NPM : 12030006
Group : 2G1
2. Ryan R.,S.ST.
3. Luciana, S.Teks,M.Pd.
BANDUNG
2014
BAB I
KESTABILAN DIMENSI
Prosedur
- Proses Pencucian
o Suhu Pencucian:
- Mesin A: 30;40;50;60;92 oC
- Mesin B: 30;40;50;60;70 oC
o Waktu Pencucian 15 menit
o Tinggi Air = 10 cm
Proses Pembilasan
o Bilas I:- Waktu : 3 menit
- Tinggi Air : 13 cm
o Bilas II :- Waktu : 3 menit
- Tinggi Air : 13cm
o Bilas III :- Waktu : 2 menit
- Tinggi Air : 13cm
o Bilas IV :- Waktu : 2 menit
- Tinggi Air : 13cm
o Peras Putar : 5 menit
o Proses Pengeringan : Dengan Tumble Dryer
o Evaluasi : SNI ISO 5077 : 2011
o Cara Uji Perubahan Dimensi pada Pencucian dan Pengeringan (ISO 5077:2007)
IV. Langkah Kerja
a. Menyiapkan contoh uji kain tenun atau rajut
b. Meletakkan plat pengukur ukuran
c. Dicuci 15 menit 400C, kemudian diperas selama 5 menit
d. Dibilas selama 10 menit 400C, kemudian diperas selama 5 menit
e. Dibilas selama 5 menit 400C, kemudian diperas selama 5 menit
f. Dikeringkan
g. Melakukan pengukuran mengkeret atau mulur contoh uji
V. Data Percobaan
Arah Awal Akhir
Lusi 35 cm 33 cm
35 cm 33,5 cm
35 cm 33,5 cm
Pakan 35 cm 34,7 cm
35 cm 34,8 cm
35 cm 35cm
VI. Perhitungan
Arah 𝐏𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫−𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐰𝐚𝐥
𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐰𝐚𝐥
x 100 %
Lusi 1 33−35
35
x 100 = -5,71 %
Lusi 2 33,5−35
x 100% = -4,28 %
35
Lusi 3 33,5−35
35
x 100% = -4,28%
x̅ (−5,71)+(−4,28)+(−4,28)
3
= -4,77 %
Pakan 1 34,7−35
35
x 100% = -0,85 %
Pakan 2 34,8−35
35
x 100% = -0,57%
Pakan 3 35−35
x 100% =0%
35
x̅ (−0,85)+(−0,57)+(0)
3
= -0,30 %
VII. Diskusi
Yang harus diperhatikan saat pengujian yaitu pemberian tegangan pada saat
pengukuran contoh uji setelah dicuci, harus sama seperti pemberian tegangan pada
saat pengukuran contoh uji sebelum dicuci. Hal ini dimaksudkan agar mulur yang terjadi
pada kain tetap sama, sehingga hasil pengukurannya pun akan menjadi lebih tepat.
Dilihat dari hasil perhitungan, kain tersebut baik lusi atau pakan rata-rata mengalami
mengkeret. Persen mengkeretnya kain tersebut memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai kain kemeja, karena menurut SNI perubahan dimensi maksimum 5% ,
sedangkan untuk kain contoh uji persen mengkeretnya untuk arah lusi rata-ratanya = -
4,77 % dan untuk arah pakannya = -0,30 %.
Pada hasil percobaan kain tenun bahwa mengkeret pakan lebih kecil dari pada
mengkeret lusinya. Bila dilihat dari hasil pengujian, perubahan dimensi yang terjadi,
maka pada kain tenun ke arah pakan mempunyai stabilitas dimensi yang baik.
