Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Semester dari Mata
Kuliah Prak. Evaluasi Garmen dan Aksesoris
Dosen pengampu
Oleh
NPM 19430002
3G1
2021
KATA PENGANTAR
Mengawali kata pengantar ini, Puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi pertanda
syukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada Saya sehingga Laporan
Praktikum yang berjudul “Stabilitas Dimensi, Migrasi Resleting, Bowing & Skewness,
Daya Rekat Interlining, dan Elastisitas Ban Pinggang” dapat diselesaikan walaupun
mendapat beberapa hambatan seperti File yang belum di save lalu aplikasi error dan
sebagainya.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Tengah
Semester 5 – Program Studi Produksi Garmen Politeknik STTT Bandung.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
karena didalamnya masih terdapat kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh saya.
Akhir kata saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca lain pada umumnya yang membutuhkan pengetahuan serta dapat
memberikan masukan pada pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
Prinsip pengujiannya adalah contoh uji atau pakain yang diberi tanda,
dicuci dalam mesin cuci, dikeringkan sesuai dengan cara yang dipilih. Jarak
tanda pada contoh uji menuret arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran kain
sebelum dan sesudah pencucian diukur.
III. ALAT DAN BAHAN / PEREAKSI
Alat Bahan
1. Kain sampel
1. Mesin cuci otomatis
2. Sabun/ detergen
2. Mesin pengering
3. Air
3. Greyscale
4. Kain pemberat
4. Staining scale
a) Kain Tenun
𝐿𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝐿𝑎𝑤𝑎𝑙
Dimensi Lusi= x 100%
𝐿𝑎𝑤𝑎𝑙
34,86−35,5
Dimensi Lusi= x 100% = -1,80%
35,5
𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
Dimensi Pakan= x 100%
𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
34,63−35,43
Dimensi Pakan= x 100% = -2,25%
35,43
𝐶𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝐶𝑎𝑤𝑎𝑙
Dimensi Course = x 100%
𝐶𝑎𝑤𝑎𝑙
34,1−35,3
Dimensi Course = x 100% = -3,39%
35,3
Dari hasil praktikum menunjukan bahwa kain tenun maupun kain rajut
mengalami mengkeret , hal tersebut menunjukan bahwa kain akan mengecil setelah
pencucian, karena kainnya relaks dan tegangannya mengendur sehingga ukuran kain
enderung ke posisi semula yaitu mengkeret sama halnya dengan kain rajut. Perubahan
ukuran juga disebakan tergantung jenis serat dan struktur benang pada kain tersebut.
Apakah rapat dan seratnya memiliki mengkeret yang tinggi.
Dengan begitu dapat dilihat bahwa standar mutu kain tenun untuk kemeja (SNI
0051 : 2008), standar stabilitas dimensi yang ditentukan adalah maksimum 2%
sedangkan pada pengujian kain tenun memiliki stabilitas dimensi 1,8% dan 2,25%,
maka kain tenun mungkin bisa dipakai untuk kemeja tapi tidak disarankan karena ada
yang melibihi standar, kemungkinan kemeja akan lebih cepat mengkeret, walaupun
sebenarnya sedikit bisa.
Dan untuk standar mutu kain untuk gaun dan blus( SNI 08-1515-2004) yang
mempunyai standar dimensi maksimum 2% dan 2,5%, kain tenun yang diuji memenuhi
standar untuk gaun dan blus karena masuk batas maksimum standar tersebut.
Untuk kain rajut yang memiliki stabilitas dimensi 0,48% dan 3,39% tidak
memenuhi standar mutu karena melebihi ketentuan, pada standar mutuuntuk blus dan
kemeja (SNI 2367 : 2008) memiliki standar mutu 3%, maka untuk kain rajut tidak
memenuhi standar untuk blus dan kemeja.
VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum pengujian stabilitas dimensi ini didapat kain tenun contoh memiliki mengkeret lusi
1,80% dan mengkeret pakan 2,25%, dan untuk kain rajut memiliki mengkeret wale 0,48% dan
mengkeret course 3,39%.
Dan untuk itu kain tenun tidak memenuhi standar mutu kain untuk kemeja tetapi memenuhi
standar untuk gaun dan blus. Sedangkan kain rajut tidak memenuhi standar mutu kain untuk blus dan
gaun.
IX. PUSTAKA
Merdoko, Wibowo. Dkk. 1975. Evaluasi Tekstil (Bagian Kimia). Bandung: Insitut Teknologi Tekstil.
