Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERAJUTAN 3
Pengenalan Mesin Rajut Lusi

Pembuatan Kain 1 Bar Dasar dan 1 Bar Bebas

Pembuatan 2 Bar Dasar dan 2 Bar Bebas

Nama : WILDA MURTI


NMP : 13010049
Grup : T-3
Dosen : ATIN S.,S.ST,M.T
Asisten : 1. MAMAN SUPARMAN
2. TAUFIK M

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015
PENGENALAN MESIN RAJUT LUSI

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Menjelaskan mekanisme kerja mesin rajut lusi secara keseluruhan.
2. Menjelaskan bagian-bagian, fungsi dan cara kerja bagian-bagian mesin rajut lusi.
3. Membedakan antara mesin rajut lusi Raschel dan Tricot.

II. TEORI PENDEKATAN


Rajut lusi adalah salah satu proses pembuatan kain yang banyak dikerjakan,
terutama karena produksinya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan produksi
pada pembuatan kain dengan cara-cara lainnya.

Kain rajut secara umum, berdasarkan proses pembentukan jeratannya dapat


dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Kain Rajut Pakan (weft knitted fabrics)


2. Kain Rajut Lusi (warp knitted fabrics)

1. Kain Rajut Lusi (warp knitted fabrics)


Pada kain rajut lusi, pembentukan jeratan terjadi berturut–turut dari course
pertama ke course kedua dan seterusnya. (Sama dengan arah lusi pada kain
tenun). Jenis anyaman berikut dapat dibentuk dari proses mesin rajut tricot,
raschel dan jenis sisipan.

2. Kain Rajut Pakan (weft knitted fabrics)


Walaupun jenis jeratan pakan beragam, tapi kalau melihat jenis jeratannya
maka kesemuanya secara teknis sama saja. Pada kain rajut pakan, pembentukan
jeratan terjadi berturut–turut ke arah lebar kain. Setiap benang disuapkan pada
sederetan jarum yang kemudian akan dibentuk menjadi lengkungan–lengkungan
jeratan dalam arah horizontal sepanjang course. Proses ini berulang–ulang untuk
course-course selanjutnya.

Pada proses perajutan, terutama rajut lusi, proses persiapan yang dilakukan
adalah penghanian benang lusi pada sebuah kelosan. Sebagaimana pada
pertenunan, hanian untuk proses perajutan harus baik. Hanian harus mempunyai
tegangan atau kekerasan yang merata dan seimbang dalam suatu kelosan. Selain
itu bentuk hanian harus baik dan tidak bergelombang. Berikut contoh bentuk
hanian yang baik dan yang cacat.

Hanian yang Baik Hanian yang Cacat

Hanian yang Cacat Hanian yang Cacat

Penghanian pada perajutan pada prinsipnya sama dengan penghanian pada


proses pertenunan, perbedaannya hanya pada ukuran beam yang digunakan.
Beam yang digunakan pada rajut ukurannya kecil – kecil dan dalam satu mesin
digunakan beberapa buah beam.

Mesin hani yang digunakan bagian – bagiannya terdiri atas :

1. Creel, untuk meletakkan cone benang.


2. Sisir hani yang bisa bergerak ke kiri dan ke kanan
3. Alat penggulung, untuk menempatkan beam dan menggulung benang.
4. Counter, untuk mengetahui panjang benang yang sudah digulung.

Perbedaan MRL RASCHEL DAN TRICOT

Kelompok mesin rajut lusi dengan jarum janggut adalah : mesin rajut lusi Tricot,
cut-presser (mesin rajut lusi dengan mistar presser bergigi yang disebut juga
Kettenraschel), Simplex ,dan Milanese datar.

Kelompok mesin rajut lusi dengan jarum berlidah adalah : mesin rajut lusi
Raschel, Raschel-crochet, dan Milanese bundar.
Mesin rajut lusi adalah mesin rajut yang dapat membuat rajutan ke arah
panjang atau ke arah wale kain. Pada mesin rajut lusi ini juga dapat dipasang
beberapa helai benang lusi dalam beberapa bar yang bergerak bersamaan.

Ada dua jenis mesin rajut lusi yaitu mesin rajut lusi tricot dan mesin rajut lusi
raschel. Kedua jenis mesin rajut lusi ini mempunyai beberapa perbedaan, antara
lain :

No. BAGIAN MESIN RASCHEL TRICOT

1. Jarum Lidah Janggut

2. Gauge ER = Σ jarum /2” E = Σ jarum/1”

3. Penomeran Guide Bar Dari depan ke Dari belakang ke


belakang depan

4. Penomeran dadu 0,2,4,6…dst 0,1,2,3…dst

5. Presser Tidak ada Ada

6. Trick Plate Ada Tidak ada

7. Sudut benang lusi terhadap 170O 90O


kain

8. Arah putaran pattern drum Keluar / searah Ke dalam /


jarum jam berlawanan arah
jarum jam

9. Tempi 2 Tempi 3 Tempi

10. Pattern drum Minimal 16 dadu Minimal 48 dadu

Istilah – Istilah dalam Rajut Lusi


1. Guide Bar : Tempat kedudukan guide (sebagai penyuap bahan).
2. Underlap : Pergeseran guide bar di depan jarum.
3. Overlap : Pergeseran guide bar di belakang jarum
4. Backward Swing : Ayunan guide bar ke belakang di antara jarum
5. Frontward Swing : Ayunan guide bar ke depan di antara jarum
6. Link : Dadu – dadu alat pembentuk desain – desain
7. Chain-Link : Rantai yang menghubungkan dadu – dadu
8. Tempi : Waktu yang dibutuhkan oleh elemen rajut dalam membentuk satu
jeratan.

PRINSIP TERJADINYA JERATAN PADA RAJUT LUSI


Terjadinya jeratan pada Mesin Rajut Lusi Raschel maupun Tricot tidaklah jauh
berbeda. Yang membedakan di sini hanyalah waktu (tempo / tempi) yang dibutuhkan
dalam membentuk satu jeratan (loop).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Mesin rajut Lusi Rachel, RML-6 dengan 2 tempi
 Mesin rajut Lusi Tricot, KL-4 dengan 3 tempi.
 Mesin Hani
Bahan : Benang akrilik Nm 32/2

IV. CARA KERJA


1. Mengamati bagian-bagian mesin
2. Menggambar bagian-bagian pokok mesin.
3. Mengamati gerakan-gerakan pokok pada MRL Rachel dan MRL Tricot.
V. DATA PRAKTIKUM
Mesin penghanian

Creel & benang posisi benang pada creel posisi benang pada creel

Pengantar Tension Pemisah benang

Sisir Mesin pemutar beam Pedal mesin penggulung


Beam Benang

Mesin rajut lusi Raschel

MRL Raschel MRL Raschel (tampak kanan) MRL Raschel (belakang)

Roda poros utama Motor mesin Switch on/off

Rol penarik & rol penggulung guide bar Batang tension


Cam Batang beam Follower

Pattern Dadu

drum

Mesin rajut lusi Tricot

MRL Tricot MRL Tricot (tampak kiri) MRL Tricot (tampak kanan)

Pattern drum Batang beam & beam Batang tension


Guide bar Motor & switch on/off

1. Mesin Rajut Lusi Rachel RML-6


Pada proses perajutan ini kita menggunakan mesin rajut lusi Rachel 2 tempi.
Yang artinya bahwa untuk membentuk satu jeratan dibutuhkan dua dadu untuk
menggerakan guide bar. Mesin rajut lusi Rachel menggunakan jarum lidah tetapi
tidak menggunakan jarum lidah tetapi tidak menggunakan presser, gauge 24/2”,
penomoran guide bar dari depan ke belakang, penomoran dadu 0,2,4 dst. Dan
putaran pattern drum keluar.

Bagian-bagiannya antara lain :

5
4

1. Jarum lidah
 seperti jarum janggut pada MRL Tricot, jarum lidah dipasang berjejer
blok-blok selebar 2 inci yang disatukan pada mistar jarum.
2. Trick plate
 Berfungsi sebagai tempat terbentuknya lengkung-lengkung jeratan
baru seperti halnya pada mesin rajut datar, sebagai penahan ujung kain
waktu jarum bergerak turun.
3. Sinker
 Fungsinya untuk menahan ujung kain agar tidak naik ke atas saat
jarum naik.
4. Penahan lidah
 Fungsinya agar menahan lidah jarum agar selalu terbuka.
5. Guide
 Fungsinya untuk melilitkan benang ke ujung jarum. Dipasang pada
mistar guide (guide bar)
Skema Jalannya Benang

3 B e n a n g lu s i

4
5
S in k e r

7 6

Keterangan gambar :

1. Beam lusi
Pada mrl raschel yang dilengkapi 6 Bar (mesin yang diamati pada saat
praktikum), arah putaran beam dari bar tempat beam ke 1 – 3 berlawanan
dengan bar tempat beam ke 4-5 :

2 3 4 5

1 6
depan belakang

2. Pengantar dan tension


3. Separator
Berfungsi untuk memisah benang-benang lusi secara merata sebelum dicucuk
ke Guide

4. Guide/Guide bar
5. Jarum lidah
6. Trick Plate
7. Rol-rol penarik
8. Rol penarik/penggulung
9. Rol penggulung kain

Alur proses jalannya benang :

Benang lusi dari beam dilewatkan melalui pengantar dan tensioner lalu
dicucuk secara merata ke Separator. Setelah itu, benang dicucuk ke Guide (harus
lurus dengan posisi benang di Separator) kemudian dilewatkan di atas jarum
selanjutnya dilewatkan pada pasangan rol penarik,rol penggulung dan terakhir
digulung pada rol penggulung kain.

Mekanisme pada MRL Rachel :

A. Gerakan Naik-Turun Jarum


J a ru m

B a ta n g p e n g h u b u n g
e k s e n tr ik /c a m

M o to r
P o ro s u ta m a

R a n ta i

Sumber gerakan dari motor dihubungkan dengan rantai ke poros utama


selanjutnya melalui pergerakan cam diteruskan ke batang penghubung yang
kemudian menggerakkan Needle bar /jarum naik turun.

B. Gerakan Maju-Mundur Sinker


S in k e r

F o llo w e r

E k s e n tr ik

P o ro s u ta m a
M o to r
R a n ta i

Sumber gerakan yang berasal dari motor dihubungkan dengan rantai ke poros
utama yang dipasangi eksentrik. Pada posisi eksentrik yang paling rendah
diameternya, maka Sinker bergerak mundur dan sebaliknya.
C. Gerakan Ayun Guide Bar

G u id e b a r

e k s e n trik

M o to r

P o ro s u ta m a

Sumber gerakan berasal dari poros utama dihubungkan oleh rantai dan
menggerakkan eksentrik pada poros utama yang selanjutnya melalui batang
penghubung menggerakkan/ mengayunkan Guide bar ke depan dan ke
belakang.

D. Gerakan Geser Guide Bar

G u id e b a r

P a tte rn D ru m

Sumber gerakan dari motor lalu dihubungkan dengan rantai ke poros utama
kemudian dihubungkan ke roda gigi cacing melalui rantai. Setelah itu ,roda
gigi cacing dihubungkan dengan roda gigi Pattern drum yang selanjutnya
menggerakkan Pattern drum yang terdapat dadu-dadu dengan ketinggian
sesuai dengan yang telah direncanakan sehingga Guide bar akan bergeser
sesuai ketinggian dadu yang terpasang.

E. Gerakan Penggulungan Kain


G u id e b a r

B a ta n g p e n g h u b u n g

R o l- r o l p e n a r ik

R o l g u lu n g a n k a in

R o l p e n g g u lu n g

Sumber gerakan berasal dari motor lalu dihubungkan dengan rantai ke


eksentrik poros utama ,kemudian dihubungkan dengan batang penghubung
ke rol penarik yang selanjutnya dihubungkan lagi ke rol penggulung melalui
rantai.

 Untuk mengetahui tempi mesin dapat diamati dari proses pembentukan satu
jeratan lalu dilihat berapa banyak dadu yang dilewati oleh peraba Guide
untuk menyelesaikan satu buah jeratan
 Untuk mengubah tempi mesin, misalnya dari 2 tempi menjadi 3 tempi
dengan tujuan untuk memperhalus gerakan sehingga meminimalisir putus
benang saat proses, tentunya harus ada semacam alat atau roda gigi konversi
karena pada mesin 2 tempi 1 putaran poros utama memutarkan 2 buah dadu
sedangkan pada mesin 3 tempi 1 putaran poros utama memutarkan 3 buah
dadu. Apabila hal tersebut mungkin untuk dilaksanakan, maka kemungkinan
setting gerakan mesin perlu diperhitungkan agar presisi.
 Untuk mesein Raschel, pemasangan beam harus diperhatikan karena arah
putaran beam depan (1,2,3) berlawanan arah dengan beam belakang (4,5,6)
 Untuk penghanian, tension benang harus sesuai dengan jenis benang yang
akan digulung ke beam untuk menghindari gulungan benang yang gembos.
 Gerakan ayun Guide bar ,baik pada MRL Tricot maupun MRL Raschel
digerakkan dari poros utama. Sedangkan gerakan Geser pada kedua mesin
tersebut diatur oleh tinggi dadu yang terpasang pada Pattern Drum
 Pembentukan jeratan pada mesin Tricot dan mesin Raschel pada prisipnya
sama, yaitu benang baru dililitkan pada kait jarum oleh guide terus ditarik
oleh jarum menjadi lengkung baru dan masuk menjerat lengkung terdahulu
yang dilepas jarum tersebut.
 Gauge mesin Tricot lebih rapat apabila dibandingkan mesin Raschel,
sehingga kain-kain yang dihasilkan mesin Raschel umumnya jenis kain
jarang (yang tidak rapat).

2. Mesin Rajut Tricot KL-4


Pada proses perajutan ini kita menggunakan mesin rajut lusi tricot 3 tempi,
yang artinya bahwa untuk membentuk satu jeratan dibutuhkan tiga dadu untuk
menggerakan guide bar. Mesin rajut lusi tricot menggunakan jarum janggut dan
menggunakan presser, gauge 34/1”, penomoran guide bar dari belakang ke depan,
penomoran dadu 0,1,2,3, 4,dst.

Bagian-bagiannya antara lain:

3 1 4
2

1. Jarum janggut
Dipasang berjejer ke samping pada needle bar. Jarum dipasang pada satu
blok. Kehalusan mesin dinyatakan dengan notasi E, artinya banyaknya jarum
setiap satu inci. Sumber gerakan eksentrik yang dipasang pada poros utama.

2. Sinker
Fungsinya untuk menahan ujung kain agar tidak naik saat jarum naik.
Gerakannya yaitui maju mundur. Sumber gerakan yaitu eksentrik yang
dipasang pada poros utama.

3. Presser
Fungsinya menekan jarum janggut ketika jarum turun sehingga jeratan lama
naik ke atas jarum. Gerakan presser yaitu maju untuk menekan dan mundur
untuk melepas janggut. Sumber gerakan eksentrik yang dipasang pada poros
utama

4. Guide bar
Fungsinya sebagai pengantar benang. Merupakan lembaran baja tipis yang
salah satu ujungnya berlubang sebagai tempat benang. Sejumlah pengantar
benang disatukan dalam kelompok (guide bar) dalam kedudukan ke samping
dengan ukuran sama rata (tingginya) dan jarak yang sama. Fungsinya untuk
melilitkan benang ke jarum.

Skema Jalannya Benang

1
3

p re s s e r 6

s in k e r
5

Keterangan gambar :

1. Beam lusi
2. Benang lusi
3. Penegang dan pengantar benang
4. Guide
5. jarum janggut
6. Rol penarik/penggulung
7. Rol penggulung kain

Alur proses jalannya benang :

Benang lusi dari Beam dilewatkan pada pengantar dan tensioner kemudian
dicucuk kedalam Guide secara merata. Setelah itu, benang dilewatkan pada jarum
kemudian dilewatkan melalui rol penarik/penggulung lalu digulung pada rol
penggulung kain,

Proses terbentuknya jeratan:

a. Guide diam pada tempatnya, sinker mulai maju


b. Poros utama berputar 45, jarum naik ke atas, hidung sinker menahan ujung
kain, guide mulai bergeser di depan.
c. Poros utama berputar 90, jarum terus naik ke atas sehingga benang mulai
mengait pada jarum, guide bar berayun ke belakang.
d. Poros utama berputar 120, jarum diam di tengah, guide bar ke belakang.
e. Poros utama 195, jarum diam dan guide bar bergeser dan berayun ke depan.
f. Poros utama berputar 225, jarum mulai turun ke bawah sinker menahan
ujung kain dan presser mulai bergerak maju.
g. Presser menekan janggut sehingga membantu terlepasnya benang, sinker
bergerak mundur dan mendorong kain.
h. Presser mulai mundur dan sinker terus mundur sehingga benang akan
terlepas dari jarum dan menjerat pada jeratan lama.
i. Jarum pada posisi paling bawah dan sinker mulai maju ke depan, jeratan
lama lepas dan terbentuk jeratan baru.

Mekanisme Pada MRL TRICOT

A. Gerakan naik-turun jarum


Sumber gerakan berasal dari motor kemudian dihubungkan dengan belt ke
poros utama yang selanjutnya memutarkan eksentrik pada poros utama.
Follower yang terpasang pada eksentrik akan terputarkan sehingga
mengakibatkan batang penghubung bergerak dengan bertumpu porosnya
,sehingga jarum bergerak naik-turun.

J a ru m

F o llo w e r

B e lt

E k s e n tr ik
M o to r

P o r o s u ta m a

B. Gerakan Sinker
F o llo w e r S in k e r

E k s e n trik

P o ro s u ta m a M o to r

B e lt

Sumber gerakan berasal dari motor selanjutnya dihubungkan ke poros utama


dengan belt sehingga eksentrik pada poros utama terputarkan. Dengan
berputarnya eksentrik, follower ikut terputarkan sehingga batang penghubung
akan terputarkan pada porosnya sehingga lengan/batang sinker akan
menggerakkan Sinker maju mundur.

C. Gerakan Presser
P re s s e r
F o llo w e r

E k s e n tr ik

P o ro s u ta m a M o to r

B e lt

Gerakan Presser berlawanan dengan gerakan sinker. Sinker akan bergerak


maju untuk menahan ujung jeratan terdahulu ketika jarum naik sedangkan
Presser akan bergerak mundur (menjauhi jarum), dan Sinker akan bergerak
mundur ketika jarum turun sedangkan Presser bergerak maju (mendekati
jarum) untuk menekan janggut jarum.

Sumber gerakan berasal dari motor lalu dihubungkan ke poros utama dengan
menggunakan belt sehingga eksentrik pada poros utama terputarkan dan
Follower ikut terputarkan selanjutnya batang penghubung akan terputarkan
pada porosnya sehingga lengan Presser akan mengakibatkan Presser bergerak
maju mundur.

D. Gerakan Ayun Guide bar


B a ta n g p e n g h u b u n g

G u id e b a r

F o llo w e r

E k s e n tr ik
M o to r

P o ro s u ta m a
Sumber gerakan berasal dari motor lalu dihubungkan dengan belt ke poros
utama sehingga eksentrik beserta Follower akan terputarkan, kemudian
batang penghubung yang dipasang di atasnya akan bergerak selanjutnya
menggerakkan Guide bar berayun (maju-mundur).

E. Gerakan Geser Guide Bar


P a tte r n D ru m

G u id e b a r
P e ra b a d a d u

P o ro s u ta m a

B e lt
M o to r

Sumber gerakan berasal dari motor kemudian dihubungkan dengan belt ke


poros utama yang selanjutnya memutarkan roda gigi cacing yang
dihubungkan dengan roda gigi Pattern drum sehingga memutarkan Pattern
drum. Dadu yang dipasang pada Pattern drum akan ikut terputarkan sehingga
peraba dadu akan bergeser berikut Guide bar sesuai dadu yang terpasang
pada Pattern drum.

F. Dadu (Link)

Dipasang pada roda corak (pattern wheel). Fungsinya yaitu untuk menggeserkan

guide bar di depan dan di belakang jarum. Pergeseran guide bar terjadi karena dadu

dibuat tidak sama tingginya. Penomeran dadu 0,1,2,3, dst atau 0,2,4,6, dst. Jika terjadi

perpindahan dari nomor kecil (rendah) ke nomor yang lebih besar (tinggi) akan terjadi

pergeseran guide bar ke kanan, dan sebaliknya jika perpindahan dari dadu tinggi ke

rendah. Jenis dadu bias dinyatakan A, B, C, D.


Dadu A, jika dadu rata ( kepala dan kakinya tidak digerinda)

Dadu B, jika bagian depan dadu (kakinya) digerinda.

Dadu C, jika bagian belakang dadu (kepala) digerinda.

Dadu D, jika bagian depan dan belakang dadu digerinda.

(Penggerindaan dilakukan agar memperhalus gerakan perpindahan dadu tsb)

3. PENGHANIAN
Penghanian berfungsi merubah bentuk gulungan dari gulungan cones ke gulungan
boom hani untuk memudahkan proses selanjutnya. Mekanismenya adalah benang
dalam bentuk cones dipasang pada creel dilewatkan melalui penghantar benang
kemudian dilewatkan pada sisir dan digulung.

Mekanisme Penghanian dan Bagian-bagiannya

4
1
2

Keterangan gambar :

1. Creel
Tempat bobin-bobin benang lusi yang akan di hani/ digulung pada beam

2. Cones benang lusi (gulungan benang lusi)


3. Benang lusi
4. Pengantar benang lusi
Terdapat lubang-lubang dari keramik sebagai jalannya benang lusi. Biasanya
pada bagian ini terdapat alat pemberhenti mesin (Stop motion) apabila ada
benang lusi putus.

5. Pengatur tegangan benang (Tension)


Alat pengatur tegangan benang diperlukan agar benang yang digulung pada
beam dalam keadaan regangan yang sama dan rata. Besarnya tegangan diatur
dengan cincin pemberat yang ditempatkan diatas piringannya.

6. Lubang pada piringan tempat benang disuapkan sebelum ke Tensioner.

Mekanismenya :

1. Penghanian disesuaikan dengan rencana rajutan.


2. Memasang benang pada rak (creel) sesuai dengan rencana rajutan (komposisi
warna maupun jumlah conesnya).
3. Mencucuk benang pada sisir hani.
4. Menyetel traverse untuk mengatur kedudukan benang pada beam lusi.
5. Mengatur panjang beam lusi sesuai dengan panjang yang dikehendaki.
6. Melepas beam yang telah penuh dan diberi tanda agar tidak keliru dalam
memasang pada mesin rajut.
Bagian-bagian proses penghanian :

Creel Sisir Hani

Cones

Tension

Sisir Hani

Tempat Beam Cakra


Pengatur Jumlah Putaran

VI. DISKUSI
Pada praktikum perajutan 3 ini, praktikkan mempelajari mesin rajut lusi, yang pada
praktikum sebelumnya telah diajarkan mesin rajut pakan. Ada beberapa perbedaan
mesin rajut pakan dan mesin rajut lusi diantaranya :

No Mesin rajut Pakan Mesin Rajut Lusi


1. Panjang kain Ke arah lebar kain Panjang kain Ke arah panjang kain
2. Tanpa penghanian penghanian
3. Jarum individu Jarum bar
4. Guide individu Guide bar
5. Pembentuk motif oleh jenis jeratan Pembentuk motif oleh dadu
(tuck,welt dan knit)
Mesin rajut lusi di bagi menjadi dua jenis, yaitu mesin rajut raschel dan mesin rajut
tricot, meskipun sama sama mesin rajut lusi , namun terdapat perbedaan diantara
keduanya, diantaranya :

No. BAGIAN MESIN RASCHEL TRICOT

1. Jarum Lidah Janggut

2. Gauge ER = Σ jarum /2” E = Σ jarum/1”

3. Penomeran Guide Bar Dari depan ke Dari belakang ke depan


belakang

4. Penomeran dadu 0,2,4,6…dst 0,1,2,3…dst

5. Presser Tidak ada Ada

6. Trick Plate Ada Tidak ada

7. Sudut benang lusi 170O 90O


terhadap kain

8. Arah putaran pattern Keluar / searah jarum Ke dalam / berlawanan


drum jam arah jarum jam

9. Tempi 2 Tempi 3 Tempi

10. Pattern drum Minimal 16 dadu Minimal 48 dadu

11. Kenampakkan kain Sudut kemiringan Sudut kemiringan kain 900


kain 1700

12. Simbol Mesin R K

13. Contoh produk Kebaya, gorden, Pakaian dalam.


taplak meja dll

Pembentukan jeratan pada mesin rajut lusi ditentukan oleh dadu, mekanismenya sebagai
berikut:

alur proses perajutan pada mesin rajut lusi raschel


Beam 2 Beam 1

Tension
Tension
Depan mesin
Belakang mesin Separator
Separator

benang
benang
5

1 2

Rol penarik

Rol penggulung

Gerakan pokok mesin rajut lusi Raschel

1. ayun kebelakang oleh eksentrik pada poros utama


2. geser dibelakang
3. ayun kedepan oleh dadu pada pattern whell/pattern drum
4. geser kedepan

alur proses perajutan pada mesin rajut lusi tricot


Beam 1 Beam 2

Tension
Tension
Depan mesin
Belakang mesin Separator
Separator

benang
benang
4

Rol penarik Rol penggulung


1

VII. KESIMPULAN
 Dalam Pembentukan jeratan pada mesin Tricot dan mesin Raschel pada prisipnya
sama, yaitu benang baru dililitkan pada kait jarum oleh guide terus ditarik oleh
jarum menjadi lengkung baru dan masuk menjerat lengkung terdahulu yang
dilepas jarum tersebut.
 Selain itu Gerakan ayun Guide bar ,baik pada MRL Tricot maupun MRL Raschel
digerakkan dari poros utama. Sedangkan gerakan Geser pada kedua mesin
tersebut diatur oleh tinggi dadu yang terpasang pada Pattern Drum.
PEMBUATAN KAIN RAJUT LUSI 1 BAR DASAR, 1 BAR BEBAS,

2 BAR DASAR DAN 2 BAR BEBAS

I MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud : Mahasiswa melakukan proses perencanaan sampai pembuatan kain rajut lusi
dengan jeratan dasar dan bebas dengan menggunakan 1 bar lusi.

Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan proses perencanaan sampai pembuatan kain


rajut lusi satu bar dasar dan satu bar bebas pada mesin rajut lusi Raschel.

II TEORI PENDEKATAN
Susunan jeratan-jeratan di dalam kain rajut lusi, seperti dalam kain rajut pakan,
terletak dalam course dan wale. Satu course jeratan-jeratan terbentuk dalam satu
putaran mesin rajut lusi. Satu wale jeratan-jeratan terbentuk oleh satu jarum rajut
dalam mesin.

Dalam kain rajut lusi, hubungan antara lengkung jeratan yang satu dengan yang
lainnya tidak terdapat dalam satu course sebagaimana dalam rajut pakan, tetapi satu
lengkung dalam satu course dihubungkan dengan lengkung lain dalam course
berikutnya.

Kain rajut lusi pada umumnya adalah kain satu permukaan yang dibuat oleh satu
susunan jarum. Jadi permukaan yang satu memperlihatkan jeratan-jeratan kanan saja
dan permukaan sebaliknya memperlihatkan jeratan-jeratan kiri saja. Yang menjadi
permukaan depan dalam kain rajut lusi adalah permukaan yang jeratan-jeratannya dari
jeratan kiri.

Di dalam kain rajut lusi terdapat dua macam lengkung jeratan, yaitu lengkung tertutup
(Closed Lap) dan lengkung terbuka (Open Lap). Hubungan antara lengkung yang satu
dengan lengkung lain disebut Underlap.

Penomeran dadu pada rajutan lusi berikut ini adalah apabila menggunakan mesin rajut
lusi Tricot. Pada mesin rajut lusi Raschel, penomeran dadunya adalah genap (0,2,4,
….dst) sehingga penomeran dadu pada rajutan dasar lusi tersebut di atas diganti
menjadi genap (0=0, 1=2, 3=4,….dst), sedangkan diagram lapingnya tidak ada
perbedaan pada mesin rajut lusi Tricot maupun mesin rajut lusi Raschel.

Berikut ini adalah rajutan lusi dasar dengan penomeran dadu untuk Mesin Rajut Lusi
Tricot, antara lain :

1. Rajutan Pilar
a. Pilar tertutup b. Pilar terbuka

1 0 1 0 1 0 1 0

2. Rajutan Tricot
a. Tricot tertutup b. Tricot terbuka

2 1 0
2 1 0

3. Rajutan Tuch
a. Tuch tertutup b. Tuch terbuka

3 2 1 0 3 2 1 0

4. Rajutan Satin
a. Satin tertutup b. Satin terbuka
4 3 2 1 0 4 3 2 1 0

5. Rajutan Samt
a. Samt tertutup b. Samt terbuka

5 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 0

6. Rajutan Atlas, misal : Atlas 2 course tertutup dan Atlas 2 course terbuka.
a. Atlas 2 course tertutup b. Atlas 2 course terbuka

3 2 1 0
3 2 1 0

Selain rajutan tersebut di atas, terdapat rajutan bebas yang pada dasarnya adalah
variasi dari rajutan lusi dasar yang disatukan atau digabungkan. Variasi yang biasa
dilakukan adalah menambahkan jenis jeratan yang akan dibentuk untuk setiap
coursenya.

Pada mesin rajut lusi terdapat Bar sebagai tempat beam-beam benang lusi yang telah
siap diproses. Banyaknya Bar sebanding dengan banyaknya Guide Bar, dimana Bar-
bar tersebut dapat digunakan satu buah atau lebih sesuai dengan yang ada pada mesin.
Oleh karena itu, pada mesin rajut lusi dapat dibuat kain rajut dengan menggunakan
satu bar atau lebih sesuai dengan rencana proses.

Sebelum melakukan proses perajutan, benang-benang lusi yang akan diproses terlebih
dahulu harus dipersiapkan dengan menggunakan mesin penghanian untuk digulung
pada beam dengan tegangan dan panjang benang yang telah direncanakan agar dalam
proses perajutan berlangsung dapat berjalan dengan lancar dan konstruksi kain yang
dihasilkan akan sesuai dengan rencana.

III ALAT DAN BAHAN


1. Mesin Hani
2. Benang-benang dengan beraneka warna sesuai rencana (Akrilik Nm 32/2).
3. Beam untuk menggulung benang.
4. Lakban/ isolasi dan gunting.
5. Mesin rajut lusi Raschel.
6. Beam-beam lusi.
7. Kunci pas dan kunci L
8. Dadu dengan nomer yang bermacam-macam sesuai desain dan jeratan yang
dipergunakan.
9. Batang penghubung antara dadu.
10. Batang penghubung pattern drum dan guide bar.

IV CARA KERJA
A. Proses Persiapan
1. Membuat rencana desain kain rajut yang akan dibuat.
2. Melepaskan poros bar lusi dari dudukannya
3. Mempersiapkan mesin rajut lusi Raschel untuk membuat kain rajut sesuai
rencana, meliputi pemasangan dadu yang disusun sesuai corak jeratan pada
rencana, pemasangan Bar dan Guide bar sesuai jumlah bar yang akan dipakai
pada proses
4. Memilih guide bar yang akan dipakai (nomer berapa) dan menyetelnya agar
tidak bertabrakan atau bersinggungan dengan jarum.
Cara penyetelannya yaitu dengan memutar sekrup yang terpasang pada
batang penghubung antara Guide bar dengan Pattern drum, kemudian
menjalankan mesin secara manual dengan menggunakan tangan setelah
sebelumnya susunan dadu telah dipasang pada Pattern drum untuk
memastikan bahwa pergerakan dan pergeseran guide bar dapat bekerja
dengan baik (guide bar dan jarum sudah tidak bertabrakan/bersinggungan).
B. Proses Penghanian
Proses penghanian sebaiknya dilakukan setelah rencana desain selesai dibuat,
bersamaan dengan persiapan mesin untuk meminimalisasi waktu persiapan.

1. Memasang benang-benang yang akan dihani pada creel di mesin hani


dengan susunan warna yang telah direncanakan pada rencana desain yang
telah dibuat sebelumnya.
2. Melewatkan benang pada tension, penghantar benang dan sisir ekspansi.
3. Setelah semua benang masuk pada sisir ekspansi, kemudian memasang
batang tension dibelakang sisir dengan menggunakan lak ban
( pencucukannya yaitu 1 isi I kosong sehingga jumlah helai dalam 1 beam
yaitu : 108/2 = 54 helai ).
4. Memastikan bahwa semua benang mendapat tension yang sama.
5. Menjalankan mesin secara perlahan sambil mengatur sudut kemiringan
penggulungan benang pada beam sehingga benang yang tergulung pada
beam rata, tidak gembos dan tegangannya sama.
6. Menyetel counter pada angka yang dikehendaki sesuai rencana panjang
benang yang akan digulung pada beam
7. menjalankan mesin dengan menginjak pedal motor.
8. Beam lusi (gulungan benang) yang harus dihasilkan sebanyak 2 buah beam
untuk membuat kain rajut lusi satu bar dan 4 buah beam lusi untuk membuat
kain rajut lusi 2 bar.
Spesifikasi :
 Lebar sisir hani : 6”
 Lebar beam : 5”
 Tempat cone : 150
 Gauge sisir : 18
 ∑ Lubang : 18 x 6 = 108 lubang

C. Proses Perajutan (Membuat kain)


1. Setelah mesin dipersiapkan sesuai rencana desain kain rajut
yang akan dibuat, beam-beam lusi dipasang dan baut pengencangnya
dikencangkan pada bar lusi yang akan dipergunakan.
Catatan :

 Beam yang dipasang sebanyak 2 buah pada bar lusi ke 4


ketika membuat kain satu bar dasar dan satu bar bebas.
 Beam dipasang 4 buah masing-masing 2 buah pada bar
lusi ke 4 dan 2 buah beam pada bar lusi ke 5 ketika membuat kain rajut 2
bar dasar.
 Ketika membuat kain 2 bar dasar, susunan dadu yang
dipasang pada Pattern drum sebanyak 2 buah susunan, dimana masing-
masing susunan dadu sesuai dengan corak jeratan yang dibuat untuk
masing-masing bar.
 Arah jalannya benang dan putaran beam harus
disesuaikan dengan arah putaran pada poros tension benang.
2. Menarik benang dari beam lusi dan melewatkannya pada
batang penghantar, batang pengatur tegangan benang dan separator.
3. Mencucuk benang pada guide bar sesuai rencana desain,
kemudian melewatkan benang pada jarum rajut
4. Menjalankan mesin dengan tangan untuk
mendapatkan/membuat pancingan dengan panjang secukupnya, kemudian
benang dilewatkan pada rol-rol penarik dan rol-rol penggulung kain
5. Setelah proses persiapan perajutan dan pengecekan terhadap
pergerakan elemen dan unsur rajut selesai dilakukan kemudian mesin
dioperasikan dengan menekan tombol ON.
6. Mematikan mesin dengan menekan tombol OFF apabila
benang yang tergulung pada beam telah habis.

V DATA PRAKTIKUM
 1 BAR DASAR
Jenis rajutan = Rajutan tricot terbuka
Diagran lapping

8 6 4 2 0

Susunan dadu
0-2/4-2// 4x

Jumlah dadu yang dibutuhkan


0A =4
2B =4
4D =4
2C =4
Rencana Penghanian

Diagram jeratan

Contoh kain
 1 BAR BEBAS

Jenis jeratan : tricot terbuka dan atlas

Diagram Lapping

6 4 2 0

Susunan Dadu

0-2/4-2/0-2/4-2/0-2/2-4/6-4/4-2//1x
Diagram Jeratan

Susunan Warna

Contoh kain
2 BAR DASAR DAN 2 BAR BEBAS (IN LAY)

- INLAY
Diagram lapping

Diagram Jeratan

Susunan warna
Contoh kain
Gambar Mesin

Pattern wheel

DADU

GUIDE BAR
NEEDLE BAR

POROS ENGKOL
BENANG YANG TELAH DIHANI

SISIR

BEAM BENANG

VI DISKUSI

 Alur jalannya benang dan posisi benang pada saat melewati lubang pengantar,
pemberi tegangan dan sisir ekspansi (pencucukan) harus benar untuk menghindari
terjadinya kusut benang pada gulungan beam atau pada saat proses pencucukan
pada mesin rajut lusi berlangsung.
 Dari data praktikum pembuatan kain rajut lusi terutama pada bagian penggunaan
dadu terdapat beberapa pemakaian dadu yang berpindah dari satu dadu ke dadu
lain naik atau turun secara drastis (contoh dari dadu 2 ke dadu 6 atau sebaliknya)
hal ini menyebabkan guide bar akan berpindah 2 atau lebih jarak antar jarum,
andaikata proses penyetingan/pengecekan tidak dilakukan sebelumnya
kemungkinan dapat menyebabkan guide bertabrakan dengan jarum dikarenakan
tinggi dari dadu (untuk nomer yang sama) tidak sama menyebabkan pergeseran
guide bar tidak bergerak secara optimal., apabila guide bar bertabrakan dengan
jarum maka dadu tersebut harus diganti dengan nomer dadu yang sama pula.
 Jumlah beam yang dipergunakan pada saat praktikum menyesuaikan dengan
desain, lebar kerja dan cucukan yang sedang dipergunakan.
 Pada saat proses penghanian, tegangan benang yang akan digulung pada beam
harus diatur/ disesuaikan dengan nomer benang. Tegangan benang yang digulung
pada beam harus merata agar diperoleh gulungan yang rata (tidak gembos
dibagian sisi atau tengah gulungan), karena hal ini akan mempengaruhi tegangan
lusi pada waktu penguluran (benang lusi kendor sebagian).
 Sebelum benang tergulung pada beam hendaknya terlebih dahulu mengatur sudut
kemiringan penggulungan benang pada beam yaitu dengan mengatur sudut
kemiringan sisir ekspansi sehingga benang yang tergulung pada beam rata, tidak
gembos dan tegangannya sama.
 Pemasangan beam pada Bar Lusi harus tepat agar posisinya tidak bergeser
sewaktu proses perajutan berlangsung dan beam dapat berputar dengan lancar
untuk mengulur benang lusi sesuai kebutuhan.
 Arah jalannya benang dan putaran beam harus disesuaikan dengan tanda arah
putaran yang tertera pada poros tension benang yang sedang dipergunakan.
 Proses pencucukan benang pada lubang guide harus berurutan, bertahap dan
seimbang antara guide sebelah kiri dan guide sebelah kanan disesuaikan dengan
urutan benang lusi dari mulai beam sampai separator agar benang lusi tidak kusut,
tegangan benang saat proses sama dan habisnya benang pada gulungan beam
sama
 Salah satu proses persiapan yang tidak boleh terlewati yaitu mempersiapkan
mesin rajut lusi Raschel terutama memilih guide bar yang akan dipakai (nomer
berapa) dan menyetelnya agar tidak bertabrakan atau bersinggungan dengan
jarum.
 Cara penyetelannya yaitu dengan memutar sekrup yang terpasang pada batang
penghubung antara Guide bar dengan Pattern drum, kemudian putarlah mesin
dengan menggunakan tangan setelah sebelumnya susunan dadu telah dipasang
pada Pattern drum untuk memastikan bahwa guide bar dapat bekerja dengan baik
(guide bar dan jarum sudah tidak bersinggungan).

 Penggunaan dadu untuk jenis jeratan yang akan dipergunakan tidak selalu harus
dimulai dari dadu 0, bisa juga dimulai dari dadu 2, 4 dan seterusnya dengan
tujuan mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan dadu.
 Pada waktu membuat kain 1 bar dasar, 1 bar bebas, 2 bar dasar dan 2 bar bebas
terdapat beberapa helai benang lusi yang kendor sehingga proses penguluran
benang lusi dilakukan secara manual pada awal perajutan, hal itu dapat
disebabkan karena tegangan benang yang digulung pada beam tidak rata,
pemasangan beam pada bar lusi yang kurang tepat, nomer benang yang berbeda
yang tidak cocok untuk konstruksi kain yang sedang dibuat, per pada poros
tension yang tidak dapat bekerja secara lancar/normal.
 Selain itu, pada bagian pinggir kain terdapat pula benang lusi kendor yang dapat
disebabkan karena jeratan pinggir memiliki kerapatan yang kurang dibandingkan
dengan jeratan dibagian lainnya dan tidak terdapat jeratan lain di bagian
sisi/pinggir kain yang mengikat.
 Hal lain yang mungkin dapat terjadi yaitu adanya beberapa helai benang lusi
putus yang disebabkan karena benang lusi terlalu tegang, terdapat benang lusi
yang kusut (bersilangan) pada beam lusi, peralatan dari bagian penguluran lusi
yang tidak dapat bekerja dengan baik, atau bisa juga disebabkan oleh sistem
pengereman pada mesin yang tekanannya terlalu besar sehingga benang lusi pada
saat penguluran, tegangannya terlalu besar yang mengakibatkan benang lusi
putus. Selain itu pemberian tegangan yang tidak rata pada saat penggulungan
benang pada beam ketika proses penghanian dapat pula menyebabkan hal ini
terjadi.
 Pemilihan, penggunaan dan penempatan dadu pada pattern wheel harus benar
agar dalam proses perajutan dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan
konstruksi kain yang diinginkan

VII KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum mka dapat di simpulkan :

 Pemasangan beam pada Bar Lusi harus tepat agar posisinya tidak bergeser
sewaktu proses perajutan berlangsung dan beam dapat berputar dengan lancar
untuk mengulur benang lusi sesuai kebutuhan.
 Proses pencucukan benang pada lubang guide harus berurutan dan bertahap
disesuaikan dengan urutan benang lusi dari mulai beam sampai separator agar
benang lusi tidak kusut, tegangan benang saat proses sama dan habisnya benang
pada gulungan beam sama
 Proses pengecekan pergerakan guide bar dengan dadu yang sedang dipergunakan
harus dilakukan sebelum mesin dijalankan dengan tujuan menghindari tabrakan
antara guide dengan jarum saat proses perajutan berlangsung.
 Kerataan tegangan benang lusi yang digulung pada beam ketika proses
penghanian sangat penting karena mempengaruhi tegangan benang lusi ketika
penguluran pada saat proses perajutan.
 Besarnya sudut kemiringan sisir ekspansi berfungsi untuk meratakan tegangan
benang dan membantu proses penggulungan benang pada beam secara merata.
 Pemberian tegangan benang lusi pada proses penghanian harus disesuaikan
dengan nomer benang lusi yang akan digunakan.
 Arah jalannya benang dan putaran beam harus disesuaikan dengan tanda arah
putaran yang tertera pada poros tension benang yang sedang dipergunakan.
 Tingkat pengereman pada masing-masing bar dapat diatur dari alat yang berada
di bagian luar masing-masing bar.

DAFTAR PUSTAKA
Djamhir, Okim.1974.Teknologi Perajutan.Institut Teknologi Tekstil.Bandung.

Djamhir,Okim.1988.Mesin Rajut Lusi.Institut Teknologi Tekstil.Bandung.

Inggriani,Ira.2009.Jurnal Praktikum Teknologi Perajutan 3.Sekolah Tinggi


Teknologi Tekstil. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai