Anda di halaman 1dari 4

PENGUJIAN BOWING DAN SKEWNESS

I. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui seberapa besar nilai bowing atau skewness pada suatu
kain.

II. Teori Dasar


 Lengkungan (bow)
Keadaan kain yang diakibatkan karena benang pakan atau course bergeser dari
garis tegak lurus punggir kain dan membenruk satu atau beberapa busur
melintang lebar kain

 Lengkungan ganda (double bow)


Dua lengjungan dengan arah busur yang sama sehingga membentuk huruf m
atau w bergantung pada arah pengamatan
 Lengkungan ganda terbalik (double reverse bow)
Dua lengkungan dengan arah busur yan berlawanan
 Lengkungan kait (hooked bow)
Lengkungan pada satu pinggir kain berbentuk kait.
 Lengkungan kait ganda (double hooked bow)
Lengkungan yang terjadi berbentuk kait pada kedua pinggir kain, melengkung
berlawanan arah
 Kemiringan (skewness)
Keadaan kain yang diakibatkan oleh benang pakan atau course yang arahnya
miring terhadap garis tegak lurus pinggir kain
Bow atau skewness dapat terjadi pada saat proses pembuatan kain, proses pencelupan,
tentering, finishing, atau lainnya. Bow dan skewness akan lebih mudah tampak pada
kain-kain bermotif daripada kain polos. Disamping itu bow dan skewness dapat
menyebabkan masalah di dalam proses penjahitnya yaitu kemampuan jahitnya
(sewability) maupun drapability (sifat langsai kain).

Pada posisis terntentu cacat ini lebih jelas terlihat misalnya pada kerah, saku, dsb. Bow
skewness dapat pula mengakibatkan terpuntirnya bagian pakaian saat pencucian,
misalnya terpuntirnya bagian lengan, pipa celana panjang. Menurut hasil survey yang
dilakukan oleh pemanufaktur pakaian jadi, menunjukkan bahwa bow dan skewness
termasuk salah satu dari 10 besar problem mutu.

III. Alat dan Bahan


 Kain contoh uji
 Meja datar
 Penggaris logam atau alat pita logam
 Penggaris siku
 Pensil berwarna yang lunak
IV. Cara Kerja :

1. Untuk pengujian lengkungan, contoh uji dibentangkan lurus ke arah


lusi/wale di atas meja datar,
2. Penggaris siku diletakkan melintang tegak lurus pinggir kain melalui titik
ujung lengkungan yang sudah ditandai. Jarak terjauh antara penggaris
dengan lengkungan diukur.
3. Nilai lengkungan dihitung berdasarkan perbandingan jarak tertinggi
puncak kurva terhadap lebar kain yang dinyatakan dalam persen
4. Untuk pengujian kemiringan, contoh uji dibentangkan lurus ke arah
lusi/wale di atas meja datar
5. Penggaris siku-siku diletakkan melintang tegak lurus pinggir kain melalui
salah satu titil kemiringan pada pinggir kain. Jarak penyimpangan diukur
pada pinggie kain yang paling luar.
6. Nilai kemiringan dihitung berdasarkan perbandingan jarak penyimpanan
pada pinggir kain paling luar terhadap lebar kain yang dinyatakan dalam
persen

V. Hasil Pengujian

1 cm

𝐾
% skewness = 𝐿𝐷 x 100%

1
= 151,5 x 100%

= 0,66 %

VI. Diskusi

Pada pengujian kali ini contoh uji yang diuji memiliki cacat kain skewness,
cacat ini dapat terjadi pada saat proses pembuatan kain, proses pencelupan,
tentering finishing atau lainnya. Skewness pula mengakibatkan terpuntirnya bagian
pakaian saat pencucian, misalnya terpuntirnya bagian lengan, pipa celana panjang,
dsb.

Karena pengujian ini dilihat dari kenampakan maka saat pengamatan cacat
kain, penglihatan penguji harus sangat teliti.
VII. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

%skewness = 0,66%

Lampiran Contoh Uji

Anda mungkin juga menyukai