Hitariat, NM. Susyami. Dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Kain.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.
1
ELASTIK BAN PINGGANG
V. CARA UJI
1. Pasangkan ujung contoh uji yang telah diberi tanda pada klem atas alat uji
2. Pasangkan klem bawah dengan beban yang sesuai
3. Tanpa tegangan awal pasangkan beban yang sesuai pada ujung bawah yang telah ditandai pada contoh
uji
4. Lepaskan klem secara perlahan dan biarkan contoh uji menggantung selama 10 detik
5. Angkat klem bawah ke atas secara perlahan agar terjadi relaksasi sempurna pada contoh uji, lepaskan
kembali klem bawah secara perlahan dan biarkan contoh uji menggantung selama 10 detik
6. Ulangi poin 5 satu kali
7. Lihat persentase mulur yang tercatat
VI. DATA DAN PERHITUNGAN
Berisi data pengujian dan perhitungan. Untuk Praktikum Pengujian Elastik Ban Pinggang
Data Pengamatan Pertambahan Panjang/Mulur yang ditambah Beban 1800gr Beban : 1800
gram Lebar Contoh Uji : 4 cm Panjang Awal : 54 cm
Pertambahan Panjang (cm)
Kelompok Jumlah Rata-rata Waktu
No
Absensi Data CU Data CU Data CU (cm) (cm) (s)
1 2 3
1 No. 1-6 97 94 94 285 95 10
2
Data Pengamatan Pertambahan Panjang setelah direlaksasi 30 detik
Pertambahan Panjang (cm)
Kelompok Jumlah Rata-rata Waktu
No
Absensi Data CU Data CU Data CU (cm) (cm) (s)
1 2 3
1 No. 1-6 56 54,5 55 165,5 55,16 30
Elastisitas = 2,14 %
- Hitung persentase pertambahan panjang contoh uji
Pertambahan panjang = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (10 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
( x x )2
s n 1
6,0
S= √ 3−1
6 ,0
√ 2
S=
S = 1,73
• Koefisien variasi:
s
cv x100%
1,73
Cv = x 100%
95
CV = 1,82 %
3
• Standar deviasi:
( x x )2
s n 1
0,48
S= √ 3−1
0 , 48
√ 2
S=
S = 0,489
• Koefisien variasi:
s
cv x100% x
0,489
Cv = x 100%
56,16
CV = 0,87 %
VIII. KESIMPULAN
Pengujian elastisitas 3 contoh uji ban pinggang dengan alat penarik dengan beban tetap sebesar 1.800 gram
menghasilkan nilai sebagai berikut :
Rata - rata perpanjangan contoh uji (10 detik) = 96,33 cm
S = 1,73
CV = 1,82 %
Rata – rata perpanjangan contoh uji (30 detik) = 55,5 cm
S = 0,489
CV = 0,87 %
Elastisitas = 2,14 %
Pertambahan panjang = 75,92 %
Dari hasil tersebut elastisitas ban pinggang yang diuji akan berubah 2,14 % apabila diberi beban dan waktu
sesuai pengujian. Kemudian nilai SD dan CV pengujian sangat kecil dibawah 1% artinya nilai pengujian
seragam dan pengujian dilakukan secara benar.
4
DAYA REKAT INTERLINING
Kain lapis tanpa pelekat kain lapis yang tidak mengandung pelekat yang digunakan untuk
melapisi permukaan bagian-bagian tertentu dari pakaian jadi, misalnya pada
bagian kerah, manset dan pinggang, dengan maksud untuk memberikan kenampakan yang lebih baik
Kain lapis lekat, kain yang mengandung pelekat yang digunakan untuk melapisi permukaan bagian-
bagian tertentu dari pakaian jadi dengan temperatur, tekanan dan waktu tertentu dengan maksud untuk
memberikan kenampakan yang lebih baik.
Mutu kain lapis (intertining) ditentukan oleh persyaralan sebagaimana tercantum pada Tabel 1 untuk
kain lapis tanpa pelekat dan Tabel 2 untuk kain lapis lekat (fusing interlining)
Tabel 1 syarat mutu kain lapis tanpa perekat
5
III. ALAT DAN BAHAN
Alat uji kekuatan tarik jenis laju mulur tetap dengan kecepatan tarik 20 cm/menit.
