Anda di halaman 1dari 26

1

PENGAMATAN EKTOMIKORIZA PADA POHON DAMAR MATA


KUCING (Shorea javanica), TENGKAWANG (Shorea pinanga), TUSAM
(Pinus merkusii) DAN MELINJO (Gnetum gnemon)

ENDAH SUSILOWATI

UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
2

PENGAMATAN EKTOMIKORIZA PADA POHON DAMAR MATA


KUCING (Shorea javanica), TENGKAWANG (Shorea pinanga), TUSAM
(Pinus merkusii) DAN MELINJO (Gnetum gnemon)

(Laporan Praktikum Bioteknologi Kehutanan)

Oleh

ENDAH SUSILOWATI

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
2017
3

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................... i

I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum.......................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3


A. Pengertian Mikoriza....................................................................... 3
B. Manfaat Mikoriza.......................................................................... 4
C. Jenis – Jenis Mikoriza.................................................................... 5
D. Ektomikoriza.................................................................................. 6

III. METODELOGI PRAKTIKUM........................................................ 8


A. Waktu dan Tempat......................................................................... 8
B. Alat dan Bahan............................................................................... 8
C. Cara Kerja...................................................................................... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 10


A. Hasil............................................................................................... 10
B. Pembahasan................................................................................... 13

V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 17


A. Simpulan........................................................................................ 17
B. Saran.............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19

LAMPIRAN................................................................................................ 21
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, suhu,

pH tanah, unsur hara dan lain-lain. Selain itu, pertumbuhan tanaman dalam

lingkungan ekosistem hutan juga dipengaruhi oleh keberadaan mikroorganisme

tanah. Mikoriza merupakan salah satu mikroorganisme tanah yang dapat berperan

spesifik dalam memacu pertumbuhan tanaman. Mikoriza berperan dalam

meningkatkan kapasitas tanaman dalam menyerap unsur hara dan air, disamping

itu juga berfungsi sebagai kontrol biologi dan meningkatkan ketahanan terhadap

kekeringan, sehingga bagi tanaman kehutanan yang berasosiasi dengan mikoriza

pertumbuhannya jauh lebih cepat sebab mempunyai kemampuan menyerap hara

dan air yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman kehutanan yang tidak

berasosiasi dengan mikoriza.

Fungi mikoriza merupakan komponen yang sangat penting di dalam ekosistem

alam dan di dalam siklus nutrisi. Penyebaran dan terdapatnya mikoriza yang

sangat luas di dalam ekosistem memainkan peranan yang sangat besar terhadap

pertumbuhan tanaman dan keanekaragaman tumbuhan di alam. Mikoriza tersebar

dalam bentuk ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza. Beberapa jenis

tanaman kehutanan umumnya akan bersimbiosis dengan ektomikoriza untuk


2
beradaptasi dengan lingkungannya. Setiap jenis tanaman memiliki tipe dan jenis

ektomikoriza yang berbeda. Ektomikoriza ini tumbuh sesuai dengan kebutuhan

yang dibutuhkan oleh pohon, sehingga butuh dilakukan pengamatan terhadap

setiap jenis mikoriza yang bersimbiosis dengan akar agar dapat diketahui susunan

yang membentuk ektomikoriza yang bersimbiosis tersebut. Oleh karena itu,

praktikum ini sangat penting untuk dilakukan.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah.

1. Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop.

2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan hasil pembesaran 4x, 10x dan 40x.

3. Mahasiswa dapat menentukan bagian-bagian korteks, hartig net dan

epidermis pada setiap preparat yang digunakan.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mikoriza

Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti jamur

(mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa mutualisme

antara jamur dan akar tumbuhan. Jamur memperoleh karbohidrat dalam bentuk

gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya, jamur menyalurkan air dan

hara tanah untuk tumbuhan. Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara

bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga

yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur. Asosiasi antara akar tanaman

dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman

inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang biak.

Jamur mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap

penyakit dan meningkatkan pertumbuhan (Rastafaras, 2012).

Mikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara fungi dengan

akar tumbuhan tingkat tinggi, tanaman inang memperoleh hara nutrisi sedangkan

fungi memperoleh senyawa karbon hasil fotosintesis. Istilah tersebut pertama kali

diperkenalkan oleh Frank pada tahun 1877 di Jerman. Kemudian Frank dalam

deskripsinya membagi mikoriza berdasarkan tempat jamur berkembang dalam

akar menjadi dua golongan yaitu ektomikoriza, jamur yang berkembang di


4
permukaan luar akar dan diantara sel-sel korteks akar dan endomikoriza, jamur

yang berkembang di dalam akar diantara dan di dalam sel-sel korteks akar. Saat

ini diketahui terdapat 7 tipe mikoriza yaitu Arbuskular mikoriza, Ektomikoriza,

Ektendomikoriza, Arbutoid mikoriza, Monotropoid mikoriza, Ericoid mikoriza,

dan Orchid mikoriza. Pembagian ini didasarkan pada karakter-karakter

ada/tidaknya septa intraseluler kolonisasi keberadaan mantel dan Hartig net serta

acrophyl (Smith dan Read, 2008).

B. Manfaat Mikoriza

Menurut Riniarti (2010), beberapa manfaat mikoriza bagi pertumbuhan tanaman

antara lain.

1. Meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman dari dalam tanah.

Hal ini disebabkan mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur

hara makro dan beberapa unsur hara mikro. Eksplorasi hifa pada media tumbuh

juga lebih luas dibandingkan dengan akar tanaman.

2. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan.

Pada akar bermikoriza kerusakan jaringan kortek tidak akan bersifat permanen.

Akar bermikoriza akan cepat pulih, karena hifanya masih mampu menyerap air

pada pori tanah, dan penyebaran hifa yang luas akan dapat menyerap air lebih

banyak.

3. Meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen.

Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi 8

patogen akar, perlindungan ini terjadi karena adanya lapisan hifa sebagai
5
pelindung fisik dan antibiotika yang dikeluarkan oleh mikoriza.

4. Menghasilkan beberapa zat pengatur tumbuh.

Fungi mikoriza dapat menghasilkan hormon auksin, sitokinin, gibberelin, dan

vitamin yang bermanfaat untuk inangnya. Auksin dapat berfungsi untuk

mencegah atau menghambat proses penuaan dan suberinasi akar sehingga umur

dan fungsi akar dapat diperpanjang.

5. Manfaat lainnya

Beberapa fungi ektomikoriza menghasilkan tubuh buah yang dapat

dimakan/dikonsumsi oleh manusia, sehingga memberikan hasil hutan non kayu

yang bernilai ekonomi dan gizi yang tinggi.

C. Jenis – Jenis Mikoriza

Berdasarkan cara infeksi terhadap inang dan struktur tubuhnya, mikoriza

dibedakan menjadi dua tipe, yaitu endomikoriza dan ektomikoriza. Akan tetapi

ada juga yang membedakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok ketiga

merupakan peralihan dari dua bentuk kelompok tersebut yang kemudian disebut

ektendomikoriza. Pada endomikoriza, jaringan hifa cendawan masuk ke dalam

sel korteks dan kemudian membentuk struktur berbentuk oval yang disebut

vesikel dan percabangan hifa yang disebut arbuskular, sehingga endomikoriza

disebut juga dengan istilah vesicular-arbuscular micorrihizae (FMA). Sedangkan

ektomikoriza, jaringan hifa cendawan berkembang di antara sel korteks akar

karena jaringan tersebut tidak sampai masuk ke dalam sel, dan membentuk hartig

net dan mantel di permukaan akar (Fajri, 2013).


6
D. Ektomikoriza

Cendawan pembentuk ektomikoriza termasuk dalam golongan Basidiomycetes

yang biasanya berbentuk payung (mushrooms) atau bola (puffballs). Salah satu

sifat cendawan ektomikoriza adalah bersifat spesifik untuk setiap jenis tumbuhan

inang dan kondisi tapak tertentu. Dari satu jenis tumbuhan inang dimungkinkan

adanya beberapa jenis cendawan ektomikoriza yang menjadi simbionnya dan dari

satu jenis cendawan ektomikoriza dapat bersimbiosis dengan beberapa jenis

tumbuhan inang (Darwo dan Sugiarti, 2008).

