Oleh
Endah Susilowati
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan inventarisasi tegakan merupakan salah satu tahapan awal yang sangat
penting dalam perencanaan dan pengelolahan hutan yang ditujukan untuk men-
dapatkan data yang akurat dan berkualitas dengan faktor pembatas seperti sumber-
daya manusia, biaya dan waktu yang digunakan. Di dalam kegiatan inventarisasi
hutan, keadaan tegakan, komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang pe-
akan diterapkan. Ketelitian data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi po-
dalam suatu hutan pada saat tertentu dengan dominasi pepohonan yang selalu
mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu jumlah kekayaan yang ter-
kandung di dalam hutan juga selalu berubah. Sehingga pengukuran menjadi hal
yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi
dari suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data
pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama
yang mempengaruhi keotentikan data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang
dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. De-
baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpul-
kan.
B. Tujuan
pengamatan.
Ilmu inventarisasi hutan adalah salah satu cabang ilmu kehutanan yang membahas
tentang metode penaksiran potensi hutan. Metode penaksiran adalah cara pengu-
kuran sebagian atau seluruh elemen dari suatu obyek yang menjadi sasaran penga-
matan untuk mengetahui sifat dari obyek yang bersangkutan. Inventarisasi hutan
dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu kehutanan yang membahas tentang
cara pengukuran sebagian atau seluruh elemen-elemen dari suatu lahan hutan
untuk mengetahui sifat-sifat dan/atau nilai kekayaan yang ada di atas lahan hutan
tentang kekayaan hutan. Selain itu inventarisasi dapat diartikan sebagai usaha
terutama dipengaruhi oleh ukuran luas areal hutan yang perlu diketahui dan tujuan
terdiri dari inventarisasi hutan ting-kat nasional, wilayah, daerah aliran sungai dan
National Forest Inventory (NFI) sebagai salah satu cara untuk mendapatkan data
dan informasi SDH nasional baik data dan informasi tentang kayu dan non kayu
maupun stok karbon dan perubahannya untuk berbagai keperluan, perlu beradap-
tasi dengan dimanika permintaan akan data dan informasi SDH tersebut (Hairiah,
2011).
Ukuran contoh berbentuk lingkaran digambarkan oleh titik pusat dan jari-jari
sanya menggunakan ukuran 0,05 Ha. Keuntungan utama petak ukur lingkaran
adalah keliling minimum untuk luas tertentu dari lingkaran dibandingkan dengan
pohon-pohon batas. Dan gambaran isotropic dari hutan di sekitar pusat yang di-
Petak yang biasa dipakai dalam klaster plot umumnya berbentuk persegi yang
dapat mewakili suatu data. Ukuran minimum petak dapat ditentukan mengguna-
kan kurva spesies area yang ditentukan dengan dasar bahwa penambahan luas
Alat—alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pita meter, Christenhypso-
meter, tallysheet, kalkulator, plastik mika, paku, palu, tali rafia, GPS, kamera dan
alat tulis. Bahan yang digunakan adalah pohon yang ada di Tahura Wan Abdul
Rachaman.
B. Cara Kerja
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Inventarisasi Klaster Plot di Zona Pemanfaatan Tahura Wan Abdul
Rachman
Ukuran Nomor Nama Kelilin
Nama Ilmiah Tinggi (m)
Plot Pohon Lokal g (cm)
5mx5m 100 Kopi Coffea sp. 17 7
5mx5m 99 Melinjo Gnetum gnemon 28 5
Lansium
5mx5m 98 Duku 30 7
domesticum
Hevea
10mx10m 93 Karet 52 11
