PRAKTIKUM PERTENUNAN I
ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) ROLL
Dosen :
Giarto, AT.M.Si.
Dinan Sapta O,. S.ST.
Amat bin Atma
OLEH :
FAHMI MUSLIM
1801005 / 2T1
TEKNIK TEKSTIL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... .5
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................................ .6
1.2.1. Maksud dan Tujuan Identifikasi dan Penyetelan ATBM Roll ....................... .6
1.2.2. Maksud dan Tujuan Menenun Tanpa Isi Benang pada ATBM Roll .............. .6
1.2.3. Maksud dan Tujuan Menenun Anyaman Polos dan Keper pada ATBM Roll.6
1.2.4. Maksud dan Tujuan Menenun Anyaman Turunan Dasar pada ATBM Roll .. .6
iii
4.1.2. Bagian – Bagian dan Fungsi Dari Identifikasi ATBM ................................21
4.1.3. Mekanisme Gerakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) ...........................22
4.2 Rencana Tenun Anyaman Polos dan Kepper Pada ATBM Roll .....................23
4.2.1 Rencana Tenun Anyaman Polos...................................................................23
4.2.2 Rencana Tenun Anyaman Kepper ................................................................24
4.3. Rencana Tenun Turunan Anyaman Dasar Pada ATBM Roll ........................24
4.3.1. Rencana Tenun Anyaman Turunan Dasar Diamond ...................................24
4.3.2. Rencana Tenun Anyaman Turunan Dasar Ajour ........................................25
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Praktikum Tenun Identifikasi dan Penyetelan ATBM Roll ........27
5.2. Kesimmpulan Praktikum Tenun ATBM Anyaman Polos dan Kepper ..........27
5.2. Lampiran Dokumentasi ..................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu kain tenun dibentuk dengan cara menyilangkan dua kelompok benang
dengan sudut 900. Alat tenun yang pertama diketahui 4000 tahun sebelum masehi.
Benang pakan yang searah dengan lebar kain disilangkan dengan kelompok benang
lusi yang membentuk panjang kain. Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi
vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang
pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut “shuttle” atau “teropong” untuk
membentuk “mulut lusi” benang lusi dipisahkan menjadi dua kelompok sehingga
teropong bisa dilewatkan melalui mulut tersebut. Pemisahan ini dilakukan dengan
menggunakan tongkat atau tangki pemisah. Di Asia Timur alat tenun kuno
dirancang dengan posisi benang lusi horisontal, namun kapan alat itu mulai
digunakan masih belum diketahui kurang lebih abad ke 3 Masehi, suatu mekanisme
“shedding” atau “pembukaan mulut lusi” telah diperkenalkan di Cina dan
disebarluaskan ke benua Eropa. Benang lusi secara individu dimasukkan ke lubang
mata gun yang tersusun pada suatu bingkai atau rangka gun. Kemudian rangka gun
ini diikat dengan tali yang dililitkan pada rol. Naik turun “rangka gun” atau
“kamran” dikendalikan oleh injakan yang ada dibawah rangka gun dan
dioperasikan oleh operator tenun dengan kakinya. semacam sisir berayun atau
“sisir tenun” digunakan untuk merapatkan benang pakan ke ujung kain (anyaman
awal) Pembentukan mulut lusi dan pengetekan benang pakan ke arah lebar kain
sangat menentukan kualitas kain tenun. Penyisipan benang pakan, yang merupakan
bagian penting proses pembuatan kain tenun. Membutuhkan tenaga dan
keterampilan yang tinggi, masih dilakukan secara manual. Lebar kain yang dapat
dihasilkan sangat terbatas tergantung pada rentang tangan penenun sehingga untuk
menghasilkan kain yang lebih lebar diperlukan untuk menyisihkan benang pakan
(teropong) dari satu sisi ke sisi yang lain.
5
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.2. Maksud dan Tujuan Menenun Tanpa Isi Benang pada ATBM Roll
1) Mahasiswa dapat menenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
tanpa benang lusi (kosong).
2) Mahasiswa dapat menenun dengan melakukan pengetekan dan injakan
pada Alat Tenun tanpa menggunakan benang lusi (kosong).
