Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI GARMEN DAN AKSESORIS

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Semester dari Mata
Kuliah Prak. Evaluasi Garmen dan Aksesoris

Dosen pengampu

Wine R. P., S.ST., M.DS. / Pratiwi W., S.ST / Engkon

Oleh

Ad’nan Mahmud Matondang

NPM 19430002

3G1

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMEN

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Mengawali kata pengantar ini, Puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi pertanda
syukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada Saya sehingga Laporan
Praktikum yang berjudul “Stabilitas Dimensi, Migrasi Resleting, Bowing & Skewness,
Daya Rekat Interlining, dan Elastisitas Ban Pinggang” dapat diselesaikan walaupun
mendapat beberapa hambatan seperti File yang belum di save lalu aplikasi error dan
sebagainya.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Tengah
Semester 5 – Program Studi Produksi Garmen Politeknik STTT Bandung.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
karena didalamnya masih terdapat kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh saya.

Akhir kata saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca lain pada umumnya yang membutuhkan pengetahuan serta dapat
memberikan masukan pada pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

Bandung, 28 Desember 2021

Ad’nan Mahmud Matondang


STABILITAS DIMENSI

I. MAKSUD DAN TUJUAN


- Untuk menguji kestabilan dimensi kain tenun dan rajut terhadap pencucian
- Dapat mengetahui dan menganalisa perubahan dimensi kain tenun dan kain
rajut setelah proses pencucian

II. DASAR TEORI


2.1 Pengujian Stabilitas Dimensi Bahan pada Proses Pencucian
Pengujian perubahan ukuran (dimensi) kain setelah pencucian
diperlukan karena dalam pemakaian sehari-hari kain yang dipakai mau tidak
mau harus dicuci, setelah dicuci apakah mengalami perubahan atau tidak dan
jika mengalami perubahan ukuran sampai sejauh mana perubahannya.
Dengan pengujian ini dapat diketahui nilai perubahan ukuran setelah
pencucian dan dengan standar dapat diketahui nilai perubahan tersebut masih
dalam kondisi toleransi atau tidak.

Cara uji ini dimaksudkan untuk menentukan perubahan dimensi dari


kain tenun atau rajut atau pakaian jadi, yang akan terjadi apabila kain
mengalami proses pencucian dan pengeringan dalam rumah tangga. Dalam
cara ini dipergunakan berbagai cara yang bervariasi dan kondisi pencucian
yang paling ringan dan dimaksudkan untuk mencakup semua kondisi
pencucian. Pengeringan dilakukan dengan lima macam cara pengeringan
yang mencakup semua pengeringan baik secara komersil maupun
pengeringan rumah tangga. Pengujian-pengujian ini bukan pengujian yang
dipercepat dan harus diulang yntuk mengevaluaisi dimensi setelah dicuci
berulang-ulang.

Prinsip pengujiannya adalah contoh uji atau pakain yang diberi tanda,
dicuci dalam mesin cuci, dikeringkan sesuai dengan cara yang dipilih. Jarak
tanda pada contoh uji menuret arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran kain
sebelum dan sesudah pencucian diukur.
III. ALAT DAN BAHAN / PEREAKSI

Alat Bahan

1. Kain sampel
1. Mesin cuci otomatis
2. Sabun/ detergen
2. Mesin pengering
3. Air
3. Greyscale
4. Kain pemberat
4. Staining scale

IV. CARA KERJA


1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Kain contoh uji tenun dan rajut disiapkan kurang lebih berukuran 50x50
cm
3. Untuk menghindari adanya benang pada tepian kain, kain tenun
sebaiknya diobras terlebih dahulu.
4. Kain contoh uji diberi tanda panjang lusi dan pakan sebelum cuci,
direntangkan tanpa tegangan, ada 3 tanda masing-masing dari arah lusi
dan pakan
5. Kain yang sudah diberi tanda dihitung panjangnya masing-masing,
sebagai panjang sebelum pencucian
6. Kain Contoh uji dimasukkan kedalam mesin cuci, sesuai kondisi yang
dipilih
7. Ditambahkan detergen ECE non fosfat agar ketinggian busa tidak
melibihi 3 cm pada akhir siklus pencucian
8. Dikeringkan, setelah semua proses selesai, cu diambil dengan hati-hati,
supaya tidak tertarik atau mengalami perubahan
9. Panjang lusi dan pakan dihitung kembali untuk panjang setelah
pencucian.
10. Evaluasi dilakukan dengan menghitung % mengkeret dari panjang lusi
dan pakan.
VI. DATA DAN HASIL PENGAMATAN

a) Kain Tenun

Panjang sebelum pencucian Panjang setelah pencucian


L1= 35,5 cm L1= 34,9 cm
L2= 35,5 cm L2= 34,9 cm
L3= 35,5 cm L3= 34,8 cm
Rata-rata L awal = 35,5 cm Rata-rata L akhir = 34,86 cm
P1= 35,5 cm P1= 34,7 cm
P2= 35,3 cm P2= 34,5 cm
P3= 35,5 cm P3= 34,7 cm
Rata-rata P awal =35,43 cm Rata-rata P akhir = 34,63 cm

Perhitungan % mengkeret Kain tenun

𝐿𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝐿𝑎𝑤𝑎𝑙
Dimensi Lusi= x 100%
𝐿𝑎𝑤𝑎𝑙
34,86−35,5
Dimensi Lusi= x 100% = -1,80%
35,5

Dimensi Lusi = 1,80 %

𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
Dimensi Pakan= x 100%
𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
34,63−35,43
Dimensi Pakan= x 100% = -2,25%
35,43

Dimensi Pakan= 2,25 %


b) Kain Rajut

Panjang sebelum pencucian Panjang setelah pencucian


W1= 35,4 cm W1= 35,3cm
W2= 35,2 cm W2= 35,1 cm
W3= 35,3 cm W3= 35 cm
Rata-rata W awal = 35,3 cm Rata-rata Wakhir = 35,13 cm
C1= 35,2 cm C1= 34,9 cm
C2= 35,4 cm C2= 33,8 cm
C3= 35,3 cm C3= 33,6 cm
Rata-rata P awal =35,3 cm Rata-rata P akhir = 34,1 cm

Perhitungan % mengkeret Kain tenun


𝑊𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙
Dimensi Wale = x 100%
𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙
35,13−35,3
Dimensi Wale = x 100% = -0,48%
35,3

Dimensi Wale = 0,48%

𝐶𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝐶𝑎𝑤𝑎𝑙
Dimensi Course = x 100%
𝐶𝑎𝑤𝑎𝑙
34,1−35,3
Dimensi Course = x 100% = -3,39%
35,3

Dimensi Course = 3,39 %


VII. DISKUSI
Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pengujian stabilitas dimensi kain,
dimana bertujuan untuk menentukan perubahan dimensi kain tenun dan kain rajut yang
mengalami proses pencucian. Pengujian ini dapat terlihat bagaimana stabilitas dimensi
suatu kain, karena sudah diberi tanda awal, setelah pencucian akan terlihat apakah
kain akan bertambah panjang(mulur) atau kain bertambah pendek(mengkeret). Adanya
perubahan tersebut menyebabkan kain tidak bisa dipakai kembali, maka diperlukan
adanya pengujian apakah kain/ bahan yang akan dijual/ dipasarkan sudah sesuai SNI/
standar mutu yang ada.

Dari hasil praktikum menunjukan bahwa kain tenun maupun kain rajut
mengalami mengkeret , hal tersebut menunjukan bahwa kain akan mengecil setelah
pencucian, karena kainnya relaks dan tegangannya mengendur sehingga ukuran kain
enderung ke posisi semula yaitu mengkeret sama halnya dengan kain rajut. Perubahan
ukuran juga disebakan tergantung jenis serat dan struktur benang pada kain tersebut.
Apakah rapat dan seratnya memiliki mengkeret yang tinggi.

Dengan begitu dapat dilihat bahwa standar mutu kain tenun untuk kemeja (SNI
0051 : 2008), standar stabilitas dimensi yang ditentukan adalah maksimum 2%
sedangkan pada pengujian kain tenun memiliki stabilitas dimensi 1,8% dan 2,25%,
maka kain tenun mungkin bisa dipakai untuk kemeja tapi tidak disarankan karena ada
yang melibihi standar, kemungkinan kemeja akan lebih cepat mengkeret, walaupun
sebenarnya sedikit bisa.

Dan untuk standar mutu kain untuk gaun dan blus( SNI 08-1515-2004) yang
mempunyai standar dimensi maksimum 2% dan 2,5%, kain tenun yang diuji memenuhi
standar untuk gaun dan blus karena masuk batas maksimum standar tersebut.

Untuk kain rajut yang memiliki stabilitas dimensi 0,48% dan 3,39% tidak
memenuhi standar mutu karena melebihi ketentuan, pada standar mutuuntuk blus dan
kemeja (SNI 2367 : 2008) memiliki standar mutu 3%, maka untuk kain rajut tidak
memenuhi standar untuk blus dan kemeja.
VIII. KESIMPULAN

Pada praktikum pengujian stabilitas dimensi ini didapat kain tenun contoh memiliki mengkeret lusi
1,80% dan mengkeret pakan 2,25%, dan untuk kain rajut memiliki mengkeret wale 0,48% dan
mengkeret course 3,39%.
Dan untuk itu kain tenun tidak memenuhi standar mutu kain untuk kemeja tetapi memenuhi
standar untuk gaun dan blus. Sedangkan kain rajut tidak memenuhi standar mutu kain untuk blus dan
gaun.

IX. PUSTAKA
Merdoko, Wibowo. Dkk. 1975. Evaluasi Tekstil (Bagian Kimia). Bandung: Insitut Teknologi Tekstil.
Hitariat, NM. Susyami. Dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Kain.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.