- Pisahkan lapisan contoh uji kain lapis lekat dan kain pelapis/kain garmen secara manualuntuk
masing-masing contoh uji, sepanjang 50 mm kearah panjang contoh uji,
- Atur penjepit bawah pada jarak 25 mm dari penjepit atas sedemikian rupa sehingga sumbu ke arah
panjang contoh uji tegak lurus pada permukaan penjepit
- Jepit contoh uji pada penjepit atas dan kencangkan kain pelapis/kain garmen di tengah-tengah
penjepit bawah sehingga sumbu ke arah panjang contoh uji tegak lurus pada penjepit bawah
- Jalankan alat sesuai dengan prosedur untuk alat uji kekuatan tarik jenis laju mulur tetapsepanjang
100 mm
- Tentukan rata-rata dari lima titik tertinggi dan lima titik terendah pada grafik sepanjang 100mm
6
- Kekuatan lekat merupakan hasil rata-rata dari tiga kali pengujian
Contoh uji 2
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 120 75 195 97,5
2 115 90 205 102,5
3 110 80 190 95
4 105 95 200 100
5 100 65 165 82,5
Jumlah 461 405 955 477,5
Rata- 92,2 81 191 95,5
rata
Grafik Contoh Uji 2
Contoh uji 3
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 160 90 250 125
2 155 90 245 122,5
3 140 100 240 120
4 130 95 225 112,5
7
5 125 110 235 117,5
Jumlah 710 485 1.195 597,5
Rata- 142 97 239 119,5
rata
Grafik Contoh Uji 3
Contoh uji 2
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 430 190 620 310
2 400 200 600 300
3 390 210 600 300
4 380 180 560 280
5 360 240 600 300
Jumlah 1.960 1.020 2.980 1.490
Rata- 395 204 596 298
rata
8
Contoh uji 3
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 740 390 1.130 565
2 720 410 1.130 565
3 710 420 1.130 565
4 710 420 1.130 565
5 690 470 1.160 580
Jumlah 3.570 2.110 5.680 2.840
Rata- 714 422 1.136 568
rata
Grafik Contoh Uji 3
Rata-rata
Contoh Uji Kekuatan (gr) (𝑥−𝑥̅) (𝑥−𝑥̅)2
1 652 146 21.316
2 298 -208 43.264
3 568 62 124
Ʃ 1.518 0 64.704
𝑥̅ 506 0 21.568
( x x )2
s n 1
812,92
S √ 3−1 =
812,92
S=
√ 2
S = 20,16
• Koefisien variasi:
s
cv x100% x
9
Cv = x 100%
CV = 20,55 %
Woven
• Standar deviasi:
( x x )2
s n 1
64.704
S √ 3−1 =
64.704
S=
√ 2
S = 179,87
• Koefisien variasi:
s
cv x100% x
Cv = x 100%
CV = 32,11 %
Pengujian daya rekat masing masing 3 contoh uji interlining woven dan non woven menggunakan alat
laju mulur tetap dengan kecepatan tarik 20 cm/menit mengasilkan nilai sebagai berikut
• Non Woven (beban 500 gram)
Rata-rata daya rekat interlining : 270,97 gram / 0,27097 kg
Standar deviasi : 20,16
CV : 20,55 %
• Woven
Rata-rata daya rekat interlining : 21.568 gram/ 21,568 kg
Standar deviasi : 179,87
CV : 32,11 %
Standar penilaian
Interlining dengan perekat
1
0
VIII. KESIMPULAN
Apabila hasil pengujian daya rekat interlining woven dan non woven yang telah dilakukan dibandingkan
dengan standar penilaian kekuatan lekat sebelum dicuci dapat disimpulkan bahwa :
Non woven
Nilai rata-rata daya rekat standar penilaian
0,27097 kg < 1,96 Kg
Artinya kekuatan daya rekat interlining non woven kurang bagus karena nilai rataratanya dibawah
standar minimum daya rekat interlining non woven yang seharusnya. Woven
Nilai rata-rata daya rekat standar penilaian
21,568 kg > 3,92 Kg
Artinya kekuatan daya rekat interlining woven sangat bagus karena nilai rata-ratanya diatas standar
minimum daya rekat interlining woven yang seharusnya.
Kemudian nilai standar deviasi dan CV baik interlining non woven atau woven sama sama memiliki nilai
yang besar artinya nilai pengujian 3 contoh uji ini tidak seragam. Hal ini dapat diakibatkan dari
berbedaan suhu, waktu dan tekanan pada saat penempelan interlining pada kain dikarena proses
masih menggunakan setrika manual.