1.2.3. Maksud dan Tujuan Menenun Anyaman Polos dan Keper pada ATBM
Roll.
1) Mahasiswa dapat membuat rencana tenun pada anyaman polos dan
kepper.
2) Mahasiswa dapat menyetel Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) untuk
anyaman polos dan kepper.
3) Mahasiswa dapat menenun anyaman polos dan kepper.
1.2.4. Maksud dan Tujuan Menenun Anyaman Turunan Dasar pada ATBM
Roll.
1) Mahasiswa dapat membuat rencana tenun pada anyaman polos turunan
dasar.
2) Mahasiswa dapat menyetel mesin ATBM untuk anyaman polos turunan
dasar.
3) Mahasiswa dapat menenun anyaman polos turunan dasar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) adalah semua bentuk peralatan yang
dapat membuat kain tenun, dan digerakkan secara manual oleh tenaga manusia.
ATBM ini sebenarnya merupakan perkembangan dari alat tenun gedogan, yaitu
pada ATBM dibuat rangka mesin yang mempermudah penggunaannya daripada
alat tenun gedogan. ATBM digerakkan oleh tangan dan kaki, awalnya ATBM
dibuat untuk memenuhi kebutuhan tekstil kain, karena keterbatasan kapasitas
produksi kain dengan alat tenun gedogan. Seperti pada alat atau mesin tenun lainnya
maka ATBM mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu disebut dengan gerakan
pokok pertenunan. ATBM disebut juga alat tenun model TIB berasal dari kata
“Testile Inrichting Bandung”, karena Lembaga inilah yang mula-mula menciptakan
alat tenun di Indonesia sejak 1912, yang sekarang Lembaga ini berubah menjadi
Lembaga Pendidikan vokasi tekstil yang bernama Politeknik Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung. ATBM pertama kali masuk dan dipergunakan di
Kabupaten Wajo pada tahun 1950, namun saat ini ATBM semakin berkembang di
seluruh Indonesia dan menghasilkan berbagai jenis kain yang terbuat dari ATBM
ukuran kecil ataupun besar.
7
meter kain dengan lebar 70, 90, dan 110 cm.
Peralatan tenun ATBM yang diambil sebagai standar sebagai alternatif awal
sebelum dimodifikasi mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
ATBM ini sebenarnya merupakan perkembangan dari alat tenun gedogan, yaitu
pada ATBM dibuat rangka mesin yang mempermudah penggunaannya daripada
alat tenun gedogan. ATBM digerakkan oleh tenaga tangan dan kaki. Pada awalnya
ATBM dibuat untuk memenuhi kebutuhan tekstil kain, karena keterbatasan
kapasitas produksi kain dengan alat tenun gedogan.
8
2.1.2. GERAKAN POKOK PADA ATBM
Seperti pada alat atau mesin tenun lainnya maka ATBM mempunyai prinsip
kerja yang sama yaitu yang disebut dengan gerakan pokok pertenunan. Adapun
gerakan pokok dari proses pertenunan sebagai berikut :
1. Gerakan pembukaan mulut lusi, yaitu gerakan yang terjadi karena adanya
gerakan naik kelompok benang-benang lusi tertentu dan gerakan turun
kelompok benang-benang lusi tertentu. Akibat dari pembukaan mulut lusi
terbentuklah sebuah celah yang disebut mulut lusi. Pada ATBM pembukaan
mulut lusi terjadi karena adanya peralatan : injakan, tali ikatan, kamran,
matagun, tali penghubung, dan rol kerek.
Disamping gerakan pokok tersebut diatas terdapat juga gerakan tambahan (gerakan
sekunder) yaitu :
1. Gerakan penguluran lusi, yaitu gerakan penguluran benang lusi oleh boom
tenun agar benang-benang lusi mempunyai tegangan yang konstan. Peralatan
yang digunakan : boom lusi, balok pembesut, piringan pengerem, tali
pengerem, batang pengerem, dan bandul pengerem.
9
Beberapa kelemahan pada ATBM standar adalah:
1. Pada bagian lade, dikarenakan sistem pergerakan ini dilakukan secara manual
(dengan tangan) maka gerakan lade ini tidak konstan hal ini mengakibatkan
tingkat kerapatan benang pada hasil tenunan tidak sama sehingga kualitas dari
hasil tenunan tersebut kurang baik.
2. Konstruksi dudukan lade pada peralatan ini hanya bertumpu pada rangka
bagian atas sehingga lama kelamaan akan mengakibatkan dudukan yang tidak
seimbang. Hal ini akan menyebabkan pukulan lade/pergerakan lade tidak
merata untuk merapatkan benang pakan.
3. Pada pergerakan pembukaan mulut lusi, permasalahannya adalah sistem
pembukaan mulut lusi tidak rata yang mengakibatkan benang lusi yang
diangkat akan cepat putus sehingga menimbulkan beberapa sambungan pada
benang lusi tersebut yang akhirnya pada permukaan hasil tenunan menjadi
tidak rata.
➢ Picking Motion
Gerakan peluncuran pakan (picking motion) yaitu gerakan memasukan
benang pakan pada mulut lusi yang terbentuk. Pada ATBM peralatan yang
berfungsi untuk meluncurkan benang pakan batang pemukul, tali penarik
picker, picker (pemukul), laci teropong, teropong, dan palet. Gerakan bisa
terjadi karena teropong yang membawa benang pakan dipukul oleh picker
10
bolak-balik dari kanan ke kiri melalui mulut lusi dengan diberi dorongan ke
lade .
➢ Beating Up Motion
Gerakan pengetekan (beating up motion) yaitu gerakan merapatkan
benang pakan yang telah diluncurkan dengan kain. Gerakan ini terjadi karena
adanya gerakan maju mundur dari lade yang mempunyai sisir tenun yang
digerakkan oleh tangan.
11
2. Mudah dilalui benang pakan, artinya besar mulut yang terbentuk haruslah
lebih dari tinggi teropong yang digunakan. Perlu diperhatikan, jika mulut lusi
terlalu besar, hal ini akan menyebabkan tegangan lusi akan besar sehingga
mulur lusi akan besar pula. Tinggi mulut lusi harus diatur dan disesuaikan
dengan tinggi teropongnya.
3. Tidak menyebabkan banyaknya benang lusi yang putus. Hal ini dapat diatur
dengan mengatur tinggi mulut lusinya.
1. Mulut lusi naik, terjadi karena sebagian lusi naik dan sebagian lusi diam.
A : lusi diam
C
B : ujung kain
C : lusi naik
A B : mulut lusi naik
2. Mulut lusi turun, terjadi karena sebagian lusi turun dan sebagian lusi diam.
A : lusi diam
B A
B : ujung kain
C : lusi naik
: mulut lusi turun
C
3. Mulut lusi naik turun, terjadi karena sebagian lusi naik dan sebagian lusi
turun.
A A : lusi diam
B B : ujung kain
C C : lusi naik
: mulut lusi turun
12
2.1.3. RENCANA TENUN PADA ATBM
13
c) Ulangan raport; kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi
sesudah 2 helai pakan. Kearah vertikal atau kearah lusi, diulangi sesudah 2
helai lusi.
d) Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain.
e) Jika faktor-faktor lainnya sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain
menjadi; paling kuat daripada dengan anyaman lain dan letak benang lebih
teguh atau tak mudah berubah tempat.
f) Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor
kontruksi kain yang lain daripada jenis anyaman yang lainnya.
g) Pada umumnya penutupan kainnya (fabric cover) berkisar pada 25%-75%
h) Anyaman polos untuk kain padat biasanyan menggunakan benang pakan
yang lebih besar daripada benang lusinya.
a) Pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring tidak putus-
putus.
b) Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah kekiri atas, disebut keper
kiri. Sedangkan jika sebaliknya maka disebut keper kanan.
c) Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut keper efek lusi atau
keper lusi. Sedangkan sebaliknya disebut efek pakan.
d) Jika raport terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan,
disebut keper 3 gun.
e) Dalam kondisi sama, kekuatan kain dengan anyaman polos lebih besar dari
pada kekuatan kain dengan anyaman keper.
f) Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada dalam anyaman
polos.
g) Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan
pakan.
h) Garis miring dengan sudut >45o, disebut keper curam (steep twill).
14
2.1.3.3. Anyaman Ajour
Kain yang menggunakan anyaman ini mempunyai lubang lubang yang
terjadi karena pengelompokan benang benang lusi dan pakan.Pengelompokan
benang benang tersebut adalah dikarenakan masin masing kelompok dari benang
lusi dan pakan membentuk efek yang berbalikan secara bergantian.Apabila dalam
satu repeat anyaman terdapat sekelompok benang lusi dan pakan yang bekerjanya
saling berlawanan maka akan terbentuk lubang pada kain,Luasnya lubang yang
terbentuk pada kain tergantung pada :
15
BAB III
METODOLOGI
3.1. METODOLOGI
3.2.2. Alat dan Bahan Praktikum Menenun ATBM Tanpa Isi Benang
3.2.3. Alat dan Bahan Praktikum Menenun Anyaman Polos dan Keper
16
3.2.4. Alat dan Bahan Praktikum Menenun Anyaman Turunan Dasar
17
3.3.3. Prosedur Praktikum Menenun ATBM Roll Anyaman Polos dan
Kepper.
18
3.3.4. Prosedur Praktikum Menenun ATBM Roll Anyaman Turunan Dasar
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 1
2
1
3
5
4 1
6
5 1
7
6 1
8
7
1
8
9
2
0
9
20
4.1.2. Bagian – Bagian dan Fungi dari identifikasi ATBM
21
Rol/kerek Menghubungkan dua kamran yang bekerjanya saling
berlawanan, sehingga pada saat salah satu kamran
naik maka kamran yang lainnya akan turun.
Gun/Kamran Untuk menaikkan atau menurunkan kelompok
benang-benang lusi yang dicucuk dalam matagun agar
terbentuk mulut lusi.
Balok pembesut Untuk pengantar benang-benang lusi pada saat
penguluran.
Palet Untuk tempat menggulung benang pakan yang
terdapat pada teropong.
Beam lusi Sebagai tempat digulungnya benang-benang lusi yang
akan ditenun pada proses pertenunan.
Piringan rem Fungsinya untuk landasan pengereman putaran boom
lusi.
Batang pengerem Fungsinya untuk mengerem atau melepaskan rem
pada saat penggulungan kain (secara manual).
Bandul Fungsinya untuk memberi beban pada batang
pengerem sehingga terjadi pengereman pada
piringan pengerem.
Tabel 4.1 Bagian – Bagian dan Fungsi dari Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
22
2. Mekanisme Picking Motion
Gerakan peluncuran pakan (picking motion) yaitu gerakan
memasukan benang pakan pada mulut lusi yang terbentuk. Pada ATBM
peralatan yang berfungsi untuk meluncurkan benang pakan batang pemukul,
tali penarik picker, picker (pemukul), laci teropong, teropong, dan palet.
Gerakan bisa terjadi karena teropong yang membawa benang pakan dipukul
oleh picker bolak-balik dari kanan ke kiri melalui mulut lusi dengan diberi
dorongan ke lade .
1 2
Injakan 1 : Kamran 2
Injakan 2 : Kamran 1
23
4.2.2. Rencana Tenun Anyaman Keper (Cucukan 1-3-2-4 )
1 2 3 4
1 2 3 4
24
Injakan 3 : Kamran 2 dan 3
Injakan 4 : Kamran 1 dan 3
1 2 3 4
4.4. PEMBAHASAN
4.4.1. Pembahasan Identifikasi dan Penyetelan ATBM Roll
25
Setelah semuanya terpasang secara benar, praktikan memulai identifikasi
bagaimana mekanisme mesin ATBM roll, yang pertama dilihat adalah shedding
motion gerakan ini dipengaruhi oleh injakan yang diinjak oleh praktikan, dimana
injakan yang diinjak akan menurunkan kamran yang diikat pada kamran, sehingga
akan tercipta lah mulut lusi yang bisa dilalui oleh teropong. Hal yang kedua dilihat
oleh praktikan adalah picking motion, gerakan ini adalah gerakan teropong yang
dipukul oleh picker secara berulang-ulang, dimana teropong bergerak dari sisi
kanan ke sisi kiri atau sebaliknya. Hal ini tercipta dikarenakan pada bagian atas
mesin ATBM terdapat gaya yang mendorong ke depan, sehinnga picker pun akan
tertarik dan memukul teropong sehingga melesat melwati pembukaan mulut lusi.
Pada praktikum menenun anyaman polos pada mesin ATBM roll, praktikan
hanya mengalami sedikit kesulitan saja. Dikarenakan sebelumya praktikan telah
melakukan penyetelan mesin ATBM,sehingga mempermudah penyetelan untuk
menenun anyaman polos pada mesin ATBM roll. Dalam menenun anyaman polos,
terdapat beberapa mesin yang dipakai. Ada yang menggunakan 4 kamran dan ada
yang menggunakan 4 kamran, namun 2 kamran diikat menjadi satu. Pola cucukan
pada mesin ATBMnya pun berbeda-beda, ada yang menggunakan cucukan lurus
dan ada yang menggunakan cucukan lompat. Dalam praktikum anyaman polos
biasanya hanya menggunakan 2 injakan, hal ini dilakukan untuk mengefisiensikan
praktikan atau orang yang menenun karena hanya membuat untuk anyaman polos
saja.
4.4.3. Pembahasan Menenun Kain Anyaman Keper pada Mesin ATBM Roll
Pada praktikum menenun anyaman keper, disini memiliki hal yang berbeda
dari anyaman polos, dikarenakan praktikan harus membuat dan mengamati rencana
tenun. Dalam pembuatan anyaman keper, praktikan mengalami sedikit kesulitan
saat menginjak injakan dikarenakan praktikan belum terbiasa dengan menginjak 4
injakan. Dalam rencana tenun anyaman keper pun digunakan pola cucukan 1-3-2-4
atau pola cucukan lompat. Mengapa tidak menggunakan pola cucukan lurus??
Apabila praktikan ingin membuat anyaman keper dengan pola cucukan lurus hal ini
26
bisa saja dilakukan dalam kertas dan rencana tenun, namun hal ini akan berbeda
dalam skema roll dan penyetelan roll. Apabila praktikan menerapkan pola cucukan
lurus, bisa mengakibatkan kamran yang saling tarik menarik yang pada akhirnya
bisa menyebabkan mesin ATBM menjadi ambrol.
Masalah lainnya yang dialami praktikan adalah terjadinya putus benang yang cukup
banyak lalu sering terjadinya kendor pada benang lusi. Benang yang putus pada
mesin bisa diakibatkan saat praktikum berlangsung, praktikan atau orang yang
menenun terlalu keras mendorong dan menarik kembali lade, sehingga benang-
benang pun akhirnya menjadi putus. Atau faktor lain yang bisa terjadi adalah
benang yang memang kekuatannya rendah, sehingga benang menjadi mudah putus.
Untuk menghindari kusut benang diantar benang lusi lainnya, akhirnya diberi solusi
dengan mencari dimana benang yang putus dan memasukan kembali ke kamran lalu
ke sisir tenun atau dengan memisahkan benang lusi yang putus dengan cara
diisolatip. Untuk benang lusi yang kendor bisa diatasi dengan mengulur lusi dengan
menarik tuas yang di sebelah kanan dari orang meneun, lalu menggulung kain
dengan menarik tuas yang berada di sebelah kiri orang yang menenun. Dalam
menenun anyaman keper menggunakan pola cucukan lompatan 1-3-2-4 dan
menggunakan 4 injakan.
27
BAB V
KESIMPULAN
28
5.3. Lampiran Dokumentasi
Gambar 5.3.3 Proses Pemberian Materi Gambar 5.3.4 Proses Pemberian Materi
Oleh Dosen Oleh Dosen
Gambar 5.3.5 Proses Penyetelan pada Gambar 5.3.6 Proses Penyetelan pada
ATBM oleh Mahasiswa ATBM oleh Mahasiswa
29
Gambar 5.3.4 Proses Pemberian Materi
Oleh Dosen
30
DAFTAR PUSTAKA
31