Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI
ACARA: IX
“KLASIFIKASI IKLIM”

Di susun oleh:
Nama : Cahya Ningrum
Npm : E1K021016
Hari/Tanggal : Sabtu 01 Oktober 2022
Shift : 3 (Tiga)
Coass : 1. Muhammad Nur Alif ( E1F019023)
2. Reni Nabella (E1F019027)
Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Ir., M.Sc Dwinardi Apriyanto
2. Dr. Ir., M.Sc, Priyono Prawito

LABORATORIUM ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iklim adalah integrasi secara umum dari kondisi cuaca yang mencakup periode waktu
tertentu pada suatu wilayah sedangkan cuaca menggambarkan kondisi atmosfir pada suatu saat.
Kondisi cuaca ataupun iklim ini dicirikan oleh unsur-unsur atau komponen atau parameter cuaca
atau iklim antara lain suhu, angin, kelembaban, penguapan, curah hujan serta lama dan intensitas
penyinaran matahari. Kondisi dari unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain tinggi tempat, lintang tempat dan posisi matahari. 
Berdasarkan hal diatas, maka kondisi iklim di setiap daerah tidak sama dan oleh karena itu
terdapat penggolongan iklim yang sering disebut dengan istilah klasifikasi iklim. Ada beberapa
klasifikasi iklim yang dikenal, seperti iklim menurut Koppen, Thornthwaite (merupakan
klasifikasi iklim yang meliputi skala dunia), serta Mohr, Schmidth Ferguson dan Oldeman
(merupakan klasifikasi iklim di Indonesia). Klasifikasi iklim ini seringkali dinyatakan sebagai
tipe hujan, karena data yang dianalisisnya adalah data curah hujan. Untuk penentuan klasifikasi
ini telah disepakati datanya harus tersedia paling sedikit 10 tahun yang diperoleh dari satu stasiun
klimatologi atau hasil rata-rata dari beberapa stasiun yang tercakup di daerah yang akan
ditentukan tipe iklimnya. Data yang dikumpulkan adalah data curah hujan bulanan.
Iklim merupakan gabungan berbagai cuaca sehari-hari atau rata-rata dari cuaca yang
dilakukan selama 30 tahun agar dapat mengetahui penyimpangan pada iklim. Iklim disuatu
daerah tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu radiasi matahari, garis
lintang, topografi, tekanan udara, permukaan tanah, luas daratan dan lautan. Ada tiga tipe iklim
yang digunakan di Indonesia yaitu tipe iklim Mohr, tipe Schmidt-Ferguson dan tipe iklim
Oldeman.
Pembagian iklim menurut Mohr didasarkan atas banyaknya bulan basah dan bulan kering.
Schmid dan Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering dengan cara mencari harga
rata-rata curah hujan tiap tahun. Adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian
dijumlahkan lalu dirata-rata, untuk mengetahui periode kering di suatu daerah Schmid dan
Fergusson menghitung nilai Q. Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Oldeman menggunakan dasar
yaitu bulan basah dan bulan kering yang berturut-turut, semua itu dihubungkan dengan
kebutuhan air bagi tanaman basah dan palawija.
Di alam unsur-unsur iklim tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Dengan kata lain perilaku salah satu unsur iklim di suatu wilayah atau tempat
merupakan resultante dari bermacam-macam unsure iklimlainya. Meskipun pola perilaku iklim
di bumi cukup rumit, tetapi ada kecenderungan bahwa karakteristik dan pola tertentu dari unsure-
unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan sekalipun, menunjukkkan perilaku
yang serupa apabila faktor utamanya sama. Faktor utama tersebut dapat berupa salah satu unsure
iklim (pengendali) atau letak geografisnya.
Keadaan iklim tiap wilayah seperti daerah dinggin, daerah panas, gurun, stepa atau hutan
tropis ternyata tersebar di berbagai tempat sehingga membutuhkan suatu system penamaan untuk
kelompok-kelompok yang sama tersebut. Sistem penamaan terhadap pokok bahasan dalam setiap
cabang ilmu yang mendasarkan pada sifat-sifat yang sama atau persamaannya kita kenal sebagai
sistem klasifikasi. Seperti halnya pada cabang ilmu lain misalnya ilmu tanah, botani, dan
entomologi dalam membahas formulasi-formulasi kesamaan tentang sifat unsur-unsur iklim di
suatu wilayah sehingga dapat dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim. dengan demikian pada
hakekatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh efisiensi
informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. oleh karena itu analisis statik unsur-unsur
iklim dapat dilakukan umtuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara
kuantitatif, umum dan sederhana.

