Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

METEOROLOGI

PENGOLAHAN DATA CURAH HUJAN MENGGUNAKAN APLIKASI


OPENGRADS

OLEH:
NAMA:
FENI WIDIANTI
NIM:
08051182025002
KELAS:
B

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI


KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Athoillah et al (2017) Indonesia merupakan negara yang dilewati
oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua samudra dan dua benua. Posisi
ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-
Selatan) yang dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat)
dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi
keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5°
Lintang Utara ke 23.5°. Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan
timbulnya aktivitas moonson yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi
keragaman iklim
Perairan Indonesia merupakan laut semi tertutup yang menyediakan jalur
transfer substansial Samudera Pasifik ke Samudra Hindia Selain itu, perairan
Indonesia juga merupakan pusat dari aktivitas sirkulasi laut global yang dikenal
sebagai Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Ketika melewati perairan Indonesia,
maka massa air Arlindo akan bercampur dengan massa air dari Samudera pasifik
di mana terjadi percampuran massa air yang berbeda sehingga perairan Indonesia
berpengaruh terhadap iklim global. Salah satu faktor yang mempengaruhi sebaran
SPL pada suatu perairan Indonesia adalah Angin Muson (Putra et al. 2019)
Darman (2019) mengatakan Indonesia merupakan daerah beriklim tropis
yang memiliki kelembaban di atas 75%. Indonesia memiliki lembaga pemantauan
cuaca dan iklim yang bertugas untuk melakukan pemantauan dan memberikan
peringan dini tentang ancaman bencana meteorologis yaitu Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Perkembangan pembangunan pelayanan
BMKG selama ini dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya informasi di
bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika (MKKuG).
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang hanya memiliki dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Secara umum, musim hujan di
Indonesia terjadi saat musonbarat sedangkanmusim kemarau terjadi saat muson
timur. Meskipun musim terjadi secara periodik, namun musim dapat
mengalamipergeseran seperti semakin lamanya musim penghujan dan semakin
mundurnya musim kemarau (Rahayu et al. 2018)
Kondisi dari permukaan laut yang berubah setiap waktunya, membutuhkan
data penginderaan jauh dari berbagai macam software. Seperti misalnya ialah
software Grads maupun citra aqua MODIS dan quickscat. Kedua software ini
memberikan informasi secara temporal. Dan juga selang panjang gelombang yang
cukup sempit sehingga menghasilkan data yang akurat (Kurnianingsih et al. 2017)
Salah satu pengaruh global yang berpengaruh terhadap curah hujan di
Indonesia adalah Fenomena El Nino dan La Nina. El Nino secara ilmiah diartikan
sebagai fenomena global dari sistem interaksi laut dan atmosfer yang ditandai
dengan meningkatnya suhu muka laut atau SST (Sea Surface Temperature) di
sekitar Pasifik Tengah dan Timur. Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El
Nino, yaitu suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan
Timur equator di Lautan Pasifik dari rata-ratanya (Athoillah et al. 2017)
Pengaruh ENSO terhadap curah hujan di Indonesia sangat ditentukan oleh
intensitas ENSO yang terjadi. Semakin kuat La Nina, maka semakin besar
potensinya untuk menimbulkan hujan lebat di Indonesia. Selain intensitas, posisi
pusat ENSO di Samudera Pasifik, kemungkinan juga mempengaruhi pengaruh
ENSO terhadap Indonesia. Semakin dekat posisi konveksi ke Indonesia, maka
akan semakin besar pengaruhnya ke Indonesia (Dewi dan Marzuki, 2020)

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakan nya praktikum kali ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengolah data curah hujan menggunakan software
OpenGrADS
2. Mahasiswa dapat melakukan visualisasi curah hujan dengan menggunakan
perangkat lunak OpenGrADS.

1.3 Manfaat
Manfaat dari dilaksanakan nya pada praktikum kali ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat memahami pengolahan data curah hujan menggunakan
software OpenGrADS.
2. Mahasiswa dapat memahami visualisasi curah hujan dengan menggunakan
perangkat lunak OpenGrADS.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Curah Hujan


Menurut Setiawan (2012) dalam Sutawinaya et al (2017) curah hujan
dapat didefinisikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan
dengan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak
satu liter. Intensitas curah hujan dikatakan besar apabila hujan lebat dan kondisi
ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan banjir dan longsor.
Curah hujan merupakan parameter meteorologi yang sangat berpengaruh
dalam kehidupan. Indonesia memiliki penguapan dan intensitas curah hujan yang
cukup tinggi. Saat ini, pengamatan secara insitu sangat kurang representatif untuk
digunakan sebagai prakiraan karena jangkauannya yang sangat sempit sehingga
memerlukan instrumen pendukung yang dapat memberikan gambaran yang lebih
baik terkait distribusi hujan dan sebagai penunjang akurasi prakiraan, salah
satunya adalah satelit. Namun, data satelit juga belum tentu sepenuhnya benar
karena resolusi dan kondisi dari setiap wilayah berbeda (Azka et al. 2018)
Pola hujan di Indonesia di bagi menjadi tiga region yaitu region A, region
B dan Region C. Setiap region memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Region
A memiliki satu puncak hujan dan satu puncak kemarau. Region B memiliki dua
kali puncak hujan yaitupada bulan Oktober - November dan pada bulan Maret
-Mei. Kedua puncak tersebut terkait dengan pergerakan selatan dan utara dari
inter tropical convergence zone (ITCZ). Region C memiliki satu puncak hujan
yaitu pada bulan Juli sampai Juni dan satu puncak kemarau pada bulan November
sampai Februari (Rahayu et al. 2018)
Sejak tahun 1844 hingga 2009 di Indonesia telah mengalami kejadian
kekeringan atau jumlah curah hujan di bawah rata-rata normal tidak kurang dari
47 kali. Dari 47 kali kejadian tersebut hanya 6 kali kejadiannya tidak bersamaan
dengan kejadian fenomena El Nino, hal ini menunjukkan bahwa keragaman hujan
di Indonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena ini. Hujan berasal dari awan hujan
yang mengalami proses dari kondensasi dan jatuh ke tanah (Athoillah et al. 2017)
Intensitas curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan bencana, untuk itu
perlu dilakukan peramalan untuk memperkirakan seberapa besar curah hujan yang
akan datang. Faktor penyebab utama bencana banjir adalah adanya intensitas
curah hujan yang sangat tinggi, sehingga kapasitas sungai-sungai tidak mampu
menampung kapasitas air yang besar. Akibatnya limpasan permukaan air sungai
menggenangi daerah sekitarnya. Mengingat faktor curah hujan merupakan faktor
yang sangat dinamis sebagai faktor utama penyebab banjir dibandingkan dengan
faktor lainnya (Sutawinaya et al. 2017)
Intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada waktu singkat dapat
menyebabkan banjir dan tanah longsor. Sebaliknya, jika curah hujan yang terjadi
sangat minim akan menyebabkan kekeringan atau bencana alam lainnya. Secara
langsung, banyaknya hujan yang menimpa daratan, dapat mempengaruhi kondisi
yang ada pada bumi. Peningkatan suhu udara secara global dapat berdampak
terhadap peningkatan potensi terjadinya Urban Heat Island. Alasan mengapa UHI
ini dicurigai sebagai yang bertanggung jawab atas adanya perubahan suhu yang
terjadi selama beberapa kurun waktu terakhir adalah karena selama beberapa
dekade terakhir ada penurunan tingkat suhu udara secara diurnal dan lebih rendah
tingkat pemanasan di troposfer (Siregar et al. 2019).

2.2 Siklus Hidrologi


Siklus air (hidrologi) adalah salah satu konsep dasar dalam daur
biogeokimia yang menggambarkan proses perubahan wujud air, pergerakan aliran
air, dan ragam jenis air yang mengikuti suatu siklus keseimbangan yang terjadi di
lingkungan alam. Proses siklus hidrologi ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
proses penguapan, proses evapotranspirasi, proses hujan, proses aliran air, proses
pengendapan air tanah, dan proses air tanah ke laut (Arthur et al. 2019)
Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke
atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Siklus
hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme bumi.
Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, mengingat
teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan ekosistem bumi
dapat tercipta karena proses siklus hidrologi ini (Fitriyant, 2019)
Sedangkan menurut Budianto et al (2017) siklus hidrologi merupakan
bagian pokok dan konsep dasar pemahaman ilmu hidrologi yang menjelaskan
keberadaan beberapa proses terkait dengan perputaran air yang tidak pernah
berhenti. Tidak semua butir awan hujan tersebut akan jatuh sampai di permukaan
bumi sebagai hujan, ukuran butir awan hujan yang tidak cukup berat untuk
melawan gaya gesekan dan gaya tekan udara ke atas akan melayang dan diuapkan
kembali menjadi awan. Bagian yang sampai di bumi dikatakan sebagai hujan
(precipitation) yang sebagian akan tertahan oleh tanaman dan bangunan yang
akan diuapkan kembali. Bagian ini merupakan air hujan yang tak terukur dan
disebut intersepsi (interception).
Manusia pada dasarnya menginginkan siklus air dapat berlangsung
seimbang. Pada Hidrologi akan di bahas siklus atau proses terbentuknya air, salah
satunya adalah evaporasi. Evaporasi adalah suatu proses berubahnya air menjadi
uap air dari perairan terbuka, tanah dan batuan lainnya. Proses evaporasi sangat
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan uap, suhu udara, angin, kualitas air dan
permukaan bidang evaporasi (Simbolon et al. 2021)

2.3 Software GrADS


Perangkat lunak GrADS lebih mudah dioperasikan untuk analisis
sederhana data geosains. Data autentik geosains dapat dianalisis menggunakan
Grid Analysis and Display System (GrADS) untuk menampilkan kondisi
Indonesia yang sebenarnya. Hasil GrADS dapat dimanfaatkan sebagai RBM
dalam pembelajaran ilmu kebumian (Johan et al. 2018)
Perangkat lunak Grid Analysis and Display System (GrADS) digunakan
untuk membuat peta komposit yang menunjukkan bidang gerak vertikal rata-rata.
GrADS bisa digunakan dalam melaksanakan akses informasi, memanipulasi serta
juga bisa memvisualisasi informasi ilmu bumi. GrADS pula mempunyai 2 model
informasi untuk menanggulangi informasi grid serta stasiun dengan menunjang
banyak format file informasi, grib( tipe 1 serta 2), NetCDF, HDF( tipe 4 serta 5),
serta BUFR( buat informasi stasiun). Aplikasi GrADS sudah banyak digunakan
dalam mencerna serta menunjukkan informasi citra satelit Feng Yun IR- 1 serta
informasi ReAnalysis dari NCEP (Osuri, 2017)
III METEDOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum ini dilakukan secara online dan dilakukan dirumah
praktikan masing masing. Praktikum ini di laksanakan pada hari Rabu, tanggal 03
November 2021, pukul 13.00 sampai dengan selesai. Bertempat di Desa Ujan
Panas, Kec. Padang Ulak Tanding, Kab. Rejang Lebong, Prov. Bengkulu melalui
virtual Zoom Meeting.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu:
No Alat dan Bahan Fungsinya
1. Laptop/Komputer Untuk mengoperasikan data
2. Data precipitation Sebagai bahan data untuk perhitungan
3. Software OpenGrADS Sebagai software untuk mengolah data

3.3 Cara Kerja

Buka perangkat lunak OpenGrADS dan pastikan laptop/komputer terhubung


dengan internet

Ketik ‘Sdfopen’ untuk membuka data total precipitation

Lalu masukkan rumus ‘q file’ yang berfungsi untuk mengecek file yeng telah
dibuka

Masukkan rumus ‘set t 402’ untuk mengecek waktu

Kemudian masukkan rumus ‘set lon’ dan ‘set lat’ untuk menyetel nilai
longitude dan latitude

Ketik ‘gx shout shaded’ guna untuk menghilangkan garis garis


Ketik ‘set mpdset hires’ guna untuk menghaluskan gambar

3.4 Analisa Data


1. Siapkan data yang akan di olah
Kemudian masukkan rumus ‘set csmooth on’ untuk lebih memperhalus
gambar pada peta

Lalu ketik ‘d precip’ untuk memvisualisasikan gambar peta curah hujan

Kemudian masukkan rumus ‘cbarn’ untuk memunculkan grafik batang

Kemudian masukkan rumus ‘draw title’ untuk memberi judul/teks pada peta
2. Buka aplikasi OpenGrADS

Langkah terakhir masukkan rumus ‘printim D:\SST(namafile).png (warna)’


untuk menyimpan gambar pada folder data dengan format png

3. Ketik ‘Sdfopen’ untuk membuka data total precipitation


4. Lalu masukkan rumus ‘q file’ yang berfungsi untuk mengecek file yeng telah
dibuka

5. Masukkan rumus ‘set t 402’ untuk mengecek waktu

6. Kemudian masukkan rumus ‘set lon’ dan ‘set lat’ untuk menyetel nilai
longitude dan latitude
7. Ketik ‘gx shout shaded’ guna untuk menghilangkan garis garis

8. Ketik ‘set mpdset hires’ guna untuk menghaluskan gambar

9. Kemudian masukkan rumus ‘set csmooth on’ untuk lebih memperhalus


gambar pada peta

10. Lalu ketik ‘d precip’ untuk memvisualisasikan gambar peta curah hujan
11. Kemudian masukkan rumus ‘cbarn’ untuk memunculkan grafik batang

12. Kemudian masukkan rumus ‘draw title’ untuk memberi judul/teks pada peta

13. Langkah terakhir masukkan rumus ‘printim D:\CurahHujan(namafile).png


(warna)’ untuk menyimpan gambar pada folder data dengan format png
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang


sangat besar yaitu berupa potensi perikanan budidaya, potensi perikanan skala
tambak dan potensi perikanan tangkap (Salim et al. 2020). Dapat dilihat dari
gambar di atas dapat di ketahui bahwa curah hujan di Kalimantan Utara pada
musim timur yang terjadi pada bulan Juni 2012 berada pada titik terendah yaitu
berkisar antara 4 – 5 mm perharinya. Hal itu di sebabkan karena musim timur
sendiri menyebabkan wilayah Indonesia mengalami musim kemarau. Seperti yang
di ketahui bahwa curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh monsun yang
digerakan oleh adanya sel tekanan tinggi dan sel tekanan rendah di benua Asia
dan Australia secara bergantian.
Hal ini sesuai pula dengan pernyataan dalam Ginanjar et al (2020) yang
mengatakan bahwa angin muson secara bergantian bergerak melintasi wilayah
Indonesia sepanjang tahun dengan periode enam bulan yakni bulan Juni hingga
Agustus yang disebut dengan angin muson timur dan pada bulan Desember
hingga Februari disebut angin muson barat. Sedangkan pada bulan Maret hingga
Mei terjadinya musim peralihan I dan bulan September hingga November disebut
dengan musim peralihan II. Musim barat mengakibatkan wilayah Indonesia
mengalami banyak hujan, musim barat dikenal pula dengan musim penghujan,
Sedangkan musim timur identik dikenal dengan musim kemarau.
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Selain itu
dalam curah hujan dikenal juga yang presipitasi. Presipitasi sendiri di definisikan
untuk bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi. Jumlah curah
hujan dicatat dalam inci/millimeter (1 inci = 25.44 mm). Curah hujan juga erat
kaitan nya dengan siklus hidrologi. Siklus ini merupakan gambaran pergerakan
molekul air (H2O) dari atmosfer ke bumi dan sebaliknya yang tidak pernah
berhenti sehingga membentuk rangkaian melingkar perjalanan molekul air
(siklus).
Macam macam musim di Indonesia terdiri dari musim barat, musim
peralihan I, musim barat dan musim peralihan II. Musim barat yang di pengaruhi
oleh pergerakan angin muson barat mulai bertiup sekitar bulan oktober hingga
april, sehingga Indonesia dilanda musim hujan dengan curah hujan tinggi
terutama di wilayah barat Musim peraliahan I terjadi pada bulan maret hingga
april. Musim timur yang di pengaruhi oleh pergerakan angin muson timur mulai
bertiup sekitar bulan mei hingga bulan september, angin muson timur yang
bergerak dari Australia menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau.
Musim peralihan II terjadi pada bulan september hingga november.
El Nino Southern Oscillation (ENSO) adalah pergeseran periodik sistem
atmosfer samudra di Pasifik tropis yang berdampak pada cuaca di seluruh dunia.
ENSO sendiri terdiri dari El-Nino dan La-Nina. El Nino yaitu fenomena
peningkatan suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur. Dampaknya
berupa kekeringan panjang di beberapa wilayah di Indonesia. El Nina adalah
kondisi dimana suhu permukaan laut mengalami penurunan. Dampak dari La
Nina adalah meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia.
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah kondisi interaksi laut-atmosfer yang
terjadi di samudera hindia tropis. IOD sendiri terdiri dari positif aktif dan negatif
aktif. IOD positif akan muncul jika nilai indeks lebih dari +0.35, sedangkan IOD
negative akan muncul jika nilai indeks kecil dari +0.35. Fase positif dari
fenomena IOD ini berdampak pada kekeringan berkepanjangan di wilayah Asia
Tenggara dan Australia. Sementara itu, fase negatif fenomena IOD ini berdampak
pada curah hujan yang tinggi di sekitar wilayah timur Samudra Hindia seperti
Indonesia dan Australia.
V KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari kegiatan praktikum kali ini, yaitu :
1. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir
2. Macam macam musim di Indonesia terdiri dari musim barat, musim peralihan
I, musim barat dan musim peralihan II
3. El Nino Southern Oscillation (ENSO) yaitu pergeseran periodik sistem
atmosfer samudra di Pasifik tropis yang berdampak pada cuaca di seluruh
dunia. ENSO sendiri terdiri dari El-Nino dan La-Nina
4. Indian Ocean Dipole (IOD) adalah kondisi interaksi laut-atmosfer yang
terjadi di samudera hindia tropis
5. Curah hujan di Kalimantan Utara pada musim timur yang terjadi pada bulan
Juni 2012 berada pada titik terendah yaitu berkisar antara 4 – 5 mm perharinya
dan menyebabkan wilayah Indonesia mengalami musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur R, Sekartaji GT, Arris Maulana L, Dewi K. 2019. Pengembangan media
video presentasi pada mata kuliah hidrologi di Universitas Negeri
Jakarta. Teknologi Pendidikan Vol 7(02) : 170 – 183

Athoillah I, Sibarani RM, Doloksaribu DE. 2017. Analisis spasial el niño kuat
tahun 2015 dan la nina lemah tahun 2016 (pengaruhnya terhadap
kelembapan, angin dan curah hujan di Indonesia). Sains & Teknologi
Modifikasi Cuaca Vol 18(1) : 33 – 41

Azka MA, Sugianto PA, Silitonga AK, Nugraheni IR. 2018. Uji akurasi produk
estimasi curah hujan Satelit GPM IMERG di Surabaya, Indonesia. Sains
& Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19(2) : 83 – 88

Budianto MB, Yasa IW, Hanifah L. 2017. Analisis karakteristik curah hujan
untuk pendugaan debit puncak dengan metode rasional di
Mataram. Spektrum Sipil Vol 2(2) : 137 – 144

Dewi SM, Marzuki M. 2020. Analisis pengaruh pergeseran lokasi ENSO terhadap
curah hujan di Indonesia.  Fisika Unand Vol 9(2) : 176 – 182

Ernawati T, Rachmawati, E. 2020. Media pembelajaran geografi bahasan siklus


hidrologi berbasis animasi studi kasus MA. Cahaya Harapan Cisarua
Bandung Barat.  Masyarakat Informatika Unjani Vol 3(02) : 164 – 177

Fitriyani Z. 2019. Analisis hidrologi untuk penentuan debit. Kurva S Jurnal


Mahasiswa Vol 1(1) : 793 -805

Ginanjar S, Syach MF, Wulandari S. 2020. Kajian pengaruh siklon tropis manga
terhadap curah hujan, transport Ekman, viskositas eddy dan tinggi
gelombang di Perairan Selatan jawa pada 20 – 25 mei 2020. Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Vol 7(2) : 15 – 23

Johan H, Suhandi A, Wulan AR. 2018. Grid analysis display system (GrADS) and
multi modus visualization in earth science learning mastery and spiritual
sspect to enhance concept. Journal of Turkish Science Education Vol 15
(1) : 109 - 127

Osuri KK, Nadimpalli R, Mohanty UC, Chen F, Rajeevan M, Niyogi D. 2017.


Improved prediction of severe thunderstorms over the Indian Monsoon
region using high-resolution soil moisture and temperature initialization.
Scientific Reports Vol 7(1) : 1 – 12

Putra INJT, Karang IWGA, Puta IDNN. 2019. Analisis temporal suhu permukaan
laut di Perairan Indonesia selama 32 Tahun (Era AVHRR). Journal of
Marine and Aquatic Sciences Vol 5(2) : 234 – 246
Rahayu ND, Sasmito B, Bashit N. 2018. Analisis pengaruh fenomena indian
ocean dipole (IOD) terhadap curah hujan di pulau Jawa.  Geodesi Undip
Vol 7(1) : 57 – 67

Salim G, Firdaus M, Alvian MF, Indarjo A, Soejarwo PA, Prakoso LY. 2019.
Analisis sosial ekonomi dan keramahan lingkungan alat tangkap sero (set
net) di Perairan Pulau Bangkudulis Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan
Utara. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan
Vol 5(2) : 85 - 94

Simbolon TG, Pusparini N, Manurung J, Saragih IJA. 2021. Penentuan model


evaporasi menggunakan analisis statistik multivariat di stasiun klimatologi
Deli Serdang.  Meteorologi, Klimatologi Geofisika dan Instrumentasi Vol
1(1) : 12 – 21

Siregar DA, Kusumah BW, Ardah VP. 2019. Analisis variablitias curah hujan dan
suhu udara di Tanjung Pinang. Material dan Energi Indonesia Vol 9(2) :
44 - 54

Sutawinaya IP, Astawa INGA, Hariyanti NKD. 2017. Perbandingan metode


jaringan Saraf tiruan pada peramalan curah hujan. Rancang Bangun dan
Teknologi Vol 17(2) : 92 - 97

Anda mungkin juga menyukai