Anda di halaman 1dari 12

35

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIK INDUSTRI
A. Proses Pembuatan Kain Grey Berbahan Dasar Benang Rayon dan
Benang Katun
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan di PT. Iskandar Indah Printing Textile
biasanya terdiri dari benang rayon dan benang katun. Benang rayon
yaitu benang yang berasal dari bahan serat buatan. Benang katun yaitu
benang yang berasal dari serat kapas.

Gambar 4.1 Bahan Baku Katun


Gambar 4.2 Bahan Baku Rayon


36

2. Proses Warping
Proses warping merupakan proses tahap pertama dari bagian persiapan
untuk penenunan. Proses warping pada PT. Iskandar Indah Printing
Textile menggunakan mesin warping dari Cina yang digunakan untuk
menggulung benang dalam gulungan yang disebut boom. Pada proses
ini benang akan dibagi menjadi panjang (lusi), apabila benang yang
akan dijadikan lusi ternyata putus-putus maka benang tersebut yang
disebut kelos dan dimasukkan sebagai palet.


Gambar 4.3 Proses Warping

3. Proses Penghanian (Pengkanjian dan Sizing)
Proses penghanian ini menggunakan Mesin Stalk. Mesin Stalk yaitu
mesin yang digunakan untuk proses sizing dan proses pengkanjian.
Proses sizing adalah proses menggabungkan beberapa boom benang
dari proses warping menjadi satu boom benang tenun sesuai dengan
jumlah benang yang diinginkan. Proses pengkajian adalah proses
mengkanji benang lusi yang telah mengalami proses sizing. Pada
proses pengkanjian benang lusi dikanji agar menjadi benang yang
halus dan kuat, caranya benang dari proses warping dalam gulungan
37

boom disiapkan dan dimasukkan ke dalam Mesin Stalk dan dicampur
dengan obat yang dapat menguatkan benang. Obat dan bahan
pendukung untuk menguatkan benang yaitu acrylic, stracth, tapioka,
lilin, dan air.

Gambar 4.4 Proses Penghanian

4. Proses Cucuk
Proses cucuk adalah proses lanjutan dari proses penghanian. Pada
proses ini benang dalam boom dimasukkan lewat mata jarum, setelah
benang telah masuk ke mata jarum tenun semua, kemudian benang
dimasukkan ke sisir untuk ditenun. Proses ini dilakukan secara manual.
Apabila terjadi kesalahan sisir pada proses cucuk maka pada proses
selanjutnya nanti harus dilakukan sisir ulang.

5. Proses Palet
Proses palet juga merupakan tahap persiapan dalam penenunan. Pada
proses ini benang akan dibagi menjadi lebar (palet). Pada proses palet
di unit weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile, Mesin Palet
digunakan untuk menggulung benang pakan ke dalam palet yang
kemudian akan dimasukkan dalam teropong untuk ditenun.
38


Gambar 4.5 Proses Palet
6. Proses Tenun
Proses tenun adalah proses menenun benang lusi dan benang pakan
untuk menghasilkan kain grey. Tahap penenunan dilakukan dengan
tiga jenis mesin yaitu Mesin Picanol, Mesin Toyoda, dan Mesin RRT.
Dalam proses tenun para operator akan terus menerus mengawasi
proses penenunan, tugas operator tenun ini adalah menyambung
secepat mungkin benang yang putus. Operator juga memeriksa dan
memasukkan teropong benang pakan jika teropong perlu diganti
dengan yang baru. Setiap operator mesin tenun bertanggung jawab atas
20 mesin tenun.
39


Gambar 4.6 Proses Tenun

7. Proses I nspecting
Proses inspecting merupakan salah satu bagian dari pekerjaan
pemotongan, dimana pada bagian ini kualitas pakaian ditentukan oleh
kualitas bahan. Oleh karena itu, kualitas kain yang tidak sesuai dengan
standar dan persyaratan yang telah disetujui oleh pembeli (buyer)
hendaknya menjadi perhatian bagi perusahaan, karena kualitas bahan
yang tidak sesuai akan berimbas pada maju atau mundurnya sebuah
perusahaan.


