Anda di halaman 1dari 13

DASAR – DASAR ILMU TANAH

SIDIK CEPAT PENETAPAN TEKSTUR, STRUKTUR DAN


KONSISTENSI TANAH DI LABORATORIUM

Disusun oleh :

Nama : Anastasya Nurjanah


NPM : E1D020086
Dosen Pembimbing : 1. Heru Widiyono, Ir., MS
2. Kanang S Hindarto, Ir., M.Sc
Co-Ass : 1. Reja Ayu Suroningrum
2. Nova Angelina Sibagariang
Shift :B
Semester : 3 (Tiga)

LABORATORIUM ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas rahmatnya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang “Sidik Cepat Penetapan Tekstur, Struktur, dan
Konsistensi Tanah Di Laboratorium”. Penulisan laporan adalah salah satu tugas mata kuliah Dasar-
Dasar Ilmu Tanah di Universitas Bengkulu. Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhinga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini,
khususnya kepada Bapak dosen dan Asisten Praktikum yang telah memberikan materi, sehingga
memberikan modal awal buat penulisan laporan ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehinga tujuan yang di
harapkan dapat tercapai.

Curup, 08 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah sendiri merupakan bagian dari klasifikasi kualitatif mengenai kondisi fisik suatu
lahan. Tekstur tanah juga bisa dipakai mengukur kehalusan/kesuburan tanah. Kondisi ini terjadi karena
adanya perbedaan komposisi antara kandungan di dalam tanah, seperti pasir, debu, dan unsur tanah liat.
Tekstur tanah yang hanya dibedakan ke dalam tiga bagian, di antaranya:
1) Tanah Tekstur Halus atau Kasar Beliat, yang artinya tanah tersebut memiliki minimal 37,5 persen
kandungan liat di dalamnya, baik liat berdebu dan/atau liat berpasir. Sedikit penjelasan, bahwa tanah
yang didominasi oleh unsur liat biasanya akan memiliki porous yang kecil. Sedang tanah yang
didominasi unsur debu cenderung memiliki porous yang sedang;
2) Tanah Tekstur Sedang atau Tanah Berlembung sendiri tersusun atas beberapa hal, yaitu:
• Tanah bertekstur sedang, yakni jenis tanah dengan tekstur lempung berdebu, lempung berpasir
halus, lempung, atau debu;
• Tanah bertekstur namun agak kasar, yakni jenis tanah yang bertekstur lempung berpasir halus
atau lempung berpasir;
• Tanah bertekstur sedang dan agak halus, yakni lempung liat berdebu, lempung liat berpasir, dan
lempung liat saja; serta
3) Tanah Bertekstur Kasar atau Tanah Berpasir, yang artinya tanah tersebut memiliki minimal 70 persen
unsur pasir, dan/atau bertekstur pasir, dan/atau memiliki tekstur pasir berlempung.
Secara umum, tekstur tanah berperan penting dalam menentukan tata air di dalam tanah dengan
penetrasi, kecepatan infiltrasi, serta kemampuan mengikat zat cair. Selain itu, karena ukuran partikel
tanah bisa jadi faktor penentu luas permukaan tanah, tekstur tanah juga sangat menentukan reaksi fisik
dan kimia di dalam tanah tersebut. Tanah dengan tekstur yang halus memiliki luas permukaan yang
minimal, sehingga sulit untuk menahan dan menyerap air, serta unsur-unsur lain yang ada di dalam tanah