Ektomikoriza merupakan salah satu bentuk mikoriza yang merupakan asosiasi

simbiosis mutualistik antara akar tumbuhan dengan hifa cendawan. Cendawan

tersebut memanfaatkan nutrisi berupa gula hasil fotosintesis dari inangnya dan

sebagai gantinya cendawan tersebut berperan sebagai mediator untuk menyerap

air dan mineral dari dalam tanah. Cendawan ektomikoriza merupakan bentuk

simbiosis yang banyak ditemui pada bagian akar yang mengabsorpsi air dan hara.

Akar yang dikolonisasi ektomikoriza memiliki karakteristik yang khas dengan

terbentuknya tiga komponen struktur yaitu selubung atau mantel jaringan

cendawan yang menyelimuti akar, pertumbuhan hifa di antara sel-sel epidermis

dan korteks yang membentuk labirin, dan sistem elemen hifa yang tumbuh ke luar

dan membentuk koneksi yang esensial antara tanah dan tubuh buah yang

terbentuk dari cendawan ektomikoriza (Muhajidah, 2014).

Ektomikoriza merupakan simbiosis mutualisme antara fungi dan akar tanaman,

dalam hubungan ini fungi memperoleh hasil fotosintesis sementara akar mendapat

bantuan unsur hara dan air dan keuntungan lainnya melalui perantara hifa fungi.
7
Sebagian besar tanaman yang membentuk simbiosis dengan fungi ektomikoriza

adalah jenis pohon, sekalipun beberapa jenis semak dan perdu juga ditemukan

dapat berasosiasi dengan fungi ini. Fungi ektomikoriza diketahui dapat

berasosiasi dengan jenis-jenis tanaman dari family Dipterocarpaceae, Pinaceae

dan Gnetaceae yang merupakan bagian dari angiospermae dan gymnospermae.

Hubungan fungi dengan tanaman inang ini dapat disebut ektomikoriza bila

terdapat beberapa karakteristik morfologi dan anatomi pada akar tanaman akibat

masuknya hifa pada sel-sel akar. Terdapat berbagai variasi dalam karakteristik

morfologi dan struktur akar berektomikoriza, namun terdapat tiga bentuk utama

yang secara umum disepakati sebagai karakteristik penting, yaitu terbentuknya

sebuah mantel atau lapisan hifa dan miselium fungi yang menutupi sebagian dari

ujung akar, berkembangnya hifa di antara sel-sel akar yang membentuk sel-sel

yang kompleks yang disebut hartig net, dan hifa-hifa yang menonjol keluar dari

mantel dan berkembang ke tanah (hifa ekstra radikal). Bahkan menurut Smith

dan Read (2008) bila salah satu dari tiga ciri utama ini tidak terbentuk dengan

sempurna maka peranan fungi ektomikoriza pada tanaman inang tidak akan

berjalan dengan baik. Masing-masing fungi ektomikoriza akan memiliki

karakteristik morfologi dan anatomi yang khas pada tanaman inang yang

diinfeksinya. Keunikan ini menjadi ciri yang akan digunakan untuk

mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis-jenis fungi tersebut, sehingga akan

lebih meningkatkan pemahaman akan fungsi dan mekanisme yang terjadi antara

fungi dan tanaman inangnya (Riniarti, dkk., 2009).


8

III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dimulai pada hari kamis tanggal 2 November 2017. Praktikum ini

dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur dan Perlindungan Hutan, Jurusan

kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat melakukan praktikum ini adalah mikroskop, terminal

listrik, tallysheet, kamera dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan untuk

pengamatan ektomikoriza adalah preparat pohon damar mata kucing (Shorea

javanica), tengkawang (Shorea pinanga), tusam (Pinus merkusii) dan melinjo

(Gnetum gnemon).

C. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah.

1. Menyiapkan mikroskop diatas meja beserta terminal listrik.

2. Menyalakan mikroskop dan memasang preparat dengan urutan pertama

damar mata kucing, lalu tengkawang kemudian tusam dan terakhir melinjo.
9
3. Mengamati preparat dengan perbesaran 4 kali, 10 kali dan 40 kali.