Sedangkan ke arah lusi, stabilitas dimensinya kurang baik bila dibandingkan arah
pakan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena sifat benang lusi yang lebih bebas keadaan
dalam susunan benangnya, sehingga dalam poses pertenunan sebelumnya benang
pakan ini belum mengalami penarikan.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan rata-rata diperoleh data sebagai berikut
1. Perubahan dimensi pada kain tenun :
a. Persentase arah lusi : -4,77 %
b. Persentase arah pakan : -0,30 %
Hasil pengamatan rata-rata setelah 1 Menit 25 detik contoh uji kain rajut sangat baik
menyerap tetesan air pada permukaannya.
VI. Diskusi
Daya serap kain rajut yang lebih besar dari 1 Menit 25 detik menunjukan bahwa kain
rajut yang digunakan untuk pengujian tersebut daya serap airnya baik. Ada beberapa
faktor yang menentukan hasil pengujian yaitu :
a. Pemberian tegangan pada kain rajut saat pemasangannya pada sipai sulam.
b. Intensitas cahaya pada saat pengamatan menghilangnya pantulan. Bila cahaya
dalam ruang pengamatan tidak stabil, maka pantulan cahaya yang memantul pun
akan labil. Sehingga waktu menghilangnya pantulan cahaya tersebut menjadi
beragam.
c. Titik pandang mata terhadap pantulan yang berbeda akan menyebabkan hasil
pandangan yang berbeda. Sehingga waktu menghilangnya pantulan pun kelihatan
berbeda.
Pengaruh tetal daripada kain akan mempengaruhi hasil penyerapan airnya dimana
makin tinggi tetal maka makin lama penyerapan airnya dan sebaliknya.
VII. Kesimpulan
Rata-rata waktu pembasahan yang di dapat dari 5 kali pengujian adalah 1 Menit 25
Detik
Prinsip pengujian Uji Siram adalah menyiramkan air pada permukaan kain dengan
kondisi tertentu, sehingga menghasilkan pola kebasahan pada permukaan kain,yang
ukurannya relatif bergantung pada sifat tolak air kain. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan pola kebasahan kain dengan gambar pada Penilaian Uji Siram Standar
Segera setelah contoh uji diketukkan, bandingkan pola titik-titik pembasahan atau
bagian basah kain dengan gambar Penilaian Uji Siram Standar dari AATCC. Nilai Uji
Siram masing-masing contoh uji didasarkan pada nilai terdekat dengan ganbar Penilaian
Uji Siram Standar. Dalam penilaian kain dengan konstruksi kurang rapat seperti voile, air
yang menembus rongga-rongga kain diabaikan.
Nilai Uji Siram adalah sebagai berikut:
100 (ISO 5) : tidak ada-ada titik-titik pembasahan pada permukaan atas
90 (ISO 4) : sedikit titik-titik pembasahan secara acak pada permukaan atas
80 (ISO 3) : pembasahan permukaan atas pada titik-titik tetesan
70 (ISO 2) : pembasahan pada sebagian permukaaa atas
50 (ISO 1) : pembasahan seluruh permukaan atas
0 : pembasahan seluruh permukaan atas dan permukaan bawah
1 90
2 90
VI. Diskusi
Berdasarkan data yang sudah didapat pada uji siram, pada pengujian yang dilakukan
nilai tolak air 90 yang artinya bahwa terdapat sedikit titik-titik pembasahan secara acak
pada permukaan atas .Jadi daya tolak sangat tinggi untuk kain pada payung. Hal ini
berarti pengujian ini sangat tergantung pada ketelitian penguji untuk membandingkan
hasil uji dengan nilai uji siram.
VII. Kesimpulan
Nilai Uji Siram adalah 90 (ISO 4) : sedikit titik-titik pembasahan secara acak pada
permukaan atas
VIII. Daftar Pustaka
Bahan ajar praktek evaluasi tekstil III (evalusi kain), Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung 2014
BAB IV
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT
Kain pelapis
10cm
Kain contoh uji
5cm
IV. Data Percobaan
No Nilai
Perubahan warna Penodaan warna
(grey scale) (staning scale)
Kapas Polyester
Asam Basa Asam Basa Asam Basa
V. Diskusi
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :
Evaluasi tahan luntur warna terhadap keringat asam dan basa dilakukan secara visual,
sehingga perlu memperhatikan hal-hal berikut:
b. Pengaturan cahaya, tempat dilakukan proses pembandingan contoh uji dengan
standar.
c. Penerangan ditempat evaluasi tersebut harus sama dan tetap. Juga cahaya yang
digunakan harus membaur (tidak mempunyai bayangan).
d. Penerangan ditempat evaluasi tersebut harus sama dan tetap. Juga cahaya yang
digunakan harus membaur (tidak mempunyai bayangan).
e. Dalam melakukan evalusi harus tepat dalam membandingkan dan menentukan
kelunturan warna dengan menggunakan alat grey scale antara kain pelapis sebelum
dan sesudah pengujian tahan keringat asam dan basa
f. Dalam melakukan evaluasi harus tepat dalam membandingkan dan menentukan
besarnya penodaan warna dengan menggunakan alat staining scale antara kain
contoh uji sebelum dan sesudah pengujian tahan keringat asam dan basa
VI. Kesimpulan
No Nilai
Perubahan warna Penodaan warna
(grey scale) (staning scale)
Kapas Polyester
Asam Basa Asam Basa Asam Basa
Deterjen AATCC :
1. Garam natrium alkilsulfonal linier (LAS) : 14,00 ± 0,02 %
2. Alkohol etoksilat : 2,30 ± 0,02 %
3. Sabun – berat molekul tinggi : 2,50 ± 0,02 %
4. Natrium tripoliposfat : 48,00 ± 0,02 %
5. Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 2/1) : 9,70 ± 0,02 %
6. Natrium sulfat : 15,40 ± 0,02 %
7. Karboksil metil selulosa (CMC) : 0,25 ± 0,02 %
8. Air : 1,85 ± 0,02 %
Deterjen ECE :
1. Garam natrium alkilsulfonal linier (LAS)
( panjang rata-rata rantai alkana C 11,5) : 8,00 ± 0,02 %
2. Alkohol lemak dietoksilasi (14 EO) : 2,90 ± 0,02 %
3. Sabun Natrium, panjang rantai
C 12 – C 16 : 13 % - 26 %
C 18 – nC 22 : 74 % - 87 % : 3,50 ± 0,02 %
4. Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 3,3/1) : 7,50 ± 0,02 %
5. Magnesium silikat : 1,90 ± 0,02 %
6. Karboksil metil selulosa (CMC) : 1,20 ± 0,02 %
7. Garam natrium dan asam etilena diamida
Tetra asetat (EDTA) : 0,20 ± 0,02 %
1. Natrium sulfat : 21,20 ± 0,02 %
2. Air : 9,90 ± 0,02 %
Kondisi Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian
Metoda Suhu Jumlah Khlor Natrium Waktu Jumlah Pengaturan
Uji (oC) Larutan aktif (%) Perborat (menit) Kelereng (pH)
(ml) (g/l)
A1S 40 150 - - 30 10* -
A1M 40 150 - - 45 10 -
A2S 40 150 - 1 30 10* -
*) Untuk kain-kain ringan dan kain wool atau sutera serta campurannya, tidak perlu
menggunakan kelereng baja. Catat dalam laporan hasil uji bila menggunakan kelereng
baja.
Persyaratan Kain putih dan Pasangannya Untuk Uji Tahan Luntur Warna
Jenis PH Berat Kain Kadar Minyak Derajat Putih
(g/m2) Kurang dari (%)
Kapas 7 ± 0,5 115 - 70 ± 5,0
Rayon Viskosa 7 ± 0,5 140 - 70 ± 5,0
Poliamida 7 ± 0,5 130 ± 5 1,0 70 ± 5,0
Polyester 7 ± 0,5 130 ± 5 0,5 70 ± 5,0
Akrilic 7 ± 0,5 135 ± 5 1,0 70 ± 5,0
Sutera 7,8 ± 0,5 60 ± 5 0,5 70 ± 5,0
Wool ± 0,5 125 ± 5 0,4 ± 0,1 43 ± 5,0
III. Alat dan Bahan
1. Peralatan
o Launder O-meter, yang dilengkapi dengan
- Penangas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu yang ditetapkan
± 2oC
- Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiamter 75 mm ± 5
mm, dan tinggi 125 mm ± 10 mm.
- Frekwensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per menit.
o Kelereng baja tahan karat dengan diameter ± 6 mm
o pH meter dengan ketelitian 0,1
o Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 g
o Kain pelapis dari serat kapas dan polyester masing-masing berukuran 10 cm x 5
cm sebanyak 2 buah
o Sabun tanpa pemutih optic seperti sabbun standat AATCC atau sabun ECE.
o Grey scale dan stanning scale
o Air suling
o Larutan 0,2 g/liter asam asetat glacial
2. Persiapan Contoh uji
1. Contoh uji dipotong dengan ukuran 5 cm x 10 cm, kain pelapis juga dipotong
dengan ukuran yang sama yaitu 5 cm x 10 cm.
2. Meletakan contoh uji diantara kain pelapis, kemudian dijahit salah satu kain
tependek.
Sebanyak 2 buah
5cm
IV. Langkah Kerja
Potong contoh uji 4 x 10 cm, sebanyak 2 buah.
Kondisikan contoh uji. Beri lapisan contoh uji bagian depan dan belakangnya dengan
kain putih cotton 100%, serta poliester. Pemasangan kain pelapis, harus saling
berlawanan antara satu contoh uji dengan contoh uji yang lainnya. Bila pada salah
satu contoh uji katun dipasang dibagian muka kain dan poliester dipasang pada
bagian belakang, maka pada contoh uji yang lain katun harus dipasang pada bagian
belakang dan poliester dibagian muka.
Contoh uji dengan kain pelapis dijahit pada salah satu sisinya.
Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung uji, ditambahkan 200 ml larutan sabun 5
gram / liter, ditambah 10 buah kelereng baja sebagai pengaduk.
Larutan sabun dalam keadaan panas 400C.
Tabung ditutup, dimasukkan ke dalam penjepit penguji yang ada dalam alat uji
linitest.
Diuji selama 30 menit dengan suhu 400C.
Contoh uji diangkat, dibilas dan dinetralkan dengan larutan asam asetat 0,05 %.
Diperas, disetrika sampai kering (pada saat penyetrikaan harus tanpa gosokan).
Evaluasi
Contoh uji dibanding dengan contoh uji yang belum dicuci dengan mempergunakan
perbandingan nilai, yaitu mempergunakan gray sale untuk perubahan warna dan
staining scale untuk penodaan pada kain pelapis.
V. Data Percobaan
No Nilai
Perubahan warna Penodaan warna
(grey scale) (staning scale)
Kapas Polyester
1 4 4 4/5
2 4 4 4/5
VI. Diskusi
Karena hasil pengujian dievalusi berdasarkan cara visual, maka hal – hal yang
harus diperhatikan adalah:
- Pengaturan cahaya, tempat dilakukan proses pembandingan contoh uji dengan
standar. Penerangan ditempat evaluasi tersebut harus sama (uniform) dan tetap
dimana kekuatan cahayanya menyerupai sinar matahari. Juga cahaya yang
digunakan harus membaur (tidak mempunyai bayangan).
- Kondisi ruangan sedemikian rupa, sehingga mempunyai warna yang netral.
- Posisi pandangan mata dengan contoh uji yang sedang dibandingkan tidak
mengakibatkan terjadinya suatu pantulan cahatya.
VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
No Nilai
Perubahan warna Penodaan warna
(grey scale) (staning scale)
Kapas Polyester
1 4 4/5 4/5
2 4 4/5 4/5
5cm
No Nilai
Penodaan warna
(staning scale)
Kering Basah
1 4/5 3
2 4/5 3
CONTOH UJI
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN
V. Data Percobaan
Berat awal Contoh Uji I : 5,02 g
Berat awal Contoh Uji II : 5,01 g
Berat akhir Contoh Uji I : 50,45 g
Berat akhir Contoh Uji II : 50,15 g
Berat Bejana : 30,03 g
Berat keranjang : 3g
VI. Perhitungan
a. Percobaan I
Berat Kering = berat contoh uji + berat keranjang + berat bejana
= 5.02 + 3 + 30.03 = 38.05 g
Berat Basah = Berat akhir contoh uji + Berat keranjang + berat bejana
total = 50,45 g
Berat C.U = berat Akhir C.U – berat bejana-berat keranjang
= 50,45 – 30.03 – 3
= 17,42 g
berat basah−berat kering contoh uji
% daya serap =
5
17,42 – 5,02
= 5
x 100 %
= 248 %
b. Percobaan II
Berat Kering = berat contoh uji + berat keranjang + berat bejana
= 5.01 + 3 + 30.03 = 38.04 g
Berat Basah = Berat akhir contoh uji + Berat keranjang + berat bejana
total = 50,15 g
= 50,15 – 30.03 – 3
= 17,12 g
berat basah−berat kering contoh uji
% daya serap = 5
17,12 – 5,01
= 5
x 100 %
= 242,2 %
248 %+242,2%
x̅ persen daya serap = 2
= 245,1%
VII. Diskusi
Dari hasil yang sudah didapat dikatakan bahwa contoh uji mempunyai penyerapan
yang baik sebab dari spesifikasi persyaratan mutu untuk kain handuk harus memiliki
standar minimum yang dikatakan baik jika kapasitas daya serapnya 500 %.
Kapasitas daya serap yang diperoleh pun sangat baik karena >500%. Artinya
handuk dapat menyerap dengan cepat.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengujian ini adalah ketepatan dalam
mempersiapkan contoh uji yaitu berat dan ketelitian dalam menimbang selain itu
ketepatan dalam menghitung waktupun sangat berpengaruh.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka persen daya serap kain secara
keranjang adalah sebesar 245,1 %
32 cm
7 cm
Pakan 32 54 32
Lusi 39 64 32
VI. Perhitungan
1. Arah pakan
Waktu nyala api = 32 detik – 12 detik = 20 detik
Waktu baranya = 54 detik – 32 detik = 22 detik
2. Arah lusi
Waktu nyala api = 39 detik – 12 detik = 27 detik
Waktu baranya = 64 detik – 39 detik = 25 detik
VII. Diskusi
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu
b. Penjepit contoh uji harus dalam keadaan kencang, sehingga ketika pembakaran
contoh karena jika tidak kencang akan terjadi contoh uji yang tidak terjepit / keluar
dari penjepit. Hal ini mengakibatkan daerah pembakaran menjadi luas, yang
akhirnya waktu nyala menjadi lebih lama.
c. Penggeseran bunsen dari contoh uji setelah 12 detik harus tepat dan lancar.
d. Contoh uji pada arah lusi ternyata memiliki waktu nyala lebih sedikit daripada arah
pakan. Hal ini berarti bahan pada arah pakan lebih tahan api daripada arah lusi.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dipengujian diperoleh data sebagai berikut:
a. Waktu nyala : Arah lusi = 14detik
Arah pakan = 16 detik
b. Waktu bara : Arah lusi = 10 detik
Arah pakan = 16 detik
c. Panjang arang: Arah lusi dan pakan = 32 cm
IX. Daftar Pustaka
Bahan ajar praktek evaluasi tekstil III (evalusi kain), Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung 2014