Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Ilmu Tanah

TEKSTUR TANAH

NAMA : RAHMAT NUR

NIM : G111 15501

KELAS : DDIT – F

KELOMPOK : 15

ASISTEN : NUR SYAHIRA BINTI TAHIR

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH

JURUSAN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada tanah yang tersebar luas ditemukan berbagai perbandingan susunan butiran
tanah. Suatu susunan butiran menentukan sifat-sifat fisik tertentu pada tanah.
Demikianlah dikenal berbagai kelas-kelas susunan butiran tanah yang disebut
kelas tekstur tanah (Hakim, 1986).
Salah satu sifat fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah. Sifat-sifat
fisik tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air,
drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman (Foth, 1994).
Erat kaitannya bahwa jika seseorang berhadapan dengan tanah dia harus
mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat
diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai medium untuk
pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan struktur dalam pembangunan jalan raya,
bendungan, dan fondasi untuk gedung, untuk pembuatan lapangan golf dan
atletik, atau untuk sistem pembuangan limbah (Hanafiah, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka praktikum penetapan tekstur tanah perlu
diadakan untuk menambah pengetahuan tentang tekstur tanah, dimana tekstur
tanah merupakan faktor penting dalam pengaruhnya terhadap jenis-jenis tanaman
yang akan dibudidayakan.

1.2 Tujuan dan kegunaan


Tujuan diadakannya praktikum analisis tekstur tanah ini adalah untuk
menentukan dan mengidentifikasi kelas tekstur pada tiap-tiap lapisan, serta
mengetahui perbandingan relative persentase antara fraksi pasir, liat dan debu.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan infomasi atau media
pengetahuan tentang tanah terutama dalam tekstur tanah, yang kemungkinannya
dapat dijadikan alat ukur dalam pemanfaatan dan pengolahan tanah lebih lanjut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan partikel tanah. Dimana partikel tanah ini
terdiri dari pasir, liat, dan debu. Tekstur tanah juga satu fisik tanah yang secara
praktis yang dapat dipakai sebagai alat evakuasi atau pertimbangan dalam suatu
potensi penggunaan tanah. Tanah terdiri dari butir tanah berbagai ukuran. Bagian
tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon disebut
fragmen batuan (rock fragment) atau bahan kasar kerikil sampai batu. Bahan
tanah yang lebih halus <2 mm disebut fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2003).
Tekstur tanah merupakan ukuran partikel- partikel tanah, yang mengacu
pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu dan liat (Foth, 1994)
Tekstur tanah ini menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah
(separate) yanag dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif anatara
fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Sifat-sifat dinamis pada bagian tanah yang lebih halus yaitu lempung dan
humus dalam keadaan koloid. Butir-butir individu ukurannya sangat halus, yang
disebut koloida dan luas permukaannya tiap kesatuan berat sangatlah besar pada
permukaannya terdapat muatan yang dapat menarik ion dan air (Suharti, 2006).
Besar partikel tanah relative sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur.
Tekstur menunjukan sifat halus atau kasar butiran-butiran tanah lebih khas lagi
tekstur ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand) liat (clay) dan
debu (slit) yang terdapat dalam tanah. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun
hanya oleh satu macam tekstur sendiri. Langkah pertama untuk menentukan tektur
tanah dengan cara menganalisis fraksi-fraksi (butiran-butiran tanah tersebut). Liat
adalah fraksi yang berpengaruh terhadap campuran fraksi lain, dengan ini kata
sifat liat dipergunakan dalam nama kelas kebanyakan tanah yang berisikan
persentase yang lebih besar dari pada yang lain. Untuk menentukan tekstur tanah
USDA telah membuat suatu diagram bidang untuk membandingkan persentase
fraksi-fraksi liat, debu dan pasir. Diagram tersebut dinamakan segitiga tekstur
tanah. Segitiga tersebut adalah segitiga sama sisi dengan titik puncak liat.
Kemudian titik sudut debu dan pasir. Titik fraksi tersebut adalah titik kedudukan
100 % fraksi ( Suryatna Rafi’1989).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah

Menurut Darmawijaya (1990), adapun faktor-faktor yan mempengaruhi


pembentukan tekstur tanah adalah :
1. Topografi / Relief
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada
tanahdatar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak.
Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi
kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama
atau sepanjang tahun, pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak dalam beberapa
perkembangan tanah tersebut.
2. Organisme
Tanaman, hewan, jamur, bakteri dan manusia mempengaruhi pembentukan tanah.
Hewan dan mikro-organisme tanah campuran untuk membentuk lubang dan pori-
pori yang memungkinkan kelembaban dan gas meresap ke lapisan lebih dalam.
Dengan cara yang sama, membuka saluran akar tanaman dalam tanah.
3. Waktu
Waktu adalah faktor dalam interaksi semua faktor di atas ketika mengembangkan
tanah. Seiring waktu, tanah berevolusi fitur tergantung pada faktor-faktor
pembentukan lain, dan pembentukan tanah adalah proses waktu-responsif
tergantung pada bagaimana interaksi faktor-faktor lain dengan satusama lain.
Tanah selalu berubah.
2.3 Hubungan Tekstur Tanah Terhadap Produktivitas Tanaman

Hubungan antara tanah-tanah yang mempunyai tekstur liat terhadap produktivitas


tanaman yaitu karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan
unsur hara tinggi. Tanah yang mempunyai tekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimia dariapada tanah yang bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).
Tekstur tanah perlu di lakukan mengingat adanya berbagai jenis tanah yang
terdapat di permukaan bumi dan memiliki penggunaan yang berbeda satu sama
lain. Upaya memaksimalkan hasil pertanian hasil pertanian dapat dipenuhi jika
penunjang pokok kesuburan tanaman dapat terpenuhi, dalam hal ini tanah yang
sesuai dengan karakteristik tanaman sehingga irigasi, pemupukan dan upaya lain
untuk meningkatkan produktifitas tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Hubungan antara tanah-tanah yang bertekstur pasir dengan pertumbuhan
tanaman yaitu karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap
air dan unsur hara. keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan pasir,
maka daya ikat terhadap air serta bahan organik lainnya kecil (Hakim, 1986).
Tanah yang yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro
(disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-
pori meso (sedang) / (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak
mempunyai pori-pori mikro. Pori makro mempunyai ciri menunjukkan dan
memudahkan perkolasi air. Pori mikro sangat menghambat gerakan air sangat
dibatasi menjadi gerakan kapiler yang lambat (Buckman, 1982).
Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Hal ini dapat
dilihat bahwa makin kecil ukuran separat berarti makin banyak jumlah dan makin
luas permukaannya per satuan bobot tanah, yang menunjukkan makin padatnya
partikel-partikel per satuan volume tanah. Hal ini berarti makin banyak ukuran
pori mikro yang terbentuk, sebaliknya ukuran separat besar (Hanfiah, 2010).
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Pengamatan tekstur tanah dilaksanakan di Ex-Farm Universitas Hasanuddin dan


Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Univesitas Hasanuddin. Praktikum ini dilakukan pada hari Minggu, 11
Oktober 2015 pukul 08.00 WITA dan pada hari rabu, 4 November 2015 pukul
10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu diagram penentuan tekstur


dengan feeling, labu semprot, botol tekstur, cawan petri, silinder sedumentasi,
botol semprot, saringan 0,05 mm, hydrometer, thermometer, oven dan segitiga
tekstur sedangkan bahan-bahan yang perlu disediakan yaitu tanah kering udara,
sampel tanah terganggu lapisan III, larutan calgon, aquades, amyl alkohol, plastik
dan karet gelang.
3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Prosedur Kerja di Lapangan Menggunakan Metode Feeling


Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam praktikum di lapangan yaitu :
1. Mengambil tanah dari setiap lapisan pada profil tanah.
2. Menyemprotkan tanah dengan air dan membentuknya seperti bola atau
bentuk lain.
3. Apabila tanah tidak bias membentuk bola maka memijit tanah tersebut
dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol dan merasakan tekstur yang
ada pada tanah tersebut.
4. Apabila tanah terasa kasar maka kandungan pasirnya banyak, apabila tanah
terasa lengket maka kandungan litany yang banyak dan apabila tanah terasa
halus maka tanag tersebut mengandung banyak liat.
3.3.1 Prosedur Kerja di Laboratorium Menggunakan Metode Hydrometer
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam praktikum di laboratorium yaitu :
1. Menimbang 20 gram tanah kering udara.
2. Memasukkan kedalam botol tekstur lalu menambahkan 10 ml calgon 4%
dan air secukupnya.
3. Menutup dengan plastik atau penutup botol, kemudian menngocok botol
tekstur lalu mendiammkan selama 1 x 24 jam.
4. Mengocok botol tekstur lalu menuangkan secara kuantif kedalam silinder
sedimentasi 1000 ml melalui saringan dengan bantuan aquades
menggunakan botol semprot.
5. Mengusahakan agar tidak ada tanah yang tertinggal dalam botol tekstur.
6. Memindahkan pasir yang tertinggal dalam saringan ke cawan petri,
kemudian memasukkan dalam oven bersuhu 105oC selama 1 x 24 jam, dan
timbang hingga berat pasir diketahui (mencatat sebagai C gram).
7. Mendiamkan tanah yang ada pada silinder sedimentasi selama 3 hari.
8. Mengaduk larutan tanah dalam silinder sedimentasi dengan alat pengaduk.
9. Mengamati suhu (t1) dengan menggunakan termometer dan nilai h1 dengan
menggunakan hydrometer.
10. Mendiamkan kembali selama 4 jam.
11. Mengamati kembali suhu (t2) dengan menggunakan termometer dan nilai
h2 dengan menggunakan hydrometer.
12. Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah
ini :
h 1+0,3(t 1−19,8)
Berat debu dan liat = [ 2 ]−0,5 … … … … (a)

