DISUSUN
NPM : 17010036
Group : T2
2018
I. Maksud dan Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengelos benang dari bentuk strength ke bentuk cone maupun dari
bentuk cone ke cones tanpa cacat.
2. mahasiswa dapat memahami cara menghitung produksi nyata, produksi secara teoitis,
efisiensi.
3. Mahasiswa dapat memahami cara mencari kekerasan dari suatu gulungan serta
mengetahui sudut dari gulungan.
4. Mahasiswa dapat memaami alur jalannya proses winding.
II. Teori Dasar
Bentuk gulungan dari bentuk streng ke bentuk cone dan dari cone ke bentuk cone. Ada
beberapa macam tipe mesin kelos , namun jika ditinjau dari cara kerjanya satu sama lain
tidak ada bedanya, yaitu berfungsi sebagai penggulung benang. Mesin kelos terdiri atas
bagian – bagian sebagai berikut :
Poros penggulung
Pengantar benang
Pengatur tegangan (tension washer).
Kreel tempat benang yang berbentuk strengan / kelosan yang dikerjakan
Pemegang / spindle kelos
1. Mesin kelos yang penggulungan benangnya pada bobin dengan memakai poros friksi
(penggulungan pasif gambar, a ).
2. Mesin kelos yang penggulungan benangnya pada cone langsung diatas spindle cone
(penggulungan aktif gambar, b ).
Keterangan : 1. Gulungan benang
2. Pengantar benang
3. Spindel bobin
Mesin kelos pasif terdiri dari mesin kelos eksentrik, bersayap, silinder beralur eksentrik,
silinder beralur spiral dan mesin kelos khusus bobin cakra. Mesin kelos yang dibahas saat
ini adalah mesin kelos silinder beralur spiral (Sleeved Cylender). Konstruksi mesin kelos ini
pada dasarnya sama dengan mesin kelos silinder beralur eksentrik (dalam hal cara
kerjanya), drum berfungsi sebagai alat poros penggulung benang pada cone dan juga
sebagai pengatur benang. Drum penggulung benang ini alurnya berupa spiral , konstruksi
dari setiap spindle drum ini berbeda-beda jumlah spiralnya, maka setiap kali putaran
daripada silinder akan menghasilkan jumlah spiral gulungan benang yang berbeda-beda
pula.
Mesin kelos beralaur spiral ini bisa digunakan untuk melayani Cheese ataupun cones bobin.
Pencipta mesin kelos tipe ini adalah pabrik “Universal”. Diameter daripada sleeved silinder ini tidak
terlalu besar ( tidak seperti pada split drum ) karena banyaknya spiral pada silinder ini telah
menentukan jumlah spiral pada penggulungan benang, dengan demikian sudut gulungan yang
diperoleh juga tidak dapat berubah. Untuk memperoleh penggulungan diferensial maka pada
tempat-temapat tertentu pada spiralnya dibuat pendangkalan ( slips terputus-putus ).
Keuntungan dari mesin yang menggunakan mesin kelos tipe silinder beralur spiral ini
yaitu benang digulung diatas silinder, sedangkan benang ditarik melalui spiral yang lembut
sehingga jalannya benang atau tegangan lebih teratur dan tidak akan menimbulkan bulu-
bulu pada benang.
Macam atau tipe mesin kelos dapat dibagi menjadi :
Mesin kelos penggulungan pasif adalah mesin kelos yang penggulungan benangnya pada
bobbin dengan menggunakan poros friksi.Mesin – mesin kelos yang termasuk tipe
penggulungan pasif, yaitu :
a. Mesin kelos eksentrik
Pada mesin kelos eksentrik biasanya poros eksentrik akan sekaligus menggerakkan dua
buah peluncur pengantar benang (kiri – kanan). Hubungan antara poros eksentrik
dengan poros pengulung melalui perantaraan roda – roda gigi dengan salah satu roda
gigi dapat diganti – ganti, dengan demikian berarti perbandingan kecepatan travers
pengantar benang dengan kecepatan penggulungan pada bobbin dapat diatur. Hal ini
sangat penting untuk menentukan besarnya sudut gulungan pada bobbin yang akan
dihasilkan, yaitu dengan perubahan posisi benang – benang di atas bobbin, apakah
dalam keadaan sejajar atau makin bersilang. Namun kekurangan mesin kelos eksentrik,
yaitu berhubung benang ditarik dengan kecepatan tinggi melalui peluncur pengantar
benang, maka jika keadaan mulut peluncur kurang baik, akan dapat menyebabkan
benang bertambah berbulu. Besarnya produksi dari mesin kelos tipe ini, sangat
tergantung pada tekanan spindle terhadap poros friksi (pengaruh slip) dari kelos ini.
b. Mesin kelos bersayap (eksentrik tanpa peluncur)
Mesin kelos ini pada dasarnya hampir sama dengan mesin kelos eksentrik namun roda
eksentrik pada mesin ini berbentuk sepasang piringan yang berhadapan, sehingga di
antara kedua piringan tersebut berbentuk celah yang akan dilewati oleh benang yang
dikerjakan. Mesin ini tidak menggunakan peluncur pengantar benang tersendiri,
sehingga benang digulung pada poros penggulung di atas bobbin kelos melalui celah
piringan eksentrik yang ikut berputar. Dengan demikian kemungkinan terjadinya bulu –
bulu pada benang dapat dihindari, begitu pula mesin berputar dengan tenang tidak
menimbulkan banyak suara.
c. Mesin kelos silinder beralur eksentrik (split drum)
Berbeda dengan kedua mesin kelos tadi yang menggunakan poros pengantar benang
dan poros penggulung benang. Mesin kelos ini poros pengantar benang juga berfungsi
sebagai poros penggulung. Maka untuk ini diperlukan diameter drum yang cukup besar
(Ø ± 10 inci) dengan saluran / split yang berfungsi sebagai eksentrik pengantar benang,
dan sindle bobbin langsung diputarkan oleh drum ini juga.
d. Mesin kelos silinder beralur spiral (sleeved cylinder)
Pada mesin kelos ini, drum berfungsi sebagai poros penggulung benang pada bobbin
dan juga sebagai pengantar benang. Mesin ini juga bisa digunakan untuk melayani
cheese maupun cones bobbin. Kebaikan dari system mesin ini, yaitu benang digulung
di atas silinder, sedangkan benang ditarik melalui slips / spiral yang lembut sehingga
jalannya benang / tegangan lebih teratur dan tidak akan menimbulkan bulu – bulu pada
benang.
Perhitungan produksi
Besarnya produksi suatu mesin kelos system penggulungan dengan poros friksi pada
dasarnya ditentukan oleh kecepatan keliling poros friksi. Namun banyak faktor lain yang
juga dapat mempengaruhi besarnya produksi secara langsung. Salah satunya adalah
terpelesetnya (slip) benang waktu digulung. Berapa besarnya faktor slip ini tergantung dari
keadaan bobbin, spindle (poros), pelumasan, tekanan bobbin terhadap silinder, benangnya
sendiri dan lain – lain. Untuk mengetahui rendemen dari suatu mesin kelos ini, yaitu dengan
menghitung besarnya produksi secara teori dan besarnya produksi sesungguhnya yang dapat
dicapai pada waktu yang sama. Untuk menghitung besarnya produksi pada mesin kelos
silinder beralur dapat digunakan rumus :
Produksi teoritis
𝑁𝐷𝑟𝑢𝑚 √(𝜋𝐷)2 +𝑆 2 𝑥 60 𝑥 453.6
Produksi/1 spindle/1 jam = (gram)
100 𝑥 768 𝑥 𝑁𝑒1
Produksi nyata
Produksi = cone isi – cone kosong
Mesin kelos penggulungan aktif adalah mesin kelos yang penggulungan benangnya pada
cone langsung di atas spindle cone. Keistimewaan dari mesin kelos ini, yaitu kecepatan
spindle dengan kecepatan gerak pengantar benang dibuat sedemikian rupa, sehingga jumlah
spiral gulungan benang yang diperoleh di atas cone per satuan waktu selalu konstan,
walaupun terjadi pada diameter cone yang berbeda – beda. Akibatnya sudut gulungan yang
diperoleh akan berubah pada setiap lapisan gulungan.
Ada dua cara untuk mengatur konfirmasi kecepatan spindle dengan kecepatan pengantar
benang, yaitu :
Kecepatan spindle tetap pada diameter cone kecil maupun pada diameter besar,
sedangkan kecepatan pengantar benang yang berubah – ubah.
Kecepatan spindle berubah – ubah, sedangkan kecepatan pengantar benang tetap.
Dengan system penggulungan ini, hasil penggulungan benang di atas cone terlihat sangat
rapi, Tiap – tiap lapisan tersusun sedemikian rupa sehingga menyerupai gelombang air.
Akibatnya penarikan benang kembali tidak terjadi kesulitan, tegangan benang teratur karena
pada waktu proses penggulungan tidak ada friksi dengan drum, sehingga benang tidak
menderita gesekan, dan memperkecil kemungkinan keluarnya bulu (hairy). Mesin kelos
penggulungan aktif ini dapat digunakan untuk melayani bobbin silinder (cheese) maupun
kerucut (cones).
Alat :
- Mesin kelos kakinoki - Neraca analitis
- Drum beralur. - Paper cone
- Kincir - Stopwatch
- Jangka sorong - Alat pengebut
Bahan :
- Benang streng Ne1 30⁄2
b. Cone to cone
Alat :
- Mesin kelos kakinoki
- Drum beralur.
- Neraca analitis
- Paper cone 2
- Stopwatch
- Jangka sorong
- Mistar
Bahan :
- Cone isi benang (3 cone)
IV. Langkah Kerja
a. Strength to Cone
1. Mengebut dan mencari ujung benang
2. Memasang benang pada kincir
3. Memasang kincir pada dudukannya
4. Menjalankan mesin
5. Memasang cones
6. Menjalankan spindle
7. Melayani mesin
8. Doffing dan mengevaluasi hasil
b. Cone to cone
1. Siapkan benang ( dalam bentuk cone ) yang akan dikelos
2. Lewatkan benang pada tension washer lalu masukkan kedalam
slubcatcher
3. Timbang cone kosong dan ukur diameternya
4. Lalu lewatkan pada breaking yarn stop motion dan lilitkan benang pada
cone
5. Tempelkan cone pada drum beralur
6. Lalu nyalakan mesin dan catat waktunya
7. Amati proses pengelosan dengan seksama dan segera sambung bila ada
benang yang putus
8. Setelah pengelosan berakhir catat waktu pengelosan
9. Timbang cone yang telah berisi benang dan ukur D1, D2, d1, d2 dan h
10. Ukur jarak alur pada drum beralur (S1, S2, S3)
11. Ukur Effiseinsi produk dan densitynya ?
V. Data dan Perhitungan
a. Strength to cone
Benang digulung
pada cone
Drum friksi
Pulley drum
friksi
penghantar
belt
motor
tension
lapet
kincir
ØP2= 20 cm
Ø drum = 8,5 cm
ØP1= 6,56 cm
= 1400 × 6,56⁄20
= 459,2 Rpm
Produksi teoritis
𝑛 √(𝜋𝑑)2 +𝑆 2 × 𝑡 ×453,6
Prod/menit = 𝑁𝑒 𝑥 100 𝑥 768
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
= x 100 %
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
63,58
= x 100 %
108,27
= 58,72 %
b. Cone to cone
Pulley drum
friksi
Drum friksi
Belt
Pengantar
tension
lapet
motor
cone
ØP2 = 13 cm
Ø drum = 8,5 cm
ØP1= 6,56 cm
d2
D1
d1 D2
No Cone Diameter
1 d1 6,945 cm
2 D1 6,02 cm
3 d2 4,06 cm
4 D2 8,7 cm
5 H 15,2 cm
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎
Effisiensi Mesin Kelos = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥 100 %
𝑃 10
P = 10 m Nm = = = 26,31
𝐵 0,38
B = 0,38g
Produksi Nyata
Berat cone isi – berat cone kosong
∅𝑃1
N Drum beralur = N Motor × ⁄∅𝑃
2
= 1400 × 6,56⁄13
= 707 Rpm
Produksi teoritis
𝑁 √(𝜋𝑑)2 +𝑆 2 × 𝑡
Prod/menit = 𝑁𝑚 𝑥 100
707 √(3,14 𝑥 8,5)2 +(6,56)2 𝑥 50
=
26,31 𝑥 100
971559,4
= = 369,27 g
2631
Efisiensi
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
= x 100 %
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
128,75
= x 100 %
369,27
= 34,8 %
Massa Jenis
ρ = m (gram)
v (cm3)
=
VI. Jawaban Pertanyaan
a. Strength to cone
Jawab :
Jawab :
Pengatur tegangan yang ada di mesin kelos kakinoki tidak cukup kuat untuk
benang katun T tex 20
3. Buatlah skema jalannya benang pada mesin kelos kakinoki, dan bagaimanakah
pengaturan tegangannya.
Jawab :
Skema jalannya benang pada mesin kelos :
4. Dalam hal apa yang membuat hasil kelosan yang baik akan mengurangi ongkos-
ongkos produksi.
Jawab :
VII. Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Pada saat proses pengebutan benang harus rata (streng to cone)
2. Mencari ujung benang dengan benar (streng to cone dan cone to cone)
3. Ketika untaian benang dimasukan dalam kincir, benang tidak boleh dalam keadaan tegang atau
kendur (streng to cone)
4. Pastikan Cone kosong telah ditimbang sebelum proses pengelosan (streng to cone dan cone to
cone)
5. Cone harus pas dengan tempat cone pada mesin winding (streng to cone dan cone to cone)
6. Benang dilewatkan pada tension sebelum dihubungkan ke cone (streng to cone dan cone to
cone)
7. Mesin dihidupkan dengan handle winding yang bisa dilepas/pasangkan (streng to cone dan
cone to cone)
8. Pada waktu hendak mengelos, benang harus dihantarkan perlahan agar benang tidak
mudah putus. Pada praktikum (streng to cone dan cone to cone)
9. Jika benang putus, segera menyambung benang dengan teknik penyambungan benang
yang benar karena mempengaruhi effisiensi.
10. Mengukur Diameter cone baik dengan isi maupun tidak dan cari tinggi benang nya juga
(cone to cone)
Hal- hal yang menghambat jalanya praktikum diantaranya;
VIII. Kesimpulan
Setelah kita melakukan praktikum pengelosan (winding ) ini dapat disimpulkan
bahwa proses ini dilakukan unutk mengubah untaian menjadi cone dengan tujuan effisiensi
dan meningkatkan mutu benang. Effisiensi yang baik adalah diatas 95 %. Dikarenakan
terjadinya putus benang, mengakibatkan waktu pengelosan menjadi bertambah dan
effisiensi berkurang. Effisiensi sangat berpengaruh terhadap biaya produksi sehingga
kesalahan kesalahan kecil harus diminimalisir.. Jika ingin mendapatkan mutu benang yang
bagus maka kita harus melakukan proses winding dengan benar.
Daftar Pustaka
1. Teknologi persiapan pertenunan , 1974., ITT bandung.
2. Pedoman praktikum Persiapan Pertenunan, ITT Bandung, 1998/1999
3. Jurnal dan catatan teknologi persiapan pertenunan