Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 1 :

1. Erpin Hanif A.
2. Fani Firmansyah
3. Fauzan Rahman
4. Febriyanti

MEKANISME MESIN TENUN HANDUK

Kain handuk pada umumnya berbulu pada kedua belah muka. Kain handuk memiliki 2 jenis lusi yaitu lusi
dasar dan lusi bulu, sehingga pada proses pertenunan dibutuhkan 2 lalatan untuk lusi dasar dan lusi bulu
yang berbeda tegangannya.

Gambar 1 : Struktur dari kain handuk (terry effect)

Bahan yang digunakan biasanya katun, ada kalanya benang linen dengan twist rendah sekali supaya
dapat menyerap air. Benang lusi bulu biasanya Ne1 12 atau Ne1 24/2 yang memiliki twist yang rendah.
Untuk serat tersebut dibutuhkan serat kapas yang panjang- panjang. Bulu- bulu atau jeratan pada kain
tersebut terjadi ketika ditenun, yaitu dengan pengetekan benang pakan berkelompok.

Memasukkan benang pakan dalam lusi ialah seperti biasa satu per satu, tetapi tidak dikenakan pada kain
(tidak sempurna) dan pengetekan sempurna adalah kelompok demi kelompok yang terdiri dari 3 atau 4
benang pakan.

Proses terjadinya bulu handuk ini terjadi apabila :

1. Tegangan benang lusi dibuat lebih kendor dari tegangan lusi dasar, yaitu dapat dengan cara
penguluran lusi dasar dengan sistim pengereman pasip sedang untuk penguluran lusi bulu
dengan sistim aktif.
2. Menggunakan pengetekan sistim handuk dimana pada 3 pakan berlaku : Pengetekan tidak
senpurna tidak sempurna sempurna.
3. Pengetekan dapat dilakukan dengan sistim sisir lepas atau sisir tetap

Pembentukan bulu menggunakan gerakan sisir tenun dan alat pengulur lusi yang memungkinkan
jeratan-jeratan benang terbentuk, jeratan-jeratan bisa terbentuk pada sebelah muka kain atau pada
kedua muka kain.
Pada proses pertenunan kain handuk bulu, dipergunakan dua buah boom lusi dengan penempatan satu
boom dibawah, yang dipergunakan untuk lusi dasar dan satu boom lagi  di atasnya untuk pembentukan
lusi bulu.

Struktur kain handuk bulu termasuk ke dalam kelas kain bulu lusi. Sebagian benang-benang lusi
membentuk jeratan yang menonjol di permukaan kain. Struktur kain tersusun atas 2 macam benang lusi
dan 1 pakan. Salah satu bennag lusi merupakan benang lusi dasar sedangkan satunya lagi sebagai lusi
bulu. Beam tenun kedua benang lusi tersebut dipisahkan, hal ini disebabkan adanya perbedaan
tegangan. Meluncurkan pakan ke dalam mulut lusi adalah seperti biasa satu persatu, namun tidak
dikanakan pada kain (pengetekan tidak sempurna) dan juga ada pengetekan sempurna yang merupakan
kelompok demi kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 helai pakan. Faktor-faktor yang perlu mendapat
perhatian sebelum melakukan proses pertenunan adalah melakukan penyetelan terhadap mekanisme
pengetekan pakan dan penguluran benang lusi, penempatan beam lusi dan lusi bulu.

Gambar 2 : Lengkungan (loop) yang menonjol pada permukaan kain

Pada kain handuk bulu sebagian benang-benang lusi tertentu membentuk jeratan (loop) atau
lengkungan yang menonjol di pemukaan kain. Struktur ini tersusun oleh satu macam pakan dan dua
macam benang lusi yang lalatannya tenunnya terpisah.
Gambar 3: Terdapat 2 macam benang lusi yang lalatannya terpisah

Satu macam lusi bersama pakan membentuk kain dasar, sedang satu macam lusi lainya membentuk
bulu-bulu loop tersebut.

Pembuatan handuk bulu dapat dikerjakan dengan menggunakan mesin tenun yang dilengkapi dengan
peralatan dobby.

Pada pembuatan handuk bulu, mesin tenun dilengkapi dengan boom lusi bulu, dan pengetekan juga
menggunakan 2 sistem, yaitu :

a. Pengetekan tidak sempurna, yang dilakukan sesuai dengan anyaman yang dibuat.
b. Pengetekan sempurna, hanya dilakukan satu kali dalam tiap merapatkan lusi bulu.

Susunan lusi juga dibagi 2 jenis, yaitu :

a. Susunan lusi dasar, contoh : 1a1, 2a1, 1a2.


b. Susunan lusi bulu, contoh : 1a1, 2a2.

Pengaturan tinggi bulu.

1. Pada sisir lepas pengaturan tinggi bulu dengan mengatur penekanan, jika lebih dalam maka
bulunya lebih tinggi. Jika lebih keluar maka bullunya lebih pendek.
2. Pada sisir lepas pengaturan tinggi bulu dilakukan dengan mengatur pengaturan jarak plat
penahan yang akan menahan batang berayun. Jadi penagturan tinggi bulu tergantung dari
langkah batang berayun pada lade yaitu jaraknya.

Gambar 4: Proses terbentuknya tinggi bulu pada kain handuk

DAFTAR PUSTAKA
Jumaeri, dkk. 1974. Textile Design. Institut Teknologi Tekstil. Bandung.

Soeparlie, liek. dkk. 1973. Teknologi Pertenunan. Institut Teknologi Tekstil. Bandung.

Sulam, abdul. 2008. Teknik Pembuatan Benang dan Pembuatan Kain Jilid II. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai