DEKOMPOSISI KAIN
Disusun oleh :
Nama : Nurwahyudi
Npm : 21410012
Grup : 2T1
Jurusan : Teknik tekstil
Dosen : 1. Giarto,AT,M.Si
2. Ria W.,S.ST
3. Siska Astari D., S.ST
DASAR TEORI
Kain 2 muka adalah kain yang ditenun dengan cara-cara :
• Menggunakan 2 macamlusi dengan1macampakan → Kain dobel lusi
• Menggunakan 1 macamlusi dengan2macampakan→ Kain dobel pakan
Tujuan dari dibentuknya kain dua muka adalah
1. Menambah tebal atau berat kain dengan menggunakan 2 macam lusi atau
pakan dengan nomer yang berbeda
Benang halus → untuk permukaan atas
Benang kasar → untuk permukaan bawah
2. Membuat permukaan atas dan bawah kain berbeda atau sama
3. Membuat motif pada dua permukaan kain dengan cara pertukaran warna dari
benang lusi atau pakan
Klasifikasi kain 2 muka
A. Kain dua muka biasa
1. kain dua muka lusi
2. kain dua muka pakan
B. Turunan kain dua muka
1. kain dua muka lusi pengisi
2. kain dua muka dengan pengikat
3. kain dua muka dengan motif
PEMBAHASAN
Contoh kain pakan hiijau paka hijau lusi
38+35+37
- Tetal = = 36,6 (92,96 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)
3
- Panjang rata-rata benang 10 hl = 10,7 = 1,07 m
- Berat benang 10 hl = 0,0378
𝑝1−𝑝2 10,7−10
- Mengkeret 𝑝1 𝑥 100% = 10,7 x 100% = 6,54 %
𝑃.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 1,07
- NM = 𝐵.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 = = 28,30
0,0378
- Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 28,30 = 16,69
1000 1000
- Tex = = = 35,33
𝑁𝑚 28,30
- Jenis benang = staple
18+15+17
- Tetal = = 16,6 (42,164 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)
3
- Panjang rata-rata benang 10 hl = 10,3 = 1,03 m
- Berat benang 10 hl = 0,0387
𝑝1−𝑝2 10,3−10
- Mengkeret 𝑝1 𝑥 100% = 10,3 x 100% = 2,91 %
𝑃.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 1,03
- NM = 𝐵.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 = = 26,61
0,0387
- Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 26,61 = 15,69
1000 1000
- Tex = 𝑁𝑚 = 26,61 = 37,57
- Jenis benang = staple
16+15+16
- Tetal = = 15,6 (29,62 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)
3
- Panjang rata-rata benang 10 hl = 10,2 = 1,02 m
- Berat benang 10 hl = 0,0624
𝑝1−𝑝2 10,2−10
- Mengkeret 𝑥 100% = x 100% = 1.96 %
𝑝1 10,2
𝑃.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 1,02
- NM = 𝐵.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 = = 16,34
0,0624
- Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 16,34 = 9,64
1000 1000
- Tex = 𝑁𝑚 = 16,34 = 61,19
- Jenis benang = staple
• Berat kain
100𝑥100 100𝑥100
- Berat kain penimbangan = x berat sampel = x 3,034 = 300 g
10𝑥10 10𝑥10
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat lusi/m2 = x 100−𝑚𝑙
𝑁𝑚𝑥10
36,6𝑥100𝑥100 100
= x 100−6,54
28,30𝑥10
3.660 100
= x 93,40
28,30
= 125,84 g/m2
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat pakan hijau/m2 = x 100−𝑚𝑝
𝑁𝑚𝑥10
16,6𝑥100𝑥100 100
= 26,61𝑥10
x 100−2,91
1660 100
= x 97,09
26,61
= 63,62 g/m2
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat pakan biru/m2 = x 100−𝑚𝑝
𝑁𝑚𝑥10
16,6𝑥100𝑥100 100
= x 100−2,91
26,61𝑥10
1660 100
= x 97,09
26,61
= 63,62 g/m2
- Maka berat kain = lusi/m2 + pakan/m2
= 125,84 + (63,62 + 96,54)
= 285,88
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟(𝑏𝑏)−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙(𝑏𝑘)
• Selisih berat = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟(𝑏𝑏)
300−285,88
= x 100% = 4,70 %
300
• Cover factor
1
- Cw = nw.dw = tetal lusi (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 92,96 x 28√16,69
= 0,74
1
- Cf = nf.df = tetal pakan (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 81,97 x 28√15,69
= 0,73
- Cf % = (cw + cf) – (cw x cf) x 100%
= (0,74 + 0,73) – (0,74 x 0,73) x 100%
= 1,47 – 0,54 x 100%
= 93%
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 36,6 tetal pakan hijau = 16,6 pakan biru = 15,6
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 6,54 %
Mengkeret pakan hijau = 2,91 %
Mengkeret pakan biru = 1,96 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan hijau : nomer pakan biru
Nm = 28,30 Nm = 26,61 Nm = 16,34
Ne1 = 16,69 Ne1 = 15,69 Ne1 = 9,64
Tex = 35,33 Tex = 37,57 Tex = 61,69
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 300 g/m2
Hasil perhitungan = 285,88 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 4,70 %
Fabric Cover = 93 %
DAFTAR PUSTAKA
DASAR TEORI
Prinsip pembuatan kain rangkap adalah dapat dibuat pada alat tenun dengan gun
yang dapat bergerak secara individu. Jenis kain rangkap yang sederhana terdiri dari
dua seri benang lusi dan dua seri benang pakan. Satu seri benang lusi dan satu seri
benang pakan membentuk kain sebelah muka atau atas, sedangkan satu seri
benang lusi dan satu seri benang pakan lainnya membentuk kain sebelah belakang
atau bawah, dengan kata lain kain rangkap adalah kain yang terdiri dari dua lapis
atau lebih kain yang ditenun secara bersama-sama.
Untuk mempermudah penggambaran anyaman rangkap maka terdapat ketentuan-
ketentuan:
Lusi atas selalu di atas pakan bawah dan lusi bawah selalu dibawah pakan atas.
Atau Pakan atas selalu di atas lusi bawah, dan pakan bawah selalu dibawah lusi
atas. Ketentuan ini perlu untuk mempermudah dalam menggambarkan anyaman
rangkap. Tergantung dari penggunaannya, maka struktur kain rangkap dapat
bermacam-macam. Konstruksi kain yang meliputi anyaman, tetal benang, nomer
benang, dan macam bahannya, dari kain atas bisa sama dan bisa juga berbeda
dengan kain bawah.
Susunan lusi atas dan bawah juga susunan pakan atas dan bawah dapat bervariasi.
Dengan cara memvariasikan susunan pakan atas dan bawah maka kedua kain atas
dan bawah dapat bersambung pada kedua pinggirnya, sehingga akan menghasilkan
bentuk pipa, atau hanya bersambung pada salah satu pinggirnya saja seperti bentuk
kain dilipat.
Selanjutnya kedua macam kain yaitu kain atas dan bawah dapat diadakan ikatan,
sehingga ditinjau dari segi diikat atau tidaknya, terdapat dua macam kain rangkap,
yaitu kain rangkap yang tidak terikat dan yang terikat. Terjadinya ikatan itu
sederhana dapat dilakukan secara sederhana misalnya bila suatu helai lusi atas
pada tempat tertentu diturunkan, sehingga teranyam dibawah pakan bawah.
Untuk pemakainan tertentu dapat juga suatu kain rangkap diberi lusi atau pakan
pengisi yaitu benang-benang lusi atau pakan yang diisikan diantara kain atas dan
bawah tanpa teranyam.
Ketentuannya:
Lusi pengisi selalu dibawah benang pakan atas dan diatas benang pakan bawah
dan Pakan pengisi selalu dibawah benang lusi atas dan diatasnya benang lusi
bawah.
Ikatan Pada Kain Rangkap
Pada kain rangkap, ikatan digunakan untuk menyatu kain dua kain ,jika ikatan
tersebut ditempatkan secara benar tidak akan mempunyai pengaruh terhadap
kenampakan kain atas dan bawah
Ketika metode pengikatan dilakukan dengan menaikkan lusi bawah ke atas pakan
atas , maka lusi bawah dapat digunakan untuk mengikat jika lusi bawah tersebut
jauh dari bawah kain bawah dan pakan di atas ikatan yang dibuat harus jauh dari
atas . kain atas ,ikatan tidak akan terlibat pada permukaan atas dan bawah kain
rangkap
Macam-macam kain rangkap menurut pengikatannya :
1. Kain rangkap yang tidak terikat.
Kain rangakap yang terikat pada kedua sisi kain
Kain rangkap jenis ini dibuat dengan jalan peluncuran pakan atas satu kali kemudian
peluncuran pakan kedua untuk pakan bawah satu kali,dan seterusnya . Kain
rangkap jenis ini dibuat dengan alat tenun mesin shuttle loom.
Kain rangkap yang terikat pada satu sisi kain
Kain rangkap jenis ini juga dibuat dengan alat tenun mesin shuttle loom. Kain
rangkap jenis ini dibuat dengan jalan peluncuran pakan atas dua kali kemudian
peluncuran pakan kedua untuk pakan bawah dua kali pula, dan seterusnya.
Kain yang tidak terikat sama sekali
Kain rangkap yang tidak terikat sama sekali hanya dapat dibuat dengan alat tenun
mesin shuttle less loom. Untuk mekanisme peluncuran pakan atas dan pakan
bawahnya tidak mempengaruhi, tergantung pada tetal benang yang diinginkan,
karena pada shuttle less loom sisi mesinnya terdapat pisau pemotong benang pakan
(setelah pakan diluncurkan).
2. Kain yang terikat
Untuk kain rangkap yang terikat penyatuannya tidak hanya pada sisi-sisinya tetapi
juga dengan pengikatan ditengah kain.
Ada beberapa cara pengikatan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Pengikatan dengan lusi bawah ( merupakan pengikatan dengan pakan atas).
b. Pengikatan dengan pakan bawah ( merupakan pengikatan dengan lusi atas )
c. Pengikatan dengan lusi bawah dan pakan bawah ( kombinasi dari a dan b )
d. Pengikatan dengan lusi atau pakan tambahan.
e. Pengikatan dengan cara pertukaran susunan benang.
Struktur yang lain dari kain rangkap adalah pertukaran muka kain pada tempat-
tempat tertentu, yaitu karena adanya pertukaran pada tempat-tempat tersebut lusi
dan pakan atas menjadi lusi dan pakan bawah atau sebaliknya.
Pemilihan Anyaman Atas dan Bawah
Ketika benang disusun dalam proposisi yang sebanding anayaman bawah biasanya
sama dengan anyaman atas atau terdiri dari jumlah perhitungan relative yang sama
.sebagai contoh keper 2/2 sesuai untuk anyaman bawah keper 3/ 2 2
Perencanaan yang lain untuk anyaman bawah adalah jumlah pengulangan harus
lebih besar dari pada anyaman atas . Untuk mengimbangi pengurangan jumlah
benang
PEMBAHASAN
Contoh kain benang lusi benang pakan
• Benang pakan
• Berat kain
100𝑥100 100𝑥100
- Berat kain penimbangan = x berat sampel = x 1,1546 = 115
10𝑥10 10𝑥10
g
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat lusi/m2 = x 100−𝑚𝑙
𝑁𝑚𝑥10
23,60𝑥100𝑥100 100
= x 100−3,84
32,09𝑥10
2.360 100
= x 96,16
32,09
= 75,74 g/m2
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat pakan/m2 = x
𝑁𝑚𝑥10 100−𝑚𝑝
21,59𝑥100𝑥100 100
= x 100−1,96
58,95𝑥10
2.159 100
= x 98,04
58,95
= 36,98 g/m2
- Maka berat kain = lusi/m2 + pakan/m2
= 75,74 + 36,62
= 112,72
1
- Cw = nw.dw = tetal lusi (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 59,94 x 28√18,93
= 0,46
1
- Cf = nf.df = tetal pakan (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 54,83 x 28√34,78
= 0,32
- Cf % = (cw + cf) – (cw x cf) x 100%
= (0,46 + 0,32) – (0,46 x 0,32) x 100%
= 0,78 – 0,14 x 100%
= 64 %
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 23,60 tetal pakan = 21,59
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 3,84 %
Mengkeret pakan = 1,96 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 32,09 Nm = 58,95
Ne1 = 18,93 Ne1 = 34,78
Tex = 31,16 Tex = 16,96
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 115 g/m2
Hasil perhitungan = 112,72 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 1,98 %
Fabric Cover = 64 %
DAFTAR PUSTAKA
http://textileup.blogspot.com/2015/01/rencana-pembuatan-kain-rangkap.html
BAB 3
DEKOMPOSISI KAIN HANDUK
DASAR TEORI
Kain handuk adalah termasuk dari jenis kain dobel lusi (dibuat dengan
menggunakan dua buah benang lusi)
Kain handuk (Turkish tovelling fabric) adalah struktur kain yang biasa dimaksudkan
kedalam kelas kain bulu lusi yang disebut dengan istilah “terry” pile
Seperti disebutkan pada paragraf pertama bahwa pada kain ini sebagian benang-
benang lusi tertentu membentuk jeratan (loop) atau lengkungan yang menonjol pada
permukaan kain. Struktur kain ini tersusun oleh satu macam pakan dan dua macam
benang lusi yang lalatan tenunnya terpisah Perbedaan jenis kainini dengan kain
berbululusi yang biasa adalah pembentukan bulu disini tidak menggunakan bahwa
kawat melainkan dengan menggunakan sisir tenun dan alat pengulur lusi yang
memungkinkan jeratan benang (loop) terbentuk pada sebelah muka kain atau pada
kedua muka kain
Kain berbulu merupakan salah satu jenis kain yang dapat digolongkan kedalam kain
khusus. Kain ini terdiri dari benang-benang yang menjulur keluar dari permukaan
anyaman dasar dan membentuk bulu atau jeratan. Dilihat dari benang pembentuk
bulu maka secara garis besar kain bulu dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. kain berbulu pakan
2. kain berbulu lusi
Kain Handuk
Kain handuk ini dapat digolongkan kedalam kain berbulu lusi (“Terry” pile). Pada
kain ini sebagian benang-benang lusi tertentu membentuk jeratan (loop) atau
lengkungan yang menonjol dipermukaan kain. Struktur kain ini tersusun oleh satu
macam pakan dan dua macam lusi yang lalatan tenunnya terpisah. Satu macam lusi
bersama pakan membentuk kain dasar, sedangkan satu macam lusi lainnya
membentuk bulu-bulu loop tersebut.
Perbedaan kain jenis ini bila dibandingkan dengan kain berbulu lusi yang biasa
adalah bahwa pembentukan bulu disini tidak menggunakan bantuan kawat
melainkan menggunakan gerakan sisir tenun dan alat pengulur lusi yang
memungkinkan jeratan-jeratan benang (loop) terbentuk. Jeratan-jeratan bisa
dibentuk pada sebelah muka kain atau pada kedua muka kain.
Tidak seperti menenun kain biasa yang setiap kali peluncuran teropong, disusul
dengan pengetekan pakan untuk merapatkan pada kain. Pada pembuatan kain
handuk ini pengetekan untuk merapatkan benang pakan pada kain dilakukan setelah
beberapa kali peluncuran pakan terjadi.
Kain ini biasa dibuat dari benang-benang linen atau kapas dipakai untuk keperluan
lap mandi, lap tangan, pakaian olahraga dan sebagainya, tetapi masih mungkin
dibuat dari benang-benang lainnya.
LANGKAH KERJA
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
• Benang pakan
• Berat kain
100𝑥100 100𝑥100
- Berat kain penimbangan = x berat sampel = x 4,3032 = 430
10𝑥10 10𝑥10
g
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat lusi/m2 = x 100−𝑚𝑙
𝑁𝑚𝑥10
17𝑥100𝑥100 100
= x
28,20𝑥10 100−13,94
1.700 100
= x 86,06
28,20
= 69,92 g/m2
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat pakan/m2 = x 100−𝑚𝑝
𝑁𝑚𝑥10
15𝑥100𝑥100 100
= x 100−4,12
26,61𝑥10
1.500 100
= x 95,88
30,23
= 51,59 g/m2
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat bulu/m2 = x 100−𝑚𝑙𝑏
𝑁𝑚𝑥10
18𝑥100𝑥100 100
= x 100−80,56
31,48𝑥10
1.800 100
= x 19,44
31,48
= 293,85 g/m2
- Maka berat kain = lusi/m2 + pakan/m2 + bulu/m2
= 69,92 + 51,59 + 293,85
= 415,36
1
- Cw = nw.dw = tetal lusi (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 43,18 x 28√16,63
= 0,37
1
- Cf = nf.df = tetal pakan (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 38,1 x 28√17,83
= 0,32
- Cf % = (cw + cf) – (cw x cf) x 100%
= (0,37 + 0,32) – (0,37 x 0,32) x 100%
= 0,69 – 0,11 x 100%
= 58%
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 17 tetal pakan = 15 tetal bulu = 18
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 13,94 %
Mengkeret pakan = 4,12 %
Mengkeret bulu = 80,56 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan : Nomer benang bulu :
Nm = 28,20 Nm = 30,23 Nm : 31,48
Ne1 = 16,63 Ne1 = 17,83 Ne1 : 18,57
Tex = 35,46 Tex = 33,07 Tex : 31,76
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 430 g/m2
Hasil perhitungan = 415,36 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 3,40 %
Fabric Cover = 58 %
DAFTAR PUSTAKA
http://khanifarifin.blogspot.com/2011/11/dekomposisi-kain-handuk.html
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/laporan-anyaman-handuk.html
BAB 4
DEKOMPOSISI KAIN KORDUROY
DASAR TEORI
Yang dimaksud dengan kain berbulu (pile atau flush fabric) adalah kain yang
sebagian benangnya menjulur keluar dari anyamannnya membentuk permukaaan
kain seperti bulu.benang yang menjulur ini terdidri dari :
• Benang yang membentuk loop atau jeratan
• Benang yang membentuk bulu, karena benang ini terpotong(dipotong)
Ditinjau dari beang yang membentuk bulu maka secara garis besar kain berbulu
dapat dibagi atas dua macam :
• Kain berbulu yang bulunya berasal dari benang pakan.
• Kain berbulu yang bulunya berasal dari benang lusi.
Yang akan dijelaskan disini adalah kain corduroy yang termasuk kedalam jenis kain
berbulu pakan.
Kain Corduroy
Dinamakan juga kain beludru beralur, kain corduroy yaitu kain yang bulunya berasal
dari benang pakan dimana bulu-bulunya terpotong oleh pisau padasaat pembuatan
kainnya.Pada kain korduroy terdapat bulu pakan yang mengikat benang lusi satu kali
(berbentuk V) dan bulu yang mengikat lusi tiga kali ( berbentuk W). tujuan
pengikatan yang lebih banyak ini adalah untuk mengkokohkan bulu sehingga tidak
mudah lepas.daripada pengiktatan oleh satu lusi. Tetapi pengikatan lebih banyak ini
akan menyebabkan jumlah bulu tiap satuan luas tertentu akan menjadi lebih
renggang.
Pada anyaman kain bulu kerapatan bulu (jumlah bulu tiap satuan luas)dipengaruhi
oleh :
• Nomer benang pakan bulu
• Tetal lusi dan tetal pakan
• Struktur anyaman
Sedangkan panjang bulu yang dihasilkan dipengaruhi oleh :
• Anyaman (floating benang pakan terhadap benang lusi)
• Tegangan benang pakan
• Tetal benang lusi
LANGKAH KERJA
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
Contoh kain lusi pakan pakan bulu
• Benang pakan
- Tetal = = 12,6 (32 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖)
- Panjang rata-rata benang 10 hl = 11,4 = 1,14 m
- Berat benang 10 hl = 0,0401
𝑝1−𝑝2 11,4−10
- Mengkeret 𝑝1 𝑥 100% = 11,4 x 100% = 12,28 %
𝑃.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 1,14
- NM = 𝐵.𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 = = 28,42
0,0401
- Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 28,42 = 16,76
1000 1000
- Tex = 𝑁𝑚 = 28,42 = 35,18
- Jenis benang = staple
• Berat kain
100𝑥100 100𝑥100
- Berat kain penimbangan = x berat sampel = x 3,0346 = 303
10𝑥10 10𝑥10
g
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat lusi/m2 = x 100−𝑚𝑙
𝑁𝑚𝑥10
26,8𝑥100𝑥100 100
= x 100−11,50
21,94𝑥10
2.680 100
= x 88,5
21,94
= 136,80 g/m2
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat pakan/m2 = x 100−𝑚𝑝
𝑁𝑚𝑥10
12,6𝑥100𝑥100 100
= x 100−12,28
28,42𝑥10
1.260 100
= x 87,72
28,42
= 50,09 g/m2
ℎ𝑙
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )𝑥100𝑥100 100
𝑐𝑚
- Berat bulu/m2 = x 100−𝑚𝑙
𝑁𝑚𝑥10
36,6𝑥100𝑥100 100
= x 100−6,54
28,30𝑥10
3.660 100
= x 93,40
28,30
= 125,84 g/m2
1
- Cw = nw.dw = tetal lusi (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 68,07 x 28√12,94
= 0,61
1
- Cf = nf.df = tetal pakan (hl/inchi) x 28√𝑛𝑒1
1
= 32 x 28√16,76
= 0,25
- Cf % = (cw + cf) – (cw x cf) x 100%
= (0,61 + 0,25) – (0,61 x 0,25) x 100%
= 0,86 – 0,15 x 100%
= 71 %
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 26,8 tetal pakan = 12,6 tetal pakan bulu = 36,6
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 11,50 %
Mengkeret pakan = 12,28 %
Mengkeret bulu = 6,54 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan : Nomer benang pakan bulu :
Nm = 21,94 Nm = 28,42 Nm : 28,30
Ne1 = 12,94 Ne1 = 16,76 Ne1 : 16,69
Tex = 45,57 Tex = 35,18 Tex : 35,33
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 303 g/m2
Hasil perhitungan = 312,73 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 3,11 %
Fabric Cover = 71 %
DAFTAR PUSTAKA
Jumaeri, BK. Teks. dkk. Tekstil Design, Institut Teknologi Tekstil, 1974, Bandung
Jumaeri, BK. Teks. Dekomposisi Kain Tenun, Institut Teknologi Tekstil, Bandung