1
1
PENGUJIAN BOWING DAN SKEWNESS PADA KAIN TENUN
pada saat proses produksi dengan tetap mengacu pada standar yang telah ditentukan
atau diberikan oleh buyer.
1. Lengkungan (bow)
Keadaan kain yang diakibatkan karena benang pakan atau course bergeser dari
garis tegak lurus pinggir kain dan membentuk satu atau beberapa busur melintang
lebar kain.
berlawanan arah.
6. Kemiringan (skewness)
Keadaan kain yang diakibatkan oleh benang pakan atau course yang arahnya
miring terhadap garis tegak lurus pinggiran kain.
Gambar-2 Skewness
1
2
III. Standar Pengujian
ASTM Adapun standar uji yang digunakan, yaitu:
fabrics.
Alat yang digunaka dalam pengujian bowing dan skewness adalah: 1.
Meja datar.
2. Penggaris logam atau alat ukur pita logam.
3. Penggaris siku.
Bahan yang digunakan dalam pengujian bowing dan skewness adalah adalah: 1.
V. Langkah Kerja
Cara kerja dari pengujian bowing dan skewness adalah adalah:
meja datar. 2. Pada pinggiran kain pakai solasi agar kain tidak bergerak.
3. Dilihat pada bagian bawah kain apakah cacat bowing / skewness.
5. Setelah itu, ukur lengkungan yang paling tertinggi dan catat pada alat tulis beserta
dengan jenis lengkungannya.
1
3
3. 2 112 Bowing
VII. Perhitungan
Setelah didapatkan hasil data pengamatan, maka dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
Persentase Bowing atau Skewness
Dx 100% ,9
100% = 0,62%
LD
=
45
D
LD x 100% ,5
= 48 100% = 0,33%
D
x 100% 2
= 100% = 1,78%
LD 2
VIII. Diskusi
Dari pengujian bowing dan skewness ini didapatkan hasil pengamatan dari 3
buah kain tenun dengan motif dan bahan yang berbeda. Pada kain
pertama didapatkan nilai persentase bowing sebesar 0,62%. Pada kain kedua
didapatkan nilai
persentase bowing sebesar 0,33%. Sedangkan pada kain ketiga didapatkan nilai
persentase bowing sebesar 1,78%. Dari ketiga kain ini didapatkan hasil bahwa
ketiganya mengalami jenis cacat bowing.
standar yang ditetapkan pada pengujian ini yaitu nilai persentasi bowing dan
skewness maksimal 3 %. Artinya adalah ketiga kain tersebut masih cukup baik dan
dapat diterima oleh buyer. Ada beberapa penyebab dari terjadinya Bowing dan
skewness diantaranya;
- pada saat proses pembuatan kain,
- proses pencelupan,
- proses finishing.
1
4
Bowing dan skewness lebih mudah tampak pada kain bermotif dibanding kain
polos. Oleh karena itu hal ini harus diperhatikan karena cacat ini akan terlihat jelas
pada posisi tertentu pada suatu pakaian jadi dan biasanya terlihat pada bagian kerah
dan saku. Sedangkan pada kain rajut sebagai bahan untuk pembuatan kaos, apabila
kain rajut tersebut mengalami bowing, akan terlihat jelas kaos tersebut tidak
simetris pada bagian kanan dan kirinya biasanya tampak pada bagian lengan atau
bagian lingkar bawah baju. Hal ini pun menyulitkan pada saat penyetrikaan.
1
5
Penyebab lain dari terjadinya bowing dan skewness pada kain dapat
menyebabkan masalah pada proses penjahitan, karena akan sulit dalam
menyesuaikan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Selain itu, dapat pula
mengakibatkan terpuntirnya bagian pakaian saat pencucian. Sehingga, hal ini harus
sangat diperhatikan karena bowing dan skewness termasuk salah satu masalah mutu
IX. Kesimpulan
Dari hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
LEBAR
KETINGGIAN BOWING / PERSENTASE
NO(cm) KAIN LENGKUNGAN
SKEWNESS (%)
(cm)
Nilai persentase bowing yang didapat dari hasil pengujian masih memenuhi
standar karena kurang dari 3% sesuai dengan kesepakatan diawal. Sehingga kain
tersebut masih dapat digunakan. Pada pengujian ini, ketiga kain contoh uji
mengalami cacat berupa bowing.
1
6
LAMPIRAN
1
7
DAFTAR PUSTAKA
2
PENGUJIAN MIGRASI WARNA TAPE ZIPPER
garmen yang terdiri dari dua potong kain, yang masing-masing ditempatkan pada salah
satu sisinya untuk dipertautkan, dengan puluhan atau ratusan gigi dari metal atau plastik
merupakan definisi dari zipper. Penarikannya dioperasikan dengan tangan, bergerak
sepanjang deretan gigi-giginya. Di dalam penarikannya terdapat sebuah saluran
berbentuk Y yang memepertautkan atau memisahkan barisan gigi yang berhadap-
hadapan gerakannya, tergantung arah gerakannya.
Prinsip pada pengujian ini kurang lebih dapat digambarkan dengan
berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan atau
gosokan dari 5 kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin yang mengandung
chlor dalam rumah tangga, hampir sama dengan satu kali pegujian selama 15 menit.
Pengujian migrasi warna pada zipper bertujuan untuk menentukan migrasi warna zipper
Penilaian migrasi warna dilakukan dengan melihat adanya penodaan warna dari
Pada staining scale penialain penodaan warna pada kain putih di dalam
pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari
kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap perbedaan yang
digambarkan staining scale, dan dinyatakan dengan nilai kkhromatikan adam
seperti gray scale, hanya besar perbedaan warnanya berbeda. Staining scale terdiri dari
satu pasangan standar lempeng putih dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan
putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai
dengan penilaian penodaan dengan angka.
Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang
diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%. Perbedaan
warna sama dengan nol.nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng
2
putih pembanding yang identik dengan yang dipergunakan untuk nilai 5,
Toleransi untuk
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE
standar kerja (CIE
warna lab)
lab)
5 0 +0,2
4-5 2,2 +0,3
4 4,3 +0,3
3-4 6,0 +0,4
3 8,5 +0,5
1 34,1 +2,0
3 Cukup
2-3 Kurang
2 Kurang
1-2 Jelek
1 Jelek
2
IV. Alat dan Bahan
1. Mesin Jahit
2. Jarum Jahit
7. Staining scal
8. Gunting kain
9. Benang jahit poliester
10. Zipper
11. Kain pelapis kapas
14. Air
V. Langkah Kerja
1. Menjahit zipper, kain poliester dan kain kapas dengan posisi zipper
berada di tengah-tengah kain poliester dan kapas.
2. Menambahkan 200 ml larutan sabun 5 gram/liter, ditambah 10 buah
kelereng baja sebagai pengaduk.
3. Melarutkan sabun dalam keadaan panas 400C.
6. Contoh uji diangkat, dibilas dan dinetralkan dengan larutan asam asetat
glacial. 7. Evaluasi contoh uji dibanding dengan mempergunakan staining
scale untuk
penodaan pada kain pelapis.
VI. Data
Pengamatan
Tabel-19 Data Staining scale
Staining Scale
No Contoh Uji
Kapa Polieste
s r
1 Tape zipper 4 5
1
2 Tape zipper 4 5
2
2
VII. Diskusi
Dalam pengujian migrasi warna tape zipper, contoh uji yang digunakan ialah tape
zipper yang dijahit dengan kain pelapis kapas dan polyester. Kain pelapis tersebut
berfungsi untuk mengetahui efek penodaan (staining scale) dari tape zipper setelah
dilakukan pencucian. Pada saat menjahit kain pelapis dengan kain contoh uji
Dilihati dari hasil pengujian pada kain satu dan dua, terlihat penodaan warna
pada kain kapas didapatkan nilai 4 dan 4. Sedangkan pada kain poliester didapatkan nilai
5 dan 5. Apabila jika dibandingkan dengan SNI 8097 : 2015, nilai minimum
perubahan tahan luntur warna terhadap pencucian yaitu penodaan warna adalah
sebesar 4. Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai 4 dan 5. Hal ini menunjukkan
bahwa kain contoh uji (tape zipper) ini sudah memenuhi standar yang berlaku
bahkan untuk kain berbahan polyester sudah melebihi dari standar yang artinya
excellent .
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pengujian migrasi warna tape zipper didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
- Nilai penodaan pada kain pelapis kapas adalah 4 dan 4, yang artinya penodaan
tape zipper setelah pencucian baik.
- Nilai penodaan pada kain pelapis poliester adalah 5 dan 5, yang artinya
3
LAMPIRAN
3
DAFTAR PUSTAKA