Gambar 4.7 Mesin Inspecting
40

Mesin Inspecting digunakan untuk memeriksa cacat yang terdapat
pada bahan yang akan dipotong, lebar dan panjang kain pada tiap
gulungan. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui jumlah cacat tiap
gulungan dan dibandingkan dengan standar cacat kain, sehingga akan
dapat ditentukan apakah kain tersebut bisa dipotong atau tidak.
Apabila jumlah cacat melebihi ketentuan standar, sebaiknya tidak
digunakan, karena akan menimbulkan banyak cacat dan tidak efisien.
Pada Mesin Inspecting terdapat kertas dengan warna menyala pada
bagian bawahnya yang terdapat perekat, digunakan untuk memberi
tanda pada tempat ditemukannya cacat, sehingga akan memudahkan
dalam pemotongan.
Sebelum dilakukan pemotongan, maka tiap-tiap gulungan kain harus
diperiksa, yang meliputi lebar kain tiap gulungannya, panjang kain tiap
gulungan, dan jumlah cacat yang ada pada tiap-tiap gulungan.
Pemeriksaan kain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Menggunakan Tangan (Manual)
Berikut ini adalah proses pemeriksaan kain menggunakan tangan
(manual) :
Tiap gulungan dibuka, kemudian diukur lebar dan panjangnya
dengan alat ukur kain (meteran). Operator mencatat dan
memisahkan kain mempunyai lebar dengan selisih 2 inchi dari
ketentuan, dan panjang dengan selisih 1 meter dari ketentuan. Hal
ini untuk memudahkan penyusunan kain. Kain yang tidak sesuai
dengan ketentuan dapat dikembalikan kepada penjual, dengan
syarat apabila tidak menimbulkan kerugian bagi pembeli.
Tiap gulungan dibuka dan diperiksa secara visual untuk melihat
cacat yang ada, kemudian operator memberikan tanda pada
bagian yang cacat dengan stiker dan selanjutnya menilai dan
menghitung jumlah cacat yang ada. Pemberian tanda pada tempat
yang cacat dimaksudkan agar memudahkan dalam penyusunan
dan pemotongan. Apabila cacat melebihi dari ketentuan,
41

sebaiknya dikembalikan atau ditolak karena akan menimbulkan
kerugian.
b. Menggunakan Mesin Inspeksi Kain (Clocth Inspection Machine)
Berikut ini adalah proses pemeriksaan menggunakan mesin
inspeksi kain :
Tiap gulungan dipasang pada alat pemeriksaan kain kemudian
dijalankan. Alat ini berupa meja datar dengan posisi miring
terbuat dari kaca dan di bagian bawah dilengkapi dengan lampu
yang sangat terang. Pada saat kain berjalan akan terlihat cacat
yang kemungkinan ada, dan pada cacat tersebut diberikan tanda
dengan stiker, kemudian diukur dan dinilai besarnya cacat. Secara
otomatis, mesin tersebut akan menunjukkan jumlah cacat yang
ada.
Tiap gulungan secara otomatis dapat diukur panjang maupun
lebarnya yang dapat dilihat pada alat tersebut. Alat ini pada
umumnya digunakan oleh industri besar.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memilih bahan baku yang
betul-betul baik, sehingga diperoleh efisiensi dalam pemakaian
bahan dan juga mendeteksi cacat atau hal-hal lain yang akan
mempengaruhi produk, sehingga dapat dihindari terjadinya
produk cacat pada akhir proses.
Lebar dan panjang kain dalam tiap gulungan kain mempengaruhi
penyusunan kain dan efisiensi bahan. Marker yang dibuat selalu
berdasarkan lebar kain yang ditentukan sehingga apabila lebar
kain kurang dari ketentuan, maka akan mempersulit dalam
pemotongan, karena harus membuat marker baru yang akan
menimbulkan pemborosan waktu, bahan, dan biaya. Untuk kain
yang mempunyai lebar dan panjang kurang dari ukuran yang telah
ditentukan, sebaiknya dipisahkan atau dikembalikan.

42

B. Proses Pengendalian Kualitas (Quality Control) Pembuatan Kain Grey
di Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile
Pelaksanaan proses pengendalian kualitas (quality control)
merupakan proses yang harus ada dalam setiap perusahaan. Tanpa
pengendalian kualitas (quality control) perusahaan tidak akan maju dan
berkembang, melainkan akan mengalami kemunduran dan dapat bangkrut.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian kualitas dalam
perusahaan terkadang merupakan hambatan dilakukannya pengendalian
kualitas (quality control). Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi
pengendalian kualitas di PT. Iskandar Indah Printing Textile:
1. Kemampuan Proses.
Target atau batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan
kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu
proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan
proses yang ada.
2. Spesifikasi yang Berlaku.
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila
ditinjau dari segi kamampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal
ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat
berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum
pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.
3. Tingkat Ketidaksesuaian yang Dapat Diterima
Tujuan dilakukannya pengendalian suatu proses adalah dapat
mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin.
Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya
produk yang berada dibawah standar yang dapat diterima.
4. Biaya Kualitas.
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas
dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai
hubungan yang positif dengan terciptanya produk yang berkualitas.
43

Mengingat pentingnya pengendalian kualitas (quality control)
maka PT. Iskandar Indah Printing Texile tidak ingin lalai dalam
pengendalian kualitas (quality control) di setiap unit produksinya. Salah
satu unit yang melakukan pengendalian kualitas (quality control) adalah
unit weaving yang merupakan tahap persiapan dan penenunan kain grey.
Pengendalian kualitas (quality control) di unit weaving terdapat di setiap
proses. Berikut pengendalian kualitas (quality control) di setiap prosesnya:
1. Proses Warping
Proses pengendalian kualitas (quality control) pada proses warping
meliputi:
a. Jumlah benang
Operator mesin warping memeriksa berapa jumlah benang yang
akan digulung telah sesuai dengan pesanan pada buku pesanan
yang diberikan. Pesanan yang menggunakan benang berjumlah
500 cones, maka pada lembar laporan warping operator juga akan
menuliskan jumlah 500 cones benang sesuai dengan pesanan.
b. Panjang benang
Operator mesin warping mengecek panjang benang yang telah
digulung yang pada mesin, setelah panjang telah sesuai pesanan
maka operator akan menurunkan boom dan ganti boom. Jika
benang-benang cones yang digulung telah habis dan panjang
benang belum sesuai maka operator akan menurunkan cones yang
telah habis dan menyambung benang.
c. Kekuatan bahan baku benang
Operator akan mencatat setiap putusnya benang yang digulung dan
menulisnya pada lembar laporan warping, apabila benang sering
putus maka kekuatan bahan baku benang dinyatakan jelek.



44

d. Pemasangan benang
Pemasangan benang-benang cones menyesuaikan lubang yeng
telah terpasang, apabila salah lubang maka benang akan putus
dengan sendirinya dan operator akan menyambung benang.
2. Proses Penghanian
Proses pengendalian kualitas (quality control) pada proses penghanian
meliputi:
a. Permintaan spesifikasi kain dari pesanan
Operator bagian pengahanian mengecek lembar laporan dari
proses warping, kemudian menentukan spesifikasi kain.
b. Komposisi bahan kanji
Komposisi kanji disesuaikan dengan bahan baku benang yang
akan dikanji, apabila terjadi salah pada komposisi kanji dapat
membuat benang kurang kuat sehingga perlu dikanji ulang.
c. Tekanan uap untuk proses pengeringan benang setelah dikanji
Tekanan uap yang kurang dapat menyebabkan benang tidak kering
sempurna.
d. Suhu kanji
Suhu kanji yang kurang dapat menyebabkan kanji tidak dapat
menguatkan benang secara sempurna.
e. Viskositas kanji
Viskositas kanji juga mempengaruhi kekuatan benang. Benang
yang kurang kuat tidak bisa ditenun.
f. Panjang boom tenun
Panjang boom yang tidak sesuai akan menyababkan kesalahan
pada proses penenunan.
3. Proses Cucuk
Proses pengendalian kualitas (quality control) pada proses cucuk
meliputi:


45

a. Jumlah benang yang dimasukkan ke jarum
Jumlah benang yang dimasukkan ke dalam jarum harus sesuai
dengan ketentuan yaitu dua benang pada satu jarum.
b. Jenis jarum
Jenis jarum harus sesuai dengan mesin tenun yang digunakan.
c. Jumlah sisir
Jumlah sisir yang dipakai harus sama dengan rencana pembuatan
pesanan kain, jika terjadi salah sisir dalam proses penenunan perlu
dilakukan sisir ulang.
4. Proses Palet
Proses pengendalian kualitas (quality control) pada proses palet
meliputi:
a. Jenis palet
Terdapat 2 jenis palet, apabila salah palet maka palet tidak bisa
masuk dalam teropong tenun.
b. Tebal benang palet
Tebal benang palet disesuaikan dengan jenis palet, apabila benang
palet terlalu tebal operator akan memasukkan pada wadah
tersendiri dan operator akan memintal ulang benang palet tersebut.
5. Proses Tenun
Proses pengendalian kualitas (quality control) pada proses tenun
meliputi setiap cacat atau kerusakan maka operator mesin tenun akan
mematikan mesin dan menuliskan cacat atau kerusakan pada lembar
laporan. Kain tenun yang rusak seperti salah pakan, sobek, atau
benang lusi ambrol akan dipotong jika panjang kain tenun telah
mencapai 50 m. Kain akan dijual kiloan apabila panjang belum
mencapai 50 m.
6. Proses Inspecting
Operator mesin inspecting akan mengecek cacat pada seperti
berikut:
a. Putus pakan, merupakan putusnya benang tenun yang melintang.
46

b. Putus lusi, merupakan putusnya benang tenun yang memanjang.
c. Dobel pakan, merupakan adanya dua atau lebih benang pakan yang
menempel.
d. Dobel lusi, merupakan adanya dua atau lebih benang lusi yang
menempel.
e. Penenunan loncat, merupakan penenunan yang tidak berurutan.
f. Kotor oli, biasanya terkena oli mesin.

Anda mungkin juga menyukai