1.2 Tujuan
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1 Daya hantar listrik pH (Metode SMP) dan kebutuhan kapur
Kebutuhan Kapur
EC
Jenis pH (ton/Ha)
Ulangan
Tanah (SMP) pH pH pH pH
dS/m Klasifikasi
7,0 6,5 6,0 5,5
1 0,0472 Normal 5 14 16,1 18,8 20,4
Andisol
2 0,0359 Normal 4,9 22 20,1 17,4 15,5
1 0,0997 Normal 5,9 7 6,6 4,9 3,1
Regosol
2 0,102 Normal 6 3,8 5,6 7,5 8
1 0,062 Normal 5,6 12,4 11,6 9,2 7
Mediteran
2 0,0852 Normal 5,6 12,4 11,6 9,2 7
1 0,1065 Normal 4 37,9 33,8 31,7 31,3
Latosol
2 0,1319 Normal 4 37,9 33,8 31,7 31,3
1 0,0688 Normal 4,6 26,9 24,4 21,7 20,1
Podsolik
2 0,0685 Normal 4,3 32,2 28,9 26,5 25,4
1 0,0617 Normal 6,1 7 6,6 4,9 3,1
Grumusol
2 0,068 Normal 6 3,8 5,6 7,5 8
Keterangan:
- Semua tanah termasuk normal karena pH nya tidak lebih dari 7
- Tanah salin: pH = 8
- Tanah sodik: pH = 9
- Tanah salin-sodik: pH = 8-9
3.2 Pembahasan
Terlihat pada Tabel 1 bahwa tanah latosol memiliki nilai daya hantar
listrik dan kebutuhan kapur paling tinggi dengan pH paling rendah di antara
jenis tanah lainnya. Sihombing et al. (2022) menyatakan bahwa tanah latosol
memiliki tekstur liat sampai lempung dengan struktur remah sampai gumpal
dan konsistensi gembur. Hal ini mempengaruhi permeabilitas tanah, karena
bentuk struktur tanah seperti ini akan menghasilkan tanah dengan porositas
tinggi sehingga air akan mudah meresap ke dalam tanah dan aliran air
permukaan. Sejalan dengan pernyataan Kusumaningtyas et al. (2015) yang
menyatakan bahwa tanah dengan kadar air tinggi memiliki sifat kimia yang
lebih masam dikarenakan terlarutnya ion-ion penyumbang kemasaman
seperti H+, Al3+, dan Fe yang menyebabkan tanah semakin masam.
Terlihat pada Tabel 1, tanah andisol merupakan tanah dengan nilai EC
paling rendah, tanah grumusol dengan pH paling tinggi, dan tanah latosol
dengan kebutuhan kapur paling tinggi. Perbedaan nilai EC, pH, serta
kebutuhan kapur dari setiap tanah menandakan setiap tanah memiliki
karakteristik yang berbeda. Semakin masam suatu jenis tanah, maka semakin
tinggi pula daya hantar listriknya dikarenakan ada banyak sekali garam-
garam terlarut yang dapat menghantarkan listrik didalamnya. Begitupun
sebaliknya, semakin tinggi pH tanah, semakin rendah pula daya hantar
listriknya (Muliawan et al. 2016). Hal ini menandakan bahwa karakteristik
tanah seperti ruang pori, kapasitas air, serta bahan penyusun tanah dapat
mempengaruhi daya hantar listrik tanah.
Tingkat pH tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan induk
tanah, pengendapan, vegetasi alami, kedalaman tanah, dan pertumbuhan.
Menurut Prabowo dan Subantoro (2018) penyebab keasaman tanah adalah
ion H+ dan ion OH- dalam larutan tanah, mineral tanah, air hujan, dan bahan
induk tanah. Bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan.
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Simpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa setiap tanah memiliki
karakteristik yang berbeda. Karakteristik inilah yang menjadikan daya hantar
listrik serta kebutuhan kapur setiap tanah berbeda-beda. Penetapan daya
hantar listrik tanah dapat dilakukan menggunakan alat EC meter dan
penetapan kebutuhan kapur dapat dilakukan dengan metode SMP
(Shoemaker, Mc Clean & Pratt).
4.2 Saran
Semoga praktikum kedepannya praktikan dapat lebih tenang saat
pengajar sedang menjelaskan agar praktikan dapat mendengarkan informasi
yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 1. Gambar 2.
Memipet larutan buffer SMP Menimbang tanah
pH 5.5
18
16
14
12
10 y = 3,5062x2 - 48,861x + 170,69
Y
8 R² = 1
Poly. (Y)
6
4
2
0
0 2 4 6 8
pH 6.0
20
18
16
14
12
10 Y
y = 2,5638x2 - 38,648x + 145,23 Poly. (Y)
8
R² = 1
6
4
2
0
0 2 4 6 8
Grafik Kebutuhan Kapur pH 6,5
pH 6,5
25
20
15
10
y = 1,8767x2 - 31,922x + 131,49
R² = 0,9999
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
pH 7.0
25
20
15
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8