1.1.2 Struktur Tanah


Struktur tanah sendiri dapat diartikan sebagai bagian dari pasir, tanah liat, dan juga debu yang
terbentuk secara alamiah, serta dibatasi oleh tingkatan dan bidang yang berbeda pada setiap ukuran dan
bentuknya.
Kendati begitu, setiap bagian pada struktur tanah saling terikat satu dengan yang lain oleh bahan
organik dan berbagai zat alami lainnya, hal ini yang membuat bentuk, ukuran, dan sifat dari tiap bagian
berbeda. Sebagai contoh, jika suatu daerah memiliki curah yang tinggi, maka tanah di daerah tersebut
berstruktur remah, sedang di daerah yang panas struktur tanah cenderung lebih prisma pada lapisan
bawahnya.
Berdasarkan bentuknya, jenis-jenis struktur tanah dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu:
1. Lempeng (Platy) yakni struktur tanah yang memiliki bentuk, di mana sumbu vertikal struktur
tanah tersebut lebih pendek dari sumbu horizontalnya;
2. Prismatik (Prismatic) adalah kondisi di mana struktur tanah memiliki sumbu vertikal lebih
panjang dari sumbu horizontal, dan sisi atas tanah tersebut berbentuk tidak membulat;
3. Tiang (Columnar) yaitu struktur tanah memiliki sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu
horizontal, namun sisi-sisi atasnya terlihat atau berbentuk membulat;
4. Gumpal Bersudut (Angular Blocky) yakni kondisi sumbu vertikal dan sumbu horizontal sama
panjangnya dan sisi tanah tersebut membentuk sudut yang tajam;
5. Gumpal Membulat (Subangular Blocky) memiliki kondisi sumbu yang sama dengan gumpal
bersudut, hanya saja pada jenis struktur tanah ini, sisi-sisi tanah membentuk sudut membulat;
6. Butiran (Granular) merupakan jenis struktur tanah yang bentuknya cenderung membulat atau
terlihat memiliki banyak sisi. Masing-masing ped (gumpal tanah) juga tidak berpori (porous);
serta
7. Remah (Crumb) yakni kondisi struktur tanah membulat atau memiliki banyak sisi, serta terlihat
sangat berpori.
Struktur tanah yang berperan penting dalam perkembangan pertumbuhan tanaman. Biasanya,
tekstur tanah remah akan menghasilkan laju pertumbuhan yang baik pada akar tanaman. Sebaliknya,
untuk tanah bertekstur padat atau liat, akar tanaman tidak dapat tumbuh secara leluasa karena pori-pori
tanah cukup padat hingga menghambat alur pertumbuhan akar.

1.1.3 Konsistensi Tanah


Konsistensi adalah derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah
terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah. Cara penentuan ,lapangan : memijit tanah
dalam kondisi kering, lembab dan basah ,laboratorium : Angka-angka Atterberg
Penentuan di lapangan :
• Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
• Kondisi lembab keteguhan (lepas, gembur, teguh)
• Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan
Batas Berubah Warna (BBW) :
• Batas Cair : kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
• Batas Lekat adalah kadar air dimana tanah tidak melekat ke logam
• Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah tidak dapat diserap oleh akar tanaman
karena terikat kuat oleh tanah
• Jangka Olah (JO) : kadar air dimana tanah mudah diolah (BL-BG
• Derajad keteguhan (DT) : BC-BG
• Surplus positif : Bl > BC artinya tanah mudah merembeskan air;
• Surplus negatif : BL < BC : tanah sukar merembeskan air
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering.
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas
lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar
air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada
kondisi kadar air tanah kering udara.
Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh
( agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras.
Dalam keadaan basa dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya
yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentuka dengan meremas segumpal tanah.
Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau
lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan
berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).

