Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL

ANYAMAN TURUNAN POLOS

NAMA : MUHAMMAD FAHRUL IKHSAN


NPM : 18010025
GRUP/KELAS : 2T1
NAMA DOSEN : SITI ROHMAH, A.T., M.T.
ASISTEN DOSEN - NANDANG S., S.T., M.Ds.
- TJIPTODI

PROGRAM STUDI TEKNIK TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2018
DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN TURUNAN POLOS

I. Maksud dan Tujuan


Untuk menguraikan kain dengan ditiras atau dilihat dengan lup kearah lusi dan pakan untuk
mengetahui konstruksi kain tersebut, kemudian mengukur dan menghitung beratnya.
1. Mengetahui desain dasar struktur kain tenun
2. Mengetahui konstruksi kain meliputi : anyaman, tetal benang lusi dan pakan, nomer benang lusi
dan pakan.
3. Mengetahui kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk membuat kain dengan panjang dan
lebar tertentu berdasarkan konstruksi kain yang mengalami dekomposisi.

II. Teori Dasar


Turunan anyaman polos adalah anyaman polos yang diperpanjang efek lusinya atau efek
pakannya, atau diperpanjang kedua-duanya.
Arah perpanjangan :
Perpanjangan benang efek ke arah vertikal : perpanjangan efek lusi
Perpanjangan benang efek ke arah horisontal : perpanjangan efek pakan
1. Turunan anyaman polos langsung
A Perpanjangan efek lusi
Anyamannya disebut :rusuk lusi, cannele lusi, atau rib lusi
 Perpanjangan teratur
Perpanjangan efek lusi ini terjadi karena pada setiap mulut lusi diluncurkan 2 atau lebih benang pakan. Cara
peluncuran pakan dapat dilakukan dengan 2 macam cara yaitu ;
1. Dua helai atau lebih benang pakan dipalet menjadi satu sehingga dalam setriap mulut lusidiluncurkan
sekaligus 2 helai pakan atau lebih
2. Setiap helai paka diluncurkan sendiri-sendiri dalam satu mulut lusi
Anyaman ini mengakibatkan / terjadinya rusuk-rusuk pada permukaan kain. Rusuk-rusuk ini mempunyai
arah horisontal (ke arah lebar kain) oleh karena efek lusi lebih besar daripada efek pakan, maka pada
permukaan kain hanya terlihat efek lusi.
Agar supaya benang pakan lebih tidak kelihatan (tertutup), maka tetal lusi dibuat lebih besar daripada tetal
pakan. Jika benang lusi diberi 2 warna atau 2 benang yang asalnya bahan berlainan secara bergantia, amka
permukaan kain akan mempunyai rusuk dengan 2 warna bergantian.
Apabila benang-benang pakan tersebut diganti dengan helai pakan yang bernomor kasar, akan
menghasilkan rib atau rusuk yang lebih kasar
Anyaman rusuk lusi dapat dicucuk seperti pada anyaman polos, dengan menggunakan gun 2, 4, 6 dan 8
buah yang disebabkan menurut tetal lusinya.

A : Anyaman cannele lusi


B : Cucukan gun
C : Pegging plan

B
A C

 Perpanjangna tak teratur


Anyaman ini seperti yang telah diuraikan diatas, tetapi perpanjangan efek lusi tidak tetap besarnya
misalnya rusuk lusi : , , dll
Anyaman ini mempunyai rusuk yang lebar berbeda-beda pada permukaan kain
4-5 rusuk per 1 cm : rusuk halus
1-3 rusuk per 1 cm : rusuk kasar
Gambar berikut contoh dari anyaman efek lusi tak teratur :
Gambar a : Rib lusi
Gambar b : Rib lusi
Gambar c : Rib lusi
A

B B

 Rusuk lusi (cannele lusi) diperkuat


Untuk menghindari tertumpuknya benang-benang pakan yang terletak bebas, maka cannele lusi dapat
diperkuat seperti) Dikatakan “diperkuat’ karena rusuk lusi yang terlalu lebar akan mengakibatkan letak
benang pakan kurang teguh.
Cannele lusi diperkuat seperti contoh diatas hanya akan mempunyai rusuk satu permukaan kain saja. Agar
supaya kedua permukaan kain mempunyai rusuk, cara mempekuat dilakukan dengan menggunakan lusi
pengikat pada kelompok-kelompok di cannele lusi
karena lusi pengikat mempunyai silangan yang lebih banyak daripada lusi yang membentuk rusuk, maka
digunakan lalatan tesendiri. Benang lusi pengikat harus terdiri dari benang yang lebih halus, agar tidak
kelihatan
B. Perpanjangan efek pakan
Anyaman disebut ; “rusuk pakan” atau “cannele pakan”, “inslagriba” atau “inslag cannele”, atau “weft
riba’.
 Perpanjangan teratur
Cannelee pakan terjadi apabila pada anyaman polos diperpanjang efek paknnya. Arah rusuk sejajar dengan
pinggir kain.
Misalnya cannele pakan :
Mengubah permukaan kain : sesuai dengan cannele lusi (benang pakan warna)
Supaya rusuk kelihatan baik, tetal pakan harus lebih besar dari tetal lusi.
 Cannele pakan tak teratur atau cateline
Cannele pakan tak teratur adalah anyaman cannelepakan dengan perpanjangan efek pakan yang tidak tetap
besarnya

 Cannele pakan diperkuat


Anyaman diperkuat dengan mengurangi efek-efek lusinya, sehingga hanya satu yang ada rusuk pada
permukaannya, agar rusuk pada kedua permukaan harus dengan sistem memnambah barang pengikat
C Perpanjangan efeklusi dan efek pakam
1. Perpanjangan teratur
Pada anyaman ini efek lusi dan pakan pada anyaman polos diperpanjang bersama-sama, mislanya
dengan sehingga pada permukaan kain akan akan terlihat berkotak-kotak atau dengan kata lain anyaman
panama adalah perpaduan antara cannele lusi dan cannele pakan
X X X X
X X X X
2. Anyaman panama tak teratur
Jika gambar kotak panama tidak sama besar, disebut “panama tak teratur”, diperoleh dengan perpanjangan
efek lusi dan efek pakam bersama-sama, perpanjangan mana antara kotak yang satu dengan kotak yang lain
tidak sama panjang.
3. Anyaman panama diperkuat
Dapat diperkuat dengan cara anyaman polos disisipkan hanya pada bagian benang lusi. Cara ini
mengakibatkan bagian efek pakan dari design menjadi rusak, atau bisa juuga tiap benang lusi maupun pakan
masing-masing diperkuat dengan anyaman polos, sehingga bagisan efek lusi maupun bagian efek pakan
bentuknya
4. Anyaman panama diperkuat dengan ubahan design
Anyaman panama diperkuat mempunyai fungsi :
 Merupakan ukuran design
 Untuk memperoleh susunan kain yang lebih teguh jika dibandingkan dengan anyaman pertamma yang
biasa

5. Hopstock tiruan
Kain dengan anyaman ini hanya efek lusi saja yang tampak pada permukaan kain. Banyak lusi : 2 x pakan
dalam satu raport, agar terlihat kotak-kotak persegi
2. Turunan anyaman polos tidak langsung
a. Cannele lusi selang-seling (Royals)
Jika cannele lusi dibuat kelompok-kelompok dan jika pada semua dikelompok dari yang bernomor genap
bekerjanya digeser keatas 1 atau 2 pakan ataupun lebih, maka akan terbentuk cannele lusi selangseling
Pada permukaan kain dengan anyaman riba lusi selang-seling tidak emperlihatkan rusuk-rusuk tetapi
cenderung merupakan butir-butir pada permukaan kain
Anyaman rusuk lusi , tiap kelompk digeser keatas dengan angka loncat dua.Tiap kelompok terdiri dari 4
helai lusi
Suatu cara yang lazim dipakai ialah menggunakan metode penggeseran yang ditentukan lebih dulu sebagai
alat / pedoman untuk penggeseran kelompok-kelompok lusi tersebut.
b. Cannele pakan selang seling
Metodanya sama dengan cannele lusi selang-seling (royale) anyaman ini jarang dipakai
c. Anyaman cannele berkotak
Anyaman ini adalah gabungan dari cannele lusi dan cannele pakan selang-seling. Biasanya dipakai dalam
pakaian wanitapda sutera dan wol, terutama bahan untuk mantel

d. Anyaman “huckaback”
Gabungan dari anyaman polos, rips lusi dan rips pakan, Anyaman polos dimaksudkan untuk memberi
keteguhan letak benang pada kain, sedang efek lusi/efek pakan yang panjang dimaksudkan untuk
memberikan sifat kain menjadi cepat menyerap air

e. Kombinasi panama cannele


Anyaman ini adalah gabungan dari anyaman-anyaman panam. Cannele lusi dan cannale pakan. Gambar
berikut merupakan contoh dari gabungan 3 anyaman tersebut

f. Anyaman biji jelai (barley-corn weaves0


Anyaman biji jelai juga tergolong turunan anyaman polos tidak langsung atau turunan dari anyaman
hopseack (panama). Gammbar berikut contoh dari anyaman bijii jelai, dimana efek pakan pada anyaman
panama diberi efek-efek lusi sedemikian rupa sehingga terbentuk anyaman keper efek pakan

g. Anyaman berlubang (ajour)


Kain yang menggunakan anyaman ini mempunyai lubang-lubang (air space) yang terjadi karena
pengelompokan benang-benang lusi dan benang-benang pakan. Pengelompokan benang-benang tersebut
adalah disebabkan karena masing-masing kelompok dari benang-benang lusi dan benang-benang pakan
membentuk efek yang berbalikkan secara bergantian. dengan kata lain, apabila dalam satu raport anyaman
terdapat sejumlah /sekelompok benang-benang pakan yang bekerjanya saling berlawanan, makaakan
terbentuk lubang pada kain (perforated fabrics)
Anyaman ajour banyak dipakai pada anyaman campuran sebagai penghias luasnya lubang (air space) yang
terbentuk pada kain tergantung dari :
a. panjang rendahnya efek kelompok lusi dan pakan
b. tetal lusi dan tetal pakan
h. Anyaman crepe (anyaman berbutir)
Anyaman yang menghasilkan permukaan kain berkerut-kerut atau berbutir-butir. Rupa crepe pada
permukaan kain ini diperoleh dengan cara sebagai berikut
Anyaman dasar adalah anyaman polos. Dari anyaman dasar ini, efek lusinya dikurangi / ditambah. Cara
penambahan / pengurangan efek lusi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Salah satu cara yang banayk dipakai ialah : semua benang bernomr ganjilditambah/dikurangi efek lusinya
menurut aturan anyaman satin
gamabar
O O
X X X X X X X X X X X X
O O
X X X X X X X X X X X
O O
X X X X X X X X X X X X
O O
X X X X X X X X X X X X

Gambar 125 a : menunjukkan bekerjanya lusi nomer ganjil pada anyaman polos
Gambar 125 b : efek lusi menurut aturan satin 4 gun ditembahkan pada lusi nomer ganjil
Gmbar 125 c : Efek pakan menurut aturan satin setelah ditambahkan pada
gambar 125 b
Gmbar 1255 d : anyaman crepe hasil paduan a, b, dan c

III. Alat dan Bahan

a. Lup
b. Gunting
c. Penggaris
d. Jarum
e. Timbangan
f. Kain contoh

IV. Langkah Kerja

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai ( lusi = 20 hl dan
pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
 No. Metrik [Nm]
 No. Inggris [Ne1]
 Tex
 Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
 Berat Percobaan/ m²
 Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
 Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
 Warp Cover [Cw]
 Filling Cover [Cf]
 CF (%)
11. Mengambar anyaman.

V. Data perhitungan
Tetal ( hl/inchi )

 Tetal lusi
1. Tl 1 91
2. Tl 2 91
3. Tl 3 90

Jumlah seluruh = 272/inc : 3

Rata – rata = 90,66/inc : 2,54

= 35,69/cm

 Tetal pakan
1. Tp 1 80
2. Tp 2 81
3. Tp 3 80
4. Jumlah seluruh = 241/inc : 3

Rata – rata = 80,33/inc : 2,54

= 31,62/cm

Panjang benang setelah diluruskan

Lusi (cm) Pakan (cm)

10,1 20, 10 10
10,2 10,1 10 10,2

10 10 10,1 10

10,1 10,2 10,2 10

10 10 10,1 10

10,2 10,1 10 10

10,1 10 10 10,1

10 10 10,2 10

10,2 10 10 10,2

10 10,2 10,1 10  Berat


kain 10 x
∑L = 201,5 : 20 ∑P = 201,3 : 20
10 cm =
Pjg rata – rata pakan = 10,06cm
1,1959
Pjg rata- rata lusi = 10,075 cm
gram
 Berat lusi 20 hl = 0,0548 gram
 Berat pakan 20 hl = 0,0373gram
 Mengkeret lusi dan pakan
𝑷𝒃 − 𝑷𝒌
𝑴𝒆𝒏𝒈𝒌𝒆𝒓𝒆𝒕 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒃
10,075−10
 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝐿𝑢𝑠𝑖 = × 100% = 𝟎, 𝟕𝟒%
10,075
10,06−10
 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = × 100% = 𝟎, 𝟓𝟗%
10,06

 Nomor lusi dan pakan


Lusi
 Panjang 20 lusi setelah diluruskan = 201,5 cm = 2,015 m
 Berat 20 lusi = 54,8 mg = 0,0548 g
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 2,015 𝑚
 𝑁𝑚 = = 0,0548 𝑔 = 36,77𝑚/𝑔
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)

 𝑁𝑒1 = 0,59 × 𝑁𝑚 = 0,59 × 36,77 = 21,69


1000 1000
 𝑇𝑒𝑥 = = 36,77 = 27,19
𝑁𝑚
9000 9000
 𝑇𝑑 = = 36,77 = 244,76
𝑁𝑚

Pakan
 Panjang 20 Pakan setelah diluruskan = 201,3 cm = 2,013 m
 Berat 20 pakan = 3,73 mg = 0,0373 g
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚) 2,013 𝑚
 𝑁𝑚 = = 0,0373 𝑔 = 53,96
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)

 𝑁𝑒1 = 0,59 × 𝑁𝑚 = 0,59 × 53,96 = 31,83


1000 1000
 𝑇𝑒𝑥 = = = 33
𝑁𝑚 53,96
9000 9000
 𝑇𝑑 = = 53,96 = 166,79
𝑁𝑚

 Berat kain
a. Dengan penimbangan
Berat kain / m2 = berat contoh x 100 x 100 = B1
Ukuran sampel
= 1,1959 g x 100 x 100
10 x 10
= 1,1959 g x 1000 : 10
= 1,1959 g x 100
= 119,59 g/m2
b. Dengan perhitungan
 lusi

ℎ𝑙 100
𝑇𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑐𝑚) × 100 × 100 − 𝑚𝐿 × 100
= 𝐵2 𝑔/𝑚2
𝑁𝑚𝐿𝑢𝑠𝑖 × 100
𝑐𝑚 100 100𝑐𝑚
(35,69 ℎ𝑙) × 100
𝑚 × 100 − 0,74 × 𝑚
= =
𝑔 100𝑐𝑚
36,77 𝑚 × 𝑚

= 35,69 × 100 × 0,74 ∶ 36,77


= 2641,06 ∶ 36,77

=𝟕𝟏, 𝟖𝟐𝟔 𝒈/𝒎𝟐

pakan

ℎ𝑙 100
𝑇𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑐𝑚) × 100 × 100 − 𝑚𝑃 × 100 𝑐𝑚/𝑚 = 𝐵3
𝑁𝑚𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 × 100

ℎ𝑙 100
(31,62 𝑐𝑚) × 100𝑐𝑚 × × 100 𝑐𝑚/𝑚
100 − 0,59
𝑐𝑚
53,96 × 100 𝑚

= 31,62 × 100 × 0,59 ∶ 53,96

= 1865,58 ∶ 53,96

= 𝟑𝟒, 𝟓𝟕 𝒈𝒓/𝑚2

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛⁄
𝑚2 = 𝐵2 + 𝐵3 = B4
= 71,826 + 34,57 = 𝟏𝟎𝟔, 𝟑𝟗𝟔 𝒈/𝒎

 Selisih (%) = 𝐵4 − 𝐵1 ∶ B4 = 106,396 – 119,59


106,396
= 5,15 : 106,396 x 100%

= 5,4 %
 Cover factor
n = tetal/inci, w = lusi, f = pakan
d = diameter benang : 1/28√𝑁𝑒1
1. Warp cover factor = Cw = nw x dw
d lusi = 1/28√𝑁𝑒1 = 1/28√18,6
= 1/(28 x 6,60) = 1/184,8
= 0,0054
Cf =104 x 0,0054
= 0,5616

2. Filling cover factor = Cf = nf x df


d pakan =1/28√17,877 = 1/(28 x6,12)
= 1/171,36
=0,0058
Cf = 161 x 0,00580
= 0,9338
3. Cover factor ( CF) = (Cw+Cf – Cw x Cf)
= 0,5616 + 0,9338 – 0,5616 x 0,9338
= 1,4954 – 0,5244
= 0,9709
Gambar Anyaman

Kain Contoh
I. DISKUSI

Didapatkan hasil pengukuran yaitu nilai mengkeret benang, nomor benang, dan berat
kain. Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling baik adalah
sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata ≤ 5%. Pada percobaan didapat selisih melebihi nilai
rata-rata. Selisih tersebut kemungkinan disebabkan beberapa hal :
 Kesulitan dalam menentukan arah lusi, sehingga akan mempengaruhi pada saat
penimbangan, karena bila salah menentukan lusi maka hasil penimbangan akan
terbalik. Untuk itu harus dipahami cara menentukan lusi, lusi rata-rata lebih banyak
dan lebih rapat daripada pakan, dari tekstur permukaan biasanya lusi lebih kasar dari
pakan pada anyaman tertentu, yang lebih mudah apabila ada pinggiran kain maka lusi
searah dengan pinggiran kain..
 Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti dan timbangannya
kurang akurat, karena terkadang tidak menghasilkan berat tetap dan ketelitiannya lebih
besar. Menggunting kain 10cmx10cm harus sangat hati-hati, jangan sampai tidak rata
bahkan sedikit pun terpotong, karena itu akan mempengaruhi penimbangan Selain itu
benang yang telah ditiras ada yang tidak utuh satu tapi terurai yang bisa mempengaruhi
berat saat penimbangan.
 Menghitung tetal yang kurang teliti mempengaruhi pada perhitungan
 Pada kain Cele, semuanya dihitung berdasarkan warna penyusun anyamannya.
BAB III
PENUTUP

1.1.Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

Nm Lusi = 36,77
Nm pakan = 53,96
Berat kain/m2 berdasarkan penimbangan = 106,396 g
Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 119,59 g
1.2.DAFTAR PUSTAKA

Jumaeri,Bk.Teks dk. Textile Design. 1974. Bandung: Institut Teknologi Tekstil

Anda mungkin juga menyukai