Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Agroklimatologi

Hari : Senin
Jam : 16.20 – 17.40 WIB
Asisten : Maya Andriani

INTENSITAS RADIASI MATAHARI

Oleh :
Dimas Hario
2005101050067

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radiasi matahari menjadi unsur penting khususnya dalam bidang pertanian.
Pada bidang pertanian, tanaman memanfaatkan matahari untuk melakukan proses
fotosintesis untuk membuat makanannya sendiri demi kelangsungan hidupnya.
Prosesnya adalah cahaya matahari diubah menjadi energi kimia. Radiasi juga
memegang faktor penting sebagai sumber energi pada terjadinya proses evaporasi
(perubahan molekul di dalam keadaan cair dengan spontan menjadi gas) untuk
menentukan banyak sedikitnya kebutuhan air tanaman (Wisnubroto, 2005).
Kekuatan atau vitalitas dari matahari merupakan sumber vitalitas terbesar
di seluruh permukaan bumi, yaitu sekitar 99,9% dari vitalitas total dan sisanya
dihasilkan dalam tanah (panasnya), letusan vulkanik, dari hasil sisa penghancuran
radioaktif dan hasil bakar bahan sisa makhluk hidup. Vitalitas matahari menjadi
sumber seluruh kegiatan pergerakan dan perubahan terjadi. Penyebaran radiasi dan
sinarnya menjadi faktor pengendalian iklim dan cuaca suatu daerah (Arifin, 2010).
Radiasi matahari akan diterima dan terserap oleh bumi dan tidak terpantul
oleh atmosfer sampai ke permukaan bumi. Radiasi akan dikembalikan melalui satu
arah ke atmosfer. Hal ini dikarenakan bumi terlalu padat. Sebagian dari radiasi
matahari yang sampai ke atas permukaan bumi dipantulkan oleh es dan salju. Saat
radiasi dari matahari menembus pada sistem atmosfer menuju ke permukaan bumi
(lautan dan daratan), radiasi tersebut selanjutnya dipengaruhi oleh gas-gas aerosol
dan awan yang berada di atmosfer (Handoko, 2003).
Pengukuran lama penyinaran matahari di Indonesia menggunakan alat ukur
yang bernama campbell stokes dan kertas pias. Campbell stokes tersusun atas bola
pejal yang terbuat dari bahan gelas dengan diameter 4 inch yang diletakkan tepat
pada kedudukannya agar sinar matahari dapat terfokuskan kearah kertas pias
dengan akurat. Kertas pias adalah kertas skala yang berfungsi untuk merekam lama
penyinaran matahari. Kertas pias terbuat dari bahan karton yang dapat tersinar dan
menyerap sinar matahari serta berwarna biru gelap (BMKG, 2006).
Radiasi matahari yang tiba di permukaan bumi per satuan luas dan waktu
(insolasi, berasal dari insolation = incoming solar radiation), atau kadang-kadang
disebut sebagai radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari dan radiasi yang
tidak langsung (dari langit) yang disebabkan oleh hamburan dari partikel atmosfer.
Sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi biasa di sebut insolasi, insolasi juga
dapat di artikan enrgi matahari yang berhasil melewati atmosfer dan jatuh ke
permukaan bumi dalam bentuk cahaya atau sinar gelombang pendek, Radiasi
matahari menyebar di luar angkasa dan tanpa kehilangan energinya, radiasi
berkurang berbanding terbalik dengan jarak dari matahari. Energi matahari rata-rata
jatuh pada puncak atmosfer tiap satuan luas 1 cm2 tegak lurus pada sinar matahari
tiap menit, yaitu 2,0 kalori. (Tjasyono, 2004).

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan pada praktikum Intensitas Radiasi Matahari ini adalah untuk
mengukur dan menghitung data pengamatan intensitas radiasi matahari kemudian
didapat hasil intersepsi dari setiap konversi perhitungan tiga satuan pengukuran.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Matahari merupakan pusat tata surya, bumi mengelilingi matahari dengan