1.2 Tujuan Praktikum


• Menentukan kelas tekstur dengan metode rasa perabaan di laboratorium.
• Melatih mahasiswa menguasai sidik cepat penetapan tekstur sebelum melakukan deskripri
profil di lapangan.
• Menentukan bentuk, ukuran dan kekuatan struktur tanah secara cepat.
• Melatih mahasiswa dalam penetapan struktur berbagai macam tanah sebelum terjun ke lapang.
• Menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan basah, lembab dan kering.
• Melatih mahasiswa dalam penetapan konsistensi tanah sebelum terjun ke lapang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu tanah pertanian yang baik
ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup terampil mengolahnya. Tanah merupakan sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat
digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai macam makanan dan
keperluan lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta macam-macam tujuan penggunaannya itu
perlu dilakukan suatu pembelajaran lebih lanjut mengenai tanah agar kita benar-benar memahami tanah
itu sendiri. (Novita Evarnas, 2014).
Tanah adalah material yang tidak padat yang terletak di permukaan bumi, sebagai media untuk
menumbuhkan tanaman (SSSA, Glossary of Soil Science Term). Tanah sebagai tubuh alam mempunyai
berbagai macam fungsi utama, diantaranya: pertama sebagai media tumbuh tanaman yang menyediakan
hara dan air (Yunesmi, 2013).
Tanah merupakan modal dasar bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah modal dasar, maka tanah
memiliki dua fungsi: fungsi produksi dan fungsi non produksi (Zakie, 2011).
Pengambilan sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu: (1)
Sampel tanah utuh yang digunakan untuk menganalisis bulk density, permeabilitas tanah, serta porositas
tanah, yang dilakukan dengan cara menggunakan ring sampel. Pengambilan sampel tanah utuh
dilakukan dengan cara mengambil tanah yang telah dibersihkan dari perakaran dan tanaman sebelum
pengambilan sampel lalu meletakkan ring sampel diatas tanah. (2) Sampel tanah tidak utuh digunakan
untuk analisis tekstur dan struktur, dimana pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara
mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan tempatnya. Jumlah sampel tanah tidak utuh diambil
dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada masing-masing ketinggian (Ervanaz dkk., 2014).
Struktur tanah merupakan partikel-partikel tanah seperti pasir, debu, dan liat yang membentuk
agregat tanah antara suatu agregat dengan agregat yang lainnya. Dengan kata lain struktur tanah
berkaitan dengan agregat tanah dan kemantapan agregat tanah. Bahan organik berhubungan erat dengan
kemantapan agregat tanah karena bahan organik bertindak sebagai bahan perekat antara partikel mineral
primer. Penggunaan bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga
menunjang pertumbuhan tanaman yang lebih baik (Margolang dkk., 2015).
Tanah dengan kandungan bahan organik dan populasi cacing yang tinggi berpengaruh terhadap
berat isi dan kemantapan agregat tanah. Bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme
tanah dan akan menciptakan struktur tanah yang lebih baik sehingga akan menciptakan agregat –agregat
yang stabil (Pramana, 2014).
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan stabilitas agregat
tanah, sehingga menciptakan struktur tanah yang mantap dan ideal bagi pertumbuhan tanaman yang
berakibat pada tingkat porositas yang baik dan mengurangi tingkat kepadatan tanah, sehingga akan
menciptakan agregat - agregat yang stabil. Kedalaman tanah menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap kemantapan agregat. (Utomo dkk., 2015).
Tanah memiliki fungsi sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai tempat dari akar
tumbuhan dan air tanah tersimpan. Bahan organik mempunyai peranan yang penting di dalam tanah
terutama terhadap sifat-sifat tanah. Pengaruh bahan organik terhadap tanah antara lain bahan organik
dapat mendorong meningkatkan daya mengikat air dan mempertinggi jumlah air tersedia untuk
kebutuhan tanaman. Bahan organik dalam tanah dapat menyerap air 2–4 kali lipat yang berperan dalam
ketersediaan air tanah (Simanjuntak et al., 2012).
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali
lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan
keadaan-keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan
atmosfer dinamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Wijaya, 2013).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas ke batuan induk tanah, yang
biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih di pengaruhi
cuaca disebut solum tanah. Horizon O-A disebut horizon tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan
tanah bawah (Hanafiah 2014).
Berdasarkan teksturnya maka tanah digolongkan menjadi: Tanah bertekstur kasar atau tanah
berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau
bertekstur liat, liat berdebuhatau liat berpasir. Tanah bertekstur sedang terdiri dari tanah bertekstur
sedang tetapi agak kasar. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat
halus dan lempung, lempung berdebuh. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus (Hanafiah 2014).
Tanah terbentuk dari bahan induk dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya ada 5 faktor
pembentuk tanah yaitu iklim (climate), bahan induk (parent material), organisme (organism), topografi
(ralief), dan waktu (time). (Juswanto, 2014).
Tanah terbentuk dari pencampuran berbagai macam komponen penyusun apabila dinyatakan dalam
persen % volume komposisi tanah ideal adalah terdiri dari 45%, bahan organik 5%, udara 20-30%, dan
air 20-30% walaupun komposisi bahan organik paling kecil dibanding bahan lainnya namun bahan
organik memainkan banyak peranan penting dalam tanah baik ciri fisik, kimia, maupun biologi tanah.
(Hermanto,2011)
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas yang menunjukkan bahwa suatu tanah dikatakan
bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir,berteksutr debu apabila berkadar minimal 40%
liat. Tanah yang berkomposisi ideal yaitu 22,5 -52,5% pasir, 30-50% debu dan 10-30% liat disebut
bertekstur lempung (Hanafiah,2013).
Pembahasan tentang sifat kimia sistem tanah, khususnya sistem koloid organik dan inorganik tanah,
termasuk reaksi-reaksi erapan dan pertukaran ion, reaksi-reaksi kimia larutan tanah, solvasi liat, sifat-
sifat elektrokimia tanah, freaksi-reaksi kimia keseimbangan dan pembentukan tanah, dan kimia interaksi
bahan organik- inorganik tanah. Pembahasan sifat-sifat dan reaksi-reaksi kimia tanah ini dihubungkan
dengan fungsi tanah sebagai media pertumbuhan tanaman dan fungsi tanah pada sistem lingkungan
(Sutandi, 2012).
Jadi, dalam tanah berpasir, meskipun porsinya rendah, lalulintas udara (aerasi) dan air (drainase)
sangat lancar, karena pori-pori makro yang menguasai tanah tersebut sehingga akan makin mudah untuk
berpenetrasi tetapi, dalam hal ini air juga makin mudah hilang dari tanah dan cendrung maudah melepas
unsur-unsur hara yang di butuhkan tanaman. Tanaman akan sulit untuk mendapatkan unsure hara dan
pertumbuha tanaman akan terganggung (Suharti, 2011).
Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang berinteraksi dengan cairan dan
udara. Komponen pembentuk tanah merupakan padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi
setimbang, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi
oleh suhu udara, angin dan sinar matahari. Pengambilan contoh tanah merupakan tahap penting untuk
penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analasis sifat fisik tanah harus dapat
menggambarkan keadaan sesungguhnya dari sifat fisik tanah di lapangan.Contoh tanah adalah suatu
volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-
cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium.
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh
dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Lugito, 2012).
Ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu pertama contoh tanah utuh yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi, ukuran pori, dan permeabilitas. Kedua, contoh tanah dalam keadaan agregat
utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan kemantapan agregat ukuran. Dan terakhir, contoh tanah
terganggu, yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut
singgung, kadar air, pH tanah, kandungan bahan organik, dan juga kandungan unsur hara tanah
seperti P–tersedia, total N, dan lain–lain (Maryenti, 2012).
Batuan induk yang berbeda mempunyai komposisi mineral yang berbeda dan penting dalam proses
pembentukan tanah. Kecepatan proses pembentukan tanah sangat tergantung kepada ukuran butir dari
bahan induk tanah. Semakin halus, semakin mudah mengalami proses pentanahan (Alam et al., 2012).
Bahan induk tanah mempunyai nilai kemasaman yang bervariasi. Tergantung jenis mineral
penyusunnya dan derajat pelapukannya. Sehingga tanh muda yang baru terbentuk mempunyai nilai pH
yang selaras dengan bahan induknya. Tanah yang berbahan induk batuan kapur, karbonat memiliki pH
diatas 8, sedangkan yang beragam Na mencapai pH 10. (Darmawijaya, 2014).
Penentuan nilai konsistensi dikelompokkan menjadi dua yaitu kualitatif (di lapangan) dan kuantitatif
(di laboratorium). Dengan pendekatan angka atterberg yaitu batas cair (BC), batas lekat (BL), batas
gulung (BG), dan batas berubah warna (BBW). Angka atterberg mempunyai hubungan antara kadar
lengas (%) dengan konsistensi tanah (Handayani, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum sidik cepat penetapan tekstur, struktur dan
konsistensi tanah di laboratorium, adalah sebagai berikut :
1. Tekstur Tanah : bahan yang digunakan berupa contoh tanah kering angin < 2 mm, botol semprot
dan akuades.
2. Struktur Tanah : bahan yang digunakan berupa contoh bongkahan tanah dari berbagai lapisan dan
jenis tanah.
3. Konsistensi Tanah : bahan yang digunakan berupa contoh bongkahan tanah dari berbagai lapisan,
serta benda pada kondisi basah, lembab dan kering angin.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Tekstur Tanah
Penetapan kelas tekstur dengan metode rasa perabaan mengikuti bagan alir yang dikemukakan
oleh Notohadiprawiro (1985).
• Segenggam tanah diremas-remas untuk melepaskan semua agregatnya, sehingga akhirnya
tanah menjadi pasta liat (kadar air antara BG dan Bc). Jika kurang, dibasahi sedikit demi
sedikit sambil diremas-remas.
• Tanah dicoba bola secara dikepal-kepal.
• Tanah dicoba pita secara ditekan dan didorong hati-hati dengan ibu jari dengan alas jari
telunjuk sampai ujung pita tanah melampaui ujung jari.
• Tanah dibuat bubur, lalu digosok-gosokkan dengan jari pada telapak tangan dan terasa.
3.2.2 Struktur Tanah
Mengukur bentuk struktur, ukuran struktur, dan kekuatan struktur.
3.2.3 Konsistensi Tanah
Mengukur konsistensi tanah basah, konsistensi tanah lembab, dan konsistensi tanah kering.
No. Lapisan Tanah Gambar
1. Top Soil

2. Sub Soil
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Jadi, dari praktikum yang dilaksanakan kali ini dapat disimpulkan bahwa para praktikan dapat
mengetahui bagaimana cara enentukan kelas tekstur yaitu dengan menggunakan metode rasa perabaan.
Para praktikan juga dapat mengetahui bagaimana perbedaan bentuk, ukuran, dan struktur dari berbagai
macam tanah yang telah diamati. Sehingga mahasiswa dapat menetapkan struktur tanah. Dan juga, para
praktikan dapat menetapkan konsistensi berbagai macam tanah, apakah tanah yang diamati tersebut
tergolong ke dalam keadaan basah, lembab, ataupun kering. Tanah mempunyai sifat sangat kompleks,
terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah
yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin,
dan sinar matahari.

5.2 Saran
Dalam praktikum ini semua mahasiswa diharapkan serius dalam menjalankan praktikum,
sehingga mahasiswa dapat terampil dalam menentukan dan menetapkan berbagai macam tanah, dari
tekstur, bentuk struktur, dan konsistensi tanah. Karena keterbatasan untuk berkomunikasi secara
langsung, maka diharapkan pelaksanaan praktikum kedepannya nanti agar lebih baik dari yang sekarang
ini.
DAFTAR PUSTAKA

• Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni pada Kawasan Cagar Alam
Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong. Volume 2. Halaman 113.
• Yunesmi,Rezi.2013. Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Jambi. Jambi
• Mukmin Zakie. 2011. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Perbandingan antara
Malaysia dan Indonesia). Jurnal Hukum Ius Quia Iustum. Volume.18. No.Edisi Khusus.
Universitas Islam Indonesia.
• Evarnaz,Novita,et all. 2014. Sifat Fisik Tanah Dibawah Eboni Pada Kawasan Cagar Alam
Pangi Binangga Kabupaten Parigi Moutong. Universitas Tadulako.Palu.
• Margolang,R.D., Jamilah., Sembiring,M., 2015. Karakteristik Beberapa Sifat Fisik, Kimia Dan
Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik.
• Pramana, N. F. 2014. Kajian Populasi Cacing Tanahpada Plot Kebun Kopi Robusta (Coffea
Robusta) dengan Perlakuan Jenis Pupuk Organik. Universitas Brawijaya. Malang.
• Utomo, dkk. 2015. Kajian Kemantapan Agregat Tanah Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan
Organik Di Perkebunan Kopi Robusta. Universitas Brawijaya. Malang.
• Simanjuntak, F.A., Tika, I.W., Sumiyati. 2012. Pengaruh Tingkat Pemberian Kompos Terhadap
Kebutuhan Air Tanaman Beberpa Jenis Kacang. Laboratorium Pasca Panen. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Bali.
• Pratikta, D., S. Hartatik, dan K. A. Wijaya. 2013. Pengaruh Penambahan Pupuk NPK Terhadap
Produksi Beberapa Aksesi Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
• Hanafiah. Ali Kemas.2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rieneka Cipta. Jakarta
• Juswanto. 2014. Evaluasi Kesusaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta
erant). Universitas Sumatera Utara. Sumatera utara.
• Hermanto. 2011. Prediksi Kadar Bahan Organik Tanah dengan pengolahan Citra dan Jaringan
Syaraf Tiuran Menggunakan Telepon Genggam. Teknologi Pertanian Institut Pertanian Stiper.
Yogyakarta.
• Hanafiah, K. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
• Sutandi, Atang. 2012. Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
• Suharti . 2011. Ilmu Tanah. Brata Karya. Aksara. Jakarta.
• Anonim, Lugito. 2012. Pembukaan Lahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq).
• Maryenti, T. 2012. Teknik Pengambilan Contoh Tanah Terganggu dan Agregat Utuh.
• Darmawijaya. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah Rajawali Press. Jakarta.
• Handayani, S. 2013. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
• Alam, S., Sunarminto, H.B., Siradz, S.A. 2012. Karakteristik Bahan Induk Tanah Dari Formasi
Geologi Kompleks Ultramafik Di Sulawesi Tenggara. Universitas Halu Oleo. Kendari.

Anda mungkin juga menyukai