4. Menggambar hasil pengamatan kedalam tallysheet.

5. Memberi keterangan pada setiap gambar.

6. Membuat laporan praktikum.


10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh selama melakukan praktikum ini adalah.

Tabel 1. Pengamatan Ektomikoriza pada Pohon Damar Mata Kucing (Shorea


javanica), Tengkawang (Shorea pinanga), Tusam (Pinus merkusii) dan
Melinjo (Gnetum gnemon)

Nama Perbesaran Gambar Keterangan


spesies
Damar mata 4X 1. Mantel
kucing
(Shorea
javanica)
1

10X 1. Mantel

1
11
40X 1. Mantel
1 2. Hartig net
3. Korteks
4. Epidermis
2
3

Tengkawang 4X 1. Mantel
(Shorea
pinanga)
1

10X 1. Mantel

40X 1. Mantel
1 2. Hartig net
2 3. Korteks
4. Epidermis
3
4
12
Melinjo 4X 1. Mantel
(Gnetum 2. Hartig net
gnemon) 3. Korteks
1 4. Epidermis
2
3

10X 1 1. Mantel
2. Hartig net
2 3. Korteks
3 4. Epidermis
4

40X 1. Mantel
1 2. Hartig net
2 3. Korteks
4. Epidermis
3
4

Tusam 4X 1. Mantel
(Pinus
merkusii)
1
13
10X 1. Mantel

40X 1. Mantel
1 2. Hartig net

2 3. Korteks
4. Epidermis

3
4

B. Pembahasan

Mikoriza adalah salah satu bentuk hubungan simbiosis yang bersifat mutualistik

antara fungi dengan akar tanaman tingkat tinggi. Umumnya dari divisi

Tracheophyta). Hubungan simbiosis mutualistik adalah hubungan yang saling

menguntungkan. Fungi akan mendapatkan nutrisi (makanan) dari akar tanaman

dan fungi akan melindungi akar tanaman dari serangan hama dan penyakit.

Secara umum ada 7 jenis mikoriza, namun pada praktikum ini hanya akan dibahas

3 jenis mikoriza dan yang dipraktikan hanya satu jenis mikoriza. Ketiga jenis

mikoriza tersebut adalah ektomikoriza, endomikoriza dan ektendomikoriza.

Namun yang akan dipraktikan hanya mikoriza jenis ektomikoriza. Ektomikoriza

adalah jenis mikoriza yang dapat dilihat dengan mata secara langsung (tanpa
14
bantuan alat optik), hifa yang dihasilkan akan menutupi rambut-rambut akar

tanaman, lalu hifa akan menebal dan membentuk mantel dan menembus sel akar

melalui sela-sela epidermis dan korteks.

Pada praktikum ini digunakan 4 spesimen dari spesies yang berbeda. Specimen

yang digunakan adalah spesiemen pohon damar mata kucing (Shorea javanica),

tengkawang (Shorea pinanga), tusam (Pinus merkusii) dan melinjo (Gnetum

gnemon). Pemilihan spesies tanaman yang digunakan dalam pengamatan ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa masing-masing spesies mewakili tiga kelas

yang berbeda yaitu angiospermae (Shorea pinanga dan Shorea javanica),

gymnospermae (Pinus merkusii), dan peralihan antara angiospermae dan

gymnospermae (Gnetum gnemon) sehingga diharapkan dapat menjabarkan secara

luas hubungan antara fungi ektomikoriza dengan berbagai spesies tanaman.

Meranti adalah tumbuhan asli Indonesia yang saat ini paling banyak dieksploitasi

karena merupakan komoditas yang sangat penting terutama sebagai penghasil

kayu. Pada umumnya musim berbuah dari meranti tidak terjadi setiap tahun,

buahnya tidak dapat disimpan lama karena bersifat rekalsitran (Departemen

Kehutanan, 1991). Agar kesinambungan produksi meranti terjamin, diperlukan

usaha-usaha dalam teknologi budidayanya. Salah satu cara adalah dengan

memberikan masukan teknologi berupa pemanfaatan fungi ektomikoriza untuk

meningkatkan kualitas bibit meranti (Alamsjah dan Husin, 2010).

