Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN 59


DAYA HANTAR LISTRIK (ELECTRICAL CONDUCTIVITY)
DAN KEBUTUHAN KAPUR BERDASARKAN pH SMP

SARY PURWANDARI LAKUANIN


J0413221123

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daya hantar listrik (DHL) adalah kemampuan suatu benda dalam


menghantarkan listrik yang dinyatakan dalam satuan mS/cm (milisiemens per
centimeter). Kemampuan ini tergantung dengan keberadaan ion, konsentrasi
ion, valensi konsentrasi relatif ion, dan suhu saat pengukuran. Semakin
banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai
DHL (Russefandi dan Gusman 2020).
Tanah yang mengandung kadar garam menjadi lebih salin yang
mengakibatkan tanah tidak dapat menyerap air dari tanah dan rusaknya
struktur tanah sehingga aerasi dan permeabilitas tanah menjadi sangat rendah.
Tanah dengan kadar garam tinggi juga dapat mengakibatkan tanaman
mengalami plasmolisis. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran daya hantar
listrik pada tanah untuk mengetahui kadar garam dalam tanah sehingga
tanaman tetap dapat tumbuh subur sebagaimana mestinya (Muliawan et al.
2016).
Garam-garam yang dipertukarkan akan sangat mempengaruhi sifat-
sifat tanah jika terdapat kandungan salinitas yang berlebihan. Salah satu sifat
kimia tanah yang dipengaruhi oleh salinitas adalah pH tanah. Semakin tinggi
kadar garam dalam tanah, semakin banyak pula ion-ion terlarut yang
menurunkan pH (ion H+ dan Al3+). Menurunnya pH tanah menyebabkan tanah
menjadi masam dimana kebanyakan tanaman tidak dapat hidup di atasnya.
Umumnya, tanaman dapat tumbuh di tanah dengan pH 6,6 – 7,5 karena pada
pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat dengan mudah larut dalam air serta
mikroorganisme dapat berkembang dengan baik (Aprillia et al. 2021).
Pengapuran adalah peristiwa penambahan kapur dengan maksud untuk
meningkatkan pH tanah Selain itu, pemberian kapur berguna untuk
menambahkan Ca dan Mg, meningkatkan ketersediaan P dan Mo,
mengurangi keracunan Al karena tanah terlalu masam, serta memperbaiki
kehidupan jasad renik serta mendorong pembentukan bintil akar (Bukhari et
al. 2020). Penambahan kapur pada tanah tidak sembarangan dilakukan karena
diperlukan perhitungan agar tanah yang diberi kapur mencapai pH yang
diinginkan sesuai tujuan dari pengapuran. Salah satu metode yang digunakan
dalam menentukan jumlah kebutuhan kapur adalah metode SMP (Shoemaker,
Mc. Clean & Pratt).

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan menetapkan daya hantar listrik dan kebutuhan


kapur berdasarkan pH SMP pada tanah.
BAB II METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Percobaan


Tempat pelaksanaan praktikum kali ini dilakukan di Laboratorium CA
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor pada hari Rabu, 22 Februari 2023
pukul 14.00-17.00 WIB.
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu EC Meter,
mesin pengocok, timbangan, sudip, botol kocok, pH meter, tisu, aquades,
larutan buffer SMP, dan contoh tanah.
2.3 Metode Percobaan
a. Prosedur penentuan daya hantar listrik

Mulai

Timbang tanah Beri aquades 10 ml Diamkan 5


regosol 10 lalu kocok di mesin menit, ukur
gram pengocok selama 30 EC-nya.
menit

Selesai

b. Prosedur penentuan kebutuhan kapur berdasarkan pH SMP

Mulai

Timbang tanah Beri lar. buffer 20 ml Diamkan 5


regosol 10 lalu kocok di mesin menit, ukur
gram pengocok selama 30 pH-nya.
menit

Selesai
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1 Daya hantar listrik pH (Metode SMP) dan kebutuhan kapur
Kebutuhan Kapur
EC
Jenis pH (ton/Ha)
Ulangan
Tanah (SMP) pH pH pH pH
dS/m Klasifikasi
7,0 6,5 6,0 5,5
1 0,0472 Normal 5 14 16,1 18,8 20,4
Andisol
2 0,0359 Normal 4,9 22 20,1 17,4 15,5
1 0,0997 Normal 5,9 7 6,6 4,9 3,1
Regosol
2 0,102 Normal 6 3,8 5,6 7,5 8
1 0,062 Normal 5,6 12,4 11,6 9,2 7
Mediteran
2 0,0852 Normal 5,6 12,4 11,6 9,2 7
1 0,1065 Normal 4 37,9 33,8 31,7 31,3
Latosol
2 0,1319 Normal 4 37,9 33,8 31,7 31,3
1 0,0688 Normal 4,6 26,9 24,4 21,7 20,1
Podsolik
2 0,0685 Normal 4,3 32,2 28,9 26,5 25,4
1 0,0617 Normal 6,1 7 6,6 4,9 3,1
Grumusol
2 0,068 Normal 6 3,8 5,6 7,5 8

Keterangan:
- Semua tanah termasuk normal karena pH nya tidak lebih dari 7
- Tanah salin: pH = 8
- Tanah sodik: pH = 9
- Tanah salin-sodik: pH = 8-9

3.2 Pembahasan
Terlihat pada Tabel 1 bahwa tanah latosol memiliki nilai daya hantar
listrik dan kebutuhan kapur paling tinggi dengan pH paling rendah di antara
jenis tanah lainnya. Sihombing et al. (2022) menyatakan bahwa tanah latosol
memiliki tekstur liat sampai lempung dengan struktur remah sampai gumpal
dan konsistensi gembur. Hal ini mempengaruhi permeabilitas tanah, karena
bentuk struktur tanah seperti ini akan menghasilkan tanah dengan porositas
tinggi sehingga air akan mudah meresap ke dalam tanah dan aliran air
permukaan. Sejalan dengan pernyataan Kusumaningtyas et al. (2015) yang
menyatakan bahwa tanah dengan kadar air tinggi memiliki sifat kimia yang
lebih masam dikarenakan terlarutnya ion-ion penyumbang kemasaman
seperti H+, Al3+, dan Fe yang menyebabkan tanah semakin masam.
Terlihat pada Tabel 1, tanah andisol merupakan tanah dengan nilai EC
paling rendah, tanah grumusol dengan pH paling tinggi, dan tanah latosol
dengan kebutuhan kapur paling tinggi. Perbedaan nilai EC, pH, serta
kebutuhan kapur dari setiap tanah menandakan setiap tanah memiliki
karakteristik yang berbeda. Semakin masam suatu jenis tanah, maka semakin
tinggi pula daya hantar listriknya dikarenakan ada banyak sekali garam-
garam terlarut yang dapat menghantarkan listrik didalamnya. Begitupun
sebaliknya, semakin tinggi pH tanah, semakin rendah pula daya hantar
listriknya (Muliawan et al. 2016). Hal ini menandakan bahwa karakteristik
tanah seperti ruang pori, kapasitas air, serta bahan penyusun tanah dapat
mempengaruhi daya hantar listrik tanah.
Tingkat pH tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan induk
tanah, pengendapan, vegetasi alami, kedalaman tanah, dan pertumbuhan.
Menurut Prabowo dan Subantoro (2018) penyebab keasaman tanah adalah
ion H+ dan ion OH- dalam larutan tanah, mineral tanah, air hujan, dan bahan
induk tanah. Bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan.
BAB IV KESIMPULAN

4.1 Simpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa setiap tanah memiliki
karakteristik yang berbeda. Karakteristik inilah yang menjadikan daya hantar
listrik serta kebutuhan kapur setiap tanah berbeda-beda. Penetapan daya
hantar listrik tanah dapat dilakukan menggunakan alat EC meter dan
penetapan kebutuhan kapur dapat dilakukan dengan metode SMP
(Shoemaker, Mc Clean & Pratt).
4.2 Saran
Semoga praktikum kedepannya praktikan dapat lebih tenang saat
pengajar sedang menjelaskan agar praktikan dapat mendengarkan informasi
yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Aprillia R, Mukhtar W, Setiawati S, Asbanu GC. 2021. Karakteristik tanah bekas


tambang bauksit dan tailing di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal
Pendidikan Informatika dan Sains. 10(2): 208-217.
Bukhari B, Safridar N, Fadli R. 2020. Pengaruh pengapuran dan pemupukan fosfor
pada tanah yang sering tergenang terhadap pertumbuhan dan hasil kacang
tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal Agroristek. 3(2): 95-105.
Kusumaningtyas AS, Cahyono P, Sudarto S, Suntari R. 2015. Pengaruh tinggi muka
air tanah terhadap ph, eh, fe, aldd, mn, dan p terlarut pada tanaman nanas klon
GP3 di ultisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 2(1): 103-109.
Muliawan NRE, Sampurno J, Jumarang MI. 2016. Identifikasi nilai salinitas pada
lahan pertanian di daerah Jungkat berdasarkan metode daya hantar listrik
(DHL). Prisma Fisika. 4(2): 69-72.
Prabowo R, Subantoro R. 2018. Analisis tanah sebagai indikator tingkat kesuburan
lahan budidaya pertanian di Kota Semarang. Cendekia Eksakta. 2(2).
Ruseffandi MA, Gusman M. 2020. Pemetaan kualitas air tanah berdasarkan
parameyer total dissolved solid (TDS) dan daya hantar listrik (DHL) dengan
metode ordinary kringing di Kec. Padang Barat, Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat. Bina Tambang. 5(1): 153-162.
Sihombing KP, Narka IW, Bhayunagiri IBP. Analisis status kerusakan tanah pada
lahan sawah di Subak Kecamatan Denpasar Utara berbasis sistem informasi
geografis. Jurnal Nandur. 2(2): 60-69.
LAMPIRAN
Kegiatan Praktikum

Gambar 1. Gambar 2.
Memipet larutan buffer SMP Menimbang tanah

Grafik Kebutuhan Kapur pH 5,5

pH 5.5
18
16
14
12
10 y = 3,5062x2 - 48,861x + 170,69
Y
8 R² = 1
Poly. (Y)
6
4
2
0
0 2 4 6 8

Grafik Kebutuhan Kapur pH 6,0

pH 6.0
20
18
16
14
12
10 Y
y = 2,5638x2 - 38,648x + 145,23 Poly. (Y)
8
R² = 1
6
4
2
0
0 2 4 6 8
Grafik Kebutuhan Kapur pH 6,5

pH 6,5
25

20

15

10
y = 1,8767x2 - 31,922x + 131,49
R² = 0,9999
5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Grafik Kebutuhan Kapur pH 7,0

pH 7.0
25

20

15

10

y = 2,4509x2 - 39,445x + 156,41


5 R² = 1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Perhitungan kebutuhan kapur tanah latosol ulangan 1 pH 7,0


y = ax + b
y = ax (pH SMP latosol ulangan 1)2 – (39,445 x pH SMP latosol ulangan 1 + b)
y = (2,4509 x 16) – (39,445 x 4 +156,49)
y = 37,9 ton/ha

Anda mungkin juga menyukai