h 2+0,3 (t 2−19,8)
Berat liat = [ 2 ]
−0,5 … … … … (b)

Berat debu = berat (debu + liat) – berat liat… … … … (a−b)


13. Menghitung persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :
c
% Pasir = x 100 %
a+c
( a−b )
% Debu = x 100 %
a+ c
b
% Liat = x 100 %
a+c
14. Memasukkan nilai ke dalam segitiga tekstur.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:


Tabel 8.3 Hasil Perhitungan Tekstur Tanah di Lapangan
Lapisan Tanah Tekstur Tanah

I Liat Berpasir

II Pasir

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015


Tabel 8.2 Hasil Perhitungan Tekstur Tanah di Laboratorium
Persentase fraksi Tekstur
Lapisan Tanah
Pasir
Sumber: Data Primer SetelahDiolah, Debu
2015 Liat Tanah
I
4.2 Pembahasan 23,03% 38,24% 40,72% Liat Berpasir
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan maka dapat diketahui bahwa tekstur
II 6,77 % 45,14 % 48,08 % Pasir
tanah pada lapisan I adalah liat berpasir dan lapisan II adalah liat. Hal ini karena
pada saat di pijit terasa kasar dan lengket sehingga dikatakan tekstur tanah liat
berpasir. Hal ini sesuai dengan pendapat (Lal, 1979), bahwa penentuan tekstur
tanah dilapangan menggunakan metode feeling dengan memijit tanah pada jempol
dan jari telunjuk. Apabila rasa kasar terasa maka sangat jelas, tidak melekat, dan
tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
pasir. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur debu. Terakhir yaitu apabila terasa berat dan halus, agak lekat, dapat
dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat dengan gulungan, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur liat.
Sedangkan hasil yang diperoleh dilaboratorium menunjukkan bahwa tanah
lapisan I memiliki nilai persentase liat 40,72%, presentase pasir sebesar 21,03%,
dan presentase debu sebesar 38,24% Sehingga jenis (kelas) teksturnya adalah
lempung berpasir. Sedangkan lapisan II memiliki persentase liat sebesar 48,08%,
pasir sebesar 6,77%, persentase debu sebesar 45,14%, Sehingga jenis (kelas)
teksturnya Liat.
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap hydrometer dan suhu yang telah
dilakukan, maka diperoleh data bahwa pada tanah dalam lapisan 1 termasuk Jenis
tekstur tanah lempung berpasir karena lapisan ini memilki beberapa persen bahan
organik. Dimana lapisan ini merupakan lapisan permeable atau lapisan yang
mudah dilalui oleh air dan udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (1986)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin
banyak pori-pori diantara partikel-partikel tanah, semakin dapat memperlancar
gerakan udara dan air.
Pada lapisan II memiliki jenis tekstur yaitu liat. Hal ini disebabkan karena
lapisan II merupakan lapisan sub soil. Dimana kandungan liat pada lapisan ini
lebih banyak dari pada lapisan yang berada diatasnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa bila horison
B mempunyai paling sedikit 20 % tanah liat daripada horison yang diatas. Horison
ini mempunyai klasifikasi sebagai lapisan agrilik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum tekstur tanah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa pada lapisan I memiliki persentase pasir sebesar 23,03 %,
debu sebesar 38,24 %, dan liat sebesar 40,72 %, sehingga termasuk
dalam kelas tekstur liat berpasir. Sedangkan pada lapisan II memiliki persentase
pasir sebesar 6,77 % , debu sebesar 45,14 % dan liat sebesar 48,08 %, sehingga
termasuk dalam kelas tekstur pasir. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur
tanah adalah kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, permeabilitas,
aerase, kapasitas tukar kation, dan kesuburan tanah. Apabila persentase kejenuhan
suatu tanah lebih besar, maka tanah tersebut masuk dalam kelas tekstur liat.
5.2 Saran

Agar pada praktikum selanjutnya bisa berjalan lebih lancar, baiknya


dilakukan dengan teliti agar data yang diperoleh akurat, terlebih jika hasil
pengamatan ini akan digunakan untuk pengolahan tanah lebih lanjut. Selain itu,
kelengkapan alat dan bahan percobaan sebaiknya lebih diperhatikan sebelum
percobaan berlangsung, agar percobaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H. O. and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bharata Karya Aksara.