rute yang berbentuk seperti telur dengan memiliki titik terdekat dengan matahari dan
terjauh dengan matahari. Diaeter dari matahari di perkirakan sekitar 1.392.684 km
dengan massa 1,989E30 kg atau 33 x 104 kali massa bumi. Radiasi yang di
pancarkan oleh matahari ke permukaan bumi dapat disamakan dengan perkalian
konstanta Stefan-Boltzmann (σ), pangkat empat temperatur permukaan absolut
matahari (𝑇 4 ), dan luas permukaan matahari (π.𝑑 2) (Tjasyono, 2004).
Radiasi matahari menjalar di angkasa luar tanpa kehilangan energynya.
Radiasi yang di pancarkan matahari di setiap menitnya memiliki energi sebesar
56x1026 kalori dan radiasi yang di pancarkan matahari merupakan gelombang
elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet, dari energi yang
di pancarkan matahari, bumi menerima sekitar 2,55x1018 kalori atau hanya ½ x
109 nya. Jumlah energi rata-rata matahari yang jatuh pada permukaan atmosfer tiap
satuan luas (1 cm2 ) tegak lurus pada sinar matahari tiap menit, yaitu 2,0 kalori.
Insolasi atau biasa di artikan penerimaan energi matahari oleh permukaan bumi
berbentuk berupa sinar-sinar gelombang pendek yang menerobos
atmosfer.Intensitasnya berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari
matahari. (Prawirowardoyo,1996).
Radiasi matahari yang jatuh ke bumi disebut juga dengan istilah insolasi.
Insolasi adalah penerimaan energi matahari oleh permukaan bumi dalam bentuk
sinar-sinar gelombang pendek yang menerobos atmosfer. Radiasi matahari
menjalar di dalam angkasa luar tanpa kehilangan energi, intensitasnya berkurang
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari matahari. Jumlah energi matahari
rata-rata yang jatuh pada puncak atmosfer tiap satuan luas (1 cm2) tegak lurus pada
sinar matahari tiap menit, yaitu 2,0 kalori (Angie, 2019).
Radiasi matahari menjadi unsur penting khususnya dalam bidang pertanian.
Pada bidang pertanian, tanaman memanfaatkan matahari untuk melakukan proses
fotosintesis untuk membuat makanannya sendiri demi kelangsungan hidupnya.
Prosesnya adalah cahaya matahari diubah menjadi energi kimia. Radiasi juga
memegang faktor penting sebagai sumber energi pada terjadinya proses evaporasi
(perubahan molekul di dalam keadaan cair dengan spontan menjadi gas) untuk
menentukan banyak sedikitnya kebutuhan air tanaman (Wisnubroto, 2005).
Matahari adalah sumber energi dan berfungsi untuk kendali iklim di bumi,
atmosfer dan lautan bahkan samudera. Perubahan posisi bumi terhadap matahari
menyebabkan perbedaan intensitas radiasi matahari dan lamanya penyinaran
matahari pada permukaan bumi. Jika letak daerah semakin menjauhi bidang
ekuator maka kenaikkan lama penyinaran akan semakin besar. Tidak hanya itu,
kenaikan intensitas radiasi matahari yang dipengaruhi oleh topografi posisi lintang
dan gerak semu matahari dan lama penyinaran matahari (sunshine duration) ialah
lamanya matahari bersinar cerah sampai ke permukaan bumi dalam periode satu
hari, diukur dalam jam. Jangka waktu matahari diatas permukaan disebut periode
satu hari (Sari, 2014).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Adapun pada bab praktikum intensitas cahaya matahari ini dilaksanakan di Jl.
T. Nyak Arief, Jeulingke, Syiah Kuala, Banda Aceh tanggal 13 September 2021
pada pukul 16.20 – 17.40 WIB

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah solarimeter,
Pyranometer, Akinometer.

3.2.2 Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah tanaman
pisang (Musa acuminata)

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja pada bab intensitas radiasi matahari adalah:
1. Diletakkan air di beberapa lahan dan di letakkan di bawah tanaman dan di
ats di tanaman berbeda, kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran
radiasi cahaya matahari dengan solarimeter.
2. Diukur untuk setiap tipe lahan kemudian diamati radiasi sinar matahari
selama 10 menit. Pengamatan diulang sebanyak 10 kali
3. Dicatat data yang telah di dapat
4. Dikonversikan data dari pengamatan (mV) kedalam satuan Watt/m2 dengan
menggunakan persamaan : Intensitas Radiasi Matahari (W/m2) = (Data
hasil pengukuran (mV))/(Faktor Kalibrasi (mV/KW)/m2))
5. Dibandingkan variasi intensitas radiasi matahari untuk masing-masing tipe
lahan.
6. Hasiidapatkan dicari dengan rumus kemudian dicatat.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Intensitas Radiasi
NO LOKASI Matahari (mV) Rerata cuaca
1 2 3 4 5 6
Di Bawah
1 5,4 5,3 6,0 5,1 4,8 4,6 5,2 Berawan
Tajuk

2 Di Atas Tajuk 6,6 7,3 5,5 5,0 4,7 4,5 5,6 Berawan

4.2 Pembahasan
Perhitungan konversi dari mV ke W/m2 untuk setiap ulangan
menggunakan rumus :

Intensitas radiasi matahari(W/m2) = Data Hasil Pengamatan (mV)


Faktor Kalibrasi (mV/KW/m2)
Dimana kalibrasi solarimeternya adalah 17,2 mV/KW/m2
a. Data di Bawah tajuk
5,4
1. IRM = x 1000 = 313,953 W/m2
17,2
5,3
2. IRM = x 1000 = 308,139 W/m2
17,2
6,0
3. IRM = 17,2 x 1000 = 296,511 W/m2
5,1
4. IRM = x 1000 = 348,837 W/m2
17,2
4,8
5. IRM = x 1000 = 279,069 W/m2
17,2
4,8
6. IRM = x 1000 = 279,069 W/m2 +
17,2

= 1.813,92 W/m2

Rata-rata = 302,32 W/m2


b. Data di atas Tajuk
6,6
1. IRM = 17,2 x 1000 = 383,72 W/m2
7,3
2. IRM = 17,2 x 1000 = 424,41 W/m2
5,5
3. IRM = x 1000 = 319,76 W/m2
17,2
5,0
4. IRM = 17,2 x 1000 = 290,69 W/m2
4,7
5. IRM = 17,2 x 1000 = 273,25 W/m2
4,5
6. IRM = 17,2 x 1000 = 261,62 W/m2 +

= 1.953,45 W/m2

Rata-rata = 325,575 W/m2


Setelah data hasil pengamatan dalam millivolt (mV) dikonversikan ke
dalam satuan Watt/m2 dengan kalibrasi solarimeter adalah 17,2 mV/KW/m2,maka
didapat data distribusi sebagai berikut :

Tabel 2 . Tabel pengamatan Intensitas radiasi matahari dalam Watt/m2


Intensitas Radiasi Matahari
No Lokasi (Watt/mV2 ) Rerata cuaca
1 2 3 4 5 6
Di bawah
1 313,95 308,13 296,51 348,83 279,06 267,44 302,32 Berawan
Tajuk
Di atas
2 383,72 424,41 319,76 290,69 273,25 261,62 325,57 Berawan
tajuk
Hubungan antara intensitas radiasi matahari (mV) dengan ulangan (sumbu Y
intensitas (1) dalam mV , simbu x ulangan ) dapat digambarkan grafik seperti
berikut ini :
Intensitas Radiasi Matahari (mV)
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6

Di Bawah Tajuk Di Atas Tajuk

Gambar Grafik Intensitas radiasi matahari dalam millivolt (mV)


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil pengamatan intensitas radiasi
matahari di bawah tajuk dan diatas tajuk memiki nilai yang berbeda. Pengamatan
yang dilakukan pada tanaman pisang (Musa acuminata) menunjukkan bahwa nilai
intensitas radiasi matahari yang dibawah tajuk lebih rendah di bandingkan dengan
pengamatan dilakukan diatas tajuk. Selain itu pengamatan yang dilakukan dibawah
tajuk pada tiap menitnya tidak mengalami perubahan yang begitu besar,bahkan
pada tiap menitnya ada yang tidak terjadi perubahan. Sedangkan pengamtan yang
dilakukan diatas tajuk perubahan tiap menitnya lumayan lebih besar, akan tetapi
kadang terjadi penurunan.

Intensitas Radiasi Matahari (Watt/mV2)


450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6

Di Bawah Tajuk Di Atas Tajuk

Grafik 2. Intensitas Radiasi matahari dalam satuan Watt/m2


Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil pengamatan intensitas
radiasi matahari di bawah tajuk dan diatas tajuk tetap memiliki nilai yang berbeda.
Nilai intensitas radiasi matahari yang di bawah tajuk tetap lebih rendah dari nilai
intensitas radiasi matahari yang ada diatas tajuk hanya saja nilai sudah
dikonversikan ke dalam satuan Watt / m2 . Perbedaan intensitas radiasi matahari
dibawah dan diatas tajuk dikarenakan pancaran sinar matahari terhalangi oleh tajuk
ketika pengamatan dilakukan dibawah tajuk. Sedangkan metode atau gangguan
tajuk berubah menjadi besar karn atidka ada halangan atas gangguan sinar matahari
sampai ke tajuk.
Setelah dilakukan perhitungan dengan Watt/ m2 , kemudian dilakukan
perhitungan dari W/m2 ke dalam Cal/ cm2 / menit .
Keterangan :
1. Watt / m2 = 0,0014 Cal/ cm2 / menit .
a. Di bawah tajuk
1. IRM = 313,95 x 0,0014 = 0,43953 = 0,44
2. IRM = 308,13 x 0,0014 = 0,431382 = 0,43
3. IRM = 348,83 x 0,0014 = 0,488362 = 0,49
4. IRM = 296,511 x 0,0014 = 0,415114 = 0,41
5. IRM = 279,06 x 0,0014 = 0,390684 = 0,39
6. IRM = 267,44 x 0,0014 = 0,374416 = 0,37 +
= 2,52 Cal/ cm2 / menit .
Rata-rata = 0,42 Cal/ cm2 / menit .
b. Di atas tajuk
1. IRM = 383,72 x 0,0014 = 0,537208 = 0,53
2. IRM = 324,42 x 0,0014 = 0,594188 = 0,59
3. IRM = 319,76 x 0,0014 = 0,447664 = 0,44
4. IRM = 290,69 x 0,0014 = 0,406966 = 0,41
5. IRM = 273,25 x 0,0014 = 0,38255 = 0,38
6. IRM = 261,62 x 0,0014 = 0,366268 = 0,376 +
= 2,71 Cal/ cm2 / menit .
Rata-rata = 0,45 Cal/ cm2 / menit .

Tabel 3 . Intensitas radiasi matahari dalam satuan Cal/ cm2 / menit .


Intensitas Radiasi Matahari
No Lokasi (Cal / cm2 / menit ) Rerata cuaca
1 2 3 4 5 6

1 Di bawah Tajuk 0,44 0,43 0,48 0,41 0,39 0,42 0,42 Berawan

2 Di atas tajuk 0,53 0,59 0,44 0,41 0,38 0,36 0,45 Berawan

Intensitas Radiasi Matahari (Cal/cm2/menit)


0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
1 2 3 4 5 6

Di Bawah Tajuk Di Atas Tajuk

Grafik 3 . Intensitas radiasi matahari dalam satuan Cal/ cm2 / menit


.
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pengamtan diatas
tajuk. Intensitas di bawah tajuk pada ulangan ke – 5 sampai ke -9 tidak terjadi
perubahan dari data pengamatan diatas tajuk ulangan ke -6 sampai ke -8 juga tidak
terjadi perubahan . Hal ini mungkin di karenakan tidak adanya sinar yang datang.
Maka dari itu jumlah intensitas radiasi matahari tidak berubah. Salah satu faktornya
intensitas radiasi matahari tidak berubah. Salah satu faktornya juga karena pada saat
pengamatan cuaca bahwa agar mendung.
Setelah dilakukan perhitungan dengan Watt/m2 kemudian dilakukan perhitungan
dari W/m2 ke Mega Joult (MJ/m2) .
a. Data di bawah tajuk
313,95
1. IRM = 1000
x 3,6 = 1,13
308,13
2. IRM = 1000
x 3,6 = 1,11
348,83
3. IRM = 1000
x 3,6 = 1,26
296,51
4. IRM = 1000
x 3,6 = 1,06
279,06
5. IRM = 1000
x 3,6 = 1,004
267,44
6. IRM = 1000
x 3,6 = 0,96 +

= 6,52 MJ/m2
Rata-rata = 1,08 MJ/m2
b. Data di atas Tajuk
382
1. IRM = 1000 x 3,6 = 1,139
424,42
2. IRM = 1000
x 3,6 = 1,52
319,76
3. IRM = 1000
x 3,6 = 1,15
290,69
4. IRM = 1000
x 3,6 = 1,04
273,25
5. IRM = 1000
x 3,6 = 0,98
261,62
6. IRM = 1000
x 3,6 = 0,94 =+

= 7,02 MJ/m2
Rata – Rata = 1,17 MJ/m 2

Tabel 4. Intensitas radiasi matahari dalam MJ/m2


Intensitas Radiasi Matahari
No Lokasi (MJ/m2 ) Rerata cuaca
1 2 3 4 5 6

1 Di bawah Tajuk 1,13 1,11 1,26 1,06 1,004 0,96 1,08 Berawan

2 Di atas tajuk 1,39 1,52 1,15 1,04 0,98 0,94 1,17 Berawan
Intensitas Radiasi Matahari (MJ/m2)
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6

Di Bawah Tajuk Di Atas Tajuk

Grafik 4. Intensitas radiasi matahari dalam (MJ/m2)


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil pengamatan intensitas radiasi
matahari di bawah tajuk dari diatas tajuk tetao memilki nilai yang terbentuk seperti
hasil – hasil sebelumnya. Nilai Intensitas Radiasi matahari di bawah tajuk lebih
rendah disbandingkan dengan nilai yang diatas tajuk, hanya saja sedikit di
konversikan ke dalam (MJ/m2).

Tabel 5. Rata –Rata Intensitas radiasi matahari dalam berbagai satuan mV,W/m2,
Cal/ cm2 / menit, MJ/m2.

Rata – Rata Mengatasi Radiasi Matahari


No Lokasi Rerata Cuaca
mV W/m2 Cal/cm2/menit (MJ/m2)
Di
1 Bawah 5,2 302,32 0,42 1,08 77,255 Berawan
Tajuk
Di Atas
2 5,6 325,59 0,45 1,17 83,202 Berawan
Tajuk
Rerata 5,4 313,955 0,435 1,125 Berawan
Berdasarkan hasil intensitas radiasi matahari perbandingan perhitungan
denga menggunakan rumus :
Intensitas (%) = 1 – Transmisi (%)
Transmisi (%) = (Q/Qo) x 100 %
Keterangan :
Q = Rerata Radiasi dibawah tajuk (W/m2 , cal/m2 /menit, MJ/m2 ).
Q0= Rerata Radiasi diatas tajuk (W/m2 , cal/m2 /menit, MJ/m2 ).
1. Presentase interpretasi tabel 2
𝑄
Intersepsi % = 1 − 𝑄𝑜 𝑥 100 %
302,32
= 1 − 325,58 𝑥 100 %
= 1- ( 0,92 x 100 % )
= 1-0,92
= 0,08 %
2. Presentasi intersepsi tabel 3
0,42
Intersepsi % = 1 − 0,45 𝑥 100 %
= 1- ( 0,93 x 100 % )
= 1 – 0,93
= 0,07 %
3. Presentasi intersepsi tabel 4
1,08
Intersepsi % =1 − 𝑥 100 %
1,17
= 1 - ( 0,92 x 100 % )
= 1 – 0,92
= 0,08 %
Tabel 6. Presentasi Interpretasi (%) rata-rata untuk masing-masong tanaman
Tanaman W/m2 Cal/cm2/menit MJ/m2
Musa acuminata 0,08% 0,07% 0,08%
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil pada praktikum ini, yaitu:
1. Pengukuran Intensitas Radiasi Matahari menggunakan alat Aktinometer,
Pyranometer, Radiometer, Aktinograf Bimetal, Radiometer gun bellani, dan
Thermo Electric Solarimeter.
2. Pengukuran intensitas radiasi matahari di pengaruhi jumlah dan ketebalan
awan
3. Pengukuran intensitas radiasi matahari menggunkan satuan kalori/cm2/hari,
kalori/cm2/menit dan w/m2.

5.2. Saran
Saran saya pada praktikum ini adalah agar penyampaian materi di
sampaikan sebaik mungkin agar agar mempermudah praktikan dalam membuat
laporan.
DAFTAR PUSTAKA

BMKG. (2006). Pengantar KlimatologiPertanian. Jakarta: Departemen Pendidikan


nasional
Wisnubroto, I a, Sutikno b. 2005. Analisis Potensi Energi Matahari Menggunakan
Data Lama Penyinaran Matahari (LPM) Kota Pontianak. PRISMA
FISIKA, Vol. 7, No. 3 (2019), Hal. 238 – 245
Arifin, Ance Gunarsih. 2010. Klimatologi. Jakarta. Bumi Aksara
Handoko. 2003. Meteorologi. Bandung. ITB
Prawirowardoyo,1996. Buku Ajar Agroklimatologi. Surakarta. Universitas Tunas
Pembangunan.
Angie. 2019. Matahari dan Bumi. Jakarta. Gramedia
Winusbroto. 2005. Klimatologi. Bandung. ITB
Sari. 2014. Pengukuran dan Analisa Data Radiasi Matahari di Stasiun
Klimatologi Muaro Jambi. Vol. 12 No. 1: 40-47.
LAMPIRAN

Gambar 1. Solarimeter Gambar 2. Pyranometer

Anda mungkin juga menyukai