brasiliensis
Theobroma
10mx10m 72 Kakao 62 12
cacao
10mx10m 71 Durian Durio zibethinus 59 11
Hevea
10mx10m 29 Karet 65 14
brasiliensis
100mx100
97 Durian Durio zibethinus 105 38
m
100mx100
96 Melinjo Gnetum gnemon 85 23
m
100mx100 Lansium
95 Duku 80 25
m domesticum
100mx100 Theobroma
91 Kakao 62.9 12
m cacao
100mx100 Hevea
90 Karet 63 16
m brasiliensis
100mx100 Hevea
89 Karet 78 18
m brasiliensis
100mx100 Hevea
88 Karet 76 17
m brasiliensis
100mx100
87 Durian Durio zibethinus 87 24
m
100mx100 Aleurites
86 Kemiri 81.9 20
m moluccana
100mx100 85 Durian Durio zibethinus 79 19
m
100mx100 Hevea
84 Karet 77.9 17
m brasiliensis
100mx100 Hevea
83 Karet 76.8 17
m brasiliensis
100mx100
82 Durian Durio zibethinus 89 20
m
100mx100 Hevea
81 Karet 69 18
m brasiliensis
100mx100
73 Durian Durio zibethinus 89 24
m
100mx100 Hevea
70 Karet 69 19
m brasiliensis
100mx100 Hevea
69 Karet 73 18
m brasiliensis
100mx100 Hevea
37 Karet 97 23
m brasiliensis
100mx100 Hevea
36 Karet 74 14
m brasiliensis
100mx100 Hevea
34 Karet 67 14
m brasiliensis
100mx100 Hevea
33 Karet 65 12
m brasiliensis
100mx100 Hevea
31 Karet 64 11
m brasiliensis
100mx100 Hevea
30 Karet 64 12
m brasiliensis
100mx100 Artocarpus
28 Nangka 69 16
m heterophylla
100mx100 Hevea
27 Karet 68 13
m brasiliensis
100mx100
26 Durian Durio zibethinus 65 18
m
100mx100 Hevea
24 Karet 64 17
m brasiliensis
100mx100 Hevea
22 Karet 74 16
m brasiliensis
100mx100
21 Durian Durio zibethinus 83 13
m
100mx100
20 Durian Durio zibethinus 75 15
m
100mx100
19 Durian Durio zibethinus 77 21
m
100mx100
18 Durian Durio zibethinus 64 19
m
100mx100 Hevea
17 Karet 63 14
m brasiliensis
100mx100 15 Karet Hevea 65 10
m brasiliensis
100mx100 Hevea
14 Karet 63 10
m brasiliensis
100mx100 Artocarpus
13 Nangka 86 10
m heterophylla
100mx100 Hevea
12 Karet 69 13
m brasiliensis
100mx100 Pterospermum
10 Bayur 69 20
m javanicum
100mx100
9 Durian Durio zibethinus 72 21
m
100mx100 Hevea
8 Karet 95 23
m brasiliensis
100mx100 Hevea
7 Karet 65 11
m brasiliensis
100mx100 Hevea
6 Karet 97 27
m brasiliensis
100mx100 Hevea
5 Karet 63 11
m brasiliensis
100mx100 Aleurites
4 Kemiri 197 25
m moluccana
100mx100
3 Petai Parkia speciosa 112 23
m
100mx100
2 Durian Durio zibethinus 82 20
m
Kabupaten Bandar Lampung
Site/lokasi Tahura
X 0519083
Y 9401493
Tanggal survey 24 Desember 2016
Plot ID WAR—6P
Tutupan Lahan Observasi Kebun
Tabel 2. Hasil Inventarisasi Klaster Plot di Zona Lindung Tahura Wan Abdul
Rachman
Ukuran Nomor Nama Kelilin Tinggi
Nama Ilmiah
Plot Pohon Lokal g (cm) (m)
5mx5m 75 Medang Litsea sp. 23 6
Macaranga
5mx5m 74 Mara 19 4
tanarius
5mx5m 68 Bisoro Ficus carica 26 7
Macaranga
10mx10m 77 Mara 45 20
tanarius
10mx10m 76 Jelutung Dyera costulata 32 9
10mx10m 59 Jelutung Dyera costulata 56 13
Aleurites
10mx10m 58 Kemiri 61 13
moluccana
10mx10m 57 Durian Durio zibethinus 39.7 12
100mx100m 80 Durian Durio zibethinus 80 23
Aleurites
100mx100m 79 Kemiri 80 25
moluccana
100mx100m 78 Bisoro Ficus carica 65.6 14
100mx100m 64 Medang Litsea sp. 114 27
100mx100m 63 Jelutung Dyera costulata 68 18
100mx100m 62 Medang Litsea sp. 84 20
100mx100m 56 Durian Durio zibethinus 67 16
Macaranga
100mx100m 55 Mara 86 19
tanarius
Aleurites
100mx100m 54 Kemiri 160 20
moluccana
100mx100m 53 Medang Litsea sp. 79 23
100mx100m 52 Jelutung Dyera costulata 104 28
Macaranga
100mx100m 51 Mara 170 29
tanarius
Macaranga
100mx100m 50 Mara 104 28
tanarius
100mx100m 49 Jelutung Dyera costulata 64 19
100mx100m 48 Medang Litsea sp. 76 19
Macaranga
100mx100m 47 Mara 65 20
tanarius
100mx100m 46 Medang Litsea sp. 64 19
100mx100m 45 Medang Litsea sp. 71 21
Rambuta Nephelium
100mx100m 44 65 19
n lappaceum
100mx100m 43 Medang Litsea sp. 110 27
Aleurites
100mx100m 42 Kemiri 385 32
moluccana
Rambuta Nephelium
100mx100m 41 84 29
n lappaceum
Aleurites
100mx100m 40 Kemiri 85 29
moluccana
100mx100m 39 Durian Durio zibethinus 286 32
Kabupaten Bandar Lampung
Site/lokasi Tahura
X 0518081
Y 9400658
Tanggal survey 24 Desember 2016
Plot ID WAR—6L
Tutupan Lahan Observasi Hutan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pohon Mati di Zona Pemanfaatan Tahura Wan Abdul
Rachman
No. Nama DBH T
Ukuran Plot Nama Ilmiah Kriteria
Pohon Lokal (cm) (m)
Theobroma
10mx10m 16 Kakao 103.2 3 M09
cacao
Hevea
10mx10m 11 Karet 133.8 5 M08
brasiliensis
Lansium
10mx10m 1 Duku 277.2 9 M07
domesticum
Theobroma
100mx100m 66 Kakao 316 7 M08
cacao
Hevea
100mx100m 65 Karet 336.4 11 M09
brasiliensis
100mx100m 35 Kopi Coffea sp. 379.1 7 M08
100mx100m 32 Kopi Coffea sp. 357.4 3.5 M07
Theobroma
100mx100m 25 Kakao 2038.2 9 M07
cacao
Theobroma
100mx100m 23 Kakao 326.1 9 M08
cacao
Hevea
100mx100m 94 Karet 316 9 M09
brasiliensis
Theobroma
100mx100m 92 Kakao 326.1 12 MO8
cacao
Kabupaten Bandar Lampung
Site/lokasi Tahura
X 0519083
Y 9401493
Tanggal survey 24 Desember 2016
Plot ID WAR—6P
Tutupan Lahan Observasi Kebun
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pohon Mati di Zona Lindung Tahura Wan Abdul
Rachman
Ukuran Nomor Nama DBH Tinggi
Nama Ilmiah Kriteria
Plot Pohon Lokal (cm) (m)
100mx100 Nephelium
38 rambutan 215.3 10 M07
m lappaceum
100mx100
67 kopi Coffea sp. 535.4 14 M07
m
100mx100
61 medang Litsea sp. 357.4 13 M09
m
100mx100 60 mara Macaranga 401.4 11 M08
m tanarius
Kabupaten Bandar Lampung
Site/lokasi Tahura
X 0518081
Y 9400658
Tanggal survey 24 Desember 2016
Plot ID WAR—6L
Tutupan Lahan Observasi Hutan
B. Pembahasan
Inventarisasi pohon adalah bagian dari inventraisasi hutan yang menjadi tahap
suatu kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai pohon pada
lokasi yang ditentukan. Diameter dan tinggi pohon merupakan ruang lingkup dari
hui jumlah, diameter dan tinggi pohon yang ada di kawasan Tahura Wan Abdul
Rachman (WAR). Data tersebut dapat diolah untuk mengetahui informasi yang
Tahura WAR.
Klaster plot adalah pembagian plot atau petak ukur dengan tujuan untuk
mempermudah pengamatan dan memperoleh hasil yang lebih akurat. Klaster plot
yang biasanya diganakan ada dua yaitu klaster plot persegi dan klaster plot
lingkaran. Pada pengamatan yang kami lakukan, kami menggunakan klaster plot
persegi. Hal ini dikarenakan proses pembuatan klaster plot persegi lebih cepat
dan mudah jika dibandingkan dengan membuat klaster plot lingkaran. Bentuk
Pada klaster plot persegi plot yang paling kecil (1) berukuran 2 m x 2 m yang
digunakan untuk pengamatan pohon fase semai dan tumbuhan bawah. Untuk plot
tan pohon fase sapihan atau pancang. Plot berikutnya berukuran 10 m x10 m
yang digunakan untuk pengamatan pohon fase tiang. Dan plot paling besar ber-
Pada klaster plot lingkaran plot terkecil disebut dengan microplot dengan ukuran
diameter plotnya 2,07 m, plot ini digunakan untuk pengamatan pohon fase pohon
dan tumbuhan bawah. Plot berikutnya disebut subplot yang memiliki ukuran
diameter plotnya 7,32 m, plot ini digunakan untuk pengamatan pohon fase
sapihan/pancang dan tiang. Dan plot terakhir (yang terbesar) disebut anularplot
yang berdiameter 17,95 m, plot ini digunakan untuk pengamatan pohon dewasa.
Sudut yang digunakan untuk membuat klaster plot ini pun harus diperhatikan.
Sudut antara plot 1 dengan plot 2 adalah 360o, plot 1 dengan plot 3 adalah 120o
dan plot 1 dengan plot 4 adalah 240o hal ini menunjukkan bahwa titik ikat pada
Praktikum ini dilakukandi kawasan Tahura WAR pada tanggal 24 Desember 2016
yang dilakukan di 2 lokasi yang berbeda. Lokasi pertama berada di kawasan Lin-
dung dan lokasi kedua berada di kawasan Pemanfaatan. Setelah sampai dilokasi
praktikum kami membuat plot dengan tali rafia yang berukuran 100 x 100 m2, ke-
diameter pohon yang diukur. Lalu setiap pohon yang telah diukur diberi label
dengan plastik mika yang telah diberi nomor. Hal itu dilakukan agar mempermu-
dah kegiatan inventarisasi pohon. Data yang diperoleh di catat ke dalam tally-
Data yang diperoleh adalah data inventarisasi dengan menggunakan klaster plot
dan data pohon mati yang ada di dalam klaster plot yang telah dibuat. Pada zona
lainnya yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan maupun sumber penghasilan
tambahan. Zona ini berada di titik koordinat 0519083 dan 9401493. ID plot pada
zona ini adalah WAR—6P yang menunjukkan lokasi, nama kelompok dan zona,
dengan WAR adalah (Tahura) Wan Abdul Rachman, 6 adalah nama kelompok
berada si titik koordinat 0518081 dan 9400658. Zona ini menggunakan ID plot
WAR—6L. WAR adalah singkatan dari nama lokasi pengamatan yaitu (Tahura)
bahwa ini kawasan/ zona lindung. Untuk kriteria yang digunakan pada pengama-
tan pohon mati baik zona lindung maupun zona pemanfaatan menggunakan kode
M09 untuk pohon mati yang masih memiliki daun, M08 untuk pohon mati yang
belum keropos dan M07 untuk pohon mati yang telah keropos. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa tumbuhan yang men-
dominasi di zona lindung adalah pohon medang dan tumbuhan batang beruas-
ruas. Pada zona ini juga ditemukan pohon mati 4 buah dengan jenis yang
berbeda.
Lokasi yang kami amati berada di zona lindung dan zona pemanfaatan. Dari
1. Pada zona lindung areal (lahan) lebih curam sedangkan di zona pemanfaatan
cenderung rata.
panas.
5. Pada perjalanan ke zona lindung sedikit sekali bahkan hampir tidak ada jejak
kesejahteraan manusia.
Kendala dalam melakukan praktikum ini adalah kondisi kawasan yang curam dan
lokasi yang jauh menjadi kendala terbesar dalam praktikum ini. Selain itu alat
menjadi sedikit lebih lama. Dan juga penomoran pohon yang tidak urut (acak)
mengukur tinggi dan diameter pohon yang ada di Kawasan Lindung dan
Kawasan Pemanfaatan.
lokasinya sangat terjal dengan sisi kanan dan kiri adalah jurang yang
didominasi oleh tumbuhan talas—talasan. Dan pada lokasi kedua yaitu pada
kawasan pemanfaatan lokasinya tidak terjal dan didominasi oleh pohon karet
dan durian.
DAFTAR PUSTAKA
Eddy, S.W. 2001. Perbandingan efisiensi metode pohon contoh (tree sampling)
dan metode konvensional dalam pendugaan potensi tegakan jati (Tectona
grandis L.f.) di KPH Mantingan Perum Perhutani unit I Jawa Tengah.
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 p.
Hairiah, K., Dewi, S., Agus, F., Velarde, S., Ekadinata, A., Rahayu, S. dan Van,
N.M. 2011. Measuring Carbon Stocks Across Land Use Systems : A
Manual. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre (ICRAF), SEA
Regional Office.