Darmawidjaya. 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti dan
pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Yogyakarta : Gadja Mada
University Press.
Foth, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University
press.
Hanafiah, K.A. 2008. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-DasarIlmu Tanah. Jakarta : PT Raja grafindo
Persada.

Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin


Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, H. Sarwono, 2002, Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta


:AkademikaPresindo.

Hardjowigeno, H. Sarwono, 2003, Ilmu Tanah, Mediyatama Sarana Perkasa,


Jakarta.

Lal, R. 1979. Physical Characteristic of Soils of the Topics Determination and


Management. In Soil Physical Properties and Crops Production in the
Tropics (edited by Lal R. and D.J. Greenland). A Wiley-Intersci. Publ.
John Wiley & Sons Chicester.
Suharti, 2006. Ilmu Tanah. PT Swadaya, Jakarta.
Suryatna Rafi’i. 1989. Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Bandung:
Mitra Gama Widya.

Sutedjo, M.M. danKartasapoetra, A.G., 2002, PengantarIlmu Tanah


,RinekaCipta, Jakarta.
LAMPIRAN

Lapisan I

Diketahui: H1 = 6 t1 = 29C c = 2,2 gram

H2 = 2 t2 = 29C

Perhitungan berat debu dan liat :


Berat Debu + Liat (a)= [H1 + 0,3(t1 – 19,8)] – 0,5
= [6 + 0,3(29 – 19,8)] – 0,5
= [6 + 0,3(9,2)] – 0,5
= [6 + 2,76] – 0,5
= 8,76 – 0,5
= 8,26 gram
Berat Liat (b) = [H2 + 0,3(t2 – 19,8)] – 0,5
= [2 + 0,3(29 – 19,8)] – 0,5
= [2 + 0,3(9,2)] – 0,5
= [2 + 2,76] – 0,5
= 4,76 – 0,5
= 4,26 gram
Berat Debu (a-b) = (Berat Debu + Liat (a)) - Berat Liat (b)
= 8,26 – 4,26
= 4 gram

Perhitungan presentase pasir, debu, dan liat :


c
% pasir= a+c x 100 %
2,2
= × 100 %
8,26+2,2
2,2
= ×100 %
10,46
= 21,0325 %
a−b
% debu = a+c x 100 %

8,26−4,26
= × 100 %
8,26+ 2,2
4
= ×100 %
10,46
= 38,24092 %

b
% Liat = a + c x 100 %

4,26
= × 100 %
8,26+2,2

4,26
= ×100 %
10,46
= 40,72658%

Lapisan II

Diketahui: H1 = 6 t1 = 29C c = 0,6 gram

H2 = 2 t2 = 29C

Perhitungan berat debu dan liat :


Berat Debu + Liat (a)= [H1 + 0,3(t1 – 19,8)] – 0,5
= [6 + 0,3(29 – 19,8)] – 0,5
= [6 + 0,3(9,2)] – 0,5
= [6 + 2,76] – 0,5
= 8,76 – 0,5
= 8,26
Berat Liat (b) = [H2 + 0,3(t2 – 19,8)] – 0,5
= [2 + 0,3(29 – 19,8)] – 0,5
= [2 + 0,3(9,2)] – 0,5
= [2 + 2,76] – 0,5
= 4,76 – 0,5
= 4,26
Berat Debu (a-b) = (Berat Debu + Liat (a)) - Berat Liat (b)
= 8,26 – 4,26
=4

Perhitungan presentase pasir, debu, dan liat :


c
% pasir= a+c x 100 %
0,6
= ×100 %
8,26+0,6
0,6
= × 100 %
8,86
= 6,772009 %

a−b
% debu = a+c x 100 %

8,26−4,26
= × 100 %
8,26+ 0,6
4
= × 100 %
8,86
= 45,14673 %

b
% Liat = a + c x 100 %

4,26
= ×100 %
8,26+0,6

4,26
= ×100 %
8,86
=48,08126%

Hasil dari tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur yaitu pada lapisan I
memiliki tekstur tanah yang Sand Clay atau Liat Berpasir
Hasil dari tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur yaitu pada lapisan II
memiliki tekstur tanah yang Sand atau Pasir

Anda mungkin juga menyukai