com/2014/01/konduktivitas-hidrolika-tanah-
jenuh_2.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah bagian dari bumi yang berbentuk cairan yang berada di dalam tanah
ataupun di permukaan tanah. Saat hujan air masuk ke dalam tanah melalui pori-pori tanah
yang ada. Setiap tanah memiliki ukuran pori-pori yang berbeda tergantung jenis tanahnya.
Pasir memiliki pori-pori tanah yang besar jika dibandingkan dengan tanah liat dan berdebu.
Sehingga, pasir dapat mengalirkan air lebih cepat dari pada tanah berdebu dan berliat.
Konduktivitas merupakan kemampuan suatu benda untuk menghantarkan partikel-
partikel yang melewatinya. Hidrolika erat kaitannya dengan air. Jadi, konduktivitas hidrolika
adalah kemampuan tanah untuk melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi,
yaitu saat semua pori-pori terisi air dan sebagian pori-pori terisi air. Ketika semua pori-pori
terisi air disebut tanah jenuh, sedangakan saat sebagian pori-pori tanah terisi oleh air disebut
tanah tak jenuh. Pengetahuan tentang konduktivitas hidrolika pada sektor pertanian dan
kehutanan sangat penting, karena untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah menghasilkan
aliran permukaan atau tergenang bila turun hujan. Hal ini menetukan cara pengolahan yang
dilakukan pada tanah tersebut. Tanah yang baik adalah saat hujan tanah tidak tergenang dan
tidak kekeringan saat musim kemarau.
Oleh karena itu, pengamatan tentang konduktivitas hidrolika tanah jenuh dilakukan
agar dapat memprediksi dan mengevaluasi pengolahan tanah dan air.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menetapkaan laju konduktivitas hidrolika berbagai
contoh dalam keadaan jenuh dan Membandingkan laju konduktiovitas hidrolika dari beberapa
contoh tanah yang digunakan.
BAB II
Kajian Teori
1. Pengenalan Konduktivitas Hidrolik
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup,
sehingga sangat essensial(Wulan, 2011).
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan
(diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase
yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya
adhesi, kohesi, dan gravitasi. Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya
hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986).
Parameter atau ukuran yang dapat menggambarkan kemampuan tanah dalam
melewatkan air disebut sebagai konduktivitas hidrolik (hydraulic conductivity).
2. Metode Konduktivitas Hidrolik Jenuh
Tingkat kemampuan tanah untuk melewatkan air sangat dipengaruhi oleh kadar air
tanah. Oleh karena itu, konduktivitas hidroliktanah dibedakan menjadi 2, yakni konduktivitas
hidrolik dalam keadaan jenuh dan dalam keadaan tidak jenuh. Ada beberapa metode
laboratorium yang bisa digunakan untuk menempatkan konduktivitas hidrolik tanah dalam
keadaan jenuh, diantaranya :
(1) metode tinggi air konstan/ constan head method,
(2) metode tinggi air konstan / constan head soil core/tank method,
Pemilihan suatu metode ditentukan oleh berbagaai faktor seperti : ketersediaan alat,
sifat alami tanah, ketersediaan contoh tanah, dan kemampuan dan penegtahuan dari pelaku
percobaan (Kurnia,2006).
Nilai K-sat ditentukan dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari
hukum Darcy berikut (hillel, 1980) :
Q = K-sat *A* dH/L
Atau K-sat = Q/A*L/dH
Dimana :
Q = penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur persatuan waktu (mm3/jam)
A = luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A = penambahan tinggi permukaan air di dalam gelas ukur per satuan waktu (mm/jam)
dH = tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L = ketebalan contoh tanah (mm)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3. 2 Metode
Pengukuran pada praktikum ini akan menggunakan metode Constant Head di
laboraturium. Langkah-langkah kerja penetapan K-sat sebagai berikut :
1. Bagian bawah contoh tanah utuh (ring sampel) ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan
karet. Contoh tanah lalu direndam di dalam air, hingga permukaan air berada sekitar 2 cm
dibawah permukaan contoh tanah selama 24 jam sampai 36 (sampai tanah jenuh).
2. Menempatkan ring sampel kosong di atas ring sampel yang berisis contoh tanah, lalu
satukan kedua ring sampel tersebut dengan potongan karet ban sepeda. Melakukan ini sambil
contoh tanah tetap terendam di dalam air.
3. Memindahkan contoh anah ke rak yang sudah disediakan, isi bak dengan air hingga
permukaan berada 2 cm dari permukaan ring sampel, lalu mengalirkan ke dalam ring sampel
melalui shipon (pipa L) agar ketinggian air di dalam ring sampel konstan.