Pinus merkusii atau tusam adalah salah satu tumbuhan kehutanan di Indonesia

yang memiliki berbagai potensi. Indonesia dapat memanfaatkan hutan P.

merkusii sebagai penyimpan karbon yang potensial. P. merkusii merupakan


15
tanaman yang bersimbiosis secara obligat dengan cendawan ektomikoriza.

Ketergantungan pinus terhadap ektomikoriza karena habitatnya yang miskin unsur

hara atau availibilitasnya rendah. Beberapa cendawan pembentuk ektomikoriza

yang banyak ditemukan pada P. merkusii antara lain dari genus Scleroderma,

Pisolithus, Rusulla, Rhizopogon dan Suillus (Saharjo dan Wardhana 2011).

Gnetum gnemon merupakan bentuk peralihan gymnospermae ke angiospermae,

Hartig net yang terbentuk menyerupai angiospermae, hanya mencapai jaringan

epidermis. Hasil ini serupa dengan yang diperoleh oleh Wulandari (2002) yang

meneliti kompatibilitas ketiga fungi ektomikoriza Scleroderma spp. pada Gnetum

gnemon.

Bagian-bagian ektomikoriza yang diamati selama praktikum ini adalah.

1. Mantel

Mantel merupakan pembatas antara akar tanaman dengan tanah. Berbagai

penelitian telah dilakukan untuk melihat fungsi dan bentuk mantel yang ada.

Mantel berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai unsur organik dan

mineral, mantel juga merupakan tempat penyimpanan unsur-unsur logam berat

yang berpotensi menjadi toksik bagi tanaman, sehingga tanaman akan terhindar

dari keracunan. Mantel juga melindungi akar dari kehilangan air dan dari

serangan patogen.

2. Epidermis

Epidermis adalah lapisan terluar akar yang melindungi akar sebelum adanya

mikoriza. Pada pohon dengan jenis ektomikoriza, epidermis terletak setelah

mantel.
16

3. Hartig net

Hartig net adalah hifa mikoriza yang berada disela-sela epidermis dan korteks.

Fungsinya adalah untuk menyimpan unsur hara dan air, serta menyalurkan unsur

hara dan air. Hartig net ada dua jenis, pertama pada jenis Angiospermae hartig

net hanya berapa di epidermis, membentuk REEC (Radial Elongation Epidermis

Cell). Sedangkan yang kedua pada jenis gymnospermae, hartig net berpenetrasi

lebih dalam hingga ke lapisan korteks. Keberadaan Hartig net merupakan

indikator adanya kompatibilitas fungi dan tanaman inang. Menurut Peterson et al.

(2004 dalam Rianarti, 2010), Hartig net merupakan tempat pertukaran nutrisi,

fungi mengabsorbsi karbohidrat, dan tempat nutrisi dan air menuju sel akar.

4. Korteks

Korteks adalah bagian dalam akar yang tersusun oleh berbagai sel yang

membentuk beberapa lapisan. Pada korteks ini terdapat jaringan parenkim,

kolenkim, dan sklerenkim. Korteks tersusun oleh sel-sel yang susunannya

longgar, yang menghasilkan ruang di antara sel-selnya disebut rongga antarsel.

Rongga antarsel bermanfaat untuk proses pertukaran gas. Dinding-dinding sel

pembentuk korteks keadaannya tipis, hal ini memberikan kelancaran pada proses

pertukaran gas. Di samping itu, di dalam sel korteks kadang-kadang terdapat

butir-butir zat tepung

Kendala dalam praktikum ini adalah kurangnya keterampilan dalam penggunaan

mikroskop, sehingga memerlukan banyak waktu untuk mengatur fokus agar

preparat terlihat dilensa objektif. Waktu praktikum yang singkat sehingga

penyelesaiannya tidak di laboratorium tetapi dirumah.


17

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah.

1. Mikroskop dapat digunakan setelah tersambung dengan arus listrik, untuk

melakukan pengamatan perlu mengatur lensa yang akan digunakan, fokus dan

pencahayaannya.

2. Perbedaan dari hasil perbesaran terlihat jelas pada setiap bagian-bagian sel.

Untuk perbesaran 4x sel-selnya terlihat sangat kecil dan sulit membedakan

bagian-bagiannya. Pada perbesaran 10x bagian-bagian sel mulai terlihat jelas

namun hanya terlihat samar, sehingga tidak akurat untuk dijadikan sebagai

acuan dan untuk perbesaran 40x setiap bagian sel terlihat sangat jelas.

3. Bagian korteks ditandai dengan bagian yang ada ditengah sel yang warnanya

sedikit lebih mencolok (pada gambar ditandai dengan nomor 3). Bagian hartig

net ditandai dengan adanya hifa mikoriza yang masuk melalui sela-sela

epidermis, sehingga tampak seperti epidermis yang menebal (pada gambar

ditandai dengan nomor 2). Bagian epidermis ditandai dengan linkarang-

lingkaran setelah mantel (pada gamabar ditandai dengan nomor 4).


18
B. Saran

Saran yang ingin saya sampaikan adalah sarana dan prasarana praktikum

hendaknya senantiasa diperbaiki dan terus ditingkatkan. Hal ini agar saat

praktikum yang akan datang dapat mengurangi resiko kegagalan dan hasil yang

diperoleh dari praktik tersebut dapat sesuai dengan harapan.


19

DAFTAR PUSTAKA

Alamsjah, F. dan Husin, E.F. 2010. Keanekaragamanfungi Ektomikoriza di


Rizosfer Tanaman Meranti ( Shorea sp . ) di Sumatera Barat. ISSN 1858-
4276. Biospectrum. 6 (3) : 155 - 160.

Darwo dan Sugiarti. 2008. Beberapa jenis cendawan ektomikoriza di kawasan


Hutan Sipirok, Tongkoh, dan Aek Nauli, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. 5 (2) : 157—173.

Departemen Kehutanan. 1991. Pola Umum Unit Hutan Tanaman Industri 2.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. 29 p.

Fajri, M. 2008. Pengenalan Umum Dipterocarpaceae, Kelompok Jenis Bernilai


Ekonomi Tinggi. Inf. Tek. Dipter. 2 (1) : 9 - 21.

Fajri, R. 2013. Peranan Mikoriza.


https://rahmaniafajri.wordpress.com/2013/01/10/
peranan-mikoriza/. Diakses pada 8 November 2017. Pukul 21.43 WIB.

Muhajidah, S. 2014. Isolasi Cendawan Ektomikoriza Pada Pinus Merkusii di


Hutan Penelitian Gunung Dahu, Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Rastafaras, C. 2012. Laporan Praktikum Perbanyakan Mikoriza. http://cophieras


tafaras.blogspot.co.id/2012/04/laporan-praktikum-perbanyakan-mikoriza.
html. Diakses pada 4 November 2017. Pukul 15.56 WIB.

Riniarti, M. 2010. Dinamika Kolonisasi Tiga Fungi Ektomikoriza Scleroderma


spp. dan Hubungannya Dengan Pertumbuhan Tanaman Inang. Disertasi.
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
20
Riniarti, M., Mansur, I., Wulandari, A.S. dan Kusmana, C. 2009. Karakteristik
Akar Berektomikoriza pada Shorea pinanga, Pinus merkusii dan Gnetum
gnemon. Jurnal Perennial. 6(1) : 11-19.

Saharjo, B. dan Wardhana, H. 2011. Pendugaan Potensi Simpanan Karbon pada


Tegakan Pinus (Pinus merkusii J. Et de Vriese) di KPH Cianjur Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Jurnal Silvikultur Tropika. 3 (1).

Smith, S.E. dan Read, D.J. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Third Edition.
Academic Press. London.

Wulandari, A. S. 2002. Beberapa gatra biologi ektomikoriza Scleroderma pada


melinjo. Disertasi. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
21

LAMPIRAN
22

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kenampakan Damar Mata Kucing (Shorea javanica) pada Perbesaran


40x

Gambar 2. Kenampakan Tengkawang (Shorea pinanga) pada Perbesaran 40 x


23

Gambar 3. Kenampakan Melinjo (Gnetum gnemon) pada Perbesaran 40x

Gambar 4. Kenampakan Tusam (Pinus merkusii) pada Perbesaran 40x

Anda mungkin juga menyukai