Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL I

DEKOMPOSISI TURUNAN
ANYAMAN POLOS
Disusun oleh :
Nama : Nada Haniefah
NPM : 16010007
Group : 2T1
Dosen : Ahmad Ibrahim Makki, S.ST., M.T.
Asisten : Resti M. H., S.ST.
Tjiptodi

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2017
I. MAKSUD DAN TUJUAN

Untuk mengetahui dekomposisi suatu kain turunan anyaman polos meliputi tetal benang
lusi dan pakan, berat benang lusi dan pakan, panjang rata-rata tiap helai benang lusi dan
pakan, mengkeret lusi dan pakan, nomor benang lusi dan pakan, berat kain lusi dan
pakan, selisih berat lusi dan pakan, serta cover factor.

II. LANGKAH KERJA

1. Langkah-langkah Dekomposisi

Menentukan arah lusi dan pakan


Dalam menentukan arah lusi, dapat digunakan pedoman sebagai berikut:
a. Jika pada sampel kain terdapat pinggir kain, maka lusi sejjar dengan pinggir kain.
b. Pada kain dengan desain kotak (checks desain), kotak-kotak searah dengan lusi
akan lebih panjang dari kotak yang searah dengan pakan.
c. Garis sisir yang mungkin terdapat pada kain, selalu sejajar dengan arah lusi. Yang
dimaksud dengan garis sisir adalah:
 Pada kain terdapat kelompok-kelompok benang lusi dimana tiap kelompok
terdiri dari 2 atau lebih benang lusi. Kelompok-kelompok benang tersebut
membentuk garis-garis sejajar.
 Diantara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya terdapat celah/jarak,
yang merupakan bekas dari bilah-bilah sisir. Celah atau jarak tersebut
disebut garis sisir.
d. Membandingkan tetal lusi dan tetal pakan, umumnya tetal lusi lebih besar dari
tetal pakan.
e. Pada umumnya nomer benang pakan lebih rendah dari nomer benang lusi
(diameter benang pakan > diameter benang lusi).
f. Jika anyaman kain terdapat garis-garis miring yang naik dan turun, maka deretan
garis-garis miring tersebut umumnya kearah lusi.
g. Jika salah satu arah terdapat benang yang digintir, maka benang yang digintir
adalah benang lusi dan benang yang single adalah benang pakan.
h. Jika kainnya digaruk maka bulu-bulu dari serat akan terletak \searah dengan lusi,
karena benang yang mendapat garukan adalah benang pakan.
i. Letak benang lusi lebih teratur dan sejajar daripada benang pakan.
j. Arah benang pakan selalu bersudut 900 terhadap benang lusi (benang pakan tegak
lurus terhadap benang lusi.

2. Menentukan tetal lusi dan pakan

Dengan menggunakan Lup


a. Kain diratakan dengan rileks pada meja pemeriksa.
b. Menghitung jumlah lusi atau pakan setiap inci dengan menggunakan lup dibantu
dengan jarum.
c. Pengujian dilakukan paling sedikit 5 tempat secara merata.
d. Tetal benang adalah rata-rata dari kelima data di atas.

3. Menentukan mengkeret benang dalam kain

Mengkeret benang dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :


P1 −P2
Contraction = X 100%
P1

dimana P1 = panjang benang lusi/pakan setelah diluruskan


P2 = panjang benang lusi/pakan sebelum diluruskan

4. Menentukan nomor benang

Nomor benang lusi/pakan dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :


panjang 20 helai benang (meter)
Nm = berat 20 helai benang (gram)

Ne1= 0,59 x Nm

1000
Tex = Nm

9000
Td (Denier) = Nm

5. Menentukan Gramasi

Berdasarkan Penimbangan
100 × 100
Berat kain = x berat penimbangan kain sample 10cm x 10cm
20 ×20

Berdasarkan Perhitungan
a. Lusi
helai 100
tetal lusi ( )×100 (cm/m)× 100 (cm/m)×
cm 100−mL
Lusi = gram
Nm lusi x 100 cm/m

b. Pakan
helai 100
tetal pakan ( )×100 (cm/m)× 100 (cm/m)×
cm 100−mL
Pakan = Nm pakan x 100 cm/m
gram
6. Menentukan Cover Factor

Definisi Cover Factor


Cover Factor atau Fabric Cover (penutupan kain) didefinisikan sebagai
kemampuan kain dalam menutupi ruang (celah) udara yang terdpat di antara bennag
lusi dan pakan.

Menghitung Cover Factor


Nomor sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
CF = (Cw + Cf – Cw x Cf) x 100%
dimana
Cw = nw x dw dan Cf = nf x df
dimana
1
d=
28√Ne1

keterangan :
nw = tetal lusi (helai/inch)
dw = diameter lusi
nf = tetal pakan (helai/inch)
df = diameter pakan

III. DATA PERCOBAAN

1. Tetal Lusi & Pakan

No Tetal Lusi (helai/inch) Tetal Pakan (helai/inch)


1 90 80
2 90 80
3 90 80
∑ = 270 ∑ = 240
X = 90 hl/inch = 35,43 hl/cm X = 80 hl/inch = 31,49 hl/cm

2. Berat kain

Berat kain (10 cm x 10 cm) = 1,4795 g

2. Berat Lusi & Pakan

a. Berat 10 helai Lusi = 0,0214 g


b. Berat 10 helai Pakan = 0,0215 g
3. Panjang Lusi & Pakan

No Panjang Lusi (cm) Panjang Pakan (cm)


1 10,2 10,3
2 10,3 10,3
3 10,3 10,2
4 10,2 10,2
5 10,3 10,2
6 10,3 10,3
7 10,2 10,3
8 10,2 10,2
9 10,2 10,3
10 10,2 10,2
∑ = 102,4 ∑ = 102,5
X = 10,24 X = 10,25

IV. PERHITUNGAN

1. Mengkeret

a. Lusi
panjang benang−panjang kain
Mengkeret Lusi = 𝑥 100%
panjang benang

10,24−10
= 𝑥100%
10,24

= 2,34 %

b. Pakan
panjang benang−panjang kain
Mengkeret Pakan = 𝑥 100%
panjang benang
10,25−10
= 𝑥100%
10,25
= 2,43 %
2. Nomor Benang

1000 9000
Nm (m/g) Ne1 (0,59 Nm) Tex ( Nm ) Td ( Nm )
1,024 m 1000 9000
0,59 x 47,85
Lusi 0,0214 g 47,85 47,85
= 28,23
= 47,85 = 20,89 = 188,08
1,025 m 1000 9000
0,59 x 47,67
Pakan 0,0215 g 47,67 47,67
= 28,12
= 47,67 = 20,97 = 188,79

3. Gramasi

a. Dengan Penimbangan
100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚
Berat Kain /M2 = 𝑔 𝑥 10 𝑐𝑚 𝑥 10 𝑐𝑚
100 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚
= 1,4795 𝑥 10 𝑐𝑚 𝑥 10 𝑐𝑚
= 1,4795 x 100
= 147,95 g/𝑚2

b. Dengan Perhitungan
 Lusi

helai 100
tetal lusi ( ) ×lk 100 cm ×pk 100cm ×
cm 100−CL
Lusi = gram/m2
Nm ×100
helai 100
35,43 ( ) × 100 cm × 100cm ×
cm 100−2,34
= gram/m2
47,85 ×100
= 75,52 g/𝑚2

 Pakan

helai 100
tetal pakan ( ) ×lk 100 cm ×pk 100cm ×
cm 100−CL
Pakan = gram/m2
Nm ×100
helai 100
31,49 ( ) × 100 cm × 100cm ×
cm 100−2,43
= gram/m2
47,67 ×100
= 67,37 g/𝑚2

Berat total kain = 75,52 + 67,37

= 142,89 g/m2
4. Selisih Berat

147,95−142,89
Selisih = x 100%
147,95
= 3,42 %

5. Cover Factor

nw = 90 helai/” nf = 80 helai/”
1 1
dw = 28√Ne1 df = 28√Ne1
1 1
= 28 = 28
√28,23 √28,12
= 0,006 = 0,006

Cw = nw x dw Cf = nf x df

= 90 x 0,006 = 80 x 0,006

=0,54 = 0,48

CF = [(Cw – Cf) + ( Cw x Cf)] x 100%

= [(0,54 - 0,48) + (0,54 x 0,48)] x 100%

= (0,06 + 0,2592) x 100%

= 31,6 %

6. Pola Anyaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ket :

Lusi
Pakan

7. Sampel Kain

V. DISKUSI

Telah dilakukan praktikum dekomposisi kain turunan anyaman polos untuk


mendapatkan data-data seperti tetal benang lusi dan pakan, berat benang lusi dan
pakan, panjang rata-rata tiap helai benang lusi dan pakan, mengkeret lusi dan pakan,
nomor benang lusi dan pakan, berat kain lusi dan pakan, selisih berat lusi dan pakan,
serta cover factor.
Pada hasil praktikum, antara selisih berat dari perhitungan dan penimbangan,
persentase selisih berat yang diperoleh 3,42%. Hasil ini dapat dibilang baik karena
angka hasil yang baik tercatat dalam literatur adalah 0-5%. Cover factor yang didapat
sebesar 31,6%. Adapun persentase cover factor menurut literatur yaitu kain jarang
<15%, kain sedang 15-30% dan kain rapat >30%. Hal ini menandakan bahwa contoh
uji adalah kain dengan kerapatan sedang yaitu antara 15-30%.
Selain itu, dilakukan pengambilan 10 benang lusi dan 10 benang pakan dari contoh
uji yang sudah diukur dan dipotong dengan ukuran 10 x 10 cm. Hal ini digunakan
untuk mengitung nomor benang seperti Nm, Ne1, Tex dan Td. Penimbangan berat 10
helai benang lusi dan pakan ini sangat berpengaruh pada perhitungan Nm.
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktek dekomposisi kain turunan anyaman polos
yang telah dilakukan, didapatkan data-data sebagai berikut, yaitu :

Kain Turunan Anyaman Polos


Lusi Pakan
Tetal (helai/cm) 35,43 31,49
Berat 10 helai (g) 0,0214 0,0215
Panjang rata-rata tiap helai (cm) 10,24 10,25
Mengkeret (%) 2,34 2,43
Nm 47,85 47,67
Ne1 28,23 28,12
Berat Kain per m2 (g) 75,52 67,37
Selisih Berat Lusi & Pakan (%) 3,42
0,54 0,48
Cover Factor (%)
31,92

Dapat kita ketahui konstruksi serta perhitungan dari kain turunan anyaman polos. Hasil-
hasil data yang didapat ini akan sangat bermanfaat dalam pengetahuan produksi maupun
teoritis mengenai dunia tekstil khususnya bidang produksi dan pengendalian mutu dari
kain turunan anyaman polos.

Anda mungkin juga menyukai