1
ELASTIK BAN PINGGANG

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan pengujian elastik ban pinggang yaitu untuk mengatahui mulur ban pinggang setelah diberi beban
dengan waktu tertantu. Hasil akhir dari pengujian ini untuk menilai kualitas mulur ban pinggang apakah ban
pinggang mudah kembali ke bentuk semula atau ban pinggang akan memanjang setelah diberikan tarikan
beban. Elastik ban pinggang merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu produk jadi yang
dihasilkan.
II. TEORI DASAR
Ban pinggang atau dalam Bahasa Inggris disebut waistband merupakan salah satu komponen pakaian yang
terdapat pada rok maupun celana panjang. Fungsi utamanya adalah untuk mengapit garis pinggang
sehingga rok atau celana terkesan lebih rapih dan nyaman ketika digunakan. Meskin umumnya ban
pinggang dibuat dari bahan kain yang sama dengan bahan utama, namun beberapa wanita lebih suka
menambahkan aplikasi lain berupa pita atau kain yang berwana kontras sebagai pemanisnya.
Karet ban pinggang terbuat dari karet elastis yang dapat memelar dan mengkerut apabila dilakukan gaya
tarik. Biasanya karet ban pinggang dipasangkan pada bagian atas celana atau rok sehingga dapat mengapit
garis pinggang menyesuikan dengan bentuk pinggang. Kebanyakan produk garmen yang menggunakan
karet ban pinggang tidak lagi memerlukan risleting atau kancing untuk bukaan celana. Contoh produk
garmen dengan karet ban pinggang seperti boxer, celana renang.
Selama pemakaian produk garmen pasti akan mengalami pencucian, penarikan, dan faktor eksternal lainnya
yang dapat mempengaruhi elastisitas karet ban pinggang. Elastisitas karet ban pinggang dapat berkurang
atau tetap tergantung kualitas karet ban pinggang. Apabila kualitasnya baik karet ban pinggang akan mulur
kemudian kembali ke bentuk semula dan tidak ada penambahan panjang setelah dilakukan penarikan.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat penarik dengan beban tetap yang mempunyai klem atas, pembaca skala % mulur, dan klem bawah
yang dapat dilepas
b. Beban tetap, termasuk beban penahan dan klem bawah
c. Standar pembanding, sebagai penahan, dengan jarak 125,0 mm dan 250,0 mm

IV. CONTOH UJI


1. Contoh uji dengan lebar 75 mm. jika lebar contoh uji lebih dari 75 mm hanya gunakan 75 mm dari tengah
2. Jika bahan elastik mempunyai mulur tinggi (200% atau lebih), potong kurang lebih
230 mm secara panjang kain
3. Beri 2 tanda masing-masing 125,0 secara terpisah dengan jarak yang sama dari tepi contoh uji dan tegak
lurus dengan arah panjang contoh uji
4. Jika bahan elatik mempunyai mulur tinggi (dibawah 200%) potong kurang lebih 356 mm secara panjang
kain
5. Beri 2 tanda masing-masing 125,0 mm secara terpisah dengan jarak yang sama dari tepi contoh uji dan
tegak lurus dengan arah panjang contoh uji
6. Kondisikan contoh uji dalam ruangan standar pengujian

V. CARA UJI
1. Pasangkan ujung contoh uji yang telah diberi tanda pada klem atas alat uji
2. Pasangkan klem bawah dengan beban yang sesuai
3. Tanpa tegangan awal pasangkan beban yang sesuai pada ujung bawah yang telah ditandai pada contoh
uji
4. Lepaskan klem secara perlahan dan biarkan contoh uji menggantung selama 10 detik
5. Angkat klem bawah ke atas secara perlahan agar terjadi relaksasi sempurna pada contoh uji, lepaskan
kembali klem bawah secara perlahan dan biarkan contoh uji menggantung selama 10 detik
6. Ulangi poin 5 satu kali
7. Lihat persentase mulur yang tercatat
VI. DATA DAN PERHITUNGAN
Berisi data pengujian dan perhitungan. Untuk Praktikum Pengujian Elastik Ban Pinggang
Data Pengamatan Pertambahan Panjang/Mulur yang ditambah Beban 1800gr Beban : 1800
gram Lebar Contoh Uji : 4 cm Panjang Awal : 54 cm
Pertambahan Panjang (cm)
Kelompok Jumlah Rata-rata Waktu
No
Absensi Data CU Data CU Data CU (cm) (cm) (s)
1 2 3
1 No. 1-6 97 94 94 285 95 10

2
Data Pengamatan Pertambahan Panjang setelah direlaksasi 30 detik
Pertambahan Panjang (cm)
Kelompok Jumlah Rata-rata Waktu
No
Absensi Data CU Data CU Data CU (cm) (cm) (s)
1 2 3
1 No. 1-6 56 54,5 55 165,5 55,16 30

VII. PEMBAHASAN HASIL PERHITUNGAN


Berisi penjelasan hasil perhitungan yang telah dilakukan:
- Hitung persentase elastisitas contoh uji
Elastisitas = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (30 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

Elastisitas = 55,16 −54 x 100%


54

Elastisitas = 2,14 %
- Hitung persentase pertambahan panjang contoh uji
Pertambahan panjang = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (10 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

Pertambahan panjang = 95 −54 x 100%


54

Pertambahan panjang = 75,92 %


- Hitung SD dan CV dari pertambahan panjang contoh uji (10 detik)
Pertambahan panjang
Contoh Uji (𝑥−𝑥̅) (𝑥−𝑥̅)2
(cm)
1 97 2 4
2 94 -1 1
3 94 -1 1
Ʃ 285 0 6
𝑥̅ 95 0 2
• Standar deviasi:

( x  x )2
s n 1

6,0
S= √ 3−1

6 ,0
√ 2
S=
S = 1,73

• Koefisien variasi:

s
cv x100%
1,73
Cv = x 100%
95
CV = 1,82 %

- Hitung SD dan CV dari pertambahan panjang contoh uji (30 detik)


Pertambahan panjang
Contoh Uji (𝑥−𝑥̅) (𝑥−𝑥̅)2
(cm)
1 55 0,16 0,025
2 54,5 0,66 0,43
3 55 0,16 0,025
Ʃ 165,5 0,98 0,48
𝑥̅ 55,16 0,32 0,16

3
• Standar deviasi:

( x  x )2
s n 1

0,48
S= √ 3−1

0 , 48
√ 2
S=
S = 0,489

• Koefisien variasi:

s
cv x100% x
0,489
Cv = x 100%
56,16
CV = 0,87 %

VIII. KESIMPULAN
Pengujian elastisitas 3 contoh uji ban pinggang dengan alat penarik dengan beban tetap sebesar 1.800 gram
menghasilkan nilai sebagai berikut :
Rata - rata perpanjangan contoh uji (10 detik) = 96,33 cm
S = 1,73
CV = 1,82 %
Rata – rata perpanjangan contoh uji (30 detik) = 55,5 cm
S = 0,489
CV = 0,87 %
Elastisitas = 2,14 %
Pertambahan panjang = 75,92 %
Dari hasil tersebut elastisitas ban pinggang yang diuji akan berubah 2,14 % apabila diberi beban dan waktu
sesuai pengujian. Kemudian nilai SD dan CV pengujian sangat kecil dibawah 1% artinya nilai pengujian
seragam dan pengujian dilakukan secara benar.

4
DAYA REKAT INTERLINING

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan pengujian daya rekat interlining yaitu untuk menguji kekuatan rekat sebuah interlining dengan
kain. Hasil akhir dari pengujian ini untuk menilai kualitas interlining berdasarkan baik atau tidaknya daya
rekat interlining, penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil uji dengan standar minimal
kekuatan daya rekat interlining untuk produk garmen.
II. TEORI DASAR
Interlining atau kain lapis adalah kain yang digunakan untuk melapis permukaan bagianbagian tertentu
dari pakaian jadi misainya pada bagian kerah, manset dan pinggang dengan tujuan untuk memberi
kenampakan yang lebih baik Klasifikasi kain lapis dibagi ke dalam tiga jenis kain dasar, yaitu kain kain
lapis dari bahan tenun, nir tenun (non woven) dan rajut.

Kain lapis tanpa pelekat kain lapis yang tidak mengandung pelekat yang digunakan untuk
melapisi permukaan bagian-bagian tertentu dari pakaian jadi, misalnya pada
bagian kerah, manset dan pinggang, dengan maksud untuk memberikan kenampakan yang lebih baik
Kain lapis lekat, kain yang mengandung pelekat yang digunakan untuk melapisi permukaan bagian-
bagian tertentu dari pakaian jadi dengan temperatur, tekanan dan waktu tertentu dengan maksud untuk
memberikan kenampakan yang lebih baik.
Mutu kain lapis (intertining) ditentukan oleh persyaralan sebagaimana tercantum pada Tabel 1 untuk
kain lapis tanpa pelekat dan Tabel 2 untuk kain lapis lekat (fusing interlining)
Tabel 1 syarat mutu kain lapis tanpa perekat

Tabel 2 syarat mutu kain lapis lekat


//////////

5
III. ALAT DAN BAHAN
Alat uji kekuatan tarik jenis laju mulur tetap dengan kecepatan tarik 20 cm/menit.

IV. CONTOH UJI


- Siapkan tiga contoh uji dengan ukuran 150 mm × 25 mm
- Panjang contoh uji sesuai dengan arah panjang kain untuk setiap kondisi yang akan diuji,
- Contoh uji dari pinggiran kain, diambil pada jarak 10 cm dari pinggir kain
- Potong kain yang akan dilapisi dengan ukuran yang sama dengan contoh uji. Kain pelapis adalah
kain yang akan digunakan untuk pakaian jadi atau kain putih dengan beratkain 90 g/m2 sampai 140
g/m2 dengan anyaman polos
V. Cara UJI
Lekatkan contoh uji pada kain pelapis menggunakan setrika dengan tekanan 36 g/cm2, temperatur
sesuai dengan temperatur penyetrikaan untuk kain kapas selama 40 s atau sesuai dengan spesifikasi
yang direkomendasikan oleh pembuat kain lapis lekat (Lapis interlining).
Pengujian kekuatan lekat ditentukan sebagai berikut:

- Pisahkan lapisan contoh uji kain lapis lekat dan kain pelapis/kain garmen secara manualuntuk
masing-masing contoh uji, sepanjang 50 mm kearah panjang contoh uji,
- Atur penjepit bawah pada jarak 25 mm dari penjepit atas sedemikian rupa sehingga sumbu ke arah
panjang contoh uji tegak lurus pada permukaan penjepit
- Jepit contoh uji pada penjepit atas dan kencangkan kain pelapis/kain garmen di tengah-tengah
penjepit bawah sehingga sumbu ke arah panjang contoh uji tegak lurus pada penjepit bawah
- Jalankan alat sesuai dengan prosedur untuk alat uji kekuatan tarik jenis laju mulur tetapsepanjang
100 mm
- Tentukan rata-rata dari lima titik tertinggi dan lima titik terendah pada grafik sepanjang 100mm

6
- Kekuatan lekat merupakan hasil rata-rata dari tiga kali pengujian

VI. DATA DAN PERHITUNGAN


Berisi data pengujian dan perhitungan. Untuk Praktikum Pengujian Daya Rekat Kain Lapis (Interlining)

NON WOVEN Beban : 500 gram


Contoh uji 1
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 100 55 155 77,5
2 100 65 165 82,5
3 100 80 180 90
4 85 65 150 75
5 85 60 145 72,5
Jumlah 470 325 795 397,5
Rata- 94 65 159 79,5
rata
Grafik Contoh Uji 1

Contoh uji 2
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 120 75 195 97,5
2 115 90 205 102,5
3 110 80 190 95
4 105 95 200 100
5 100 65 165 82,5
Jumlah 461 405 955 477,5
Rata- 92,2 81 191 95,5
rata
Grafik Contoh Uji 2

Contoh uji 3
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 160 90 250 125
2 155 90 245 122,5
3 140 100 240 120
4 130 95 225 112,5
7
5 125 110 235 117,5
Jumlah 710 485 1.195 597,5
Rata- 142 97 239 119,5
rata
Grafik Contoh Uji 3

Rata-rata Kekuatan Non Woven


Contoh Uji Kekuatan (gr) (𝑥−𝑥̅) (𝑥−𝑥̅)2
1 79,5 -18,6 345,96
2 95,5 -3 9
3 119,5 21,4 457,96
Ʃ 294,5 -0,2 812,92
𝑥̅ 98,1 -0,067 270,97

WOVEN Beban : 1000 gram


Contoh uji 1
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 740 540 1.280 640
2 730 570 1.300 650
3 730 580 1.310 655
4 720 590 1.319 659,5
5 720 590 1.310 655
Jumlah 3.640 2.870 6.519 3.259,5
Rata- 728 574 1.303,8 652
rata
Grafik Contoh Uji 1

Contoh uji 2
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 430 190 620 310
2 400 200 600 300
3 390 210 600 300
4 380 180 560 280
5 360 240 600 300
Jumlah 1.960 1.020 2.980 1.490
Rata- 395 204 596 298
rata

Grafik Contoh Uji 2

8
Contoh uji 3
No Puncak Tertinggi (gr) Puncak Terendah Ʃ 𝑥̅
(gr)
1 740 390 1.130 565
2 720 410 1.130 565
3 710 420 1.130 565
4 710 420 1.130 565
5 690 470 1.160 580
Jumlah 3.570 2.110 5.680 2.840
Rata- 714 422 1.136 568
rata
Grafik Contoh Uji 3

Rata-rata
Contoh Uji Kekuatan (gr) (𝑥−𝑥̅) (𝑥−𝑥̅)2
1 652 146 21.316
2 298 -208 43.264
3 568 62 124
Ʃ 1.518 0 64.704
𝑥̅ 506 0 21.568

VII. PEMBAHASAN HASIL PERHITUNGAN


Berisi penjelasan hasil perhitungan yang telah dilakukan:
Non Woven
• Standar deviasi:

( x  x )2
s n 1 

812,92

S √ 3−1 =

812,92

S=
√ 2
S = 20,16

• Koefisien variasi:

s
cv x100% x

9
Cv = x 100%
CV = 20,55 %
Woven
• Standar deviasi:

( x  x )2
s n 1 

64.704
S √ 3−1 =

64.704
S=
√ 2
S = 179,87

• Koefisien variasi:

s
cv x100% x

Cv = x 100%
CV = 32,11 %
Pengujian daya rekat masing masing 3 contoh uji interlining woven dan non woven menggunakan alat
laju mulur tetap dengan kecepatan tarik 20 cm/menit mengasilkan nilai sebagai berikut
• Non Woven (beban 500 gram)
Rata-rata daya rekat interlining : 270,97 gram / 0,27097 kg
Standar deviasi : 20,16
CV : 20,55 %
• Woven
Rata-rata daya rekat interlining : 21.568 gram/ 21,568 kg
Standar deviasi : 179,87
CV : 32,11 %

Standar penilaian
Interlining dengan perekat

1
0
VIII. KESIMPULAN
Apabila hasil pengujian daya rekat interlining woven dan non woven yang telah dilakukan dibandingkan
dengan standar penilaian kekuatan lekat sebelum dicuci dapat disimpulkan bahwa :
Non woven
Nilai rata-rata daya rekat standar penilaian
0,27097 kg < 1,96 Kg
Artinya kekuatan daya rekat interlining non woven kurang bagus karena nilai rataratanya dibawah
standar minimum daya rekat interlining non woven yang seharusnya. Woven
Nilai rata-rata daya rekat standar penilaian
21,568 kg > 3,92 Kg
Artinya kekuatan daya rekat interlining woven sangat bagus karena nilai rata-ratanya diatas standar
minimum daya rekat interlining woven yang seharusnya.
Kemudian nilai standar deviasi dan CV baik interlining non woven atau woven sama sama memiliki nilai
yang besar artinya nilai pengujian 3 contoh uji ini tidak seragam. Hal ini dapat diakibatkan dari
berbedaan suhu, waktu dan tekanan pada saat penempelan interlining pada kain dikarena proses
masih menggunakan setrika manual.

1
1
PENGUJIAN BOWING DAN SKEWNESS PADA KAIN TENUN

I.   Maksud dan Tujuan


Pegujian bowing dan skewness memiliki maksud dan tujuannya, yakni ialah
untuk memastikan fabric yang terindikasi bowing atau skewness dapat dijalankan

 pada saat proses produksi dengan tetap mengacu pada standar yang telah ditentukan
atau diberikan oleh buyer.

II.   Teori Dasar


Istilah dan definisi:

1.   Lengkungan (bow)
Keadaan kain yang diakibatkan karena benang pakan atau course bergeser dari
garis tegak lurus pinggir kain dan membentuk satu atau beberapa busur melintang
lebar kain.

Gambar-1 Bowing 2. 


Lengkungan ganda (double bow)
Lengkungan ganda dengan arah busur yang sama sehingga membentuk huruf M
atau W bergantung pada arah pengamatan.

3.   Lengkungan ganda terbalik (double reverse bow)


Dua lengkungan dengan dua arah busur yang berlawanan.

4.   Lengkungan kait (hooked bow)

Lengkungan pada satu pinggir kain berbentuk kait.


5.   Lengkungan kait ganda (double hooked bow)
Lengkungan yang terjadi berbentuk kait pada kedua pinggir kain, melengkung

 berlawanan arah.

6.   Kemiringan (skewness)
Keadaan kain yang diakibatkan oleh benang pakan atau course yang arahnya
miring terhadap garis tegak lurus pinggiran kain.

Gambar-2 Skewness

1
2
III.   Standar Pengujian
ASTM Adapun standar uji yang digunakan, yaitu:

1.   SNI 08-4622-1998, Cara uji kemiringan pada kain tenun

atau rajut. 2.  SNI 4622:2013, Tekstil-kain-cara uji lengkungan


dan kemiringan.
3.  ASTM D-3882-2008, Standard method for bow and skewness in woven and knitted

fabrics.

IV.   Alat dan Bahan

Alat yang digunaka dalam pengujian bowing dan skewness adalah: 1. 
Meja datar.
2.   Penggaris logam atau alat ukur pita logam.

3.   Penggaris siku.

4.   Pensil berwarna yang

lunak. 5.  Alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam pengujian bowing dan skewness adalah adalah: 1. 

Kain tenun sebanyak 3 buah.

V.   Langkah Kerja
Cara kerja dari pengujian bowing dan skewness adalah adalah:

1.   Kain tenun (contoh uji) dibentangkan lurus ke arah lusi/wale diatas

meja datar. 2.  Pada pinggiran kain pakai solasi agar kain tidak bergerak.
3.  Dilihat pada bagian bawah kain apakah cacat bowing / skewness.

4.  Lalu, lengkungan yang paling tertinggi ditandai.

5.  Setelah itu, ukur lengkungan yang paling tertinggi dan catat pada alat tulis beserta
dengan jenis lengkungannya.

VI.   Data Pengamatan

Tabel-1 Data hasil pengamatan


KETINGGIAN LEBAR KAIN BOWING /
 NOLengkungan
(cm)(cm)SKEWNESS

1. 0,9 145 Bowing

2. 0,5 148 Bowing

1
3
3. 2 112 Bowing

VII.   Perhitungan
Setelah didapatkan hasil data pengamatan, maka dilakukan perhitungan sebagai

 berikut:
Persentase Bowing atau Skewness

  Dx 100% ,9
  100% = 0,62%
LD 
=
45
D
  LD x 100% ,5
= 48   100% = 0,33%
D

  x 100% 2

=   100% = 1,78%
LD 2

VIII.   Diskusi
Dari pengujian bowing dan skewness ini didapatkan hasil pengamatan dari 3

 buah kain tenun dengan motif dan bahan yang berbeda. Pada kain
pertama didapatkan nilai persentase bowing sebesar 0,62%. Pada kain kedua
didapatkan nilai
 persentase bowing sebesar 0,33%. Sedangkan pada kain ketiga didapatkan nilai

 persentase bowing sebesar 1,78%. Dari ketiga kain ini didapatkan hasil bahwa
ketiganya mengalami jenis cacat bowing.

Ketiga hasil persentase yang didapatkan masih memenuhi standar, karena 

standar yang ditetapkan pada pengujian ini yaitu nilai persentasi bowing dan
skewness maksimal 3 %. Artinya adalah ketiga kain tersebut masih cukup baik dan
dapat diterima oleh buyer.  Ada beberapa penyebab dari terjadinya  Bowing dan

 skewness diantaranya;
- pada saat proses pembuatan kain,

- proses pencelupan,

- proses finishing.

1
4
 Bowing dan  skewness lebih mudah tampak pada kain bermotif dibanding kain
 polos. Oleh karena itu hal ini harus diperhatikan karena cacat ini akan terlihat jelas

 pada posisi tertentu pada suatu pakaian jadi dan biasanya terlihat pada bagian kerah
dan saku. Sedangkan pada kain rajut sebagai bahan untuk pembuatan kaos, apabila
kain rajut tersebut mengalami bowing, akan terlihat jelas kaos tersebut tidak
simetris pada bagian kanan dan kirinya biasanya tampak pada bagian lengan atau
bagian lingkar bawah baju. Hal ini pun menyulitkan pada saat penyetrikaan.

1
5
Penyebab lain dari terjadinya bowing dan  skewness  pada kain dapat
menyebabkan masalah pada proses penjahitan, karena akan sulit dalam
menyesuaikan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Selain itu, dapat pula
mengakibatkan terpuntirnya bagian pakaian saat pencucian. Sehingga, hal ini harus
sangat diperhatikan karena bowing dan skewness termasuk salah satu masalah mutu

 pada suatu pakaian jadi.


Salah satu cara untuk memperbaiki bowing dan  skewness  ialah dengan
menggulung ulang rol kain dengan tegangan kain yang stabil sehingga menyebabkan
kain tidak menjadi lengkungan. Karena salah satu penyebab bowing dan  skewness 
adalah penggulungan kain pada rol yang tidak stabil. 

IX.   Kesimpulan
Dari hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tabel-2 Kesimpulan Hasil Pengujian

LEBAR
KETINGGIAN BOWING / PERSENTASE
 NO(cm) KAIN LENGKUNGAN
SKEWNESS (%)
(cm)

1. 0,9 145 Bowing 0,62% 

2. 0,5 148 Bowing 0,33% 

3. 2 112 Bowing 1,78% 

 Nilai persentase bowing yang didapat dari hasil pengujian masih memenuhi
standar karena kurang dari 3% sesuai dengan kesepakatan diawal. Sehingga kain

tersebut masih dapat digunakan. Pada pengujian ini, ketiga kain contoh uji
mengalami cacat berupa bowing. 

1
6
LAMPIRAN

Gambar-3 Kain Contoh Uji 1

Gambar-4 Kain Contoh Uji 2

Gambar-5 Kain Contoh Uji 3

1
7
DAFTAR PUSTAKA

- Buku Jurnal Praktikum Pengujian Bahan Garmen.


- Hitariat, Susyami. N.M. 2013.  Pengujian garmen dan aksesoris.
Bandung. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

2
PENGUJIAN MIGRASI WARNA TAPE ZIPPER

I.   Maksud dan Tujuan


Pada pengujian migrasi warna tape zipper memiliki maksud dan tujuan, yakni
ialah diharapkan praktikan mampu mengetahui dan menganalisa migrasi warna pada

zipper terhadap kain pelapis melalui uji staning scale.

II.   Teori Dasar


Resleting, atau bisa disebut zipper yang digunakan untuk membuat bukaan pada
 pakaian agar pakaian tersebut mudah dipasang atau dibuka. salah satu aksesoris

garmen yang terdiri dari dua potong kain, yang masing-masing ditempatkan pada salah
satu sisinya untuk dipertautkan, dengan puluhan atau ratusan gigi dari metal atau plastik
merupakan definisi dari zipper. Penarikannya dioperasikan dengan tangan, bergerak
sepanjang deretan gigi-giginya. Di dalam penarikannya terdapat sebuah saluran
berbentuk Y yang memepertautkan atau memisahkan barisan gigi yang berhadap-
hadapan gerakannya, tergantung arah gerakannya.
Prinsip pada pengujian ini kurang lebih dapat digambarkan dengan

 berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan atau
gosokan dari 5 kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin yang mengandung
chlor dalam rumah tangga, hampir sama dengan satu kali pegujian selama 15 menit.
Pengujian migrasi warna pada zipper bertujuan untuk menentukan migrasi warna zipper

pada kain dengan cara pencucian yang berulang – ulang.

Penilaian migrasi warna dilakukan dengan melihat adanya penodaan warna dari

zipper pada kain, untuk melihat nilai penodaannya digunakan staining scale.

Pada  staining scale  penialain penodaan warna pada kain putih di dalam

 pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari
kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap perbedaan yang
digambarkan  staining scale, dan dinyatakan dengan nilai kkhromatikan adam
seperti gray scale, hanya besar perbedaan warnanya berbeda. Staining scale  terdiri dari
satu pasangan standar lempeng putih dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan
 putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai
dengan penilaian penodaan dengan angka.
 Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang
diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%. Perbedaan
warna sama dengan nol.nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng

2
 putih pembanding yang identik dengan yang dipergunakan untuk nilai 5,

 berpasanagn dengan lempeng yang sama tetapi berwarna abu-abu netral.

Tabel-17 Nilai Penodan Warna

Toleransi untuk
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE
standar kerja (CIE
warna lab)
lab)
5 0 +0,2
4-5 2,2 +0,3

4 4,3 +0,3
3-4 6,0 +0,4
3 8,5 +0,5

2-3 12,0 +0,7


2 16,9 +1,0
1-2 24,0 +1,5

1 34,1 +2,0

Tabel-18 Standar Skala Penodaan dan Perubahan Warna

Nilai tahan luntur warna Evaluasi tahan luntur warna


5 Baik sekali
4-5 Baik
4 Baik
3-4 Cukup baik

3 Cukup

2-3 Kurang
2 Kurang
1-2 Jelek
1 Jelek

III. Standar Pengujian

-  SNI 8097 : 2015 Ritsleting dengan gigi berbentuk lilitan

2
IV.   Alat dan Bahan

1. Mesin Jahit

2. Jarum Jahit

3.  Gunting benang 4. 


Launder O meter
5.  Kelereng baja tahan karat 6 mm

6.  Tabung baja

7. Staining scal
8. Gunting kain
9. Benang jahit poliester
10. Zipper
11. Kain pelapis kapas

12. Kain pelapis poliester

13. Larutan asam asetat

14. Air

V.   Langkah Kerja
1.   Menjahit zipper, kain poliester dan kain kapas dengan posisi zipper
berada di tengah-tengah kain poliester dan kapas.
2.   Menambahkan 200 ml larutan sabun 5 gram/liter, ditambah 10 buah
kelereng baja sebagai pengaduk.
3.   Melarutkan sabun dalam keadaan panas 400C.

4.   Tabung ditutup, dimasukkan ke dalam penjepit penguji yang ada dalam


alat uji linitest.
5.   Diuji selama 45 menit dengan suhu 400C.

6.   Contoh uji diangkat, dibilas dan dinetralkan dengan larutan asam asetat
glacial. 7.  Evaluasi contoh uji dibanding dengan mempergunakan staining
scale untuk
 penodaan pada kain pelapis.

VI.   Data
Pengamatan
Tabel-19 Data Staining scale

Staining Scale
No Contoh Uji
Kapa Polieste
s r
1 Tape zipper 4 5
1
2 Tape zipper 4 5
2

2
VII.   Diskusi
Dalam pengujian migrasi warna tape zipper, contoh uji yang digunakan ialah tape
zipper yang dijahit dengan kain pelapis kapas dan polyester. Kain pelapis tersebut
berfungsi untuk mengetahui efek penodaan (staining scale) dari tape zipper setelah
dilakukan pencucian. Pada saat menjahit kain pelapis dengan kain contoh uji

disarankan menggunakan benang berwarna putih agar tidak terjadinya penodaan


 pada kain pelapis karena warna benang jahit.

Dilihati dari hasil pengujian pada kain satu dan dua, terlihat penodaan warna

 pada kain kapas didapatkan nilai 4 dan 4. Sedangkan pada kain poliester didapatkan nilai
5 dan 5. Apabila jika dibandingkan dengan SNI 8097 : 2015, nilai minimum
 perubahan tahan luntur warna terhadap pencucian yaitu penodaan warna adalah
sebesar 4. Berdasarkan hasil pengujian didapat nilai 4 dan 5. Hal ini menunjukkan
 bahwa kain contoh uji (tape zipper) ini sudah memenuhi standar yang berlaku

 bahkan untuk kain berbahan polyester sudah melebihi dari standar yang artinya

excellent .

VIII.   Kesimpulan
Dari hasil pengujian migrasi warna tape zipper didapatkan kesimpulan sebagai

 berikut:

-   Nilai penodaan pada kain pelapis kapas adalah 4 dan 4, yang artinya penodaan
tape zipper setelah pencucian baik.

-   Nilai penodaan pada kain pelapis poliester adalah 5 dan 5, yang artinya

 penodaan tape zipper setelah pencucian sangat baik. 

3
LAMPIRAN

Gambar-5 Hasil Uji Penodaan Pada Kain Pelapis Kapas

Gambar-6 Hasil Uji Penodaan Pada Kain Pelapis Polyester

3
DAFTAR PUSTAKA

- Buku Jurnal Praktikum Pengujian Bahan Garmen dan


Aksesoris.
- Hitariat, Susyami. N.M. 2013.  Pengujian garmen dan
aksesoris. Bandung. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai