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk
berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar (Foth, 1999).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu
sesuai  dengan keadaan tanah dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam
(natural force) (Hakim, 1982).
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi (penguatan)
profil tanah.  Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di sokong oleh
analisis contoh tanah di laboratorium yang diambil dari tiap horizon, di dalam profil, 
maka dapat ditentukan jenis tanahnya.  Tiap jenis tanah dan tipe tanah memiliki ciri
yang khas di pandang dari tiap horizon di dalam  profil atau dari sifat-sifat fisik dan
kimianya. Menurut Gobenghog (1994) Profil tanah ialah penampang tegak/vertikal
tanah di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah tanah.  Solum tanah
adalah penampang tanah dimulai dari horizon A hingga horizon B.  Pembentukan
lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut
tanah.  Tiap tanah dicirikan oleh susunan horizon tertentu.  Secara umum dapat
disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama.  Tiap
horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis
lainnya (Pairunan, 1985). Faktor-faktor pembentukan tanah adalah tidak tergantung
(bebas), namun perlu dilihat situasinya.  Oleh karena itu dari seluruh faktor pada
bentang lahan yang efektif sehingga hanya satu faktor peubah yang tampak.  Hal ini
menjadikan sekuen-sekuen tanah dapat dikatakn hanya dirajai oleh faktor tunggal
sehingga dapat ditemui tanah-tanah climosekuen, biosekuen, toposekuen,litosekuen,
dan kronosekuen (Jenny, 1941).
II.2. Tekstur Tanah
Menurut Hakim (1986), Tekstur tanah adalah perbandingan relatif  dalam persen (%)
antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas,
permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah
geografis tertentu. Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di
horizon bawah. Ini berasal dari horizon di atasnya dan tercuci ke bawah bersama
dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambarkan adanya perubahan
tekstur yang sangat pendek dikenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural
Change atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim (Foth, 1998).
Menurut Munir (1996), Alfisol merupakan suatu jenis tanah yang memiliki cirri-
ciri dengan bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur
berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara
agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari
rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah.
Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol sebagian ditemukan di daerah
beriklim kering dan sebagian kecil di daerah beriklim basah. Alfisol ini dapat pula
ditemukan pada wilayah dengan temperatur sedang dan sub tropika dengan adanya
pergantian musim hujan dan musim kering.
Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap dari
horizon A dan disimpan pada horizon B. Hasilnya adalah polipodeon dengan horizon-
horizon yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam pita yang terbentuk
berhubungan dengan kandungan liat dan digunakan untuk menggolongkan tanah
sebagai lempung, lempung liat atau tanah liat (Poerwowidodo, 1991).
II.3. Sifat-Sifat Tanah
Tanah sebagai media tanaman memilki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari
sifat fisik, kimiawi, maupun biologisnya dimana ketiganya ini saling mempengaruhi
satu sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini penjelasan masing-
masing sifat atau karakteristik tanah baik dari sifat fisik,kimiawi,maupun biologisnya.
II.3.1. Sifat Fisika Tanah
Menurut Hardjowigeno (1987), sifat sifat fisika tanah terdiri dari:
a. Batas Batas horison, dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan
horison horison ini diberikan ke dalam beberapa tingkatan nyata yaitu ( lebar
peralihan kurang dari 2,5 cm dan berangsur.
b. Warna tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah karna warnah tanah
menunjukan apabila makin tinggi bahan organik , warna tanah semakin gelap.
Didaerah berdrainase buruk yaitu daerah yg selalu tergenang air seluruh tanah
berwarna abu-abu karna senyawa fe terdapat dalam keadaan reduksi. Pada
tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak perna terendam air
terdapat dalam keadaan oksidasi.
c. Tesktur tanah tekstur tanah menujukkan halus kasarnya tanah dari fraksi
tanah halus. Tanah dikelompokkan ke dalam beberapa tekstur tanah yaitu:
kasar, agak kasar, sedang, agak halus, dan halus.
d. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah.struktur ini
terjadi karna butir-butir pasir debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik oksida-oksida besi dan lain lain.
e. Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir- butir tanah dengan
benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah di olah
dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
f. Drainase tanah. Kelas drainase ditentukan dilapang dengan melihat adanya
gejala gejala pengaruh air dalam penampang tanah.
g. Bulk density (kerapatan lindat), menunjukan perbandingan antara berat tanah
kering dengan volume tanah termasuk volume pori pori tanah. Bulk density
merupakan petunjuk kepadatan tanah.
II.3.2. Sifat Kimia Tanah
Menurut Hardjowigeno (1987) sifat-sifat kimia tanah terdiri dari:
a. Reaksi tanah (ph tanah). Menunjukan sifat keasaman tanah yang dinyatakn
dengan nilai ph. Nilai ph menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen
di dalam tanah semkin masam tanah tersebut.
b. Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat
halusSehingga membenuk permukaan yang tinggi persatuan berat .koloid
tanah merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi reaksi
fsikokimia di dalam tanah.
c. Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen
per 100g.
d. Pertukaran anion banyak ditemukan pada mineral liat amorf, dan liat al dan
fe-oksida.
e. Kejenuhan basa menunjukan perbandingan antara jumlah kation kation
basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam kompleks jerapan
tanah.
II.3.3. Sifat Biologi Tanah
Menurut Hardjowigeno (2003), sifat-sifat biologi tanah terdiri dari:
a. Makro fauna
Makro fauna atau penghuni tanah dapat dibedakan menjadi: hewan hewan
besar pelubang tanah, cacing tanah.Hewan-hewan besar pelubang tanah
seperti tikus, kadang kadang dapat memperbaiki tata udara tanah dan
mengubah kesuburan serta struktur tanah.Cacing tanah mengaduk tanah
dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik
dan lebih muda ditembus akar.
b. Makro flora
Tanaman tanaman tinggi adalah produsen primer bahan organic dan
penyimpan energy surya.Akar akar tumbuh dan mati didalam tanah
sehingga menyediakan makanan dan energy bagi hewan tanah dan mikro
flora.Akar tanaman yang masih hidup mempengaruhi keseimbangan hara
tanah akibat penyerapan unsure-unsur hara oleh akar-akar tersebut.
c. Mikro flora
Bakteri, fungi dan actinomicetes membantu pembentukan struktur tanah
yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan sekresi sat
perekat yang tidak mudah larut dalam air.
Tekstur tanah ialah perbandingan tanah yang menunjukkan kasar halusnya tanah
dari fraksi tanah halus(2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh data lapisan I
berupa pasir, lapisan II berupa liat, dan lapisan III berupa liat. Tekstur tanah penting
untuk diketahui, karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan
menentukan sifat-sifat fisika, fisika kimia, dan kimia tanah.  Hal ini dikarenakan
adanya proses pencucian.
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0
hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14.
II.4. Faktor - Faktor Pembentuk Tanah

Lima faktor yang mengontrol pembentukan dan perkembangan tanah (Jenny,1941),


yaitu: bahan induk, iklim, organisme, relief dan waktu. Dalam kenyataannya ada
interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Iklim dan
organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk
adalah faktor pasif. Kelima faktr tersebut adalah sebagai berikut :
II.4.1. Bahan Induk Tanah
Tanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami fragmentasi dan proses
pelapukan (fragmented rock material). Fragmented rock material dapat tetap di atas
bedrock asal sebagai bahan yang relatif tidak padu (uncosolidated material) atau  in
situ, tapi kebanyakan telah tererosi dan ditransportasikan baik oleh air, angin, es atau
gravitasi ke lain tempat membentuk deposit (debris mantles). Bahan-bahan deposit
tak padu inilah (bukan solid bedrock) yang umumnya disebut sebagai bahan induk
tanah (soil parent materials). Tanah bersama dengan debris atau bedrock yang
terlapuk di bawahnya disebut sebagai regolith. Bahan yang merupakan asal
tanah disebut sebagai bahan induk. Sedikit tanah yang berkembang secara langsung
dari batuan di bawahnya. Kebanyakan tanah berkembang dari bahan-bahan dari
tempat lain. Bahan-bahan di bagian bawah tanah biasan. Oleh karena batuan tersusun
atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap pelapukan,
maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, tipe
produk pelapukan, komposisi mineral dari tanah,  dan kesuburan kimia tanah.
II.4.2. Iklim
Tanah bervariasi bergantung dari iklim. Suhu dan kelembaban menyebabkan
perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). Sedangkan angin
mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah,
intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah.
Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi,
laju reaksi kimia dan tipe vegetasi.
Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Iklim berpengaruh
langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak
langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinteraksi dengan
bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.
II.4.3. Organisme
Organisme mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan tanah dengan
berbagai macam cara. Penyebaran flora dan fauna tergantung sebagian besar kepada
iklim, topografi, dan pengaruh bahan induk  pengaruh organisme sulit dipisahkan dari
pengaruh lainnya.Tetapi, pengaruh vegetasi tampak dalam perbedaan bahan organik
antara hutan dan padang rumput. Pada hutan, input BO terbanyak pada permukaan
tanah (mor humus), sedang pada rumput, penambahan BO juga terjadi pada tanah
bawah dan tercampur dengan bahan mineral tanah (mull humus) oleh aktifitas fauna
tanah.
II.4.4. Relief
Ada 3 jalur utama pengaruh relief atas pembentukan tanah:
II.5. Pengaruh kelerengan atas jeluk tanah
II.6. Modifikasi pengaruh iklim
II.7. Mempengaruhi hubungan kelembaban
2.4.5. Waktu
Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang
lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan
mineralogi pada bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika
tanah, sehingga membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan
steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama.
III. METODOLOGI

III.1. Letak Geografis dan Astronomis


Lokasi penelitian profil tanah berada pada titik kordinat 119028.708 LS dan
05007.658 BT.
Berdasarkan letak geografisnya terletak pada sebelah utara kebun tebuh, sebelah
selatan berbatasan dengan pemukiman.
 Sebelah utara : Empang
 Sebelah selatan : Pemukiman Penduduk
 Sebelah timur : Jalan
 Sebelah barat : Tegalan
III.2. Iklim
Pada lokasi penelitian, mempunyai iklim kemarau.
III.3. Topografi
Pada lokasi penelitian memiliki kemiringan berkisar 3-5%.
III.4. Vegetasi
Adapun vegetasi yang tumbuh pada lokasi ini yaitu tanaman pisang dan rumput.
III.5. Penggunaan Lahan
Lokasi praktik lapang ini digunakan dengan system penanaman tumpang sari.
III.6. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan pengamatan tanah dilakukan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015 pukul
14.00-selesai WITA dan dilanjutkan dengan pengamatan profil tanah pada hari
Minggu 11 0ktober 2015 pada pukul 08.00 WITA –selesai dan bertempat di Eks-
Farm 2 atau Teaching Farmer Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
Lingkungan Kera-Kera, Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar, Sulawesi Selatan.`
III.7. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yag di gunaka dalam praktikum ini adalah cangkul, lakban, pisau,
buku Munsell Soil Color Chart, parang, GPS, meteran bar, kantong sampah, linggis,
kertas label, meteran gulung, Daftar Isian Profil (DIP), kamera, penunrun praktikum,
ring sampel, air, plastik gula, alat tulis.
III.8. Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah cara kerja atau langkah-langkah dalam melakukan praktikum
yang diawali dengan penggalian profil tanah, kemudian pengambilan sampel tanah
terganggu dan pengambilan sampel tanah utuh.
III.8.1.Penampang profil tanah
Tahapan pengambilan profil tanah yaitu:

1. Memilih tanah yang datar dan alami, lalu membuat lubang dengan luas
150x100 cm. Kedalaman lubang/solum kira-kira 130 cm. Tanah hasil galian
ditempatkan jauh dari penampang praktikum. Setelah mebuat penampang, kita
mengambil sampel tanah utuh dan tanah terganggu.
2. Membuat lubang penampang yang besar, supaya orang dapat duduk atau
berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.
3. Melakukanpengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau
sore) pada tanah terganggu dan tanah tidak terganggu.
4. Menggunakan GPS untuk menentukan letak profil berdasarkan lintang dan
bujur.
III.8.2.Tekstur tanah
Tahapan pengamatan tekstur tanah yaitu:
1. Mengambil tanah dari lapisan pertama pada tanah yang akan diamati,
kemudian basahi tanah lalu rasakan bagaimana tekstur dari tanah tersebut.
Apabila tekstur tanahnya terasa kasar, berarti tanah tersebut merupakan tanah
berpasir. Apabila tanahnya terasa licin berarti tanah tersebut merupakan tanah
berdebu. Apabila tanahnya terasa lengket maka tanah tersebut merupakan
tanah liat.
2. Melakukan hal yang sama terhadap lapisan kedua.
III.8.3.Sampel Tanah Terganggu
Tahapan kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
1. Mengambil tanah dengan sekop atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan
diambil.
2. Mengambil sampel tanah dan memasukannya ke dalam kantong plastik yang
telah diberi label.
III.8.4. Sampel Tanah Utuh
Tahapan kerja pengambilan sampel tanah utuh yaitu :
1. Meratakan dan membersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil
kemudian meletakkan Ring Sample tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
2. Menggali tanah disekeliling Ring Sample dengan sekop.
3. Mengiris tanah dengan pisau sampai hampir mendekati Ring Sample.
4. Menekan Ring Sample dengan papan sehingga tanah memenuhi ruang Ring
Sample.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Profil Tanah

Parameter Lapisan
pengamatan I II III
Simbol lapisan O A B
Kedalaman lapisan 0-25 cm 25-45 cm 45-75 cm
Warna (Munsell) Coklat gelap Coklat kuat Coklat kemerahan
Batasan lapisan Berangsur Berangsur Berangsur

Tekstur Liat berpasir Liat berpasir Liat berdebu

Sumber: Data Primer, 2015


IV.2. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan dengan menggunakan metode feeling, Lapisan I
mempunyai kedalaman 0-25 cm, dengan warna cokelat gelap, memiliki batasan
lapisan berangsur, tekstur liat berpasir. lapisan tanah pertama merupakan tanah liat
berpasir. Dari hasil pengamatan pada lapisan ini tekstur tanah tersebut terasa licin,
membentuk bola yang teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan yang
mengkilat, dan agak melekat pada saat di pegang.
Lapisan II mempunyai kedalaman 25-45 cm dengan warna tanah cokelat kuat,
memiliki batasan lapisan berangsur, tekstur liat berpasir. Lapisan tanah yang kedua
merupakan liat berpasir (sandy soil). Karena dari hasil pengamatan yang dilakukan,
tanah tersebut memiliki tekstur rasa kasar, tanah tersebut terasa tidak dapat
membentuk gulungan dan tidak melekat pada saat dipegang. Tipe tanah ini tidak
cocok untuk usaha pertanian terutama sawah karena terlalu banyak memerlukan
pengairan (air lebih mudah lolos) tetapi cocok untuk usaha pertanian yang pada
menyukai daerah kering (Ir. A.G. Kartasapoetra, 2010).
Lapisan III mempunyai kedalaman 45-75 cm dengan warna tanah cokelat
kemerahan, memiliki batasan lapisan berangsur, tekstur liat berdebu. Lapisan tanah
ketiga merupakan tanah liat. Tanah liat sangat lekat dan apabila kering menjadi
sangat keras (clayed soil) atau liat ini sangat cocok untuk usaha pertanian
persawahan, tetapi apabila hendak dijadikan usaha tani kering harus dipertahankan
kelembaban tanahnya untuk selalu berada dalam keadaan lembab optimal, sehingga
pertumbuhan tanamannya akan baik (Ir. A.G. Kartasapoetra, 2010).
Pembentukan kelas tekstur ini sangat penting guna untuk melihat dari segi fisik
kesuburan dan pengolahan tanah. Kesuburan tanah sangat penting dalam hubungan
dengan pertukaran dan penyanggaan (penahanan) ion-ion hara tanaman dalam tanah
dapat diharapkan bahwa makin tinggi kandungan liat makin tinggi kesuburan tanah.
Dari segi praktis pengolahan tanah, tekstur tanah sangat dipengaruhi oleh struktur
tanah, tata air, tata udara, dan temperatur (suhu) tanah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Lapisan I mempunyai kedalaman 0-25 cm, dengan warna cokelat gelap, memiliki
batasan lapisan berangsur, tekstur liat berpasir.
2. Lapisan II mempunyai kedalaman 25-45 cm dengan warna tanah cokelat kuat,
memiliki batasan lapisan berangsur, tekstur liat berpasir.
3. Lapisan III mempunyai kedalaman 45-75 cm dengan warna tanah cokelat
kemerahan, memiliki batasan lapisan berangsur, tekstur liat berdebu.
4. Faktor-faktor pembentukan tanah yaitu kemiringan, material asal, organisme
hidup, waktu, dan iklim.
V.2. Saran
Agar pada praktikum selanjutnya bisa berjalan lebih lancar, baiknya dilakukan
dengan teliti agar data yang diperoleh akurat, terlebih jika hasil pengamatan ini akan
digunakan untuk pengolahan tanah lebih lanjut. Selain itu, kelengkapan alat dan
bahan percobaan sebaiknya lebih diperhatikan sebelum percobaan berlangsung, agar
percobaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta.

Foth, H.D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Hakim Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Universitas, Lampung.
Hardjowigeno. S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya: Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. CV. Rajawali: Jakarta.
Pairunan,A. K. J.L.Nanere, dkk. 1985. Dasar-Dasar IlmuTanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.
pada tanggal 20 Oktober 2015.)
Uny, 2011. BAB II Tinjauan Pustaka Ilmu Tanah.
(http://eprints.uny.ac.id/9381/3/BAB%202%20-%2005308141018.pdf) .
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015)`
Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. PengantarIlmuTanah.RinekaCipta.Jakarta.
LAMPIRAN

BATUAN INDUK

BAHAN INDUK

TANAH

Anda mungkin juga menyukai