4. Tamping air yang keluar dari bawah ring sampel dengan gelas ukur. Sesaat setelah air
keluar, menghidupkan stopwatch dan catat volume air di dalam gelas ukur untuk siap priode
tertentu. (beberapa detik sampai beberapa jam, atau hingga pertambahan volume air konstan).
Menggunkan lembar kerja yang sudah dikerjakan
5. Nilai K-sat ditentukan dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari hukum
Darcy berikut (hillel, 1980) :
Q = K-sat *A* dH/L (1)
Atau K-sat = Q/A*L/dH (2)
Dimana :
Q = penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur persatuan waktu (mm3/jam)
A = luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A = penambahan tinggi permukaan air di dalam gelas ukur per satuan waktu (mm/jam)
dH = tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L = ketebalan contoh tanah (mm)
6. merendam kembali contoh tanah sebagaimana pada langkah (1) untuk penetapan kadar
lengas jenuh dan kapasitas lapang yang akan dilakukan pada acara berikutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Praktikum ini melakukan pengukuran tentang konduktivitas hidrolika tanah jenih
pada sampel tanah utuh. Data yang dihasilkan adalah pada tabel hasil pengamatan. Data-data
tersebut dapat mentukan nilai K-sat yang akan dicari menggunakan rumus :
K- sat =
Keterangan :
V : volume air yang tertampung H1 : tinggi ring
L : tinggi ring sampel (cm) H2 : tinggi ring tidak kenak air
A : luas ring sampel (cm)
t : waktu yang dibutuhkan untuk menanmpung air (menit)
Nilai K-sat yang telah dihitung, kemudian dicocokan dengan tabel kriteria kelas
untuk menentukan kategori kelas dari konduktifitas hidorilika tanah tersebut.
Kelas Cm/jam Kategori
1 12.50 – 25.00 Cepat
2 6.25 – 12.50 Agak cepat
3 2.00 – 6.25 Sedang
4 0.50 – 2.00 Agak lambat
5 12.50 – 6.25 Lambat
6 ≤ 0.125 Sangat lambat
K- sat =
=
= 0,01 cm/menit (0.6cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 5 menit adalah 0,01 cm/jam atau 0,6 cm/jam masuk
kedalam kategori kelas 4 yaitu agak lambat karena nilai K-sat 12,5 – 0,50 cm/jam.
2. Waktu 10 menit
K- sat =
K- sat =
4. Waktu 20 menit
K- sat =
K- sat =
K- sat =
Nilai K-sat tidak diitung karena pada waktu 20 menit tidak ada air yang keluar lagi.
Pada tanah top soil laju konduktivitas hidrolika rata-rata yaitu masuk kedalam
kategori agak lambat, sedangkan tanah sub soli laju konduktivitas hidrolikanya sedang.
Perbedaan yang terjadi adalah pada waktu 20 menit air pada tanah top soil masih mengalir
sedangkan pada tanah sub soil air tidak mengalir lagi. Perbedaan ini membuktikan bahwa
tanah sob soil lebih cepat mengalami pengikatan dibandingkan dengan tanah top soil. Jika
dilihat dari jenis tanahnya tanah sub soil termasuk kedalam tanah liat.
BAB V
KESIMPULAN
Laju konduktivitas hidrolika dapat dihitung menggunakan rumus mencari nilai K-sat
yaitu :
K- sat =
Keterangan :
V : volume air yang tertampung H1 : tinggi ring
L : tinggi ring sampel (cm) H2 : tinggi ring tidak kenak air
A : luas ring sampel (cm)
t : waktu yang dibutuhkan untuk menanmpung air (menit)
Nilai K-sat tanan sub soil lebih besar dibandingkan dengan tanah top soil. Nilai K-
sat ini membuktikan laju konduktivitas hidrolika dari sebuah tanah. Semakin besar nilai K-sar
maka laju konduktivitas hidrolika semakin tinggi, jadi tanah sub soil laju konduktivitas
hidrolikanya lebih besar dibanding tanah top soil.
http://sahnohilhami-eng.blogspot.com/2011/06/uji-bor-tangan-hand-
bor-test_6402.html
Uji Bor Tangan (Hand Bor Test)
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Pengujian ini merupakan cara kerja membuat lubang pada tanah dengan alat bor tangan
dengan ukuran tertentu, dan dengan tenaga manusia. Tujuan pengeboran ini adalah untuk
mendapatkan atau mendiskripsikan susunan lapisan tanah. Dari pengeboran ini dapat
dilakukan pengambilan tanah sebagai bahan untuk penelitian tanah selanjutnya di
laboratorium.
a. Mata bor
b. Stang bor
c. Kunci T pemutar
d. Stang Pemutar
e. Tabung contoh
f. Stick apparatus
g. Kop penahan
h. Palu 10 kg
i. Kunci pipa
j. Meteran
D. LANGKAH KERJA
F. KESIMPULAN