1.2.  Tujuan
            Menentukan kelas iklim suatu tempat dengan menggunakan cara klasifikasi schmit dan
ferguson dan cara klasifikasi oldemann
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr
menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB
dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode
pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Dimana bulan kering adalah
bulan dengan curah hujan < 60mm, bulan lembab yaitu bulan dengan curah hujan antara 60mm-
100mm, dan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 100m (Guslim,2012 ).

Iklim Mohr adalah penggolongan iklim berdasarkan rata-rata pengelompokan jumlah bulan
basah dan bulan kering pertahun lalu dirata-rata. Bulan basah yaitu bulan yang jumlah curah
hujannya lebih dari 100 mm/bulan, sedangkan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya
kurang dari 60 mm/tahun (Indiyanti, 2011). Tipe iklim Schmidt-Ferguson merupakan perbaikan
dari tipe iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan basah dan bulan kering atau nilai Q dalam
klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan cara membandingkan jumlah bulan kering
dengan bulan basah selama pengamatan (Syakur, 2012). Klasifikasi iklim yang tepat digunakan
untuk pemetaan pola tanam pada bidang pertanian adalah klasifikasi iklim menurut Oldeman.
Klasifikasi iklim Oldeman memakai unsur curah hujan sebagai dasar penentuan klasifikasi
iklimnya. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan
lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif
dan kebutuhan air tanaman (Fadholi dan Supriyatin, 2012).

Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim
tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah)
jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya
dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak
kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe
iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis
vegetasinya adalah padang ilalang (Setiawan 2010).

Filter Kalman menggabungkan pendekatan model fisik dan statistik menjadi model stokastik
yang dapat diperbarui setiap saat untuk tujuan peramalan segera (on line forecasting). Model
prediksi hujan dengan metode Filter Kalman dibangun untuk memenuhi kebutuhan terhadap
perencanaan tanam yang selama ini masih bertumpu pada pola hujan setempat dan belum
memperhitungkan aspek prediksi. Hasil validasi model prediksi hujan mingguan dengan metode
filter Kalman memperlihatkan nilai koefisien korelasi validasi sebagian besar antara 50-80%.
Sedangkan hasil validasi untuk curah hujan bulanan, menunjukkan nilai koefisien korelasi yang
lebih tinggi, yang sebagian besar lebih dari 80%.( Estiningtyas et  al, 2013).
Pada dasarnya Oldeman bersama-sama dengan beberapa kawannya melakukan klasifikasi
terutama atas dasar curah hujan bhubungannya dengan kebutuhan air tanaman khususnya
tanaman panagan semusim yaitu padi dan palawija. Oldeman ama halnya dengan Schmidt dan
Ferguson maupun Mohr juga menggunakan istilah bulan basah dan bulan kering dalam
penggolongannya. Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan
pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan.
Namun demikian untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam
klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia. Ia membuat dan menggolongkan tipe-
tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering
secara berturut-turut ( Dewi ,2012 ).

Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman
palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah
75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan
sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija
diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan
bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan
bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (Tjasyono, 2014)
BAB III
METODEOLOGI

3.1     Alat dan Bahan


          Data hujan jangka panjang (tahun 2017 – 2021)

3.2     Cara Kerja
1.    Mengumpulkan data hujan dari beberapa stasiun dalam kawasan berdekatan yang
mempunyai masa pendapatan tahun 2017 – 2021.
2.    Membuat rataan bulanan masing-masing data tersebut
3.    Mengklasifikasikan data iklim tersebut menurut cara klasifikasi schmit dan ferguson dan
cara klasifikasi oldemann
4.    Mengamati hasil dua macam klasifikasi tersebut sama. Jika berbeda dijelaskan mengapa
apabila terjadi perbedaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun/Bulan 2017 2018 2019 2020 2021
Januari 246,8 253,7 238 451 500,5

Februari 670,8 198,8 200 85,3 219,5

Maret 291,3 449 300,3 296 266,5

April 433,2 434,3 490,5 484,5 34,3

Mei 32 490,8 90,3 251 413,8

Juni 269 177 91,7 351 438

Juli 232 24 261,8 104 108

Agustus 327 372,2 20,6 114,1 257,5

September 236 733,9 17 161,4 374,5

Oktober 366 354 40,5 440,3 382,1

November 316,4 668,4 35,3 -629,2 252

Desember 300,6 618,8 261,1 311,5 407,5

Rata-rata 3,721,1 4,156,6 170,6 306,6 304,6

Rumus = jumlah hujan turun pada tanggal 1-31 di tambah


Banyak hujan turun
Tahun Bulan basah Bulan kering
2017 11 1
2018 9 3
2019 6 4
2020 11 -
2021 11 1
Rata-rata bulan basah = Jumlah bulan basah
Jumlah tahun
= 48/5
= 9,6
Rata-rata bulan kering = Jumlah bulan kering
Jumlah tahun
= 9/5
= 1,8
Q = Rata-rata bulan kering x 100%
Rata-rata bulan basah
= 1,8
9,6
= 0,1875%
Dikatakan BK = <60 mm
Dikatakan BB = >100 mm

Tipe Iklim
A <14
B 14 – 33
C 33 – 60
D 60 – 100
E 100 – 170
F 170 – 300
G 300 – 700
H >700
Klasifikasi menurut oldemaan
Tahun Bulan basah Bulan kering
2017 8 4
2018 6 4
2019 6 6
2020 8 1
2021 10 1
Rata-rata bulan basah
= Jumlah bulan basah
Jumlah tahun
= 38/5 = 7,6
Rata-rata bulan kering
= Jumlah bulan kering
Jumlah tahun
= 16/5 = 3,2
Dikatakan BK = 100 mm
Dikatakan BB = 200 mm

Tipe Utama Rata-rata BB Sub Devisi Rata-rata BK


(Devisi)
A 9 1 <2

B 7-9 2 2–3
C 5–6 3 3–4
D 3–4 4 4-6
E 3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa pengklasifikasian iklim sangat diperlukan untuk
mengembangkan pertanian terkait pemilihan jenis tanaman yang sesuai dan untuk menentukan
jenis iklim dapat digunakan metode shmidth-Ferguson dan Oldeman
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini antara lain adalah:

Kepada praktikan untuk bisa lebih aktif dalam pelaksanaan praktek ini serta menanyakan hal
– hal yang tidak diketahui, dan diharapkan kepada praktikan untuk selalu datang tepat waktu
agar praktikum yang di laksanakan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dewayani, W. 2011. Laporan Pelaksanaan Pendampingan Sl-Ptt Padi Dan Jagung Di


Kabupaten Takalar. Departemen Pertanian: Sulawesi Selatan

Fadholi, A. dan Supriyatin, D. 2012. Sistem Pola Tanam Di Wilayah Priangan Berdasarkan


Klasifikasi Iklim Oldeman. Jurnal pendidikan Geografi

Guslim. 2012. Agroklimatologi. USU Press: Medan.

Indiyanti, D. 2012. Perbandingan Hasil Penentuan Curah Hujan Bulanan Menurut Teori Mohr
Dan Oldeman Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis. UIN Syarif Hidayatullah:
Jakarta.

Praptono, B. 2010. Kajian Pola Bertani Padi Sawah Di Kabupaten Pati Ditinjau Dari Sistem
Pertanian Berkelanjutan. Universitas Diponegoro: Semarang

Setiawan, H., B. Sudarsono dan M. Awaluddin. 2013. Identifikasi Daerah Prioritas Rehabilitasi


Lahan Kritis Kawasan Hutan Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.
Jurnal Geodesi

Setiawan. 2010. Klasifikasi Iklim. http://www.bisograpics.com. Diakses pada tanggal 8


November 2018.

Sulardi. 2012. Tingkat Kerapatan Dan Pola Pemetaan Tanaman Pekarangan Di Kecamatan


Kaliwungu Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta:

Wiyono, S. 2013. Perubahan Iklim Dan Ledakan Hama Dan Penyakit Tanaman. Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai